Anda di halaman 1dari 9

Ilmu dan Moral

Oleh:
1.Ermallah Maharani Mujitabah P (190541100043)
2.Septyana Pamuji Parijatha (190541100044)
3.Jessy Arbinesia Habibah (190541100062)
4.Ratih Putri Happy Sujari (190541100074)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya


Prodi Psikologi
Jalan Raya Telang, Perumahan Telang Indah,Telang,Kamal,
Kabupaten Bangkalan,Jawa Timur 62191
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat dengan judul “Ilmu dan Moral”.

Bangkalan, 26 Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam kehidupan manusia.
Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan
lebih mudah. Perkembangan ilmu juga lebih pesat, seiring banyaknya tuntutan keperluan hidup
manusia. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai kehidupan yang sulit lainnya. Singkatnya, ilmu merupakan sarana
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti susila. Moral mengandung
arti praktis, ia merupakan ide-ide universal tentang tindakan seseorang yang baik dan wajar
dalam masyarakat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa moral adalah budipekerti,
sikap mental atau budiperangai yang tergambar dalam bentuk tingkah laku berbicara, berfikir
dan sebagainya yang merupakan ekspresi jiwa seseorang, yang akan melahirkan perbuatan baik –
menurut akal dan syariat – atau perbuatan buruk.
Ilmu dan moral adalah hal yang saling berhubungan. Terdapat beberapa pertanyaan yang
menggelitik, pertama, benarkah makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran,
makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia dengan penalaran tinggi
lalu makin berbudi atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Bertitik
pangkal pada masalah diatas penulis akan menjelaskan tentang sumber-sumber, etika, sikap, dan
kesadaran moral keilmuan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud ilmu dan moral?
b. Apa hubungan dari ilmu dan moral?
c. Apa saja ruang lingkup tanggung jawab sosial ilmuan?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari ilmu dan moral
b. Mengetahui hubungan dari ilmu dan moral
c. Mengehatui ruang lingkup tanggung jawab sosial ilmuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu dan Moral


1. Pengertian Ilmu
Kata ilmu dalam bahasa Arab “Ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan.
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal
dari bahasa latin scientiai dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui. The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian
aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh
pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seninya, dan
keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin
dimengerti manusia.
Menurut Bahm (dalam Koento Wibisono, 1997) definisi ilmu pengetahuan
melibatkan enam komponen yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode
(method), aktifitas (activity), kesimpulan (conclution), dan pengaruh (effects).
2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara
hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.
Adapun etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kata moral juga berasal dari bahasa Yunani sama dengan ethos yang melahirkan
etika. Sebagai cabang filsafat etika sangat menekankan pendekatan yang keritis dalam
melihat nilai (takaran, harga, kepandaian, kadar atau mutu, sifat-sifat yang penting
atau berguna) dan moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam kaitan dengan nilai dan moral itu.
Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang
berwenang seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, serta
tulisan para bijak. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat atau
pemikiran keritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah
sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di
tingkat yang sama.
Jadi, moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia
yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki manusia.
Moral itu sifat dasar yang diajarkan disekolah dan manusia harus mempunyai moral
jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah perbuatan atau tingkah laku
atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan
seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku dalam masyarakat tersebut dan
dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.
2.2 Hubungan Antara Ilmu dan Moral

Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu. Berkat ilmu maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan
secara lebih cepat dan lebih mudah disamping penciptaan berbagai KemudahanDalam
bidang- bidang seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman, pendidkan, dan komunkasi.

Perkembangan ilmu sejak pertumbuhannya diawali dan dikaitkan dengan sebuah


kebutuhan kondisi realitas saat in. Pada saat terjadi peperangan atau ada keinginan
manusia untuk memerangi oranglain, maka ilmu berkembang sehingapenemaun ilmu
bukan saja ditujukan untuk menguasai alam melainkan untuk tujuan perang, memerangi
semua manusia dan untuk menguasai mereka. Di pihak lain perkembangan dan kemajuan
ilmu sering melupakan kedudukan atau faktor manusia. Penemuan ilmusemestinya untuk
kepentingan manusia, jadi ilmu yang menyesuikan dengan kedudukan manusia, namun
keadaan justru sebaliknya yaitu manusialah yang akhirnya harus menyesuaikan diri
dengan ilmu.

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu yang bersifat
merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama
menginginkan bahwa ilmuharus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara
ontologis maupun aksiolois. Dalam hal ini tuugasilmuwan adalah menemukan
pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya. Golongan kedua
berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada
metafiskkeilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan obyek
peneitian, maka kegiatan keilmuwan harusberlandaskan asas-asas moral. Tahap tertinggi
dalam kebudayaaanmoral manusia, ujar Charles Darwin adalah kompilasi kita memahami
bahwa kita seyogyanya mengendalikan pikiran kita.

Dalam hal ini, berarti ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan harus
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem,
bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang dan
bersifat universal kanena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan
dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untum menghancurkan eksistensi manusia.

Ilmu yang diusahakan dengan aktivitas manusia harus dilaksanakan dengan


metode tertentu sehingga mendatangkan pengetahuayang sistematis. Manusia harus
mempunyai moral jika ingin dihormati sesamanya. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan
membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan untuk proses perkembangan ilmu
pengetahuan lebih lanjut.

Jadi jelaslah bahwa ilmu dan moral memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Seperti
yang telah diutarakan diatas bahwa ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika
seseorang memanfaatkannya tidak bermoral atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai
moral yang ada. Tetapi, sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia
jika dimanfaatkan secara benar dan tepat serta mengindahkan aspek moral. Dengan
demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seorang ilmuwan memiliki landasan moral
yang kuat. Tanpa landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral seorang imuwan
bisa menjadi "monster" yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana
kemanusiaan bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berilmu
itu jauh lebih jahat dan membahayakan dibandingkan dengan kejahatan orang yang tidak
berilmu.

2.3 Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Ilmuan


Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara
terbuka oleh masyarakat. Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan
penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Kreativitas individu yang didukung oleh sistem
komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu yang berjalan
secara efektif. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena dia
adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun
yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan
secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Suriasumantri Jujun S, 2000:237).

Di bidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan
informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan bagaimana caranya bersifat
obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian
yang dianggapnya benar, dan kalau perlu berani mengakui kesalahan. Pengetahuan yang
dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya keberanian. Demikian juga dalam
masyarakat yang sedang membangun maka dia harus bersikap sebagai seorang pendidik
dengan memberikan suri teladan (Suriasumantri Jujun S, 2000: 244).

Jadi bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara intelektual
maupun secara moral , maka salah satu penyangga masyarakat modern akan berdiri dengan
kukuh. Berdirinya pilar penyangga keilmuan itu merupakan tanggung jawab sosial seorang
ilmuwan.
Tanggung jawab juga menyangkut penerapan nilai-nilai etis setepat-tepatnya bagi ilmu
di dalam kegiatan praktis dan upaya penemuan sikap etis yang tepat, sesuai dengan ajaran
tentang manusia dalam perkembangan ilmu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulam

ilmu adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode
untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam
berbagai seninya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai
gejala yang ingin dimengerti manusia.

moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang
terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk

Tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan


untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial tersebut.
Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena dia adalah warga
masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang
lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan
secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

3.2 Saran

Sebagai pembelajar bukan hanya mentransper ilmu tapi juga mendidik pemelajar
agar memiliki moral dan tanggung jawab dalam bersikap maupun bertindak. Supaya
pembelajar dapat menjadi contoh bagi pemelajar dengan menunjukkan moral yang baik
sesuai ajaran agama dan ideologi, bertanggung jawab terhadap ilmu yang disampaikan
serta memberi manfaat bagi pemelajar maupun masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://amanahtp.wordpress.com/2011/10/10/aksiologi-ilmu-dan-moral-tanggung-jawab-
sosial-ilmuwan-revolusi-genetika/

2. https://www.slideshare.net/mobile/yuliamy2/makalah-ilmu-pengetahuan-dan-moralitas

Anda mungkin juga menyukai