Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ tangtangan dan masa depan
ilmu”. Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang

maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang
kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna.

A. Tantangan dan Masa Depan

Filsafat dan Ilmu adalah dua hal yang saling terikat satu sama lain, baik secara subtansial maupun historis.
Karena, ilmu lahir tidak lepas dari peran filsafat, begitu pun sebaliknya, peranan ilmu dapat memperkuat
keberadaan filsafat.

Keberadaan filsafat secara historis, mampu merubah pola pikir bangsa yunani dan umat manusia yang
awalnya berpandangan mitosentris menjadi logosentris. Yang awalnya berpandangan bahwa semua yang
terjadi di alam jagad raya ini adalah kehendak dewa, kini justru dirubah menjadi pola rasio yang memang
terjadi secara teoritis dan sistemik.

Pola pikir yang berubah pesat dari pola mitosentris menjadi logosentris ini, tidak berdampak kecil bagi
kelangsungan hidup manusia. Alam yang tadinya ditakuti karena kepercayaan dan ketakutan kepada dewa
sangat tinggi, kini dapat didekati bahkan dieksploitasi. Perubahan itu dapat kita jumpai pada temuan-temua
hokum alam dan teori-teori ilmiah, yang hari ini banyak dipelajari dan menjadi acuan akademik. Semua
gejala yang terjadi, baik alam jagad raya ini (makrokosmos) maupun gejala yang terjadi pada alam
kemanusiaan, dapat kita analisa melalui berbagai macam disiplin ilmu. Untuk mengkaji alam jagad raya
ini, dapat kita lakukan dan kita temukan dengan pendekatan astrologi, fisikia, kimia, dll. Sedangkan alam
kemanusiaan dapat kita jumpai dengan pendekatan sosiologi, biologi, psychology, dll. Ilmu-ilmu tersebut
kemudian terspesialisasikan, dan dipersempit, sehingga bersifat aplikatif dan sangat dapat dirasakan
manfaatnya.

Ilmu yang terspesialisasikan baik kedalam pendekatan makrokosmos maupun mikrokosmos, kemudian
dalam perkembanganya, Ilmu terbagi kedalam beberapa disiplin yang membutuhkan pendekatan, objek dan
ukuran yang berbeda-beda antar disiplin ilmu yang satu dengan lainya. Sehingga, cabang ilmu semakin
subur dengan segala varietasnya.

Ilmu yang kemudian terbagi kedalam variasinya masing-masing itu, kemudian tak dapat dipungkiri
terbentuknya sekat-sekat antar disiplin ilmu lainya, sehingga muncul arogansi-arogansi antar ilmu tersebut,
bahkan bukan hanya sekat dan arogansinya, akan tetapi akan terjadi pemisahan antara ilmu dengan cita
luhurnya yang bertujuan untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan lebih bahaya lagi jika kemudian,
ilmu menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, sehingga menimbulkan kekacauan sosial dan
kekacauan alam yang belakangan juga sudah kita rasakan, seperti adanya pemanasan global dan
dehumanisasi di sekitar kita.
Kekacauan-kekacauan yang melanda, baik alam makrokosmos maupun mikrokosmos yang sudah
terdeskripsi itulah, yang kemudian menjadi sebuah tantangan sekaligus menjadi masa depan ilmu. Karena
bak 2 bilah pisau, semakin ilmu berkembang dan maju, justru semakin besar kekhawatiran yang timbul,
sedangkan tidak ada otoritas manapun yang mampu membendung laju ilmu tersebut.

Seiring dengan perkembangan Ilmu, Kant mengatakan bahwa, apa yang dikatakan rasionalitas itu adalah
masuk akal, dan ilmu yang berdasarkan rasionalitas tidak memiliki batas kecuali rasionalitasnya sendiri,
sedangkan rasionalitas tak terbatas oleh apapun kecuali oleh hokum alam, bahkan tidak ada yang
mengetahui sampai mana batasan hokum alam, baik batasan ruang maupun waktu. Maka Ilmu akan tetap
melaju sampai mana Ilmu itu dibutuhkan.

B.Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan Ilmu


Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi
kenyataannya telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita raja
midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata ketika keinginan dikabulkan dia
tidak semakin senang tetapi justru menjadi sebaliknya.

John Naissbitt mengatakan bahwa, era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai
dengan beberapa Indikator, yaitu; 1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat; 2)
masyarakat takut dan memuja teknologi; 3) masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan yang semu; 4)
masyarakat menerima kekerasan sebuah hal yang wajar; 5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk
mainan; 6) masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Naisbitt ingin mengingatkan bahwa, ketika manusia mulai memuja dan menjadikan teknologi sebuah patron
tunggal dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi adalah, Ilmu itu telah kehilangan ruh
fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran manusia dan menjadikan manusia sebagai
budaknya.

Dengan demikian, Ilmu memerlukan sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada
tempatnya, dan instrument itu adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan tujuan luhur
Ilmu, agar Ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. Di samping itu, salah satu tujuan
filsafat ilmu adalah mempertegas bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah instrument, bukan
Tujuan.

Kemajuan Ilmu seiring perjalananya, membuat manusia ingin mendapatkan segala apa yang diinginkan.
Sehingga, kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas untuk dapat meraih segala keinginanya secara instant.
C.Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu dalam beberapa hal menunjukan perbedaanya, namun pada sisi tertentu memiliki
kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) yang
cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal baru dan tidak perlu terikat dengan
etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin, karena ada janji kehidupan setelah mati.
Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.

Karena bagi masyarakat beragama, walaupun Ilmu memiliki perbedaan yang konfrehensif, baik dalam fase
rohani dan fase kebutuhan jasmani, ilmu adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari nilai ketuhanan,
karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan, karena manusia hanya menemukanya melalui pendekatan-
pendekatan dan disiplin ilmu secara tersistematis, dengan kemudian merekayasanya, dan menjadikanya
sebuah instrument penting dalam kehidupan. Karena manusia berbeda dengan ciptaan Tuhan lainya,
manusia diberikan daya pikir berbeda dengan makhluk lainya. Daya pikir inilah yang kemudian
menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi.

Dalam waktu yang sama, antara manusia, daya pikir dan temuan-temuanya, semua itu harus bertanggung
jawab dalam balut transcendental, tanggung jawab pada Penciptanya. Karena, daya pikir tersebut tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai ciptaan-Nya. Sehingga, konsekuensi logisnya, manusia
tidak hanya bertanggung jawab pada manusia saja, melainkan sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh daya
pikirnya pun turut serta bertanggungjawab di hadapan Tuhan sebagai Penciptanya
Akan tetapi, walaupun Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan hampir semua kitab suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin, disi lain perlu juga diingat bahwa, ikatan
agama yang terlalu kaku dan terstruktur, kadang kala mempersempit laju perkembangan Ilmu. Karena itu,
perlu kejelian dan kecerdasan dalam memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu, dan system nilai dalam
agama, agar tidak terjadi benturan dan bertolak belakang antara ilmu dan agama.

Penataan laju perkembangan ilmu berdasarkan system nilai agama, kemudian mampu menjadikan Ilmu
tetap berjalan, dan nilai agama yang berlaku menjadi control sosial dalam menata laju ilmu dengan
memperhatikan Lingkungan sekitar. Dengan demikian, dapatlah sebuah penjagaan terhadap alam, baik
alam makrokosmos maupun alam mikrokosmos yang tidak lepas daripada kehidupan kita.

http://www.scribd.com/doc/Filsafat-Ilmu
Amsal bakhtiar, filsafat ilmu, rajawali press. Jakarta. 2009

D.KEMAJUAN,ILMUDANKRISISKEMANUSIAAN

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi
kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahandan ketakutan baru bagi kehidupan manusia ibarat
cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan
dikabulkandiatidaksmakinsenangtetapi,semakin,gila.

Ternyata teknologi layar mampu membius manusia untuk tunduk kepada layar dan mengabaikan yang lain.
Jika manusia tidak sadar akan hal ini maka dia akan kesepian dan kehilangan sesuatu yang amat penting
dalam dirinya yakni kebersamaan hubungn kekeluargaan,dan,sosialyang,hangat.

Karena itu, wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah pengembanan rekayasa genetik
untuk manusia dibolehkan atau tidak. Bagi negara-negara liberal rekayasa genetik untuk manusia
diperbolehkan bahkan didukung oleh pemerintah sedangkan para negara-negara yang konserpatif
pengembangan fekayasa yang menjurus kepada perubahan manusia secara total amat ditentang.
Pemusnahan embriao manusia tidak jadi diklon dianggap sebuah bentuk kekejian yang tidak normal.

Bila memacu pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan mengetahui sesuatu tanpa ada ragu. Misalkan
bila cuaca gelap pasti akan turun hujan. Pernyataan tersebut kita yakini tanpa ragu walaupun orang yang
kita anggap pintar akan mengatakan bila cuaca gelap pasti akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita
karena kita mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan yang sebatas hanya
mengetahui tanpa ragu ( sekedar tahu ), akan tetapi berlanjut kepada timbul pernyataan mengapa hal itu
bias terjadi atau penyebab dari hal itu. Jawaban dari pertanyan atas peristiwa yang telah dicontohkan diatas,
itu baru merupakan sebuah ilmu. Jadi ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi
bagaimanakitamemahamidaripengetahuantersebut.

AGAMA,ILMU,DANMASADEPANMANUSIA

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih
mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif.
Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan
ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi
ketenangandansekaligus,kemudahan,bagikehidupan,di,dunia1

Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk
mencari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan
bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu
danteknologiuntukmendektesi,kapan,gempa
akan,terjadi,dan,bahkan,kala,perlu,mencar,cara,mengatasinya.

Disini ilmudan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka
panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan
dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-
pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.

1
Amsal bakhtiar, filsafat ilmu, rajawali press. Jakarta. 2009
Daftar pustaka

http://www.scribd.com/doc/Filsafat-Ilmu
Amsal bakhtiar, filsafat ilmu, rajawali press. Jakarta. 2009

Anda mungkin juga menyukai