Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua telah mengetahui bahwa Allah telah memberi akal
kepada manusia agar untuk selalu berfikir atas apa yang Ia ciptakan di
dunia ini. Manusia adalah makhluk berfikir. Dikatan demikian karena
diantara sekian banyaknya makhluk yang ada di dunia ini, hanya manusia
yang diberikan akal oleh Allah sebagai sarana untuk selalu berpikir. Hal
ini telah membuat dan memaksa manusia untuk selalu berpikir serta
melakukan penelitian dan eksperimen-eksperimen secara terus menerus
dalam rangka mempelajari dan memahami kenyataan alam itu sendiri.
Penelitian dan eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh manusia itu
telah melahirkan berbagai macam bentuk kesimpulan yang kemudian
dalam tahap perkembangan selanjutnya akan melahirkan sebuah teori.
Dari teori inilah manusia mengembangkannya menjadi basis dari sistem
teknologi.
Kebudayaan memiliki peran dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu unsur kebudayaan adalah
pengetahuan itu sendiri, dari unsur itu lah ilmu pengetahuan berkembang
sehingga mencapai tahapan yang sangat tinggi sebagaimana yang kita
ketahui sekarang.
Ilmu pengetahuan tidak akan pernah memberikan suatu formulasi
final (kepastian) dan absolut tentang keseluruhan (falibilisme).
Falibilisme beranggapan bahwa kendati pengetahuan ilmiah merupakan
pengetahuan yang paling baik yang dapat kita miliki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masalah kepastian dan falibisme
moderat?
2. Apa pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan?
3. Apa pengertian dari etika keilmuan?
2

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan tentang masalah kepastian dan falibilisme
moderat.
2. Untuk dapat memahami pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan.
3. Untuk menjelaskan pengertian dari etika keilmuan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Kepastian Dan Falibilisme Moderat


1. Masalah Kepastian Kebenaran Ilmiah
Dalam empat macam kebenaran, melahirkan 2 pandangan yang
berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan
kebenaran logis-rasional, dan pandangan kaum empirisis yang
menekankan kebenaran empiris.
Kebenaran kaum rasionalis bersifat sementara, terlepas dari
seberapa tinggi tingkat kepastiannya karena kebenaran sebagai
keteguhan dari suatu pernyataan atau kesimpulan sangat tergantung
pada kebenaran teori atau pernyataan lain. padahal, teori atau
pernyataan lain sangat mungkin salah.
Sedangkan kaum empirisis tidak pernah berpotensi untuk
menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Bagi
mereka, ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam
agama. Falibilisme beranggapan bahwa kendati pengetahuan ilmiah
merupakan pengetahuan yang paling baik yang dapat kita miliki.

2. Falibilisme dan Metode Ilmu Pengetahuan


Falibilisme ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber, yaitu
sebagai konsekuensi dari metode ilmu pengetahuan, dan dari objek
ilmu pengetahuan yaitu universum alam.
Indikasi metodologis sebagai alasan dari falibilisme moderat :
a. Peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang
dicapainya sendiri.
b. Fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verifikasi dan
hipotesis.
c. Karena metode induksi.
d. Setiap hipotesis pada dasarnya tidak pasti.
4

3. Falibilisme dan Objek Ilmu Pengetahuan


a. Realitas objek
1) Nyata berarti lepas dari pikiran manusia.
2) Realitas dapat dikatakan real jika memang dapat dikenal.
3) Realitas yang dibicarakan ilmu pengetahuan adalah realitas
publik, realitas yang menjadi perhatian banyak orang. Yang
real berarti yang memiliki dimensi sosial.

b. Evolusi objek pengetahuan ilmiah


Objek ilmu pengetahuan selalu berubah-ubah dan
mengalami perkembangan.Ada beberapa aspek sebagai berikut :
1) Objek pengetahuan ilmiah selalu berubah sehingga
pengetahuan yang kita capai, sekalipun sangat akurat, harus
ditinjau kembali.
2) Objek dari pengetahuan kita selalu berkembang kepada
regularitas.

Menurut Ch. Darwin dan Lamarck, gagasan evolusi sudah


menjadi gagasan penting dalam dunia organis.
Clarence King, evolusi atau perubahan selain menjadi gejala
organis juga menjadi gejala lingkungan, realitas alam pada
umumnya.
Filsuf Yunani seperti Herakleitos dan Aristoteles, evolusi
merupakan kenyataan dasar dari setiap realitas.

c. Kebenaran empiris termasuk ilmu kemanusiaan


1) Kepastian tentang pernyataan yang menjelaskan gejala-gejala
yang diselidiki.
2) Kepastian tentang kesimpulan yang ditarik sebagai suatu
hukum yang berlaku umum.

B. Ilmu, Teknologi, Dan Kebudayaan


1. Pengertian ilmu
Secara bahasa, kata ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata
“ilm”, yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam
5

kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti


memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti
mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu artinya adalah
pengetahuan atau kepandaian. Dari penjelasan dan beberapa
contohnya, maka yang dimaksud pengetahuan atau kepandaian
tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga
termasuk “kebatinan” dan persoalan-persoalan lainnya. Sebagaimana
yang sudah kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, maka
tampak dengan jelas bahwa cakupan ilmu sangatlah luas, misalnya
ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu dagang, ilmu hitung, ilmu silat, ilmu
tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu hitam, dan
sebagainya.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya.

Adapun difinisi ilmu menurut para ahli, diantaranya sebagai


berikut:
a. Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan
masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya
tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam.
b. Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan
ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan
hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan
pengalaman praktis.
c. Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn
dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan
6

percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang


sedang dikaji.

2. Pengertian teknologi
Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis,
ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya
dalam beberapa cara. Dalam masyarakat, teknologi telah membantu
mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global
saat ini). Tetapi banyak proses‐proses teknologi juga menghasilkan
produk yang tidak diinginkan atau mengakibatkan sesuatu hal,
contohnya polusi, dan menguras sumber daya alam, dengan merusak
bumi dan lingkungannya. Berbagai implementasi teknologi
mempengaruhi nilai‐nilai masyarakat dan teknologi baru sering
menimbulkan pertanyaan‐pertanyaan etika baru. Contohnya meliputi
munculnya gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas
manusia, istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan
tantangan dari norma‐norma tradisional.
Sejarah Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif.
Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah
nampak berorientasi menuju bidang teknologi. Dalam bentuk yang
paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan
cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan
tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau
membangun rumah.
Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu:
a. Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai
dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input)
yang sama.
b. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris:
labor-saving technological progress)
7

c. Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan


belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi
yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari
kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
d. Kemajuan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-
saving technological progress) Fenomena yang relatif langka. Hal
ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan
ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang
lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.

3. Pengertian kebudayaan
Asal kata “kebudayaan” adalah cultuur (dalam bahasa Belanda),
culture (dalam bahasa Inggris), colere (dalam bahasa latin) yang
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengubah alam.
Kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada
kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat
melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata pembangunan
intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau pembangunan
intelektual diantara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua
seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat,
suku, dan sebagainya mengolah pertanian sampai pada tingkat
teknologi biologi bakteri.
a. Hubungan ilmu dan kebudayaan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahun
merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan
seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia
dalam kehidupannya.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling
tergantung dan saling mempengaruhi. Pada suatu pihak
pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari
kondisi kebudayaannya. Sedangkan dilain pihak, pengembangan
8

ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu


secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi
kebudayaan, mereka saling mendukung satu sama lain: dalam
beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembangkan secara pesat,
demikian sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi
dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu
dan penerapannya.
Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu
mempunya peranan ganda.
1) Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional.
2) Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan
watak suatu bangsa.

Untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan pada


pokoknya mengandung beberapa pikiran.
1) Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu
langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan
keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan
masyarakat kita.
2) Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
Disamping ilmu masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai
lingkungan dan permasalahannya masing-msaing.
3) Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan
kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang
dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
4) Pendidikan ilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan
pendidikan moral.
5) Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan
pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang
menyangkut keilmuan.
6) Kegiatan ilmiah harus bersifat otonomi yang terbatas dari
tekanan struktur kekuasaan.
9

b. Hubungan teknologi dan kebudayaan


Sejak dimulai revolusi industri di Eropa, teknologi yang
dihasilakan oleh masyarakat Eropa, kemudian disebarkan
keseluruh dunia, ternyata memiliki watak atau sifat sebagai
berikut :
1) Watak ekonomis yang pada intinya berorientasi pada efisiensi
ekonomis dengan mengutamakan kendali pada elit pendukong
finansial dan elit tenaga ahli.
2) Ditinjau dari aspek sosial teknologi barat ternyata bersifat
melanggengkan sifat ketergantungan. Ketergantungan ini
terkait, baik dengan teknik produksi maupun pola konsumsi.

Dengan mempertimbangkan watak teknologi barat yang


demikian, sulit kiranya untuk tidak menyebut ahli teknologi barat
sebagai invasi kebudayaan barat. Globalisasi merupakan bukti
betapa gelombang invasi terjadi dengan dahsyatnya. Perbincangan
tentang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dapat dititip
dari dua sudut pandang, yakni dari teknologi dan kebudayaan.
Dari sudut pandang teknologi terbuka alternatif untuk memandang
hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma
positivistis atau dalam paradigma teknologi tepat. Masing-masing
pilihan mengandung konsekuensi yang berbeda terhadap
komponen-komponen kebudayaan yang lain. Paradigma teknologi
positivistis yang didasari oleh metafisika matearialistis jelas
memiliki kekuatan dalam menguasai, menguras, dan memuaskan
hasrat manusia yang tak terbatas.
Sedangkan paradigma teknologi tepat lebih menuntut kearifan
manusia secara wajar. Hal ini berarti bahwa penerimaan ataupun
penolakan secara sistematik terhadap teknologi harus dilihat
dalam rangka komunikasi antar sistem kebudayaan. Dengan
demikian, Negara atau masyarakat pengembang teknologi bahwa
suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses
eksternalisasi dalam rangka membangun dunia objektif yang baru,
sedangkan bagi Negara atau masyarakat konsumen teknologi,
10

suatu konsumsi teknologi baru dapat bermakna inkulturasi


kebudayaan, akulturasi kebudayaan, atau bahkan invasi
kebudayaan.

C. Etika Keilmuan
1. Pengertian Etika Moral
Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat,
kebiasaan atau susila. Dalam filsafat etika membicarakan tentang
tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan
buruk. Baik dan buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa
dilihat dan dirasakan seperti perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan
untuk hal-hal yang menyangkut aspek motif atau watak, sulit dinilai.
Secara garis besar ada dua macam etika yaitu etika deskriptif dan
etika normatif. Etika deskriptif hanya bersifat menggambarkan,
melukiskan dan menceritakan sesuatu seperti apa adanya tanpa
memberikan penilaian atau pedoman tentang bagaimana seharusnya
bertindak. Sedangkan etika selain memberikan penilaian baik dan
buruk juga memberikan pedoman mana yang harus diperbuat dan
yang tidak.
Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung
arti karakter, kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang menagandung
analisis konsep-konsep seperti harus, benar salah, mengandung
pencarian watak ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan
moral atau mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.
Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang
moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moral.
Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris)
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral
berarti sesuatu yang menyangkut prinsip benar salah, dan salah satu
dari suatu perilaku yang menjadi standar perilaku manusia. Bila
dijabarkan lebih lanjut moral mengandung empat pengertian :
1) Baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas manusia.
2) Tindakan yang adil dan wajar.
11

3) Kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan


kepastian untuk mengarahkan orang lain agar sesuai dengan
kaidah tingkah laku yang dinilai benar-salah.
4) Sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

a. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika


Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang
mengatakan bagaimana seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran
moral. Ilmu Pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan
yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku
penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu
pengetahuan dan etika diharapkan mampu mengembangkan
kesadaran moral di lingkungan masayarakat sekitar agar dapat
menjadi ilmuwan yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan
mulia.
Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu maupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dilakukan itu salah atau benar, baik
atau buruk. Dengan begitu dalam proses penilaiannya ilmu
pengetahuan sangat berguna dalam memberikan arah atau
pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral
harus ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan
martabat seseorang.
Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya yang kemudian
dirupakan ke dalam aturan tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat
diperlukan dapat di fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan
tindakan tertentu terhadap segala macam tindakan yang secara
umum dinilai menyimpang dari kode etik yang telah ditentukan
dan disepakati bersama. Ilmu sebagai asas moral atau etika
mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat
manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya.
Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia
untuk menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan dan
12

mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah


kemanusiaan telah mencatat semangat para ilmuwan yang rela
mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan apa yang
mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi
untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka
ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual.
Penalaran secara rasional yang telah membawa manusia mencapai
harkat kemanusiaannya berganti dengan proses rasionalisasi yang
mendustakan kebenaran.
Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu
pengetahuan yang menyangkut tanggung jawab manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi
sebesar-besarnya kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam
penerapannya ilmu pengetahuan juga mempunyai akibat positif
dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai atau norma
untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan
mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup
serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

b. Persoalan Etika Ilmu Pengetahuan


Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu
memerlukan pertimbangan-pertimbangan dari dimensi etis dan hal
ini tentu sangat berpengaruh pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di masa depan. Tanggung jawab etis
ini menyangkut kegiatan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri. Sehingga seorang ilmuwan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus selalu
memperhatikan kodrat dan martabat manusia, ekosistem dan
bertanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan
datang dan kepentingan umum, karena pada dasarnya ilmu
pengetahuan dan teknologi itu bertujuan untuk pelayanan
eksistensi manusia dan bukan sebaliknya untuk menghancurkan
eksistensi manusia itu sendiri.
13

Beberapa problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan


dan teknologi adalah rekayasa genetika yang dahulunya bertujuan
untuk mengobati penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang
rekayasa tidak hanya bertujuan untuk pengobatan tetapi untuk
menciptakan manusia-manusia baru yang sama sekali berbeda
baik secara fisik maupun sifat-sifatnya. Dengan rekayasa tersebut
manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun teori ini
belum tentu terwujud dalam waktu singkat tetapi telah
menimbulkan persoalan dan kekhawatiran di kalangan ahli etika
dan para agamawan, apalagi jika jatuh pada penguasa yang lalim
pasti dampaknya akan sangat membahayakan karena bisa
menghancurkan eksistensi manusia. Maka disinilah diperlukan
kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan mana
yang baik dan buruk bagi kehidupannya.
Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
menyediakan bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh
mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Ilmu pengetahuan
dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri
manusia, tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan
kreatifitas manusia untuk memperkokoh kedudukan serta martabat
manusia baik dalam hubungan sebagai pribadi dengan
lingkungannya, maupun sebagai makhluk yang bertanggung
jawab terhadap Allah SWT.

c. Ilmu Bebas Nilai dan Tidak Bebas Nilai


Ilmu pengetahuan yang dikatakan bebas nilai adalah pada
pandangan bahwa ilmu itu berkembang tanpa merujuk pada suatu
hukum atau sistem tertentu. Beda dengan teknologi. Karena
teknologi lahir atas dasar penciptaan manusia, ia terikat oleh suatu
aturan atau sistem, terikat juga dengan selera pasar dan
perundang-undangan. Namun, bagaimana mengetahui tentang
teknologi, tak diikat oleh undang-undang apa pun.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dikatakan ilmu
adalah “Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
14

menerangkan gejala tertentu di dalam bidang (pengetahuan)


tersebut.” (KBBI, 2016).
Dengan pengertian yang diberikan oleh KBBI tercermin
bahwa sebuah ilmu mesti memiliki sistemik dan sistematis
sehingga terkesan ada hal yang mengingkatnya sebagai suatu
nilai.

d. Sikap llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan


Ilmu adalah suatu cara berpikir tertentu mengenai suatu
obyek dengan pendekatan yang khas sehingga menghasilkan
kesimpulan berupa pengetahuan ilmiah, dalam arti bahwa sisten
dan struktur ilmu itu dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang bersifat
kritis, rasional dan logis, obyektif dan terbuka. Namun yang juga
penting adalah apakah pengembangan pengetahuan ilmiah itu
membawa dampak positif`dan baik bagi manusia atau sebaliknya
justru membawa keburukan. Oleh karena itu penting sekali sikap
ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Dan di sini
letak moralitas dari seorang ilmuwan dalam pengembangan ilmu,
baik itu menyangkut tanggung jawabnya terhadap tata alamiah,
terhadap manusia maupun terhadap Allah SWT.
Sikap ilmiah yang sesuai bagi seorang ilmuwan antara lain:
1) Tidak adanya rasa pamrih yaitu suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif.
2) Bersikap selektif yang menyangkut cara mengambil
kesimpulan yang beragam, macam-macam metodologi.
3) Selalu tidak merasa puas dengan hasil penelitiannya sehingga
selalu ada dorongan untuk melakukan riset dalam hidupnya.
4) Memiliki sikap etis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
demi kebahagiaan manusia dan untuk pembangunan bangsa
dan negara.

