Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FILSAFAT ILMU

MAKALAH
FILSAFAT ILMU DAN PENINGKATAN BUDAYA

Disusun oleh :

M. Dody Menggala
Fauziah Asri Latifah
Junaidi Abdillah
Nur Hidayat

Dosen :
Prof. Dr. Suyahmo, M.Si

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PRODI S2 MANAJEMEN PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH
SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai sepak terjang manusia yang beraneka ragam merupakan buah bukti atas kolaborasi
kebutuhan yang dimiliki manusia itu sendiri sehingga memotivasi untuk memenuhi segala
kebutuhan mereka tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu, kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Berbagai kebutuhan
dasar yang meliputi kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan
potensi inilah yang menjadikan suatu ciri khas tersendiri bagi manusia, jika dibandingkan
dengan binatang yang tidak memiliki kebutuhan sedetail itu. Akan tetapi, kebutuhan binatang
lebih terpusat pada kebutuhan fisiologi dan rasa aman serta pemenuhan kebutuhan secara
instinktif. Sebaliknya, jika binatang tidak memiliki kebutuhan sekonkret manusia, namun
binatang memiliki satu kebutuhan yang tidak manusia miliki, yakni kebutuhan secara
instinktif tersebut. Hal inilah yang mendorong manusia untuk berbelok pada konsep
kebudayaan yang lebih mengajarkan tentang bagaimana cara hidup, guna membangun
dinding sekat antara manusia dan binatang.
Kelemahan manusia dengan ketidakmampuan untuk bertindak instinktif ini telah diimbangi
dengan suatu kemampuan lain berupa kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan
menguasai objek-objek yang bersifat fisik, hal ini tentunya tidak dimiliki oleh binatang
apapun. Selain itu, kemampuan lain yang berbentuk budi juga memberikan corak berbeda
pada manusia yang mana didalamnya terkandung berbagai hal mengenai dorongan-dorongan
hidup yang dasar, insting, perasaan, berfikir, kemauan dan fantasi. Budi inilah yang
menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitar
melalui pemberian penilaian terhadap objek dan kejadian, dan penilaian inilah yang menjadi
tujuan dan isi serta inti dari kebudayaan tersebut
Kebudayaan dalam hal ini diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya dalam bentuk
penilaian kebudayaan dan tata hidup yang mencerminkan nilai kebudayaan yang
dikandungnya serta dapat berbentuk sarana kebudayaan yang merupakan perwujudan bersifat
fisik sebagai produk dari kebudayaan atau alat yang memudahkan kehidupan manusia.
Keseluruhan fase kebudayaan diatas sangatlah erat hubungannya dengan pendidikan sebab
secara tidak langsung proses kebudayaan ini didapat oleh manusia melalui pintu gerbang
pendidikan. Adat kebudayaan diwariskan pada generasi selanjutnya pasti melewati proses
belajar, dengan demikian kebudayaan selalu diteruskan dari waktu ke waktu.
BAB II PERMASALAHAN

2.1 Identifikasi Masalah

Ilmu dapat dipelajari darimana saja, ilmu juga mempunyai sifat objek dalam inderawi dan
juga kasat mata. Ilmu berasal dari pemikiran-pemikiran yang ada pada setiap manusia.
Kadangkala ada pertanyaan dari pemikiran manusia, apa ilmu dan kebudayaan?, apakah
benar penciptaan ilmu dapat juga berasal dari kebudayaan?, mengapa kebudayaan sering
berubah seiringnya berkembangnya ilmu yang telah ada?. Apa hubungan antar ilmu dengan
kebudayaan? Itulah yang menjadikan sebuah ilmu baru muncul karena dari kegelisahan dan
pemikiran perbedaan manusia.

2.2 Pembatasan Masalah

Makalah ini dibatasi hanya untuk membahas hubungan antara filsafat ilmu dan peningkatan
kebudayaan.
2.3 Rumusan Masalah
Oleh karena itu muncul masalah yang perlu dibahas yakni bagaimana sebenarnya
hubungan filsafat ilmu dengan peningkatan kebudayaan? Untuk menjawab persoalan
tersebut maka pembahasan diawali dengan pengertian dan ciri-ciri dari ilmu, pengertian
filsafat, pengertian dan unsur-unsur ke-budayaan, dan pengaruh timbal balik antara ilmu dan
kebudayaan.
BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Filsafat


Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat
hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Filsafatlah yang menjadi motor penggerak
kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam
bentuk suatu masyarakat atau bangsa

3.2 Pengertian Ilmu

Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala
tertentu di bidang pengetahuan tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi
dan sebagainya.

Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang duniawi, akhirat, lahir, bathin,
dan sebagainya, sebagai ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir dan sebagainya.
(Depdikbud 1998: http://www.slideshare.net/herdisaksul/apa-itu-ilmu)

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu).

Jadi ilmu adalah usaha sadar manusia untuk mengungkap atau mengembangkan suatu
kejanggalan yang didapatkan dari pemikiran ilmu sebelumnya, dimana ilmu disini
dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman dengan metode-metode yang didapatkan
dalam memajukan peradaban zaman yang telah berubah. Ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan di dapatkan pemikiran-pemikiran manusia yang berbeda dengan metode dan
cara berbeda juga dan kegelisahan akan suatu gejala alam dan kebudayaan yang ada sesuai
perkembangan zaman.
3.3 Pengertian dan unsur unsur kebudayaan

Definisi kebudayaan selalu mengalami perkembangan seiring bergulirnya waktu, namun


definisi-definisi yang timbul tersebut secara keseluruhan dapat diambil garis merah bahwa
tidak memiliki perbedaan signifikan yang bersifat prinsip jika harus berpatokkan pada
definisi pertama yang berhasil dicetuskan oleh E. B. Taylor (1871), yakni sebagai suatu
keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat serta
kemampuan dan kebiasaan lainnyayang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kata kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang
bersangku-tan dengan akal.Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu
perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka
membedakan budaya dari kebudayaan. Demikian budaya adalah daya dari budi yang berupa
cipta, karsa dan rasa itu. (Kontjoroningrat, 1986)
Definisi kebudayaan dari para ahli sangat beragam, sehingga pemilihan definisi kebudayaan
yang tepat sangat sukar. Berikut ini beberapa pengertian kebu-dayaan dari para ahli baik dari
budayawan Indonesia atau pun dari bangsa diluar Indonesia.

a. Ki Hajar Dewantoro.

Kebudayaan berarti buahbudi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesu-karan di dalam
hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.

b. Sutan Takdir Alisyahbana

Sutan Takdir Alisyahbana menga-takan bahwa kebudaya-an adalah manifestasi dari cara
berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebaba semua laku dan
perbuatan tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir
termasuk didalamnya persaan karena perasaan juga merupa-kan maksud dari pikiran.

c. Koentjoroningrat.

Koentjoroningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,


tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar.
d. A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn.

A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya Culture, a critical review of concepts and
definisitions mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja
jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.

e. Malinowski

Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai


sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang
khas. Misalnya guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselematannya maka timbul
kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu,
seperti lembaga kemasyarakatan .( Supartono Widyosiswoyo, 1996)

Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan
yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya unsur tersebut,
kebuda-yaan di sini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-
unsur yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu dikenal adanya unsur-unsur yang universal
yang melahirkan kebudayaan universal. Menurut C. Kluckhohn ada tujuh unsur dalam
kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan
peralatan, bahasa, serta kesenian. (Supartono Widyosis-woyo,1996)

3.4 Pengaruh timbal balik antara ilmu dan kebudayaan


Ilmu adalah bagian dari pengetahuan.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara terten-
tu, ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem, mem-punyai obyek formal dan
obyek material. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang
merupakan bagian dari pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur
kebudayaan. (Endang Daruni Asdi, 1991)
Kecuali ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan
penga-ruh timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkem-bangan kebudayaan,
sedangkan perkembangan ilmu dapat mem-berikan pengaruh pada kebuda-yaan. Keadaan
sosial dan kebuda-yaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa
kebudayaan, ilmu dapat berkem-bang dengan subur. Disini ilmu mempunyai peran ganda
yakni:
1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengemba-ngan kebudayaan.
2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa. (Materi
Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, hal. 141)
Sistim pengetahuan adalah termasuk salah satu unsur kebudayaan. Disamping itu ada
hubungan pengaruh timbal balik antara ilmu dan kebudayaan. Perkembangan ilmu
tergantung pada perkembangan kebudayaan, disamping itu perkembangan ilmu dapat
memberikan pengaruh pada kebudayaan. Ilmu dapat merupakan sumber nilai yang
mendukung pengembangan kebudayaan. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi
pembentukan watak bangsa.
Ilmu yang menjadi alat bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri dan merubah
lingkungan, memiliki kaitan erat dengan kebudayaan. Talcot Parsons (Suriasumantri,
1990:272) menyatakan bahwa “Ilmu dan kebudayaan saling mendukung satu sama lain:
dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula
sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa di dukung
perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan”. Ilmu dan kebudayaan berada dalam
posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan
ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaan. Sedangkan di pihak lain,
pengembangan ilmu akan mempengrauhi jalannya kebudayaan.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan.
Ilmu dan kebudayaan saling memiliki ketergantungan. Kebudayaan yang merupakan
seperangkat nilai yang berlaku dalam masyarakat harus di dasari oleh ilmu, agar kebudayaan
tersebut dapat selalu berkembang sesuai dengan jalurnya. Sementara ilmu tidak dapat
berkembang jika tidak di iringi oleh kebudayaan, dalam hal ini adalah kebudayaan ilmiah.
Agar kebudayaan tersebut senantiasa berdiri diatas ilmu dan nilai-nilai normative yang
bermuara pada nilai-nilai ilahiyah maka dibutuhkan pendidikan untuk melestarikan
kebudayaan tersebut agar tetap berada pada jalurnya
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling mempengaruhi satu sama
lain. Satu sisi pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi
kebudayaannya. Sedangkan di sisi lainnya, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya
kebudayaan. Dalam rangka peningkatan kebudayaan, ilmu memiliki peranan ganda. Pertama,
ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya peningkatan kebudayaan.
Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Pengkajian peningkatan kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu
dan pengembangan dari filsafat ilmu. Untuk itu dalam pengkajiannya berfokus pada usaha
untuk meningkatkan peranan filsafat ilmu sebagai sumber nilai yang mendukung peningkatan
Kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad H. 2010. \'Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan\'. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 Bakhtiar, Amsal. 2004. \'Filsafat Ilmu\'. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 Fathoni, Abdurrahmat. 2006. \'Antropologi Sosial Budaya\'. Jakarta: Asdi Mahasatya

Ihsan, Fuad HA. 2010. \'Filsafat Ilmu\'. Jakarta: Rineka Cipta.


Purwoko, Bambang.  2010. \'Relasi Ilmu dan Penerapannya\'. Ilmu dan kebudayaan.pdf.
Internet: FISIPOL UGM.
Daruni, Endang A. 1991. ‘Hubu-ngan Ilmu dan Kebudayaan’, dalam Majalah Jurnal
Filsafat, Fak. Filsafat UGM Yogyakarta, November Seri 8.

Anda mungkin juga menyukai