Disusun oleh :
Rofiqul Umam 17711251004
1
A. PENDAHULUAN
Pada dasar kehidupan manusia, setiap individu telah dikaruniai akal dan pikiran
yang sempurna untuk menyerap dan menerima ilmu. Kamus Besar Bahasa Indonesia
menjelaskan Ilmu bermakna pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
sistematis menurut metode ilmiah yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan
maka kita akan bicara tentang suatu penalaran. Kemampuan penalaran manusia itu
yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang
Sebagai makhluk sosial akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana
setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Salah satu
bentuk usaha untuk menelaah pengaruh yang diterima ialah melalui pendidikan.
pun terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut juga terjadi pada
sesuai perannya dan kondisi sosio-pisokologis masyarakat Indonesia saat itu, menurut
2
“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang beralaskan garis
hidup dari bangsanya (cultureel national) dan ditunjukkan untuk
kepereluan peri kehidupan (maatschappelijk) yang dapat
mengangkat derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja
bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap
manusia seluruh dunia.
dengan mutu yang memadai sebagai pendukung dalam pembangunan yang mana
ditujukan pada pemeliharaan jiwa. Jiwa merupakan suatu hal yang membedakan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Didalam jiwa inilah kita memiliki
Namun demikian, masih perlu dipertanyakan lebih jauh lagi apa sesungguhnya isi dan
mengacu pada pendapat Koento Wibisono (2010: 21) tetap menarik untuk disimak,
meskipun bersifat klasik, tetapi mendasar dan tetap aktual. Klasik karena sudut
pandang filosofis terhadap suatu hal sejak dulu telah ada dan selalu mengawali
pembahasan setiap objek kajian. Pada dasarnya, karena pertanyaan filosofis selalu
3
ingin mengetahui hakekat terdalam dari sebuah obyek pembicaraan yakni mengenai
nilai dari obyek pembahasan (aksiologi). Aktual, karena pembahasan filosofis tetap
Dalam makalah ini, penulis mencoba mendeskripsikan salah satu kajian utama
memiliki akal dan budi pekerti. Hal yang paling penting untuk membedakan manusia
dengan makhluk lain yaitu manusia memiliki akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan
meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya
membedakan mana yang baik dan benar. Pendidikan karakter sangat dibutuhkan
untuk membentuk kepribadian manusia agar memiliki ciri khas dalam kehidupannya.
makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu pendidikan
karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik dan salah, mampu merasakan
nilai yang baik dan biasa melakukannya. Jadi pendidikan karakter terkait erat
kaitannya dengan kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan atau dilakukan. Jadi
karakter itu terbentuk karena telah ditanamkan dalam diri manusia itu atau telah
4
diberitahukan tentang hal-hal yang baik dan dilakukan secara terus menerus sehingga
yang semakin canggih, sangat penting implementasi karakteristik yang baik untuk
yang dapat merugikan orang lain menyatakan kurangnya karakteristik yang baik
berpengaruh atau tidaknya terhadap pengaruh lingkungan yang ada juga tergantung
menghadapinya dengan bijak maka tak banyak peluang orang tersebut untuk
terjerumus ke hal-hal negatif yang dapat memberikan dampak buruk untuk orang-
orang disekitanya. Maka dari itu, pentingnya pendidikan karakter yang harus
diemban oleh setiap orang guna dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik
titik tolak kemajuan filsafat, untuk membina filsafat yang kukuh tentang semesta
5
bagaimanapun bentuknya. Salah satu perdebatan besar itu adalah diskusi yang
pemikiran dan kinsep-konsep (nations) yang muncul sejak dini ? dan apa sumber
yang memberikan kepada manusia arus pemikiran dan pengetahuan ini ? Sebelum
pengetahuan (persepsi) itu terbagi, secara garis besar, menjadi dua. Pertama, konsepsi
penangkapan kita terhadap pengertian panas, cahaya atau suara. Tashdiq dapat
dicontohkan dengan penilaian bahwa panas adalah energi yang datang dari matahari
dan bahwa matahari lebih bercahaya daripada bulan dan bahwa atom itu dapat
meledak. Jadi antar konsepsi dan tashdiq sangat erat kaitannya, karena konsepsi
merupakan penangkapan suatu objek tanpa menilai objek itu, sedangkan tashdiq,
mengamati sesuatu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya kontak manusia
6
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri yang spesifik mengenai apa, bagaimana dan
untuk apa, yang tersusun secara rapi dalam ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Epistemologi itu sendiri selalu dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya
yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya. Objek telaah
dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal. Jadi yang
menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang
prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa
yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral. Dalam
memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup dengan berpikir
secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja karena keduanya
sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Banyak pendapat para pakar tentang
7
metode ilmu pengetahuan, namun penulis hanya memaparkan beberapa metode
keilmuan yang tidak jauh beda dengan proses yang ditempuh dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti untuk
mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Epistemologi dari
metode keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila mengarahkan perhatian kita
kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir yang diatur
dalam suatu urutan tertentu Kerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan dapat
d. Perumusan hipotesis
masing terdapat unsur-unsur empiris dan rasional. Menurut AM. Saefuddin (dalam
Bahrum, 2013: 39) bahwa untuk menjadikan pengetahuan sebagai ilmu (teori) maka
hendaklah melalui metode ilmiah yang terdiri atas dua pendekatan: Pendekatan
deduktif dan Pendekatan induktif. Kedua pendekatan ini tidak dapat dipisahkan
dengan menggunakan salah satunya saja, Sebab, deduksi tanpa diperkuat induksi
dapat dimisalkan sport otak tanpa mutu kebenaran, sebaliknya induksi tanpa deduksi
menghasilkan buah pikiran yang mandul. Proses metode keilmuan pada akhirnya
8
berhenti sejenak ketika sampai pada titik “pengujian kebenaran” untuk
mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu. Ada tiga ukuran kebenaran yang
ilmu pengetahuan.
moral luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan yang
a. Jujur perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik
b. Bertanggung jawab sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
9
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
c. Bergaya hidup sehat segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik
dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang
d. Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
g. Berjiwa wirausaha sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat
operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif berfikir dan melakukan sesuatu secara
nyata atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari
i. Mandiri sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
10
j. Ingin tahu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain tahu dan mengerti serta
melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta
b. Patuh pada aturan-aturan sosial sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain sikap dan tindakan yang mendorong
d. Santun sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa ataupun tata
e. Demokratis cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
a. Cinta lingkungan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, serta selalu ingin memberi
11
5. Nilai kebangsaan cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan
macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku dan agama.
karakter.
karakter, yakni semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu:
hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang
karakter haruslah bersifat empiris sebab bukti-bukti yang harus ditemukan adalah
bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini akan digunakan untuk menguji bukti
12
Objek-objek yang dapat diteliti dalam pendidikan karakter banyak sekali, yaitu
nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan (religius), nilai karakter dalam
hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama,
nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, nilai kebangsaan cara berpikir,
Pengalaman manusia sudah ada sejak zaman lama, yang dapat dicatat dengan
baik adalah sejak 600an SM. Sejak zaman dahulu sebenarnya pendidikan karakter
telah diterapkan oleh leluhur kita. Tingkatan pertama untuk menerapkan pendidikan
karakter adalah keluarga. Dari semua sisi kehidupan pendidikan karakter sangat
oleh paham humanisme. Humanisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa
manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah muncul pada zaman
yunani kuno sejak zaman dahulu manusia mengingikan adanya aturan untuk
mengatur manusia. Tujuannya ialah agar manusia hidup teratur. Hidup teratur itu
kehidupan yang teratur itu diperlukan aturan agar manusia memiliki karakter sebagai
yang dapat membuat aturan itu? Karakter seperti apa yang dimiliki manusia itu? .
humanisme mengatakan manusia dapat mengatur dirinya sendiri. Jadi manusia itulah
yang mampu membuat aturan untuk mengatur manusia sehingga menjadi manusia
13
yang berkarakter. Bagaimana membuatnya dan apa alatnya? Bila aturan itu dibuat
berdasarkan agama atau mitos, maka akan sulit sekali menghasilkan aturan yang
disepakati. Pertama, mitos itu tidak mencukupi untuk dijadikan sumber membuat
aturan untuk mengatur manusia dan yang kedua adalah mitos itu amat tidak
mencukupi untuk dijadikan sumber membuat aturan untuk mengatur alam. Kalau
begitu, apa sumber aturan itu? Kalau dibuat berdasarkan agama? Kesulitannya ialah
agama mana? Masing-masing agama menyatakan dirinya benar, yang lain salah. Jadi,
seandainya aturan itu dibuat berdasarkan agama maka akan banyak orang yang
menolaknya. Padahal aturan itu seharusnya disepakati oleh semua orang. Begitulah
kira-kira mereka berpikir. Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan
bersumber pada sesuatu yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal. Mengapa akal?
Pertama, karena akal dianggap mampu, yang kedua, karena akal pada setiap orang
bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada
akalsetiap manusia. Akal itulah alat dan sumber yang paling dapat disepakati.
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berpikir logis. Diukur dengan akal
artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar. Bila tidak, salah.
jadi, dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga
berarti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal. Apa yang diperoleh dari kenyataan
itu? Yang diperoleh ialah berpikir logis tidak menjamin diperolehnya kebenaran yang
14
disepakati. Padahal, aturan itu seharusnya disepakati. Kalau begitu diperlukan
Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang
logis dan ada bukti empirisme. Menurut empirisme yang benar adalah ada perubahan,
yang sebelum belum baik menjadi baik, yang sebelumnya kurang sopan menjadi
yang bersifat umum. Konsep itu masih belum operasional, karena belum terukur. Jadi
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris
yang terukur. Terukur inilah sumbangan dari positivisme. Jadi, karakter dalam
kita lihat pada kenyataannya, aturan untuk mengatur manusia yang kita miliki
sekarang bersifat pasti dan rinci, jadi operasional. Bahkan ketika kita bertamu lalu
mengetuk pintu dan mengucapkan salam masuk dalam kerangka ukuran kesopanan.
Dalam ukuran ini maka kontek kesopanan dapat dioperasikan. Kehidupan kita
sekarang penuh dengan ukuran. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai
logikanya, mengajukan empirisnya yang terukur. Kita masih memerlukan alat lain,
15
yakni Metode Ilmiah. Sayangnya metode ilmiah sebenarnya tidak mengajukan
sesuatu yang baru, metode ilmiah hanya mengulangi ajaran Positivisme, tetapi lebih
operasional.
mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis berdasarkan logika tadi,
Dengan rumus metode ilmiah inilah kita membuat aturan itu. Metode ilmiah
secara teknis dan rinci menjelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut metode
inilah yang menjadi instansi terakhir dan memang operasional dalam membuat aturan
Hasil-hasil penelitian yang kita warisi berupa tumpukan dari hasil peneltian tentang
pendidikan karakter. inilah sebagian dari isi kebudayaan manusia. Urutan dalam
proses terwujudnya aturan seperti yang telah diuraikan adalah sebagai berikut;
Humanisme
Rasionalisme
Empirisme
Positivisme
Metode ilmiah
Metode riset
16
Model-model penelitian
pun terus berkembang dari waktu ke waktu. Pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting demi terwujudnya individu dengan mutu yang berkualitas sebagai
baik dalam hal negatif dan positif, bagaimana cara mengola pengetahuan yang
dan menerapkan hal positif maka penilaian terhadap individu tersebut akan positif,
dan sebaliknya ketika individu mendapatkan lalu menerapkan hal yang negative,
maka penilaian terhadap individu tersebut bersifat negatif. Dengan adanya sifat
E. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan hal mutlak yang sudah ada untuk dijadikan acuan dalam
sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
cara membiasakan nilai moral luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka
sendiri memiliki fungsi untuk mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang
17
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat
F. DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, Umiarso dan Sri Minarti. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam Historisitas
Howell Company.
Koento Wibisono. 2010. Pancasila dalam preseptif filsafat untuk pendidikan tinggi.
18