Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROTAGORAS, GORGIAS, DAN FILSAFATNYA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Ardian Darutama, M.Phill

Disusun oleh:
1. Syifa Destya Salsabila (4321102)
2. Putri Amanda Ardita (4321104)
3. Fifi Aprilia Yulianti (4321107)
4. Mahmudatul Istiqomah (4321111)

Kelompok 10
Kelas C

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas karunia-Nya berupa nikmat
iman dan kesehatan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah “Protagoras, Gorgias,
Dan Filsafatnya” Tidak lupa sholawat serta salam kita curahkan kepada Baginda Agung
Rasulullah SAW. yang kita nantikan syafaatnya kelak.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Filsafat Umum program studi S1
Akuntansi Syariah UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ardian Darutama, M.Phill
selaku dosen pengampu mata kuliah Fikih Zakat, yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu
setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
maupun kesalahan penulisan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari
teman-teman maupun dosen demi kesempurnaan makalah di masa mendatang.

Pekalongan, 31 Agustus 2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. PROTAGORAS..............................................................................................................5
B. GIORGIAS......................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anggapan umum pertama tentang filsafat adalah bahwa yang dibahas sebagai
hal yang tinggi, sulit, abstrak dan tidak terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari.
Filosof sering digambarkan sebagai seorang yang mempunyai IQ dan intuisi yang
jauh melebihi tingkat rata-rata manusia. Filosof juga dipandang sebagai seorang yang
tidak memperdulikan masalah sehari-hari, tetapi sibuk merenung dan memikirkan
persoalan hakikat sesuatu yang sulit dicerna (Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis, 2015).
Filsafat masih sering dianggap sebagi ilmu yang tidak bermanfaat
dibandingkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini disebabkan karena
banyaknya pemikiran-pemikiran yang masih meragukan bahkan tidak tahu tentang
pentingnya ilmu filsafat dalam kehidupan manusia. Padahal, seperti yang kita ketahui
saat ini bahwa filsafat mempunyai peran penting dalam berbagai aspek kehidupan
kita, baik dalam aspek pendidikan, kemasyarakatan, maupun untuk diri kita sendiri.
Filsafat menjadi sebuah landasan dan dasar kehidupan yang tergantung dalam
perkembangan pola pikir kita masing-masing dan bagaimana cara kita dalam
menyikapi suatu permasalahan yang sedang kita hadapi dengan cara membuka
cakrawala pengetahuan dan pengalaman sehingga kita dapat menyelesaikan masalah
kita sendiri dengan cara kita sendiri.Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat
mengajarkan kita tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia dalam
menyikapi atau membentuk sikap dan kepribadiannya.
Filsafat sudah ada sejak jaman dahulu. Dengan adanya berbagai
perkembangan teknologi dan informasi, filsafat muncul sejak jaman Yunani kuno
sampai jaman modern. Pada jaman yunani kuno mempunyai pemikiran dan
kepercayaan yang bersifat rasional (cultural religion) sehinngga menimbulkan
pergeseran dan muncul sebuah pemikiran dari para ahli pikir yunani kuno yaitu
tentang konsep mula awal alam semesta yang mana pada Yunani klasik berkembang
dan beralih ke pemikiran tentang tanggungjawab terhadap segala tindakan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi protagoras?
2. Apa saja pemikiran-pemikiran protagoras?
3. Bagaimana biografi Gorgias?
4. Apa saja pemikiran-pemikiran Gorgias?
5. Apa manfaat dari mempelajari pemikiran Protagoras dan Gorgias?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi protagoras dan Gorgias.
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran protagoras.
3. Untuk mengetahui biografi Gorgias.
4. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Gorgias.
5. Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari pemikiran Protagoras dan Gorgias.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Protagoras
Protagoras lahir sekitar 490 SM, di kota Abdera di daerah Thrake.
