Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kasih karunia Tuhan Yang Maha Esa
yang masih menyertai kita hingga pada saat ini. Kami bersyukur oleh karena
kemurahan hati-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Kesantunan Penulisan
Ejaan dan Istilah Bahasa Indonesia” ini dengan baik. Kami harap, dengan
diberikannya tugas ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita mengenai ejaan
dan istilah bahasa Indonesia.

Medan, Oktober 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia kini membutuhkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kehidupannya. Dan tanpa disadari pula,
kemajuan iptek ini justru membuat manusia mengalami kemunduran. Dengan
semakin canggih dan modernnya iptek, khususnya di bidang teknologi, membuat
manusia lupa diri sehingga dapat diperbudak oleh teknologi itu sendiri.
Sebagai mahasiswa kristen, diperlukannya sikap kritis dalam menyikapi
perkembangan iptek ini. Maksudnya adalah, kita harus dapat membuat iptek
tersebut memberikan dampak positif bagi si penggunanya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana hubungan iman dengan iptek?
1.2.2. Bagaimana problema legitisimasi iptek?
1.2.3. Bagaimana sikap mahasiswa kristen dalam menyikapi
perkembangan iptek?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui hubungan iman dengan iptek
1.3.2. Mengetahui problema legitisimasi iptek
1.3.3. Mengetahui perilaku mahasiswa kristen dalam menyikapi
perkembangan iptek
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iptek


Pengertian teknik berasal dari kata Yunani “techne” yang berarti kecakapan,
keterampilan baik dalam lapangan seni maupun pekerjaan tangan. Teknik adalah
kerja, teknik adalah kebudayaan, teknik adalah keterampilan.
Iptek merupakan suatu fenomena yang ada pada manusia dimannapun,
kapanpun, dan bangsa apapunn. Dimana ada kehidupan manusia, disitu manusia
menciptakan dan menggunakan iptek, sekalipun awalnya dalam bentuk sederhana.
Ilmu pengetahuan adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap alam
semesta secara teliti, berulang-ulang dan teruji dan tebukti sehingga hasil yang
ditemukan benar-benar obyektif. Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia
untuk memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu baik mengenai alam
semesta maupun dirinya dalam rangka kegiatan eksitensinya.
Dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan cenderung berpijak pada teori,
sedangkan teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan
manusia.

2.2 Hubungan Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Kehidupan


Manusia
Dibagi menjadi 3 periode:
1) Periode pertama, Zaman Bapa-bapa gereja (Patristik) – Abad
Pertengahan
Dimulai dari abad ke 1-10, memasuki zaman Renaisans, iman
mendominasi ilmu pengetahuan. Semboyan yang ada pada masa itu adalah
theologi (pengajaran Alkitab menurut tokoh-tokoh gereja) menjadi ukuran
kebenaran untuk segala hal dalam kehidupan sehari-hari dan seharusnya
mengontrol dan menyaring perkembangan ilmu pengetahuan, contohnya
dalam penulisan Alkitab. Namun para nabi menolak pengetahuan sekuler
sehingga para tokoh gereja menjatuhkan hukuman kepada Galileo karena dia
mengatakan hal yang bertentangan, bahwa bumilah yang mengelilingi
matahari, bukan sebaliknya. Akibatnya, dalam zaman ini perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi lambat.

2) Periode kedua, Abad Pencerahan-Abad Modern


Dimulai dari abad ke 10-19, disebut juga zaman rasionalisme dimana
ilmu pengetahuan mendominasi iman. Semboyannya adalah otonomireason
dan rasio bawa rasionallah yang menentukan segalanya. Para ilmuwan
menolak pengajaran Alkitab karena cara iman dinilai tidak dapat dipercaya
karena tidak bersifat rasional tetapi bersifat subjektif. Para ilmuwan berloma-
lomba menghasilkan temuan melalui pembuktian ilmiah dengan uji rationalis
(deduktif) dan empiris (induktif). Bagi siapapun yang tidak mengikuti
prosedur ilmiah, maka penelitiannya ditolak. Akibatnya agama terancam
karena rasio manusia dianggap dapat memecahkan dan mengatasi segala
masalah. Kemerdekaan berpikir pada zaman ini menjadi lepas kendali,
norma- norma yang selama ini dipegang oleh manusia menjadi hancur. Pada
akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari bahwa ilmu pengetahuan dengan
segala keterbatasannya tidak dapat menjamin kebahagiaan manusia.

3) Periode ketiga¸ Abad Postmodern


Dimulai pada abad ke-20 hingga sekarang. Postmodern sendiri adalah
kritik terhadap keabsolutan pemikiran modern, yang realitanya tidak mampu
melepaskan diri dari kewenang-wenangan dan penyalahgunaaan otoritas.
Disini orang menyadari bahwa ilmu pengetahuan mempunyai keterbatasan
dan muncul sikap yang lebih positif terhadap pengajaran Alkitab. Dizaman ini
, terlihatlah bahwa manusia mulai mencari titik temu antara iman dan ilmu
pengetahuan.

2.3 Ilmu Pengetahuan dan Problema Legitimasinya


Secara umum ilmu pengetahuan mempunyai dua cara kerja ,yaitu:
A. Deduktif(Rasional)
Cara kerja deduktif (rasional) adalah cara kerja yang sifat kegiatannya
berpikirnya tunduk pada logika atau penalaran. Berpikir deduktif atau rasional
sama artinya dengan berpikir secara sistematis,kompleks dan konsepsional. Cara
kerja deduktif biasanya digunakan dalam ilmu pasti,seperti ilmu ukur dan ilmu
hitung. Cara berpikir deduktif biasanya juga tidak di pengaruhi oleh pengamatan
dan pengalaman. Setiap sistem ilmu pasti, termasuk logika, berasal dari salah satu
teori yakni sejumlah paham dasar, aksioma dan patokan kerja yang tidak
bertentangan antara satu dengan yang lain. Paham dasar,aksioma dan patokan
tersebut ditentukan secara deduktif atau pertimbangan rasionalis tanpa
dipengaruhi oleh pengamatan atau pengalaman.

B. Induktif(Empiris)
Cara kerja induktif atau dikenal juga dengan empiris biasanya digunakan
dalam ilmu ilmu alam, seperti kimia,astronomi,biologi,fisika dan lainnya, dan
juga digunakan dalam ilmu ilmu kemanusiaan (human sciences pdan social
sciences). Cara kerja induktif merupakan cara kerja yang konklusi ilmu
pengetahuan diambil berdasarkan pengamatan dan pengalaman. Sehingga setiap
sistem dalam ilmu ilmu ini ditentukan berdasarkan pengamatan dan pengalaman.
Kedua Cara kerja ilmu pengetahuan ,baik deduktif atau induktif memiliki
keterbatasan. Cara kerja deduktif dimulai dari rasio dan di batasi oleh rasio.
Sedangkan cara kerja induktif dimulai dari pengalaman dan berhenti pada
pengalaman manusia. Setiap hasil dari pengujian yang dilakukan secara empiris
dan rasional tentunya harus terbukti secara rasional dan empiris. Penjelajahan
tentang mujizat, penyebab penciptaan manusia atau hal supra natural lainnya
tidaklah ranah ilmu pengetahuan. Demikian pula surga,neraka, hidup sebelum dan
sesudah mati berada di luar ranah ilmu pengetahuan. Hal-hal tersebut tidak dapat
dijelajahi oleh ilmu pengetahuan sebab:
1. Metode ilmiah deduktif dan induktif yang di pergunakan adalah pengujian
kebenaran secara rasionalis dan empiris .
2. Keberadaan hal hal diatas berada di luar jangkauan pengujian rationalis
dan pengalaman manusia.
Kedua cara kerja ilmu pengetahuan tersebut juga tidak memiliki legitimasi
mutlak, maksudnya kebenaran nya tidak mutlak, khususnya di zaman postmodren
sekarang ini,era yang dianggap identik dengan krisis ilmu pengetahuan. Wacana
tentang aturan main dan ketetapan-ketetapan ilmu pengetahuan yang tadinya di
zaman modern dianggap absolut kebenarannya telah runtuh dinera ini.
Dapat disimpulkan bahwa aturan main dan ketetapan dari tiap bidang ilmu
pengetahuan berbeda-beda di era postmodren telah menghancurkan kemutlakan
atau keabsolutan masing-masing bidang ilmu pengetahuan. Seperti seperti
pandangan yang digunakan oleh Karl Marx yang menganggap agama adalah
candu masyarakat berbeda dengan Sigmund Freud yang menyatakan bahwa
agama merupakan penyakit saraf yang mengganggu pikiran manusia secara
universal. Sementara E.B. Taylor seorang antropolog menyatakan bahwa agama
adalah sesuatu yang menyangkut hal gaib. Perbedaan paradigma dari para ahli
tersebut ternyata menghasilkan pandangan yang berbeda, bahkan bertentangan.
Oleh sebab itu legitimasi ilmu pengetahuan jadi dipermasalahkan.
Legitimasi ini semakin diragukan dalam masyarakat yang sepenuhnya telah
terkomputerisasi. Dalam proses transformasi informasi yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat ini ,sifat dan ilmu pengetahuan bisa berubah. Selain itu
tentunya pelaksanaan transformasi yang menentukan apa yang diinformasikan
kepada masyarakat. Dari semua Penjelasan diatass,semakin jelas bahwa ilmu
pengetahuan di era postmodern tidak memiliki legitimasi mutlak. Bidang
matematika misalnya tidak memiliki legitimasi mutlak sehingga bidang ini tidak
boleh menganggap remeh bidang sosial,demikian pula bidang medis tidak boleh
menghakimi bidang agama.

2.4 Hubungan yang Bermakna Antara Iman dan Iptek dari Sudut Pandang
Etika Kristen
Dalam proses penciptaan, Allah memberikan kehendak yang bebas yang
bertanggung jawab kepada manusia yang diciptakannya. Kehendak yang bebas
dan bertanggung jawab itu terlihat dalam tugas penatalayanan dan diberikan
untuk mengusahakan dan memelihara alam semesta (kej 1:28 ; 2:15). Manusia
diciptakan dan ditempatkan Allah dalam keterhubungannya dengan alam semesta.
Manusia adalah bagian dari alam, oleh sebab itu manusia berada dan terikat
dengan kehidupan semesta alam. Atas dasar kesatuan kehidupannya dengan
ciptaan lainnya dengan alam, seharusnya ia melaksanakan mandat Allah.
Dalam melaksanakan mandat Allah tersebut manusia membutuhkan
mengembangkan iptek secara baik, oleh karena itu Allah memberikan akal budi,
perasaan, kesadaran etis, dan hati nurani kepada manusia. Dengan berkembangnya
iptek, diharapkan iptek dapat berfungsi sebagai alat bantu bagi kehidupan manusia
untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Iman dan memiliki hubungan. Pada umumnya, iptek dapat dimanfaatkan
dengan benar dan tetap sasaran, guna memahami iman. Contohnya, ilmu
pengetahuan membantu orang beriman untuk mempertanggungjawabkan
imannya secara tepat sehinnga ia dapat bertanggung jawab, tetapi juga dapat
mengikuti budaya setempat.
Sedangkan iman berperan sebagai pemberi terang dan pedoman agar
pengggunaan akal budi itu sesuai dengan maksud Penciptanya. Jika iptek
bertujuan memperbaiki kualitas hidup iman manusia maka penggunaan akal budi
sesuai dengan maksud Sang Penciptanya. Oleh karena itu perlu ada kewaspadaan
dala penggunaan iptek agar tidak mendehumanisasikan dan mengeksploitasi
kehifupan iman untuk keprntingan iptek semata. Akal budi perlu mendapat
pencerahan terus-menerus agar manusia dapat berimansecara tepat.

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman

1. Zaman gereja mula-mula


Pada masa ini belum ada persoalan mengenai iman dan akal budi/ilmu
pengetahuan. Seiring perkembangannya, muncul golongan Genostik, Montanus,
Marcion, mereka merupakan golongan yang memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai pasal-pasal iman, dan hal itu hanya sebatas
pengajaran. Otoritas Alkitab belum dipermasalahkan pada masa ini.

2. Zaman sholastik
Mulanya universitas (di Eropa) memiliki hubungan dengan gereja maupun
teologi, namun akhirnya lepas dari gereja dan teologi. Sejak masa itu terjadi
masalah antara iman dan akal budi.
Pandangan dari zaman ini akhirnya ditinggalkan, karena orang menganggap ini
hanyalah sebuah permainan pikiran yang didalamnya terdapat berbagai macam
pandangan oleh para tokoh.Kurang bermanfaat bagi hubungan antara iman dan
ke-kristenan dengan akal budi dan pengetahuan.

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh


menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7)

Beriman berarti menyangkali akal sehat, karena percaya kepada apa yang
tidak masuk akal. Tentang asal-usul dunia ini, misalnya, orang beriman yakin
bahwa Allah-lah yang menciptakannya dari tidak ada menjadi ada dengan firman-
Nya. Sedangkan yang memakai nalarnya pemikiran manusia tidak bisa menerima
pokok creatio ex nihilo. Yang masuk akal adalah apa yang ada sekarang terbentuk
lewat sebuah proses, atau multi-proses, dari yang sudah ada sebelumnya. Stephen
Hawking contohnya, mengajukan teori Big-bang “Ledakan Besar”, untuk
menjelaskan terjadinya alam semesta ini. Sebenarnya, itu tidak lain dari teori
kebetulan. Pemikiran seperti itu iman berlawanan dengan otak nalar, membuat
seorang Kristen menjauhi iptek demi memelihara imannya. Maka dari itu dunia
iptek akan dikuasai oleh orang-orang ateis yang tidak beriman, yang tidak takut
terhadap Tuhan. Sebaliknya, dunia Ke-kristenan hanya akan diisi oleh orang-
orang yang picik dan fanatik, yang hanya ingin mengikuti emosi, bukan akal
sehat.

Lebih dari itu, sikap menjauhi iptek demi memelihara iman benar-benar
berlawanan dengan firman Tuhan. Karena Alkitab sendiri berpesan, Baiklah orang
bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian
memperoleh bahan pertimbangan (Ams 1:5). Kalau seperti itu, maka bersikap tak
peduli terhadap iptek, apalagi menjauhi dan menolaknya, berarti menolak firman
Tuhan. Seorang Kristen justru harus memakai pemikiran nalarnya, memakai akal
sehat dalam memahami segala sesuatu semaksimal mungkin. Yang
membedakannya dengan orang yang tidak percaya sebenarnya sangat sederhana,
namun secara mendasar seorang Kristen waktu berpikir selalu melibatkan Allah,
bukan cuma apa yang kelihatan dan terukur dengan panca-indera yang terbatas.

Hubungan iman kristen

“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang
berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.” (Amsal 1:5) Sesuai dengan apa
yang tertulus dalam ayat Tuhan ini, menjelaskan bahwa Tuhan memerintahkan
manusia untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan yang ada dalam dirinya dan
mencari bahan pertimbangan agar manusia menjadi lebih bijak dan pengetian dan
menjadi tujuan hidup orang kristen. Tuhan juga memerintahkan manusia untuk
menguasai dunia, dan untuk menaklukannya pasti membutuhkan pengetahuan
serta teknologi.

2.5 Dampak Positif dan Negatif dari Perkembangan dan Penggunaan Iptek
Dalam perkembangannya, iptek memiliki dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif ilmu pengetahuan dapat dilihat melalui perkembangan arus
informasi yang begitu cepat yang bermanfaat untuk meningkatkan dan
mensejahterakan kehidupan manusia. Berkat iptek, dengan ditemukannya
berbagai obat dan cara pengobatan ynag semakin canggih, manusia mampu
mengurangi penderitaannya dari berbagia jenis penyakit. Begitu juga dengan
alam. Dengan iptek, alam tidak hanya dimanfaatkan tetapi juga dapat
dikendalikan semaksimal mungkin. Contohnya, dengan memanfaatkan teknologi
pertanian, meningkatkan hasil produksi pada sektor pertanian, memajukan
kualitas transportasi dan komunikasi, dan sebagainya.
Tak hanya itu, dampak positif dari perkembangan iptek dapat dilihat
berdasarkan keberhasilan suatu bangsa. Perjalanan sejarah serta pengalaman
beberapa negara memperlihatkan bahwa inovasi teknologi merupakan salah satu
aspek yang sangat penting bagi daya saing suatu bangsa.
Dampak negatifnya adalah manusia tidak lagi bisa menentukan sesuatu secara
absolut. Apa yang dicapai manusia terlihat sebagai kesia-siaan bukan berkat,
melainkan laknat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Keserakahan manusia dan
pemborosan sumber alam telah menghancurkan lingkungan hidup yang pada
gilirannya juga akan menghancukan kehidupan manusia sendiri. Berikut beberapa
dampak negatif dari iptek.
1) Mempengaruhi pola pikir
Perubahan pola pikir mengenai perkembangan iptek ternyata tidak dialami
oleh anak muda saja, tetapi juga berdampak pada orang dewasa. Terlebih lagi
setiap harinya masyarakat kita disajikan dengan berbagai siaran yang kurang
bermanfaat dari berbagai media elektronik.
2) Hilangnya budaya tradisional
Berkembangnya iptek tentu fasilitas-fasilitas pun juga ikut berubah.
Contohnya saja, sekarang telah banyak berdiri bangunan-bangunan pencakar
langit, adanya mall, perhotelan, dll. Itu semua mengakibatkan hilangnya
budaya tradisional seperti kegiatan dalam perdagangan yang dulunya lebih
dikenal dengan pasar tradisional. Orang-orang tidak lagi berbelanja di pasar
tradisional melainkan berbelanja di mall.
3) Banyak menimbulkan berbagai kerusakan
Salah satu dampak penyalahgunaan teknologi adalah kerusakan, tidak hanya
kerusakan pola pikir tetapi juga kerusakan lingkungan. Sebagai contoh, sejak
tahun 2004, kota Pekanbaru tidak lagi menyandang julukan “Kota Seribu
Hutan” melainkan sudah menyandang julukan sebagai “Kota Seribu Toko”.
Hal ini membuktikan bahwa perkembangan iptek membuat semuanya terlihat
modern. Akibatnya, aktifitas tradisional lumpuh, hutan gundul dan
menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor serta polusi dimana-
mana.

2.6 Sikap Mahasiswa Kristen Terhadap Perkembangan dan Pemanfaatan


IPTEK
Sebagai mahasiswa, sadar tidak sadar, mau tidak mau, ia tentulah berhadapan
dengan dampak positif dan negatif dari perkembangan iptek, oleh sebab itu perlu
sikap kritis dan konsturktif dari seorang mahasiswa.
Kritis berarti tidak langsung menerima iptek yang baru saja dihasilkan.
Maksudnya adalah diperlukannya penyaringan dalam pengembangan dan
pemanfaatan iptek. Sedangkan sifat konstruktif adalah sifat membangun dalam
pengembangan iptek.
Kita tak boleh lupa bahwa kita adalah serupa dan segambar dengan Allah
dimana kita dikaruniakan akal dan pikiran. Oleh sebab itu, akal dan pikiran dapat
kita pakai sebagai sarana untuk meningkatkan iptek seingga melalui iptek yang
dihasilkan, kehidupan manusia dan seluruh ciptaan-Nya dapat berlangsung dengan
baik.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Iman berperan sebagai penerang dan pedoman dalam berpikir untuk
menyikapi perkembangan iptek saat ini.
2) Aturan main dan ketetapan dari tiap bidang ilmu pengetahuan berbeda-
beda di era postmodren telah menghancurkan kemutlakan atau keabsolutan
masing-masing bidang ilmu pengetahuan.
3) Mahasiswa kristen harus menyikapi perkembangan iptek dengan kritis dan
konstrukif, yaitu tidak asal menerima saja tetapi menyaring apa yang
diberikan oleh iptek demi terwujudnya kehidupan yang sejahtera.

3.2 Saran
Dalam menyikapi perkembangan iptek di zaman sekarang, diharapkan
mahasiswa kristen senantiasa menjadikan alkitab sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan, terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Sinulingga, Ance, Maurits, 2018. Agama Kristen Protestan. Medan: USU press

Sarmauli,Grace, 2017. Iman dan Ilmu Pengetahuan Teknologi. Jakarta:


Universitas Kristen Indonesia

Tim MPK Pendidikan Agama Kristen UNIMED, 2004. Pendidikan Agama


Kristen. Medan: CV. Partama Mitra Sari.

DAMPAK NEGATIF PERKEMBANGAN IPTEK


https://theotherofmyself.wordpress.com/dampak-negatif-perkembangan-iptek.
MAKALAH MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA

KESANTUNAN PENULISAN EJAAN DAN ISTILAH BAHASA


INDONESIA

KELOMPOK 5

Anggota : Jesika Vivian Simanungkalit


Dinda Oktari
Rossa Siska Sitorus
Putri Patresia Sihombing

Dosen Pembimbing :

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Anda mungkin juga menyukai