Anda di halaman 1dari 8

ETIKA KEILMUAN

1. Pendahuluan

Ilmu Pengetahuan merupakan alat bagi manusia, yang diciptakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Dengan ilmu dapat diciptakan
suasana yang lebih baik dan dengan demikian melalui ilmulah manusia dapat lebih
mudah mencapai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Meskipun dalam
perkembangannya kemajuan ilmu pengetahuan tidak selalu mensejahterakan
manusia, tetapi banyak pula keburukan bahkan penderitaan yang dialami oleh
manusia sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sebagai sebuah disiplin ilmu dan keilmuan, didalamnya tekandung nilai-nilai


seperti etika, moral, norma, dan kesusilaan. Demikian pula pada aplikasinya,
seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari seakan dituntut untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, baik saat berpikir maupun bertindak.
Kendati tinggi ilmu seseorang, apabila tidak memiliki nilai-nilai yang sudah
menjadi semacam aturan dalam kehidupannya dan tidak memanfaatkan ilmu yang
dimilikinya untuk kebaikan dan kemaslahatan orang banyak orang tersebut tidak
akan dipandang tinggi.

Dalam filsafat juga memiliki konsep pemikiran baik dan buruk yang dikenal
dengan nama etika, yakni aturan untuk membedakan baik dan buruk. Suatu ilmu
dan etika adalah sumber pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan
menghentikan perilaku menyimpang di kalangan masyarakat. Untuk itu peranan
ilmu sangat dibutuhkan sebagai sumber moralitas dalam mengembangkan
kesejahteraan dan kemaslahatan manusia.

Berdasarkan penjelasan diatas ada beberapa yang akan dibahas dalam makalah
etika keilmuan ini adalah:

1. Pengertian etika dan moral


2. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan etika
3. Apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai
4. Persoalan etika ilmu pengetahuan
5. Sikap ilmiah dan tanggung jawab ilmuwan

1. ETIKA KEILMUAN

1. Pengertian Etika dan Moral

Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat, kebiasaan atau
susila. Dalam filsafat etika membicarakan tentang tingkah laku atau perbuatan
manusia dalam kaitan antara baik dan buruk. Baik dan buruk adalah suatu
penilaian atas apa yang bisa dilihat dan dirasakan seperti perbuatan dan tingkah
laku. Sedangkan untuk hal-hal yang menyangkut aspek motif atau watak, sulit
dinilai. Secara garis besar ada dua macam etika yaitu etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif hanya bersifat menggambarkan, melukiskan dan
menceritakan sesuatu seperti apa adanya tanpa memberikan penilaian atau
pedoman tentang bagaimana seharusnya bertindak. Sedangkan etika selain
memberikan penilaian baik dan buruk juga memberikan pedoman mana yang harus
diperbuat dan yang tidak.

Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti karakter,
kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis konsep-konsep
seperti harus, benar salah, mengandung pencarian watak ke dalam watak moralitas
atau tindakan-tindakan moral atau mengandung pencarian kehidupan yang baik
secara moral. Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang
moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moral.

Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti sesuatu yang menyangkut
prinsip benar salah, dan salah satu dari suatu perilaku yang menjadi standar
perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih lanjut moral mengandung empat
pengertian: i)baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas manusia, ii) tindakan yang
adil dan wajar, iii) kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan
kepastian untuk mengarahkan orang lain agar sesuai dengan kaidah tingkah laku
yang dinilai benar-salah iv) Sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain.

2. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika

Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang mengatakan bagaimana
seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral. Ilmu Pengetahuan dan etika
sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan
menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu
pengetahuan dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di
lingkungan masayarakat sekitar agar dapat menjadi ilmuwan yang memiliki
moral dan akhlak yang baik dan mulia.

Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu
maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dilakukan
itu salah atau benar, baik atau buruk. Dengan begitu dalam proses penilaiannya
ilmu pengetahuan sangat berguna dalam memberikan arah atau pedoman dan
tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan
umat manusia tanpa merendahkan martabat seseorang.
Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya yang kemudian dirupakan ke dalam aturan tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan
pada saat diperlukan dapat di fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan
tindakan tertentu terhadap segala macam tindakan yang secara umum dinilai
menyimpang dari kode etik yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Ilmu
sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan
universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya.

Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk menemukan
kebenaran. Sebab untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran diperlukan
keberanian. Sejarah kemanusiaan telah mencatat semangat para ilmuwan yang rela
mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan apa yang mereka anggap benar.
Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa
landasan moral maka ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual.
Penalaran secara rasional yang telah membawa manusia mencapai harkat
kemanusiaannya berganti dengan proses rasionalisasi yang mendustakan
kebenaran.

Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang
menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan manusia itu sendiri.
Karena dalam penerapannya ilmu pengetahuan juga mempunyai akibat positif dan
negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai atau norma untuk
mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak yang akan menjadi
pengendali bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk
meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

3. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai

Untuk membedakan apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai kita perlu
membedakan antara penyelenggaraan ilmu itu sendiri dan penerapan Ilmu, antara
mengusahakan ilmu dan menggunakan ilmu. Ilmu memang mewakili nilai tertentu,
ilmu bernilai karena menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya, yang
obyektif dan dikaji secara kritis. Bebas nilai adalah tuntutan bagi ilmu pengetahuan
agar ilmu pengetahuan dikembangkan dengan tidak memperhatikan niali-nilai lain
di luar ilmu, agar ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan
tidak didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan tunduk pada berbagai pertimbangan di luar ilmu pengetahuan seperti
politik, religius dan moral, ilmu tidak akan berkembang secara otonom, karena
ilmu menjadi tidak murni. Di sini ada bahaya kebenaran yang harus dikorbankan
demi nilai-nilai lain. Dengan demikian kita tidak akan pernah mencapai kebenaran
ilmiah dan rasional-obyektif.
Menurut Konrad Kebung (2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas dari nilai-nilai di
luar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan memberi pemahaman tentang
pelbagai masalah dalam hidup. Ada dua kecenderungan dasar dalam melihat
tujuan ilmu pengetahuan. Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu adalah
sesuatu yang mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan penjelasan tentang
sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa ingin tau manusia. Kepuasan
seorang ilmuwan adalah menemukan teori-teori besar yang dapat menjelaskan
pelbagai persoalan terlepas dari kegunaan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan
begitu ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang elit, mewah dan hanya untuk
segelintir orang saja. Kedua, Kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak
hanya untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan tetapi juga untuk
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan, karena berguna ilmu menjadi
menarik, membuat hidup menjadi lebih baik dan menyenangkan.

Josep Situmorang (1996) seperti dikutip oleh Mohammad Adib, MA, menyatakan
bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan
pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai,
yaitu: 1) Ilmu harus bebas dari pengeruh eksternal seperti faktor politis, idiologis,
agama, budaya dan unsur kemasyarakatan lainnya, 2)Perlunya kebebasan ilmiah
yang mendorong terjadinya otonomi ilmu pengetahuan. Kebebasan itu menyangkut
kemungkinan untuk menentukan diri sendiri, 3) Penelitian ilmiah tidak luput dari
pertimbangan etis (yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu), karena nilai
etis itu sendiri bersifat universal.

Seorang sosiolog, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, tetapi ia
juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber
tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktifitasnya seperti mengajar
atau menulis mengenai bidang sosial itu, mereka tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan ke dalam bagian praktis
ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan rasional. Tanpa keinginan melayani
kepentingan orang, budaya, maka ilmu sosial tidak beralasan untuk diajarkan. Jadi
meskipun obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, tetapi dalam
pengembangan atau penerapannya ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut
menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.

4. Persoalan Etika Ilmu Pengetahuan

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu memerlukan pertimbangan-


pertimbangan dari dimensi etis dan hal ini tentu sangat berpengaruh pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan. Tanggung jawab
etis ini menyangkut kegiatan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri. Sehingga seorang ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus selalu memperhatikan kodrat dan martabat manusia, ekosistem
dan bertanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang dan
kepentingan umum, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu
bertujuan untuk pelayanan eksistensi manusia dan bukan sebaliknya untuk
menghancurkan eksistensi manusia itu sendiri.

Tanggung jawab ini juga termasuk berbagai hal yang menjadi sebab dan akibat
ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Jadi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat atau
meningkatkan keberadaan manusia tergantung pada manusia itu sendiri, karena
ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan
manusia. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan
kedewasaan manusia dalam arti yang sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk
menentukan mana yang layak atau tidak layak, mana yang baik dan mana yang
buruk.

Beberapa problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti
dicontohkan oleh Amsal Bakhtiar (2010) pada perkembangan ilmu bioteknologi,
perkembangan yang dicapai sangat maju seperti rekayasa genetika yang
menghkhawatirkan banyak kalangan. Tidak saja para agamawan dan pemerhati
hak-hak asasi manusia tetapi para ahli bioteknologipun juga semakin khawatir
karena jika akibatnya tidak bisa dikendalikan maka akan terjadi bencana besar
bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh adalah rekayasa genetika yang dahulunya
bertujuan untuk mengobati penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang rekayasa
tidak hanya bertujuan untuk pengobatan tetapi untuk menciptakan manusia-
manusia baru yang sama sekali berbeda baik secara fisik maupun sifat-sifatnya.
Dengan rekayasa tersebut manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun
teori ini belum tentu terwujud dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan
persoalan dan kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan, apalagi jika
jatuh pada penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat membahayakan
karena bisa menghancurkan eksistensi manusia. Maka disinilah diperlukan
kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan mana yang baik dan buruk
bagi kehidupannya.[1]

Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan


agar manusia dapat sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat
dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan
diri manusia, tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan kreatifitas manusia
untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia baik dalam hubungan
sebagai pribadi dengan lingkungannya, maupun sebagai makhluk yang
bertanggung jawab terhadap Allah Swt.

5. Sikap llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan


Ilmu adalah suatu cara berpikir tertentu mengenai suatu obyek dengan pendekatan
yang khas sehingga menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan ilmiah, dalam
arti bahwa sisten dan struktur ilmu itu dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang bersifat kritis, rasional dan
logis, obyektif dan terbuka. Namun yang juga penting adalah apakah
pengembangan pengetahuan ilmiah itu membawa dampak positif`dan baik bagi
manusia atau sebaliknya justru membawa keburukan. Oleh karena itu penting
sekali sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Dan di sini letak
moralitas dari seorang ilmuwandalam penembangan ilmu, baik itu menyangkut
tanggungjawabnya terhadap tata alamiah, terhadap manusia maupun terhadap
Allah Swt. Sikap ilmiah yang sesuai bagi seorang ilmuwan antara lain: i) tidak
adanya rasa pamrih yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan
ilmiah yang obyektih; ii) Bersikap selektif yang menyangkut cara mengambil
kesimpulan yang beragam, macam-macam metodologi dan lain-lain; iii) selalu
tidak merasa puas dengan hasil penelitiannya sehingga selalu ada dorongan untuk
melakukan riset dalam hidupnya dan iv) Memiliki sikap etis untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan demi kebahagiaan manusia dan untuk
pembangunan bangsa dan negara.

Ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang diterapkan pada masyarakat. Ilmu


pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan
penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia.
Disinilah pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu diperhatikan dengan
sebaik-baiknya.

Proses transformasi ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tidak


terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-
kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada
persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Fungsi ilmuwan tidak berhenti
pada penelaah dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggungjawab
agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara
terbuka oleh masyarakat. Sekiranya hasil karya itu memenuhi syarat-syarat
keilmuan maka dia diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan
digunakan oleh masyarakat tersebut. Dengan perkataan lain, penciptaan ilmu
bersifat individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial.
Peranan individu inilah yang bersifat dominan dalam kemajuan ilmu yang dapat
mengubah wajah peradaban. Kreatifitas individu yang didukung oleh sistem
komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu
berjalan secara efektif. Maka jelaslah bahwa seorang ilmuwan memiliki tanggung
jawab sosial yang tinggi. Bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang
kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat, namun yang lebih penting
adalah adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
bermasyarakat.
Implikasi penting dari tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah bahwa setiap
pencarian dan penemuan kebenaran secara ilmiah harus disertai dengan landasan
etis yang utuh.. Proses pencarian dan penemuan kebenaran ilmiah yang dilandasi
etika, merupakan kategori moral yang menjadi dasar sikap etis seorang ilmuwan.
Ilmuwan bukan saja berfungsi sebagai penganalisis materi tersebut, tetapi juga
harus memiliki moral yang baik.

Kaum ilmuwan tidak boleh menganggap ilmu dan teknologi adalah segala-galanya,
masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia
dengan baik. Demikian juga masih terdapat kebenaran-kebenaran lain disamping
kebenaran keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Jika kaum
ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya baik secara moral maupun
intelektual maka salah satu penyangga masyarakat modern ini, yaitu ilmu
pengetahuan akan berdiri secara kokoh.

Di bidang etika tanggung jawab ilmuwan bukan lagi hanya memberikan informasi
namun juga memberikan contoh bagaimana bersifat obyektif, terbuka, menerima
kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh pada pendirian yang dianggap
benar dan berani mengakui kesalahan. Tugas seorang ilmuwan harus menjelaskan
hasil penelitiannya sejernih mungkin berdasarkan rasionalitas dan metodologis
yang tepat. Secara moral seorang ilmuwan tidak akan membiarkan hasil
penelitiannya digunakan untuk tujuan yang melanggar asas-asas kemanusian.

Pengetahuan merupakan sarana yang dapat digunakan untuk kemaslahatan


manusia dan dapat pula disalahgunakan. Sehingga tanggung jawab ilmuwan
sangatlah besar, tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral. Jika
ilmuwan telah dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya, maka ilmu penetahuan
itu akan berkembang dengan pesat, ilmu pengetahuan itu akan dapat memberikan
manfaat besar bagi kehidupan manusia, dan ilmu pengetahuan itu tidak akan
menimbulkan kerusakan dan konflik di masyarakat.

1. PENUTUP

Sebagai suatu obyek etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh oleh
individu maupun masyarakat untuk menilai suatu tindakan yang akan dikerjakan.
Dimana etika memberikan penilaian. batasan dan arahan yang mengatur manusia
dalam kelompok sosial lainnya. Dalam proses penilaiannya etika memberikan
arahan agar ilmu pengetahuan berguna dalam memberikan arah atau
pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus ditujukan
untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan martabat seseorang.
Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan menurut pendapat beberapa tokoh
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bersifat bebas nilai artinya tuntutan terhadap
setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan tidak terpengaruh oleh faktor eksternal seperti faktor politis,
idiologis, agama dan budaya. Tetapi dalam penerapannya ilmu pengetahuan harus
mempertimbangkan segi kemaslahatannya bagi umat manusia.

Persoalan yang mendasar dalam etika keilmuan adalah bahwa penerapan ilmu
pengetahuan selalu memerlukan pertimbangan dari segi etis yang berpengaruh
pada pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Sehingga dalam
pengembangannya para ilmuwan harus memperhatikan dan menjaga martabat
manusia dan kelestarian lingkungan. juga diperlukan, kedewasaan yang
sesungguhnya dari manusia untuk menentukan mana yang baik dan buruk bagi
kehidupannya.

Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan seorang ilmuwan harus menghasilkan


pengetahuan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara terbuka, kritis
rasional, logis dan obyektif. Dan dalam pengembangannya diperlukan moralitas
dan tanggung jawab yang tinggi dari ilmuwan sehingga berdampak positif bagi
kehidupan manusia. Tanggung jawab ilmuwan meliputi tanggung jawab terhadap
tata ilmiah, manusia dan kepada Allah Swt

Anda mungkin juga menyukai