Demokritos adalah sewarga kotanya yang lebih muda. Seringkali ia datang ke
Athena dan disana ia terhitung pada kalangan sekitar Perikles. Atas permintaan
Perikles ia mengambil bagian dalam kota perantauan Thurioidi Italia Selatan pada
tahun 444 SM. Pendiri kota tersebut dimaksudkan Perikles sebagai usaha Pan-
Hellen, berarti seluruh Hellas diharapkan mengambil bagian didalamnya.(Simon,
2004)
Ada tokoh-tokoh terkemuka yang mengambil bagian dalam kelompok itu
seperti Herodotos, Hippodamos, Lysias. Protagoras dimintanya untuk
mengarang undang-undang dasar bagi polis baru itu. Menurut Diogenes Laertios
pada akhir hidupnya Protagoras dituduh di Athena karena kedurhakaan dan
bukunya tentang agama dibakar di hadapan umum. Diceritakan pula bahwa
Protagoras melarikan diri ke Sisilia, tetapi dalam perjalanan ini ia tewas, akibat
perahu layar. Tetapi karena kesaksian Diogenes Laertios tidak dapat dicocokkan
dengan data-data lain, kebanyakan sejahrawan modern menyangsikan kebenaran
ini.(Robert, 1999)
Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk golongan sofis, dimana
golongan sofis adalah golongan yang mengklaim diri mereka orang yang
mempunyai kebenaran, walaupun golongan sofis tidak menggunakan alat berfikir
untuk mencapai kebenaran, kebenaran golongan sofis ini tidak mungkin
keliru lagi. Golongan sofis sangat kuat dengan prinsipnya, walaupun
sebenarnya mereka telah menghiraukan kebenaran-kebenaran yang ada.(Paul,
1999)
Protagoras merupakan salah seorang sofis pertama dan juga yang
paling terkenal. Salain sebagai filsuf, dia juga dikenal sebagai orator dan
pendebat ulung. Ditambah lagi ia terkenal sebagai guru yang mengajar banyak
pemuda pada zamannya. Protagoras merupakan ilmuan pada masa Pra-Sokratin.
Gagasan penting dari seorang protagoras adalah “Manusia adalah ukuran segala
sesuatu”, minat utamanya linguistik, semantik dan relativisme. Protagoras
meninggal yaitu pada tahun 420 SM.(Hatta, 1986)

2. Pemikiran Protagoras
Selama masa hidupnya, Protagoras mempengaruhi pemikiran banyak
pemuda lewat pemikirannya tentang retorika dan pengetahuan. Ia juga
mempengruhi Demokritos dalam hal teorinya tentang pengetahuan dan filsafat
politik. Selain itu dia juga membawa pengaruh besar terhadap para negarawan,
penyair, sejarawan, dan orator. Plato memberi kesaksian bahwanama Protagoras
amat terkenal untuk waktu lama. Protagoras pernah mengatakan bahwa
manusia adalah ukuran kebenarannya. Pernyataan ini merupakan cikal bakal
humanisme. Pernyataan yang muncul adalah apakah yang dimaksud manusia
individu atau manusia pada umumnya. Memang keduanya itu
menimbulkan konsekuensi yang sungguh berbeda. Namun tidak ada jawaban yang
pasti, mana yang dimaksud oleh protagoras. Yang jelas adalah ia
menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat subjektif dan relatif. Akibatnya
tidak akan ada ukuran yang absolut dalametika,metafisika,maupun
agama. Bahkan teori matematika tidak dianggapnya mempunyai kebenaran
yang absolut.(Bakhtiar, 2004)
a. Ajaran Tentang Kebenaran alam
Buku yang berjudul Atletheia (“kebenaran”) terdapat tuntutan
Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H. diels sebagai
fragmen 1: “Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya; untuk hal-hal yang
ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka
tidak ada”. Pendiri ini boleh disebut relativisma,artinya kebenaran dianggap
tergantung pada manusia. Manusialah yang menentukan benar tidaknya,
bahkan ada tidaknya. Disini dapat dipersoalkan bagaimana kita mesti mengerti
kata “manusia” itu. Yang dimaksudkan Protagoras, manusia perorangan
ataukah manusia sebagai umat manusia? Apakah kenenaran tergantung pada
anda dan pada saya, sehingga kita mempunyai kebenaran sendiri-sendiri?
Ataukah kebenaran tergantung pada kita bersama-sama, sehingga kebenaran
itu sama untuk semua manusia, biarpun tidak mempunyai arti terlepas dari
manusia? Tidak dapat disangsikan bahwa plato mengartikan perkataan
protagoras tadi mengenai manusia perorangan. Itu jelas karena contoh
yang diberikannya untuk menerangkan pendapat Protagoras.(Robert, 1999)
b. Seni Berdebat
Karangan lain berjudul antilogiai (pendirian-pendirian yang
bertentangan). Dalam karia ini protagoras mengemukakan anggapan yang
tentu ada hubungannya dengan relativisme yang diuraikan diatas. Dan
anggapan ini sesuai dengan keaktifan khusus kaum sofis,sebab kita sudah
melihat bahwa mereka terutama giat dalam bidang kemahiran
berbahasa. Suatu fragmen disimpan yang barangkali merupakan kalimat
pertama dari karya tersebut: “tentang semua hal terdapat dua pendirian yang
bertentangan”. Boleh diandaikan bahwa perkataan ini menyatakan gagasan
pokok karya ini. Kalau benar tidaknya sesuatu pada manusia, harus
disimpulkan bahwa satu pendirian tidak lebih benar dari pada kebalikannya.
Ini mempunyai konsekuensi besar untuk seorang ahli berpidato. Terserah pada
kepandaiannya apakah ia akan berhasil meyakinkan para pendengarnya
menganai kebenaran suatu pendirian yang sepintas lalu rupanya tidak
begitu sah. Dari sebab itu perlu suatu latihan yang memungkinkan
orang “membuat argumen yang paling lemah menjadi yang paling kuat”. (K,
1990)
c. Ajaran Tentang Negara
Dalam karya yang bernama Tentang Keadilan yang asli Protagoras
memberi sebuah teori tentang asal-usul negara. Menurut Protagoras bahwa
negara didirikan oleh manusia sendiri, bukan karena hukum alam. Oleh karena
itu mengalami masa-masa kesulitan seperti diganggu oleh binatang buas,
bencana alam dan lain sebagainya. Mereka mulai berkumpul dengan teman-
teman lainnya dalam kota-kota. Tetapi cepat sekali ia mengalami bahwa hidup
bersama tidak mudah. Protagoras menerangkan bagaimana kesulitan baru ini
diatasi. Seorang dewa berkunjung pada manusia dan menyerahkan beberapa
anugrah yaitu keadialan (dike) dan hormat kepada orang lain (aidos).
Semuanya itu memang dikehendaki oleh manusia sendiri. Itulah sebabnya
undang-undang yang satu tidak lebih benar dibanding dengan undang-undang
yang lain. Berkat kedua bakat ini manusia dapat hidup bersama. Ia sendiri
dapat mengadakan undang-undang. Semuanya itu tergantung kepada yang
menerimanya. (Hadiwijono, 1980)
d. Tentang Dewa-Dewi
Didalam karyanya yang berjudul perihal dewa-dewi. Ia menyatakan
“mengenai dewa-dewi saya merasa tidak mampu menentukan apakah mereka
benar ada atau tidaknya dan saya juga tidak dapat menentukan hakekat
mereka. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sulit dibuktikan dengan kasat
mata,dan biasanya hal ini sulit dan umur manusia itu pendek". Pandangan
Protagoras merupakan suatu Skeptisme,artinya tidak dicapai suatu kebenaran.
Hal ini sangat cocok sekali dengan pandangan relativitas yang dianutnya
dalam bidang pengenalan. (K, 1990)
e. Ajaran Tentang Tuhan
Di dalam karyanya yang berjudul Periheon (perihal tuhan):”mengenai
tuhan saya tidak merasa sanggup menetapkan apakah mereka ada atau tidak
ada,dan saya juga tidak dapat menentukan hakekat mereka. Banyak hal yang
merupakan halangan,baik kaburnya pokok bersangkutan maupun pendeknya
hidup manusia.” Pandangan protagoras tentang allah boleh disebut suatu
skeptisisme, artinya disini tidak mungkin dicapai kebenaran. Tetapi kita tidak
mempunyai informasi bahwa ia juga menarik konsekuensi praktis dari
pendapat skeptis itu. Mungkin sekali ia menyimpulkan bahwa dalam hidup
praktis manusia harus berpihak pada tradisi saja dan beribadah kepada allah,
sebagaimana wajib dilakukan oleh semua warga negara. (Paul, 1999)
A. GIORGIAS
1. Biografi Gorgias

Gorgias berasal dari Leontinoi di Sisilia. Ia lahir sekitar tahun 483 SM dan
meninggal dunia tahun 375 SM pada usia 108 tahun. Ia adalah murid dari filsuf
Empedokles dan dipengaruhi juga oleh dialektika Zeno. Pada tahun 427 SM ia
datang ke Atena sebagai utusan kotanya. Ia pun ahli berpidato. Sebab itu, tak
heran kalau ia mengutamakan mengajar orang sampai pandai berpidato. Karena
tempatnya berdekatan dengan Elea, ia banyak mengetahui filosofi Elea. Terutama
alat persilatan Zeno dipakainya untuk membatalkan segala-galanya.Tak ada yang
benar baginya, sebab itu ia disebut nihilis. Dasar yang dikemukakannya sebagai
alasan meniadakan ada tiga.
Pertama, tak ada sesuatunya. Sebab kalau ada sesuatunya mestilah ia
terjadi dan adapula selama-lamanya. Terjadi itu tidak bisa timbul dari yang ada
atau dari yang tidak ada. Ada selama-lamanya mustahil pula, sebab ada selama-
lamanya itu sama dengan tidak berhingga.Yang tidak berhingga itu ada dimana-
mana, sebab ia tak dapat ada di dalam dirinya sendiri atau di dalam yang lain. Dan
mana yang tidak ada dimana-mana tidak ada.
Kedua, jika sekiranya ada sesuatunya, ia tak dapat diketahui. Sebab jika
kiranya ada pengetahuan tentang yang ada itu, adalah ia buah pikiran dan yang
tidak ada sekali-kali tidak dapat masuk dalam pikiran. Oleh karena itu
tidak ada kekhilafan. Dan kalau tidak ada kekhilafan, tidak salah pula orang
berkata, bahwa di laut diadakan perlombaan kereta. Tetapi yang kemudian ini satu
hal yang mustahil. Jadi sesuatunya tidak dapat diketahui.
Ketiga, jika kiranya kita mengetahui sesuatunya, pengetahuan itu tidak
dapat kita kabarkan kepada orang lain. Tiap-tiap gambaran memiliki berlainan
daripada barang yang digambar. Betapa orang akan mengabarkan dengan kata-
kata rupa warna yang dilihatnya, karena telinga tidak mendengar warna
tetapi mendengar bunyi? Bagaimana rupa yang terdengar itu boleh ada di
dalam dua buah badan, sedangkan kedua badan itu terpisah?
Demikianlah cara Gorgias mengambil sendi bagi uraiannya kepada filosofi
Elea. Dengan dalil-dalil semacam itu, yang dikuatkan dengan retrotika, diajarnya
orang meniadakan segala-galanya. Ia mengerti benar akan psikologi orang Grik di
masa itu, yangsuka bersoal dengan memakai dalil dan lawan dalil, tese dan anti-
tese. Tabiat itu dipupuknya dengan memajukan berbagai paradox, keterangan
yang mengandung pertentangan didalamnya. Tiap-tiap pendirian lawan
ditunjukkan sebagai paradox, sebab itu dikatakan tidak benar.
Jikalau dibandingkan ajaran Gorgias dengan ajaran Protagoras,
tampak perbedaan yang aneh. Kedua-duanya meniadakan kebenaran umum.
Tetapi selagi Protagoras berkata,bahwa “tiap-tiap pendirian boleh benar”,
Gorgias mengatakan “tiap-tiap pendirian salah”. Pertentangan akibat ini daripada
pokok dalil yang serupa adalah sebuah sofistik sendiri. Oleh karena kebenaran
umum dikatakan tak ada, yang seorang berkata : “tiap-tiap pendirian boleh benar”.
Kata yang seorang lagi : “Kebenaran umum tak ada, sebab itu segala
pendirian salah”.
2. Pemikiran Gorgias
Pandangan filsafatnya ia mengajukan tiga proposisi sebagai kesimpulan
falsafahnya yaitu:
a) Tidak ada yang ada; maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kita
harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak
terbatas, dicipta dan tak dicipta. Ternyata Georgias dalam kesimpulann
pemikiran selalu masuk rimba paradoks, karena ia harus mengatakan
bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas dicipta dan
tak dicipta. Karena kontradiksi tidak dapat diterima dalam pemikiran,
maka menurut Georgias, pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa
tentang realitas.
b) Akal tidak juga mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini,
karena kita telah dikungkung oleh dilemma subjektif. Orang berpikir
sesuai dengan kemauan dengan idea kita yang sesuai dengan fenomena.
Karena demikian maka peroses ini tidak akan menghasilkan kebenaran.
c) Georgias menegaskan, sekalipun realitas itu dapat diketahui, namun ia
tidak akan dapat diberitahukan kepada orang lain. Di sini ia
memperlihatkan kekurangan bahasa untuk mengomonikasikan
pengetahuan kita itu, atau dengan tidak mempunyai pengertian yang
absolut, dan kata-kata hanya mempunyai pengertian relatif. Dengan
demikian ia tidak pernah menjawab persoalan secara final. (buku
pengantar filsafat).

B. Manfaaat Pemikiran Protagoras dan Gorgias


Pada dasarnya manfaat mempelajari filsafat menjadikan kita mengerti apa
yang kita pelajari ataupun mengetahui tujuan ilmu tersebut, dengan filsafat
seseorang akan menggunakan akal pikirannya untuk mencari tahu apa yang
sedang dicarinya oleh akalnya sehingga apa yang ia pikirkan akan mendapat
sesuatu sesuai yang diharapkan oleh akal pikirnya sehingga ia akan mendapatkan
kepuasan yang dirasakannya jika apa yang dipikirkan berhasil ia pecahkan.
Secara umum manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu menyadarkan
seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “yang hanya berpikir
murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar
dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyaris-nyaris tidak dapat dilepaskan
dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan dan mengembangkan ilmu,
teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis, epistemologis, dan
aksiologis melalui paradigma tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala
ilmu.(sumber bella).
Untuk mahasiswa Belajar filsafat ilmu sangatlah penting, karena beberapa
manfaat yang dapat dirasakan, antara lain:
1. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam
sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk untuk
berpikir kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang
kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
2. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa
sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan
penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka
memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan
pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan
penelitian ilmiah.
3. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus
dan bekerja, mereka pasti berhadapan denagn berbagai masalah dalam
pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemempuan berpikir
kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
4. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).
Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi,
perumusan permasalahan maupun penyusunan jawab (bella).
BAB III
ANALISIS
Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk golongan sofis, dimana golongan sofis adalah
golongan yang mengklaim diri mereka orang yang mempunyai kebenaran, walaupun golongan sofis
tidak menggunakan alat berfikir untuk mencapai kebenaran, kebenaran golongan sofis ini tidak
mungkin keliru lagi. Protagoras salah seorang sofis pertama dan juga yang paling terkenal. Selain
filsuf, dia juga dikenal sebagai orator dan pendebat ulung. Ditambah lagi ia terkenal sebagai guru
yang mengajar banyak pemuda pada zamannya. Protagoras merupakan ilmuan pada masa Pra-
Sokratin. Gagasan penting dari seorang Protagoras adalah "Manusia adalah ukuran segala sesuatu",
minat utamanya linguistik, semantik, dan relativisme.
Gorgias adalah kaum yang retorika, yang menyandarkan kebenaran itu hanya sebatas
penataan kata-kata, bahasa, dramatika. Menurut Gorgias realitas itu tidak ada, dan jika realitas itu ada
tidak bisa diketahui, sekalipun bisa diketahui tidak bisa dikomunikasikan, atau yang disebut nihilisme.
Jikalau dibandingkan ajaran Gorgias dengan ajaran Protagoras, tampak perbedaan yang aneh.
Kedua-duanya meniadakan kebenaran umum. Tetapi, selagi Protagoras berkata, bahwa "tiap-tiap
pendirian boleh benar", Gorgias mengatakan "tiap-tiap pendirian salah". Pertentangan akibat ini
daripada pokok dalil yang serupa adalah sebuah sofistik sendiri. Oleh karena kebenaran umum
dikatakan tak ada, yang seorang berkata: "tiap-tiap pendirian boleh benar". Kata yang seorang lagi:
"Kebenaran umum tak ada, sebab itu segala pendirian salah".
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Akhir dari penulisan makalah ini, penulis mengharapkan adanya manfaat bagi
kita semua, yaitu kepada penulis khususnya dan kepada pembaca umumnya. kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan bagi penulis untuk dijadikan evaluasi
dalam penyusunan makalah dikemudian hari, semoga makalah yang kami tulis ini,
dapat memberi manfaat bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Umum. PT Raja Grafindo Persada.
Hadiwijono, D. H. (1980). SARI SEJARAH FILSAFAT BARAT 1. Kanisius.
Hatta, M. (1986). Alam Pikiran Yunani (Ketiga). Universitas Indonesia.
K, B. (1990). Sejarah Filsafat Yunani. Kasinus.
Paul, W. (1999). Protagoras and Gorgias. Cambridge University Press.
Prof. Dr. Nur A. Fadhil Lubis, M. (2015). PENGANTAR FILSAFAT UMUM. PERDANA
PUBLISHING.
Robert, A. (1999). Shophist. Universitas Press.
Simon, P. (2004). Petualangan Intelektual. Kanisius.
Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Umum. PT Raja Grafindo Persada.
Hadiwijono, D. H. (1980). SARI SEJARAH FILSAFAT BARAT 1. Kanisius.
Hatta, M. (1986). Alam Pikiran Yunani (Ketiga). Universitas Indonesia.
K, B. (1990). Sejarah Filsafat Yunani. Kasinus.
Paul, W. (1999). Protagoras and Gorgias. Cambridge University Press.
Robert, A. (1999). Shophist. Universitas Press.
Simon, P. (2004). Petualangan Intelektual. Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai