Anda di halaman 1dari 11

A.

LATAR BELAKANG

Betapa pentingnya kebudayaan dalam suatu daerah terhadap pendidikan di suatu negara.
Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan merupakan identitas yang dimiliki suatu daerah
atas keunikan yang khas dengan berbagai macam warna.
Kebudayaan merupakan aset yang dimiliki suatu negara dari berbagai macam suku dan adat
istiadat seperti yang dimiliki negara Indonesia. Begitu banyaknya kebudayaan yang dimiliki
sehingga kita sebagai warga negara yang baik harus menjaga dan merawatnya supaya
kebudayaan itu tidak diambil oleh negara lain. Untuk menjaga dan merawat kebudayaan
tersebut banyak hal yang dapat kita lakukan seperti belajar kesenian, mengenal adat istiadat
suatu daerah, memperkenalkan kebudayaan ke daerah lain dan kepada generasi masa depan.
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan miik diri manusia dengan belajar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana teori-teori kebudayaan?


2. Bagaimana pendidikan kebudayaan di Indonesia?
3. Bagaimana implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia?
4. Apa saja ciri-ciri kebudayaan?

C. TUJUAN MASALAH

1. Menjelaskan teori-teori kebudayaan.


2. Menjelaskan pendidikan kebudayaan di Indonesia.
3.Menjelaskan implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di indonesia
4.. Menjelaskan ciri-ciri kebudayan.
TEORI KEBUDAYAAN DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,
setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang
dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya.
Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh manusia, tentunya harus ada sesuatu
yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang
diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka
manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini.
Sebagai bagian dari hidup manusia, kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan
sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan
masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi
manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma
dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial,
sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan,
manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah
dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang
sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi,
serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta
didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang
diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk
kehidupan masa kini dan masa mendatang.
         
Pada kenyataannya, masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan
memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi
masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan.

Untuk itu, Sebagai salah satu sektor dalam jaringan besar kebudayaan, pendidikan
beraksi terhadap peristiwa-peristiwa di bagian-bagian lain kebudayaan dan pada
kesempatannya mempengaruhi peristiwa-peristiwa itu sendiri
 Untuk menjamin bahwa pendidikan akan mencapai tujuan-tujan yang diakui, diperlukan
antropolog untuk mengatakan di mana pertentangan yang telah diinternalisasikan dari
kebudayaan yang berlawanan dengan usaha-usaha guru. Karena tugas utama pendidik adalah
untuk mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, pendidikan pada dasarnya bersifat
konservatif. Namun sejauh pendidikan bertugas menyiapkan pemuda-pemuda untuk
menyesuaikan diri kepada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar
kebudayaan, pendidikan telah merintis jalan untuk perubahan kebudayaan.
Untuk itu, dalam makalah ini menjadi sangat penting untuk mengkaji tentang sejauh
mana implikasi dari teori-teori kebudayaan dalam mempengaruhi pelaksanaan pendidikan
sebagai salah satu sokoguru peradaban manusia.

B. Permasalahan
Dari deskripsi yang dikemukakan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahan
pokok sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
2. Bagaimana teori-teori kebudayaan?
3. Bagaimana implikasi teori-teori kebudayaan terhadap pendidikan?
4. Ciri-ciri kebudayaan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan

   Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar,hal tersebut berarti
bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan
manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar,yaitu hanya
beberapa tindakan naluri,beberapa refleksi,beberapa tindakan akibat proses pisiologi .
   Dalam literatur antropologi terhadap tiga istilah yang boleh jadi semakna dengan budaya,
yaitu cultur, civilization, dan kebudayaan. Term kultur berasal dari bahasa latin, yaitu dari
kata cultura (kata kerjanya colo, colere).
Arti kultur adalah memelihara, mengerjakan, atau mengolah. Soerjono soekarto
mengungkapkan hal yang sama. Namun, ia menjelaskan lebih jauh bahwa yang dimaksud
dengan mengolah atau mengerjakan sebagai arti kultur adalah mengolah tanah atau bertani.
Atas dasar arti yang dikandungnya, kebudayaan kemudian dimaknai sebagai segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
            Istilah kedua yang semakna atau hampir sama dengan kebudayaan adalah sivilisasi.
Sivilisasi (civilization) bersal dari kata latin, yaitu civis. Arti kata civis adalah warga negara.
Oleh karena itu S. takdir alisyahbana menjelaskan bahwa sivilisasi berhubungan dengan
kehidupan kota yang lebih progresif dan lebih halus. Dalam bahasa indonesia, peradaban
dianggap sepadan dengan kata civilization.
           
Parsudi Suparlan menjelaskan bahwa kebudayaan adalah serangkaian aturan-aturan,
petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas
serangkaian model-model kognitif yang dimiliki manusia, dan yang digunakannya secara
selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah laku dan
tindakan-tindakannya.  
B. Teori-Teori Kebudayaan
Ada tiga pandangan tentang kebudayaan, yaitu pandangan superorganis, pandangan
kaum konseptualis, dan pandangan realis. Menurut pandangan superorganis, kebudayaan
adalah realitas super dan ada di atas dan diluar pendukung individualnya dan kebudayaan
punya hukum-hukumnya sendiri. Dalam pandangan konseptualis, kebudayaan bukanlah suatu
entitas sama sekali, tetapi sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk menghimpun
serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Dalam pandangan para realis, kebudayaan
adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan sebuah entitas empiris. Kebudayaan adalah
sebuah konsep, sebab ia bangunan dasar dari ilmu antropologi. Kebudayaan merupakan
entitas empiris sebab konsep ini menunjukkan cara sebenarnya fenomena-fenomena tertentu
diorganisasikan.
   Pandangan golongan realis tentang kebudayaan
Sejumlah kecil antropolog, seperti David Bidney dan sejarahwan Philip Bagby,
mempertahankan bahawa kebudayaan adalah sebuah konsep dan sebuah realitas. Bagby
membantah bahwa kebudayaan adalah sebuah abstraksi dalam arti, bahwa tidak kebudayaan
itu sendiri dan tidak pula pola-pola yang membentukya dapat diamati secara keseluruhan.
Betapa jarang, umpamanya, anggota keseluruhan suatu suku hadir bersama-sama sehingga
seorang antropolog bisa melihat sekilas pola budaya dari kebudayaan mereka. Tetapi mereka
juga menunjukan bahwa, sungguhpun kita tidak pernah mengamati secara serentak semua
gerakan dari planitdi sekitar matahari. Namun kita menyetujui adnya system solar. Mengapa
tidak mungkin suatu kebudayaan sebagai realita?, kebudayaan yang demikian merupakan
sebuah konstruksi dalam arti dalam dirinya sendiri kebudayaan tersebut bukan sebagai entitas
yang bisa diamati. Tetapi dalam arti lain, kebudayaan yang demikian adalah nyata, karena
walaupun kita tidak dapat mengamatinya dengan penuh secara serentak, ia tidak berada
dalam hal ini dari entitas-entitas lainya, seperti system solar di atas, yang realitanya tidak kita
pertanyakan
C. Implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan
Terdapat tiga pandangan yaitu:
1. Pandangan Superorganis
Pandangan superorganis mempunyai implikasi terhadap pendidikan, yaitu: pendidikan
merupakan sebuah proses melalui mana kebudayaan mengotrol orang dan membentuknya
sesuai dengan tujuan kebudayaan.Menurut L.White: Pendidikan merupakan alat yang
digunakan masyarakat melaksanakan kegiatannya sendiri dalam mengejar tujuannya.
Demikianlah, selama masa damai, masyarakat dididik untuk damai, tapi bila bangsa sedang
berperang, masyarakat mendidik anggotanya untuk perang. Bukan masyarakat yang
mengontrol kebudayaan melalui pendidikan. Malah sebaliknya, pendidikan baik informal
maupun formal adalah proses membawa tiap-tiap generasi baru ke bawah pengontrolan
sistem budaya.
Pandangan superorganis juga berimplikasi pada pengawasan pendidikan yang ketat
dari pemerintah untuk menjamin bahwa guru-guru menanamkan dalam diri generasi muda
gagasan-gagasan, sikap-sikap, dan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjutan
kebudayaan.
Ada beberapa analisis kritis terhadap pandangan ini, antara lain:
1.  Menurut F. Boas (1940) mengatakan bahwa kebudayaan tidak bergerak sendiri tetapi
merupakan ciptaan individu-individu yang hidup bersama. Kebudayaan bukan sebuah entitas
yang mistis.
2.  Pandangan superorganik boleh dikritik karena memisahkan kebudayaan dari manusia yang
membangunnya.
3.  Orang juga bisa berkeberatan bahwa individu pada satu pihak, dan kebudayaan dilihat
sebagai superorganik pada pihak lain, tidak bisa dibandingkan, dan karena itu, kemudian
tidak bisa berinteraksi. Karena dengan cara bagaimanakah secara empiris dapat ditentukan
bahwa realitas superorganik masuk ke dalam kehidupan seseorang dan membentuk
prilakunya.
4.  Keberatan utama adalah bahwa walaupun kebudayaan menentukan banyak dari bentuk
dan isi dari prilaku individu, kebudayaan tidak menentukan prilaku secara keseluruhan.