Implikasi penting dari tanggung jawab sosial seorang


ilmuwan adalah bahwa setiap pencarian dan penemuan kebenaran
15

secara ilmiah harus disertai dengan landasan etis yang utuh..


Proses pencarian dan penemuan kebenaran ilmiah yang dilandasi
etika, merupakan kategori moral yang menjadi dasar sikap etis
seorang ilmuwan. Ilmuwan bukan saja berfungsi sebagai
penganalisis materi tersebut, tetapi juga harus memiliki moral
yang baik.
Kaum ilmuwan tidak boleh menganggap ilmu dan teknologi
adalah segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain
yang menyangga peradaban manusia dengan baik. Demikian juga
masih terdapat kebenaran-kebenaran lain disamping kebenaran
keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Jika
kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya baik
secara moral maupun intelektual maka salah satu penyangga
masyarakat modern ini, yaitu ilmu pengetahuan akan berdiri
secara kokoh.
Di bidang etika tanggung jawab ilmuwan bukan lagi hanya
memberikan informasi namun juga memberikan contoh
bagaimana bersifat obyektif, terbuka, menerima kritikan,
menerima pendapat orang lain, kukuh pada pendirian yang
dianggap benar dan berani mengakui kesalahan. Tugas seorang
ilmuwan harus menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin
berdasarkan rasionalitas dan metodologis yang tepat. Secara moral
seorang ilmuwan tidak akan membiarkan hasil penelitiannya
digunakan untuk tujuan yang melanggar asas-asas kemanusian.
Pengetahuan merupakan sarana yang dapat digunakan untuk
kemaslahatan manusia dan dapat pula disalahgunakan. Sehingga
tanggung jawab ilmuwan sangatlah besar, tanggung jawab
akademis dan tanggung jawab moral. Jika ilmuwan telah dapat
memenuhi tanggung jawab sosialnya, maka ilmu penetahuan itu
akan berkembang dengan pesat, ilmu pengetahuan itu akan dapat
memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, dan ilmu
pengetahuan itu tidak akan menimbulkan kerusakan dan konflik di
masyarakat.
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut pandangan kaum rasionalis kebenaran merupakan hal yang
logis (sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, masuk akal) dan
rasional (menurut pikiran, pertimbangan yang logis, pikiran yang sehat,
cocok dengan akal). Sedangkan pandangan kaum empirisis menekankan
pada kebenaran empiris. Empiris yaitu berdasarkan pengalaman (terutama
yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah
dilakukan (KBBI, 2016).
Falibilisme ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber, yaitu sebagai
konsekuensi dari metode ilmu pengetahuan, dan dari objek ilmu
pengetahuan yaitu universum alam.
Ilmu pengetahuan mendorong kemajuan teknologi. Kemajuan
teknologi dapat berakibat positif maupun negatif. Supaya ilmu
pengetahuan dan teknologi berdampak positif bagi manusia perlu
dikendalikan oleh etika. Etika merupakan penilaian terhadap kebudayaan.
Perubahan kebudayaan dapat terjadi akibat perkembangan ilmu dan
teknologi. Perubahan kebudayaan dapat mengakibatkan terjadinya krisis
etika sehingga dapat terjadi krisis kemusiaan.
Persoalan yang mendasar dalam etika keilmuan adalah bahwa
penerapan ilmu pengetahuan selalu memerlukan pertimbangan dari segi
etis yang berpengaruh pada pengembangan ilmu pengetahuan di masa
yang akan datang. Sehingga dalam pengembangannya para ilmuwan
harus memperhatikan dan menjaga martabat manusia dan kelestarian
lingkungan. juga diperlukan, kedewasaan yang sesungguhnya dari
manusia untuk menentukan mana yang baik dan buruk bagi
kehidupannya.
Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan seorang ilmuwan harus
menghasilkan pengetahuan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan
secara terbuka, kritis rasional, logis dan obyektif. Dan dalam
pengembangannya diperlukan moralitas dan tanggung jawab yang tinggi
dari ilmuwan sehingga berdampak positif bagi kehidupan manusia.
17

B. Saran
Dalam setiap mengerjakan suatu tugas makalah diperlukan banyak
referensi agar materi yang disajikan lengkap. Pada saat akan
mempresentasikan materi perlu banyak belajar agar dapat menguasai
materi yang dibawakan.

Anda mungkin juga menyukai