Anda di halaman 1dari 14

Filsafat Ilmu; Ilmu, teknologi, dan kebudayaan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia Barat. Sejak abad ke-18
perkembangan itu begitu pesat ditandai dengan kehadiran revolusi industri, di bawah naungan
jiwa dan semangat Zaman Renaissance danAufklarung. Bisa dipahami bahwa kebudayaan
Barat pun akhirnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.
Zaman Renaissance adalah zaman yang didukung oleh cita-cita untuk melahirkan
kembali manusia yang bebas, yang telah dibelenggu oleh zaman abad tengah yang dikuasai
oleh Gereja atau agama. Manusia bebas ala Renaissance adalah manusia yang tidak mau lagi
terikat oleh orotitas yang manalun (tradisi, sistem gereja, dan lain sebagainya), kecuali
otoritas yang ada pada masingmasing diri pribadi. Manusia bebas ala Renaissance itu
kemudian “didewasakan” oleh zaman Aufklarungh, yang ternyata telah melahirkan sikap
mental menusia yang percaya akan kemampuan diri sendiri atas dasar rasionalitas, dan sangat
optimis untuk dapat menguasai masa depannya, sehingga manusia (Barat) menjadi kreatif dan
inovatif. Ada daya dorong yang mempengaruhi perkembangan ilmu dan teknologi yaitu
pandangan untuk menguasai alam. Tiada hari tanpa hasil kreasi dan inovasi. Semenjak itulah
dunia Barat telah melakukan tinggal landas mengarungi angkasa ilmu pengetahuan yang tiada
bertepi untuk menaklukkan dan menguasai alam demi kepentingan “kesejahteraan hidupnya”.
Hasilnya adalah teknologi supra-modern yang mereka miliki sebagaimana kita lihat sekarang
ini[1].
Menurut Koentjaraningrat (1994:2) unsur-unsur kebudayaan yang ada di dunia ini
adalah; sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan
peralatan. Dari ketujuh unsur itu yang akan menjadi telaahan adalah sistem pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan dan sistem teknologi[2].
Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat dilihat, pertama sebagai
kekuatan produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai
kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari relevansi bagi pembangunan
Indonesia[3] (Wartaya, 1987:306).
Ilmu merupakan hal dasar dari setiap pengetahuan yang sering kita telaah dan terus
kita gali. Pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu, kemudian kepastian yang kadang-
kadang kita merasa ragu. Dorongan rasa ingin tahu akan kepastian sesuatu yang belum kita
ketahui ataupun yang sudah kita tahu. Ilmu itu sendiri memiliki ciri-cirinya serta kriteria-
kriteria yang dapat membedakan antara pengetahuan-pengetahuan yang lain dengan yang
bukan ilmu.
Seperti halnya pada karakteristik berpikir fisafat, seorang ilmuan tidak lagi puas
mengenal ilmu dari sudut pandang ilmu itu sendiri. Maka karakteristik yang pertama yaitu
bersifat menyeluruh. Karena apabila kita hanya mengetahui sutu pengetahuan saja, besar
kemungkinan akan munculnya meremehkan pengetahuan yang lain, ssedangkan kita tidak
menguasai pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. Kemudian karakteristik pengetahuan-
pengetahuan yang lainnya. Kemudian karakteristik ang kedua yaitu bersifat mendasar yang
dapat diperumpakan seorang yang menelaah ilmu, akan memiliki kerendahan hati yang
kemudian mendatangkan pertanyaan-pertanyaan seperti : apakah ilmu itu harus dipercaya
begitu saja atau mengapa ilmu dapat disebut benar?. Dengan demikian seorang ilmuan akan
menentukan terlebih dahulu titik awalnya. Setelah itu, titik awal yang menjadi pemikiran
mendasar membuat kita bersekulasi dan ciri berfilsafat yang ketiga yaitu spekulatif.
Dalam perkembangannya, ilmu pun menjadi aspek utama terhadap perkembangan
teknologi serta kebudayaan. Perkembangan dua unsur tersebut tidak akan terlepas dari
perkembangan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan ?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu dan teknologi ?
3. Bagaimana hubungan ilmu dan kebudayaan ?
4. Bagaimana hubungan teknologi dan kebudayaan ?

C. Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan teknologi.
3. Untuk mengetahui hubungan ilmu dan kebudayaan.
4. Untuk mengetahui hubungan teknologi dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu, Teknologi, Dan Kebudayaan


1. Pengertian Ilmu
Ada orang yang menamakannya ilmu, ada yang menamainya ilmu pengetahuan, dan
pula ada yang menyebutnya sains. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha untuk
melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa Inggris.
Pengertian yang terkandung dibalik kata-kata yang berbeda tersebut ternyata juga tidak kalah
serba ragamnya. Keberagamannya bahkan kadang-kadang seolah-olah mengingkari citra ilmu
pengetahuan itu sendiri yang pada dasarnya bertujuan untuk merumuskan sesuatu dengan
tepat, tunggal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia[4] ilmuartinya
adalah pengetahuan atau kepandaian. Dari penjelasan dan beberapa contohnya, maka yang
dimaksud pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah
keadaan alam, tapi juga termasuk “kebatinan” dan persoalan-persoalan lainnya. Sebagaimana
yang sudah kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, maka tampak dengan jelas
bahwa cakupan ilmu sangatlah luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu dagang, ilmu
hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu hitam, dan
sebagainya.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia[5]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya[6].
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dariepistemologi.
Secara bahasa, kata ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata “ilm”[7] yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan
dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui
masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Kata ilmu sudah digunakan masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia,
bahkan sebelum ada kata ilmu sudah dikenal kata-kata lain yang maksudnya sama, misalnya
kepandaian, kecakapan, pengetahuan, ajaran, kawruh, pangrawuh, kawikihan, jnana, widya,
parujnana, dan lain-lain. Sejak lebih dari seribu tahun yang lampau nenek moyang bangsa
kita telah menghasilkan banyak macam ilmu, contohnya kalpasastra (ilmu farmasi),
supakasastra (ilmu tataboga), jyotisa (ilmu perbintangan), wedastra (ilmu olah senjata),
yudanegara atau niti (ilmu politik), wagmika (ilmu pidato), sandisutra (sexiology),
dharmawidi (ilmu keadilan), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada yang mencoba membedakan antara pengetahuan (knowledge) dan ilmu
(science). Pengetahuan diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia
untuk menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya.
Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab
“mengapa” dan “bagaimana” (why dan how)., misalnya mengapa batu banyak macamnya,
mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.
Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga
kriteria, yaitu obyek kajian, metoda pendekatan dan bersifat universal.

Adapun difinisi ilmu menurut para ahli[8] diantaranya sebagai berikut:


 Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
 Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum
dan sistematik, dan keempatnya serentak
 Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
 Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu
adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
 Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah
 Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan.
 Merupakan suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu
dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca
indera manusia.
 Merupakan suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
 Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan
manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep,
kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman
praktis.

Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[9]. Adapun syarat-syarat ilmu, diantaranya:
a. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga
disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.
b. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk
menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti:
cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya
merujuk pada metode ilmiah.
c. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-
umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

2. Pengertian Teknologi
Teknologi bagi kita merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Kata teknologi berasal dari
bahasa Yunani technología‐techne, yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasionalyang berkaitan dengan pembuatan
suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni [10]. Istilah teknologi
sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi Tentang
Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A Description Of The Arts, Especially The Mechanical)[11]. Teknologi juga
dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi manusia, seperti mesin, tetapi dapat juga mencakup hal yang lebih luas,
termasuk sistem, metode organisasi, dan teknik. Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh
mencakup "teknologi konstruksi", "teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art teknologi".
Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula
diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia[12].
Kita menggunakan teknologi dimulai dengan konversi sumber daya alam menjadi
peralatan sederhana. Penemuan yang prasejarah kemampuan untuk mengendalikan api
sehingga dapat mengolah makanan dan penemuan roda membantu manusia dalam perjalanan
di dalam dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk
mesin cetak, telepon, dan Internet, mengatasi hambatan fisik untuk komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan bebas pada skala global atau luas.
Namun, tidak semua teknologi ini telah digunakan untuk tujuan damai; pengembangan
senjata yang semakin meningkat kekuatan destruktif telah berkembang sepanjang sejarah,
dari klub untuk senjata nuklir.
Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya dalam beberapa cara. Dalam masyarakat, teknologi
telah membantu mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global saat ini). Tetapi banyak proses‐proses
teknologi juga menghasilkan produk yang tidak diinginkan atau mengakibatkan sesuatu hal, contohnya polusi, dan menguras
sumber daya alam, dengan merusak bumi dan lingkungannya. Berbagai implementasi teknologi mempengaruhi nilai‐nilai
masyarakat dan teknologi baru sering menimbulkan pertanyaan‐pertanyaan etika baru. Contohnya meliputi munculnya
gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas manusia, istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan tantangan
dari norma‐norma tradisional.
Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi
merupakan mesin penggerak pertumbuhan melalui industri[13]. Oleh sebab itu, tepatmomentumnya jika kita merenungkan
masalah teknologi,menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya
memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasibudaya
kita[14].
Sebagian dari kita beranggapan bahwa teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru[15], padahal kalau kita
membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer[16]. Setiap zaman
memiliki teknologinya sendiri[17].Sejarah Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif[18]. Sejak zaman
Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampakberorientasi menuju bidang teknologi[19]. Dalam bentuk
yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam
menyelesaikan tugas-tugastradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah[20]
Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu[21] :
 Kemajuan teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris:neutral technological progress)
Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai
dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
 Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris: labor-saving technological
progress)
 Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh
meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu
mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
 Kemajuan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris:capital-saving technological progress)
Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset
teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih
ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.

Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan bahwa campur tangan langsung secara berlebihan,
terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus
teknologi asing ke negara-negara berkembang[22].
Di lain pihak suatu kebijaksanaan 'pintu yang lama sekali terbuka' terhadap arus teknologi asing, terutama dalam
bentuk Penanaman Modal Asing (PMA), justru menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan
kemampuan teknologi negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor asing, karena
merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit[23].

3. Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuksistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia[24].
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku
yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Asal kata “kebudayaan” adalah cultuur (dalam bahasa Belanda), culture (dalam
bahasa Inggris), colere (dalam bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah
alam[25].
Dalam bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “buddhayah”,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang artinya budi atau akal. Ada juga yang berpendapat
bahwa kebudayaan adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi daya, yang
berarti daya dari budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa,
sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut[26].
Elwood menyatakan bahwa kebudayaan itu mencakup benda-benda material dan spiritual, yang pada kedua-
duanya diperoleh dalam interaksi kelompok atau dipelajari dalam bentuk kelompok. Kebudayaan mencakup kekuatan untuk
menguasai alam dan dirinya sendiri[27].
Dalam Oxford Advanced Learners’s Dictionary of Current English, diuraikan bahwa
kata kebudayaan semakna dengan culture yang memiliki pengertian beragam, sebagai
berikut:
a. Advanced development of the human powers: development of the body, maind and spirit by
training and experience;
b. Evidence of intellectual development (of arts, science, ets) in human society;
c. State of intellectual development among a people;
d. All the arts, beliefs, social institutions, ets characteristic of a community, race;
e. Cultivating; the rearing of bees, silkworms,
f. (biol) growth of bacteria (for medical or scientific study)[28]

Pengertian culture di atas dapat dipahami bahwa kebudayaan adalah pembangunan


yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat
melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata pembangunan intelektual, seperti seni dan
pengetahuan; atau pembangunan intelektual diantara budaya orang; bahwa kebudayaan
adalah semua seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat,suku, dan
sebagainya; mengolah pertanian sampai pada tingkat teknologi biologi bakteri.
Sekilas pengertian kebudayaan diatas tidak secara sistematik dan teknis. Pengertian
secara komprehensif dapat dilihat dari dua berikut ini.
Buku The World University Encyclopediamenjelaskan bahwa culture adalaha the
world of life of a socisty. It is the totality of the spiritual, intellectual, and artistic attitudes
shared by a group, including its tradition, habits, social customs, morals, laws, and social
relations. Yang artinya kebudayaan adalah pandangan hidup masyarakat, ia adalah totalitas
spiritual, intelektual, dan sikap artistik yang dibentuk oleh masyarakat, termasuk tradisi,
kebiasaan, adat, moral, hukum, dan hubungan sosial[29].
Buku The World Book Encyclopedia menjelaskan secara rinci dan sistematik dibandig
kamus Oxford, bahwa kebudayaan adalah all distinctively human activities, and includes
achievements in every field, which man passes on from one generation to the next. Culture
means such activities as using a language, getting wared, briging up children, earning a
living, running a goverment, fighting a war, and taking part in religious ceremonies. Artinya
semua aktivitas manusia yang nyata termasuk dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari
satu generasi manusia ke generasi berikutnya. Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang
menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak-anak, mencari nafkah, menjalankan
peerintahan, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan[30].
Adapun kebudayaan dalam arti sempit adalah the sum total of the ways of life of a group of
people (serangkaian cara hidup dari komunitas masyarakat)[31].
Dalam tulian Jaih Mubarok, definisi kebudayaan diantara yang terbaik sebagaimana
yang dibuat oleh E.B. Tayor bahwa budaya adalah that complex whole which includes
knowledge, belief, art, morals, laws, custom, and any other capabilities and habits acquired
by man as a member of society, yaitu keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh
manusia sebagai bagaian dari masyarakat[32].
Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan
adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat[33].
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudyaan kebendaaan (material
culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia,
mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan dalam arti luas. Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian yang merupakan
hasil eksplisit jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat, termasuk didalamnya.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orag-orang yang hidup
bermasyarakat, antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta bisa
berbentuk teori murni dan buisa juga telah disusun sehingga dapat langsung diamalkan oleh
masyarakat. Semua karya, rasa, dan cipta, dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan
kegunaannya agar seseuai dengan kepentingan sebagaian besar atau seluruh masyarakat[34].
Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

B. Hubungan Antara Ilmu Dan Teknologi


Ilmu memegang peranan penting bagi negara-negara berkembang dalam proses
peningkatan standar hidup, kesejahteraan, dan melindungi sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati. Negara-negara berkembang menghadapi berbagai tantangan jangka
pendek dan jangka panjang. Perubahan penggunaan lahan melalui penggundulan hutan dan
perubahan lahan pertanian akibat aktivitas sosio-ekonomi di daerah tangkapan air di hulu,
telah menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan lingkungan dan infrastruktur akibat
bencana yang ditimbulkannya. Kerusakan lingkungan di daerah tangkapan air, menyebabkan
kelangkaan air bersih di berbagai negara, selain bencana banjir ketika musim penghujan.
Komunikasi ilmu terhadap masyarakat dan pemahaman masyarakat terhadap ilmu
merupakan subyek riset yang relatif baru di lingkungan akademis, namun berkembang untuk
dipelajari lebih lanjut untuk mendukung proses pengambilan kebijakan publik. Pemahaman
yang baik terhadap dinamika kompleksitas ilmu dan interaksi ilmu dengan masyarakat,
berguna dalam peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap ilmu dan akhirnya berkembang
menjadi suatu sistem pengelolaan dan kontrol sosial masyarakat terhadap ilmu.
Dalam komunikasi ilmu, perangkat komunikasi atau penyampai informasi yang
digunakan akan disesuaikan untuk menciptakan jaminan terjadinya pemahaman dan
penerimaan masyarakat awam terhadap ilmu. Sedangkan aspek ketiga adalah aspek
kreativitas, yang membantu perkembangan kecerdasan dan kapabilitas masyarakat sehingga
menghasilkan kemampuan dalam mengintegrasikan ilmu ke kehidupan sehari-hari.
Ilmu memainkan peran penting sebagai sebuah agen pembaharu di masyarakat.
Sebagai bangsa yang bergerak ke arah ekonomi berbasis pengetahuan, dibandingkan ekonomi
berbasis sumber daya alam sesuai dengan paradigma tekno-ekonomi, ilmu menjadi landasan
keberhasilan pembangunan ekonomi yang didukung oleh kapasitas dan kapabilitas sumber
daya manusia yang kompetitif.
Ilmu, dan teknologi memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang
tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa”
sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi
sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi
merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang
diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu
membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral
terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi,
terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian, penelitian yang menghasilkan ilmu
pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru.

C. Hubungan Antara Ilmu Dan Kebudayaan


Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana ilmu dan teknologi
termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu sendiri merupakan bagian dari budaya.
Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dan saling tergantung.
Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya
masyarakat tesebut, dan juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya
budaya masyarakat. Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung
dalam ilmu, yakni tentang etika, estetika dan logika.. Ilmu merupakan sumber nilai dan tata
hidup, baik bagi perkembangan kepribadian secara individual maupun pengembangan
masyarakat secara keseluruhan. Selain itu menurut Rene Dubos dalam bukunya Reasong
Awake : Science for man, ilmu turut membentuk profil budaya bukan saja lewat aspek-aspek
teknisnya, melainkan juga dengan jalan memberikan pandangan-pandangan baru yang
membuahkan sikap yang baru.
Contohnya adalah dalam masyarakat pedalaman, budaya yang berkembang adalah
budaya agraris. Adapun ilmu yang berkembang adalah ilmu pertanian. Ilmu pertanian ini
memberikan pandangan-pandangan baru terhadap budaya, misalnya ritual-ritual khusus
menjelang panen, mata pencaharian sebagai petani, alat-alat pertanian dan lain-lain. Pola
Hubungan Ilmu dan budaya dan Teknologi antara ilmu dan budaya keduanya memiliki
keterkaitan karena kedua-duanya saling mempengaruhi. Keduanya juga memiliki kaitan erat
dengan manusia, karena manusia inilah yang membentuk budaya, merumuskan ilmu dan
menciptakan teknologi, serta mengembangkan kedua-duanya, karena manusia mempunyai
akal dan bahasa.
Jadi, antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan. Hubungan antara ilmu,
dan budaya adalah saling mempengeruhi. Budaya mempenagruhi Ilmu dan budaya, ilmu
memepengaruhi budaya mempengaruhi ilmu dan budaya. Ilmu dan budaya semuanya
dikembangkan manusia. Ilmu dirumuskan manusia, budaya dibentuk manusia. Dan juga
keduanya memberikan sumbangan terhadap manusia.

D. Hubungan Teknologi Dan Kebudayaan


Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-
cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan
perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat,
dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari
pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem
peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
a. Alat-alat produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-alat menyalakan api
e. Makanan
f. Pakaian
g. Tempat berlindung dan perumahan
h. Alat-alat transportasi

Dengan semakin majunya perkembangan teknologi, maka hal tersebut akan


berdampak pada perubahan kebudayaan. Dampak tersebut diantaranya adalah:
 Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan
sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Seiring dengan kemajuan
teknologi, sebuah budaya dapat terpengaruh dan pada akhirnya terjadi perubahan budaya.
 Penetrasi Kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat
masuknya kebudayaan lain.

Oleh karena itu, keberadaan budaya harus kita junjung tinggi sebagai tanda
penghormatan kepada para leluhur kita dengan tetap melestarikannya, jangan hanya karena
kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat kita melupakan kebudayaan yang sudah
susah payah dijaga. Sebagai generasi muda marilah kita menjaga warisan leluhur yang salah
satunya adalah kebudayaan yang beragam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengertian:
 Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahamanmanusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
 Teknologi merupakan serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan
pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip
atau metode dan seni. Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi
manusia, seperti mesin, tetapi dapat juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem,
metode organisasi, dan teknik. Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐
contoh mencakup "teknologi konstruksi", "teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art
teknologi". Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu
pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia.
 Kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik
pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata
pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau pembangunan intelektual
diantara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni, kepercayaan institusi sosial,
seperti karakteristik masyarakat, suku, dan sebagainya; mengolah pertanian sampai pada
tingkat teknologi biologi bakteri. Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara
umum, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
2. Hubungan Antara Ilmu dan Teknologi
Ilmu, dan teknologi memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan
insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi
mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan
teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu
sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan,
sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu dan teknologi dalam
penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang
diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika
manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan),
maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga
dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih
dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama. Ilmu pengetahuan mendorong
teknologi, teknologi mendorong penelitian, penelitian yang menghasilkan ilmu pengetahuan
baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru.
3. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana ilmu dan teknologi
termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu sendiri merupakan bagian dari budaya.
Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dan saling tergantung.
Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya
masyarakat tesebut, dan juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya
budaya masyarakat. Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung
dalam ilmu, yakni tentang etika, estetika dan logika. Ilmu merupakan sumber nilai dan tata
hidup, baik bagi perkembangan kepribadian secara individual maupun pengembangan
masyarakat secara keseluruhan. Pola Hubungan Ilmu dan budaya dan Teknologi antara ilmu
dan budaya keduanya memiliki keterkaitan karena kedua-duanya saling mempengaruhi.
Keduanya juga memiliki kaitan erat dengan manusia, karena manusia inilah yang membentuk
budaya, merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta mengembangkan kedua-duanya,
karena manusia mempunyai akal dan bahasa. Jadi, antara ilmu dan budaya keduanya
memiliki keterkaitan. Hubungan antara ilmu, dan budaya adalah saling mempengeruhi.
Budaya mempenagruhi Ilmu dan budaya, ilmu memepengaruhi budaya mempengaruhi ilmu
dan budaya. Ilmu dan budaya semuanya dikembangkan manusia. Ilmu dirumuskan manusia,
budaya dibentuk manusia. Dan juga keduanya memberikan sumbangan terhadap manusia.
4. Hubungan Teknologi dan Kebudayaan
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara
atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat
kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan
unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api,
makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan, dan alat-alat transportasi. Dengan
semakin majunya perkembangan teknologi, maka hal tersebut akan berdampak pada
perubahan kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S. Suriasumantri
199 Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
9

Dedi Supriyadi, M.Ag


200 Sejarah Peradaban Islam. CV Pustaka Setia.
8

Melvile W. Feldman dan Rudolf H. Yeatman JR


196 The World University Encyclopedia. Washinngton DC
5

Jaih Mubarok
200 Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Bany Quraisy, Bandung. Cetakan
5 Kedua.

Wibisono Koento
199 Dampak Teknologi Terhadap Kebudayaan. Tiara Wacana, Yogyakarta.
2

Koentjaranigrat
199 Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.Gramedia Pustaka
4 Utama, Jakarta.

Wartaya W.Y.
198 Ilmu dan Teknologi sebagai Kerangka Budaya Modern.
7

Prof. Dr. C.A. Van Peursen


200 Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Pustaka Sutra, Bandung.
8

Ramli Abdul Wahid


199 Ulumul Qu'ran. Grafindo, Jakarta.
6

Dr. Amsal Baktiar, MA


200 Filsafat Ilmu. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
4

Dani Vardiansyah
200 Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Indeks, Jakarta.
8

Imam Sukardi
200 Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern. Tiga Serangkai.
3

Hamengku Buwono X (Sultan of Yogyakarta)


200 Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Gramedia Pustaka Utama.
7

Burhanuddin Abdullah
200 Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan
6 Sosial Ekonomi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

Isei
200 Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia Dalam Setengah
5 Abad Terakhir 4. Kanisius.

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat


200 Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
6 Berbeda Budaya. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi


196 Setangkai Bunga Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
4 Universitas Indonesia, Jakarta.

AS. Hornby
197 Oxford Advanced Learners’s Dictionary of Current English. Oxford
4 University Press, Great Britain.

Drs. H. Abu Ahmadi


Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta.

W. Feldman and Rudolf H. Yeatman JR


196 The World University Encyclopedia. Melvile, Washinngton DC.
5

196 The World Book Encuclopedia. Field Enterprises Educational Corporation,


4 Chicago.

200 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka, Jakarta.
1

Pembangunan Ekonomi Edisi 9, Jilid 1. Erlangga.


[1] Wibisono, Koento. “Dampak Teknologi Terhadap Kebudayaan” dalam Karim, Rusli, M. & Ridjal Fauzi (Ed.).
1992. Dinamika Ekonomi dan Iptek dalam Pembangunan. Yogyakarta : Tiara Wacana.
[2] Koentjaranigrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994).
[3] Wartaya, W.Y. “Ilmu dan Teknologi sebagai Kerangka Budaya Modern”. Basis. Agustus.
1987.hlm.306
[4] Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta : Balai Pustaka, 2001).
[5] Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief
Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, (Bandung : Pustaka Sutra, 2008), hlm 7-11.
[6] Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief
Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, (Bandung : Pustaka Sutra, 2008), hlm 7-11.
[7] Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, (Jakarta : Grafindo, 1996), hlm.7.
[8] Dr. Amsal Baktiar, MA, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004)
[9] Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Indeks, (Jakarta 2008), hlm 8.
[10] Imam Sukardi, Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern (Tiga Serangkai, 2003)
[11] Imam Sukardi, Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern (Tiga Serangkai, 2003)
[12] Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta : Balai Pustaka, 2001).
[13] Hamengku Buwono X (Sultan of Yogyakarta), Merajut Kembali Keindonesiaan Kita (Gramedia
Pustaka Utama, 2007).
[14] Hamengku Buwono X (Sultan of Yogyakarta), Merajut Kembali Keindonesiaan Kita (Gramedia
Pustaka Utama, 2007).
[15] Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan
Sosial Ekonomi Indonesia(Gramedia Pustaka Utama, 2006)
[16] Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan
Sosial Ekonomi Indonesia(Gramedia Pustaka Utama, 2006)
[17] Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan
Sosial Ekonomi Indonesia(Gramedia Pustaka Utama, 2006)
[18] Imam Sukardi, Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern, (Tiga Serangkai, 2003)
[19] Imam Sukardi, Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern, (Tiga Serangkai, 2003)
[20] Pembangunan Ekonomi, Edisi 9, Jilid 1", (Erlangga)
[21] Pembangunan Ekonomi, Edisi 9, Jilid 1", (Erlangga)
[22] Isei, Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir 4,
(Kanisius, 2005)
[23] Isei, Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir 4,
(Kanisius, 2005)
[24] Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi
dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006).hal.25
[25] Drs. H. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan (Rineka Cipta), hlm. 58.
[26] Drs. H. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan (Rineka Cipta), hlm. 58.
[27] Drs. H. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan (Rineka Cipta), hlm. 58.
[28] AS. Hornby. Oxford Advanced Learners’s Dictionary of Current English. Oxford University
Press, Great Britain, 1974, hlm. 210.
[29] The World University Encyclopedia. Washinngton DC: MelvileW. Feldman and Rudolf H.
Yeatman JR., 1965, v.3, hlm. 1403.
[30] The World Book Encuclopedia, Chicago: Field Enterprises Educational Corporation, 1964, v.4,
hlm. 494.
[31] The World Book Encuclopedia, Chicago: Field Enterprises Educational Corporation, 1964, v.4,
hlm. 494
[32] Jaih Mubarok. Dalam pandangan Jaih, definisi tersebut dianggap terbaik karena definisi tersebut
diuraikan secara eksplisit (tersurat) pada tahun 1871. Disamping secara ilmu mantiq, definisi tersebut
mencakup jami dan mani’. Bandung; Pustaka Bany Quraisy., 2005, hlm. 5-6.
[33] Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (penghimpun),Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, hlm. 113.
[34] Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (penghimpun),Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, hlm. 113.

Anda mungkin juga menyukai