2. Pandangan konseptualis
Karena mereka memandang kebudayaan sebagai kualitas perilaku manusia dan bukan
entitas yang berdiri sendiri, para pengikut konseptualis setuju dengan pandangan bahwa anak-
anak harus mempelajari warisan budaya sesuai dengan perhatiannya. Anak-anak harus
membangun gambaran sendiri tentang kebudayaan berdasarkan pengalamannya sendiri asal
dia mengetes pengalaman belajar dengan pengalaman belajar orang lain dan asal saja dia
mencapai suatu gambaran yang objektif tentang kebudayaan.
Walaupun begitu para konseptualis tidak menyokong pandangan golongan subjektivis
bahwa anak-anak harus belajar semata-mata hanya kalau semangatnya mendorongnya.
Kebudayaan yang seperti itu mungkin bukan merupakan realitas yang absolut, tetapi
kebudayaan tersebut terdiri dari banyak pola perilaku terhadap mana individu-individu
menyesuaikan diri, sama seperti orang lain. Karena itu dia mesti mempelajari pola-pola ini,
bukan apa yang disukainya saja.
Pendidikan dapat menjadi alat dalam pembaruan sosial. Tidak disangsikan, tidak ada
kaum konseptualis yang mengharapkan sekolah sebagai alat untuk perubahan sosial.
    3. Pandangan golongan realis
Pandangan budaya realis terhadap pendidikan lebih dekat dengan pandangan aliran-
aliran pemikiran pendidikan yang terpercaya kepada pemyesuaian anak-anak terhadap realita
objektif, baik alamiah maupun budaya, dengan menanamkan pengetahuan, nilai-nilai, dan
ketrampilan-ketrampilan tertentu yang telah dipilih oleh kebudayaanmereka. Banyak
pendidik tradisional untuk mencapai tujuan ini dengan mendidik generasi muda tentang apa
yang dianggap kebenaran dan nilai yang permanen, dengan mengunakan nilai-nilai yang ini
generasi muda dapat mengatakan perubahan social apa yang harus mereka bantu, hindari atau
gerakkan. Golongan tradisional lain menganjurkan pendidikan ilmiah yang pokok, yang
berguna bagi orang-orang muda jika mereka harus memilih tujuan-tujuan yang diizinkan oleh
kebudayaan yang ada, dan jika mereka akan menggunakan hukum-hukum kebudayaan yang
diketahui mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. perubahan, dengan kata lain, mesti
bersifat evolusi, bukan revolusi. Perubahan tersebut mesti dibimbing oleh asumsi-asumsi
dasar kebudayaan itu.
D.CIRI-CIRI KEBUDAYAAN
1.Kebudayaan produk manusia, merupakan ciptaan manusia , bukan ciptaan tuhan
atau dewa

2.Kebudayaan bersifat social, karna kebudayaan tidak pernah di hasilkan dari individual ,
melainkan oleh manusia secara bersama

3.Kebudayaan bersifat simbolik, karna kebudayan bersifat ekspresi ungkapan kehadiran


manusia . Kebudayan disebut simbolik krna mengekspresikan manusia dan segala upaya
untuk mewujud kan dirinya
BABA III
PENUTUP
A.Simpulan
Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan,dapat dikemukakan beberapa poin
sebagai kesimpulan, yaitu:
1. Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk
keperluan masyarakat. Dengan demikian, kebudayaan pada dasarnya adalah hasil karya,
rasa, dan cita-cita manusia.
2.  Menurut pandangan superorganis, kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di
luar pendukung individunya dan kebudayaan punya hukum-hukumnya sendiri. Konseptualis
mengemukakan kebudayaan bukanlah suatu entitas sama sekali, tetapi sebuah konsep yang
digunakan antropolog untuk menghimpun/meunifikasikan serangkaian fakta-fakta yang
terpisah-pisah. Sedangkan para realis berpendapat bahwa kebudayaan adalah kedua-duanya,
yaitu sebuah konsep dan sebuah entitas empiris. Kebudayaan adalah sebuah konsep sebab ia
bangunan dasar dari ilmu antropologi. Kebudayaan merupakan entitas empiris sebab konsep
ini menunjukkan cara sebenarnya fenomena-fenomena tertentu diorganisasikan.
3.  Implikasi pandangan superorganis terhadap pendidikan adalah bahwa pendidikan adalah
sebuah proses dimana kebudayaan mengontrol orang dan membentuknya sesuai dengan
tujuan kebudayaan, sebagi alat yang digunakan masyrakat untuk melaksanakan kegiatanya
dalam mencapai tujuan. Pandangan superorganis juga berimplikasi pada pengawasan
pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin guru-guru menanamkan diri generasi
muda tentang gagasan-gagasan, sikap-sikap, dan ketarampilan-keterampilan yang perlu bagi
kelanjuatan kebudayaan. Jika perilaku masyarakat ditentukan oleh kebudayaan, maka
kurikulum sekolah yang merupakan salah satu insrtumen dalam pendidikan harus
dikembangkan atas kajian langsung dan kebudayaan sekarang dan masa depan.
 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Teori-Teori Kebudayaan. di http://tentangkomputerkita.blogspot.com /2010/01/bab-


2.html . diakses pada tanggal 10 Oktober

Ardhana, Wayan. Dasar-dasar Kependidikan. FIP –IKIP Malang, 1986

Arif. Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya. http://staff.blog.ui.ac.id/ arif51/2008


/11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu-pengetahuan-budaya. diakses tanggal 10 Oktober 2015  

Dewey, Jhon. Budaya dan Kebebasan (terjemah). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998.
78.

Erzuhedi. Kebudayaan dan Pendidikan. http://erzuhedi.wordpress.com/ diakses pada tanggal


10 Oktober 2015.  

Kaplan, David. The Theory Of Culture (terjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993. 128.

Kneller, George F. Anthropologi Pendidikan Suatu Pengantar. Diterjemahkan oleh Imran


Manan). Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti, 1989.

Nurhamzah, A. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri, 2008.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993.

Syahbana, S. Takdir Ali. Antropologi Baru. Jakarta : Dian Rakyat, 1986

Pengantar ilmu antropologi prof.Dr koentjaraningrat.


PERTANYAAN

1. Fatih Farhan (kelompok 6)


Apa itu realitas super ? dan apa hukum-hukum pandangan superorganis?
Dea Gustiani (kelompok 2)
Jawaban: Realitas super adalah hal yang nyata atau yang benar-benar
ada. Sedangkan hukum-hukumnya yaitu hukum adat, hukum
adat dalam manusia yaitu norma, hukum adat mengatur
masyarakat setempat berbuat sesuatu dengan adat istiadat
yang berlaku, tanpa harus melanggar hukum tersebut.
2. Ahmad Iqbal (kelompok 4)
Mengapa perubahan alam menjadi faktor perubahan kebudayaan?
Nur Amalia Al Choiriyah (kelompok 2)
Jawaban: Telah kita lihat dampak bencana alam yang terjadi di aceh
tahun 2004 yang lalu. Terjadi sunami yang cukup dahsyat
yang menyebabkan banyaknya korban yang meninggal
dunia disini terjadi perubahan alam yang juga menjadi faktor
berubahnya kebudayaan yang ada di aceh. Yang dulunya
mungkin kehidupan disana banyak terjadi penyimpangan
dari unsur-unsur budaya yang dahulu seperti perilaku yang
diluar batas dan para wanita tidak memakai hijab.
Lalu tahun 2004 terjadi bencana alam yang membuat
mereka dapat berfikir, mengapa bias terjadi bencana alam
tersebut. Jadi sekarang mereka berpikir ingin merubah sikap
dan tingkah laku mereka terdahulu.
3. Nia Novita Sari (kelompok 10)
Jelaskan menurut anda sendiri apa pandangan aliran pemikiran
pendidikan yang terpercaya kepada penyesuaian anak-anak terhadap
realita objektif baik alamiah maupun budaya?
Gieska (kelompok2)
Jawaban: aliran-aliran pendidikan yang terpercaya yaitu ada 3:
1. Aliran empilisme: anak tidak memiliki bakat melukis
tetapi dipaksa oleh orang tuanya. Jadi aliran empilisme
kebudayaan faktor orang tuanya.
2. Aliran natisme: anak yang mirip tingkah laku dengan
orang tuanya, misalkan orang tuanya punya bakat
memainkan alat music anaknya juga bias memainkan alat
musik.
3. Aliran naturalism: membudayakan belajar anak yang
melalui pengalaman sendiri terletak pada didi anak
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai