Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah IAD, IBD, ISD

Dosen Pengampu :

Devi Eka Diantika, M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Intan Nur Aini (210401043)


2. Lisa Hadrotus A’la (210401041)
3. Rahmad Asep Maulana (210401101)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’ SUNAN GIRI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufiq,
dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul” Perkembangan Pola
Pikir Manusia” dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima


kasih kepada yang terhormat:

1. M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I, selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama’


Sunan Giri Bojonegoro.
2. Agus Sholahudin Shidiq, M.H.I, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Adab
Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan Giri Bojonegoro
3. Devi Eka Diantika, M.Pd.I selaku Dosen pengampu mata kuliah IAD, IBD,
ISD.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian kata
pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi diri pribadi kami dan
pembacanya.

Bojonegoro, 18 September 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pola pikir manusia .....................................................................................4


B. Perkembangan pemikiran manusia ..............................................................................4
C. Pemahaman pemikiran antroposentris, geosentris, galaksentris, heliosentris,dan
asentris ........................................................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk
lain (hewan dan tumbuhan). Ciri-ciri tersebut adalah manusia memiliki akal, budi,
rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik dll. Bila dibandingkan dengan makhluk
lain, tubuh manusia lebih lemah, tetapi rohaninya (akal,budi dan kemauan) jauh
lebih kuat. Hal ini terbukti, saat ini manusia telah mampu menguasai dunia dan
hewan. Itu semua dapat terjadi karea hanya manusia yang memiliki akal budi dan
kemauan keras.
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap beda
dan semua peristiwa yang terjadi disekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhadap
dirinya sendiri. Pada hakikatnya, perkembangan pikiran manusia didasari dari
dorongan rasa ingin tahu dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang
dihadapi. Rasa ingin tahu pada manusia tidak sama, selalu berkembang seakan tiada
batas yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pemikiran manusia?
2. Bagaimana pemahaman pemikiran antroposentris, heliosentris, galaksisentris,
dan asisentris?
C. Tujuan
1. Memahami perkembangan pemikiran manusia.
2. Memahami pemahaman pemikiran antroposentris, heliosentris, galaksisentris,
dan asisentris.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Pikir Manusia


Sejak lahirnya di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam.
Persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan
rangsangan kepada manusia melalui pancaindra. Jadi, pancaindra merupakan alat
komunikasi antara alam dengan manusia yang membutuhkan pengalaman.
Pengalaman itu waktu demi waktu bertambah, karena manusia ingin mendapatkan
jawaban atas pertanyaan yang hakiki (apa, bagaimana, dan mengapa) baik atas
kehadirannya didunia ini, maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak
dengan dirinya. Adanya perkembangan pola piker manusia dimuali dari zaman
Babyliona (±650 M) dimana orang percaya mitos, ramalan nasib berdasarkan
perbintangan, bahkan percaya akan adanya banyak dewa. Perkembangan pola pikir
manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah.1
Pola pikir merupakan sebuah filosofi kehidupan, cara berpikir, sikap, opini,
dan mentalitas yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi perilaku seseorang, dan
pengambilan keputusan dalam respon individu untuk berbagai situasi. Mindset
(pola pikir) adalah cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu
berdasrkan sudut pandang tertentu. 2
B. Perkembangan Pemikiran Manusia
1. Rasa ingin tahu

Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan
suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-
benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu
tentang dirinya sendiri (antroposentris).

Rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti batu, tanah,
sungai dan angin. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat
lain, namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat
dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.

Bagaimana halnya dengan makhluk-makhluk hidup yang lain seperti


tumbuh-tumbuhan dan binatang? Sebatang pohon misanya, menunjukan tanda-
tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada upayanya
untuk mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya,
1
https://dailysocial.id/amp/post/mindset (diakses pada 18 september 2023)
2
Usep Suherman dkk, Ilmu Ilmiah Dasar (Bandung : Widina Bhakti Persada), hl.2

4
daun-daun yang cendrung mencari air yang kaya mineral untuk pertumbuhan
hidupnya. Kecendrungan semacam ini terus berlangsung sepanjang zaman.

Bagaimana halnya dengan binatang yang juga menujukan adanya untuk


berpindah dari satu tempat ke tempat lain? Kita ambil contoh misalnya ubur-
ubur. Binatang itu berpindah tidak atas kehendaknya sendiri. Namun
bagaimana halnya dengan binatang tingkat lebih tinggi yang nyata-nyata
mempunyai kemampuan untuk mengadakan eksporasi terhadap alam
sekitarnya? Misalnya ikan, burung, harimau, ataupun binatang yang sangat
dekat dengan manusia yaitu monyet. Tentunya burung-burung bergerak dari
satu tempat ke tempat lain di dorong oleh suatu keinginan, antara lain, rasa
ingin tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuknya sendiri atau
bersama yang lain. Ingin tahu apakah suatu tempat cukup aman untuk membuat
sekarang? Setelah mengadakan ekplorasi, tentu mereka jadi tahu. Itulah
pengetahuan dari burung tadi. Burung juga memiliki pengetahuan untuk
membuat sarang di atas pohon. Namun pengetahuannya itu ternyata tidak
berubah dari zaman ke zaman.

Manusia mampu mengunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk


dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru sehingga menjadi suatu
akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba
zaman dahulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Karena kemampuan
berfikirnya tidak semata-mata di dorong oleh mempertahankan kelestarian
hidupnya, tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, mereka
mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh. Bahkan sekarang
manusia mampu membuat istana maupun gedung-gedung pencakar langit.

Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa
batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri.
Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-
hari, seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing untuk berburu,
tetapi juga berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan.

2. Mitos
Perkembangan selanjutnya adalah manusia berusaha memenuhi
kebutuhan non fisik atau kebutuhan alam fikirannya. Rasa ingin tahu manusia
ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun
pengalamannya. Untuk itulah manusia mereka-reka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena itu dapat

5
dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang
“bidadari”. Jadi, muncul pengetahuan baru yaitu “bidadari”. Contoh lain, “
Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabanya:” Yang berkuasa dari
gunung itu sedang marah”. Di sinilah muncul pengetahuan yang baru yang
disebut “yang berkuasa”. Dengan mengunakan jalan pikiran yang sama,
muncullah anggapan adanya “ yang berkuasa” di alam hutan hebat, sungai yang
besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan
bulan pada saat gerhana rembulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan
kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas
mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan
alat indera manusia.
a. Alat Penglihatan
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh
mata. Mata tak dapat membedakan 10 gambar dalam satu detik jika ukuran
partikel terlalu kecil. Demikian juga, jika benda yang dilihat terlalu jauh,
mata tak mampu melihatnya.
b. Alat Pendegaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi
dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran dibawah tigapuluh atau di atas
tiga puluh ribu perdetik tak dapat terdengar oleh telingga manusia .
c. Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang di kecap maupun
diciumnya. Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, asam, manis,
asin dan pahit. Bau seperti parfum dan lainnya dapat tercium oleh hidung
kita bila kosentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian.
Melalui bau manusia dapat membedakan satu benda yang lain.
d. Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin.
Namun ini sangat relative sehingga tidak dapat di pakai sebagai alat
observasi yang tepat. Alat- alat indra manusia tersebut berbeda-beda di
antara manusia. Ada yang sangat tajam penglihatannya, ada pula yang
tidak. Ada yang tajam penciumannya ada pula yang lemah. Akibat
keterbatasan alat indra manusia, maka mungkin saja timbul salah
informasi, salah tafsir atau salah pemikiran. Untuk meningkatkan
ketepatan alat indra tersebut manusia dapat juga orang dilatih untuk itu,
namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat
meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami

6
kesalahan.
Mitos dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a. Keterbatasan pengetahuan yang di sebabkan oleh keterbatasan
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu
c. Terpenuhinya hasrat ingin tahunya.
3. Mitos antara pro dan kontra
Masyarakat dahulu dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan,
pengalaman dan pemikirannya, sedangkan hasrat ingin tahunya berkembang
terus. Itulah sebabnya mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada
masa itu. Puncak hasil pemikiran diatas terjadi pada zaman Babylonia tentang
alam semesta antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan sauatu
ruangan atau selungkup. Lantainya adalah bumi yang datar, sedangkan langit
dengan bintangnya merupakan atapnya. Di langit ada semacam jendela yang
memungkinkan air hujan dapat sampai ke bumi. Adapun perhitunngan bidang
edar matahari sama dengan 365,25 hari.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga berasal
dari zaman Babilonia ini. Masyakat waktu itu, bahkan mungkin masih ada juga
pada masa kini, dapat nenerima karena pengetahuan yang mereka peroleh dari
kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk
memecakan masalah hidup yang mereka hadapi. Karena kemaampuan berfikir
manusia semakin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan,
misalnya teropong bintang, mitos dengan berbagai legendanya makin
ditinggalkan, dan mereka cendrung mengunakan akal sehat atau rasionya.
Orang-orang Yunani lainnya yang patut di catat sebagai pelopor perubahan
pola masa itu ialah:
1) Anaximander (610-546 SM)
Seorang pemikir yang sezaman dengan Thales berpendapat bahwa alam
semesta yang kita lihat itu berbentuk sepertibola dan bumi sebagai
pusatnya. Langit dengan segala isinya beredar mengelilingi bumi. Pendapat
ini bertahan hingga dua abad lamanya.
2) Anaximenes (560-520 SM)
Berpendapat bahwa unsur dasar pembentukan semua benda adalah air.
Namun air merupakan salah satu bentuk saja. Ia dapat merengang menjadi
api (gas) atau memadat menjadi tanah (padat). Inilah yang disebut teori
pertama tentang transmutasi unsur-unsur.
3) Plato (427-347 SM)

7
Mempunyai titik tolak befikir yang berbeda dengan para ahli sebelumnya.
Ia yang sastrawan itu menghindari pemikiran yang terlalu materialistic,
seperti demokritos dan Empedokles. Menurut Plato, keanekaragaman yang
tampak ini sebenarnya merupakan suatu duplikasi saja dari sesuatu yang
kekal dan immaterial.
4) Aristoteles (348-322 SM)
Ia adalah pemikir terbesar pada zamannya karena berhasil membukukan
intisari dari ajaran para ahli sebalumnya. Ia membung hal-hal yang tidak
masuk akal dan menambah pendapatnya sendiri, Bukunya merupakan
ensiklopedia pengetahuan masa itu. Tentang unsur-unsur dasar, ia
menyebutnya adanya zat tunggal yang di sebut hule. Bentuk zat tunggal ini
bergantung dari kondisinya., dapat berbentuk tanah, air, udara atau api.
Adanya transmutasi di sebabkan oleh keadaan dingin, lembap, panas, dan
kering. Contoh bila hule dalam kondisi lembab dan panas, ia berbentuk api,
dan bila kerning dan dingin berbentuk tanah. Aristoteles tidak mempercayai
adanya ruang hampa. Ia bependapat bila disuatu tempat tidak ada apa-
apanya (benda), di situ pasti ada sesuatu yang immaterial, yaitu ether
(bukan ether yang kita kenal sebagai senyawa kimia). Ajaran aristoteles
yang penting adalah suatu pola pikir dalam memperoleh kebenaran
berdasarkan logika.
5) Pythagoras (+ 500 Sm)
Berpendapat bahwa sebenarnya unsur dasar membentuk benda itu ada
empat, bukan satu, yang dapat berubah dalam tiga bentuk dalam unsur
lainnya, seperti yang diungkapkan oleh para ahli sebelumnya. Keempat
unsur dasar itu adalah tanah, api, udara, dan air. Pythagoras juga terkenal di
bidang matematika. Salah satu penemuan yang terpakai sampai sekarang
adalah dalil Pythagoras tentang segitiga siku-siku. Pythagoras berpendapat
bahwa bumi bulat dan berputar. Karena berputar, tampak seolah-olah alam
berputar mengelilingi bumi.
6) Empedokles (480-430 SM)
Menyempurnakan ajaran pythagoras tentang empat unsur dasar yaitu tanah,
air, udara, dan api..Ia memperkenalkan adanya tenaga penyekat atau tarik-
menarik dan tenaga pemisah atau tolak menolak, kedua tenaga inilah yang
mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur tadi.3.

3
Sri Ilham Nasution, IAD,IBD,ISD Materi MKDU Pada Perguruan Tinggi (Bandar Lampung: Fakultas
Dakwah IAIN Raden Intan,2014) hl.147-150

8
C. Pemahaman Pemikiran Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaksisentris,
dan Asisentris
1. Pemahaman Antroposentris
Antroposentris ( anthropus = manusia, centrum = pusat ) adalah anggapan
bahwa manusialah yang menjadi pusat segala-galanya. Pandangan ini masih
dalam tahap awal perkembangan pikiran manusia.4
2. Pemahaman Geosentris
Geosentris ( geo = bumi ) adalah anggapan bahwa bumi pusat alam semesta.
Semua benda langit mengelilingi bumi merupakan anggapan yang berkembang
sejak abad ke-6 SM. Tokohnya:
a. Thales (624-548 SM) yang dianggap orang pertama yang mempertanyakan
dasar alam dan isinya. Thales percaya bintang-bintang bisa memancarkan
cahaya sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar matahari ke
bumi. Dikatakan bahwa bumi merupakan cakram yang mengapung di atas
air.
b. Anaximender (610 – 546 SM) ialah orang pertama yang menyatakan
bahwa langit berputar dengan poros bintang kutub Kubah langit yang
nampak adalah setengah bola dengan bumi sebagai pusatnya.
c. Pythagoras (580-500 SM) yang terkenal dengan dalil segitiga siku-siku.Di
samping pelopor matematika, ia juga berkeyakinan bahwa bumi bulat dan
berputar, sehingga menampakkan gerakan perputaran semu dari langit. Ia
juga mengajarkan bahwa di bumi terdapat 4 unsur yaitu : tanah, air, udara
dan api.
d. Erasthothenes (276-195 SM) ialah orang yang pertama menghitung ukuran
bumi sebagai benda bulat.
e. Ptolomeus (127-151 SM) mengemukakan pendapatnya bahwa bumi adalah
pusat jagad raya, berbentuk bulat, diam setimbang tanpa tiang penyangga
f. Avicenna (Ibn-Shina abad 11), seorang ahli Ilmu Pengethuan, terutama
dalam bidang Ilmu Kedokteran, Fiolosof.[6]
3. Pemahaman Heliosentris
Heliosentris (Helios = matahari) adalah anggapan bahwa pusat alam semesta
adalah matahari. Hal ini merupakan pendapat baru karena makin sempurnanya
alat pengamat bintang berupa teleskop dan semakin meningkatnya kemampuan
berfikir manusia yang terjadi pada tahun 1500 – 1600.

4
https://islamkajiankita.blogspot.com/2017/02/pengertian-dari-antoprosentris.html?m=1 (diakses pada
18 september 2023)

9
Sebagai tonggak sejarah Nicolous Copernicus (1473-1543) dengan pokok
ajaran:
a. Matahari adalah pusat sistem solar sedangkan bumi adalah salah satu planet
di antara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
b. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
c. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan
adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.
4. Pemahaman Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy : kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan
bahwa pusat alam semesta adalah galaksi. Paham tersebut berkembang sejak
tahun 1920 setelah Amerika Serikat membuat teleskop raksasa, sehingga
informasi tentang galaksi makin jelas diketahui orang. Di California terdapat 2
buah observatoria : Mount Wilson dengan pemantul 1,5 meter dan Mount
Palomar dengan pemantul 2,5 meter dan tahun 1976 berdiri observatorium
Zelenchukskaya di Rusia.
Pengetahuan tentang galaksi Bima Sakti makin intensif, sementara itu
perhatian ke galaksi yang lain mulai dikembangkan.
5. Pemahaman Asentris
Asentris (a = tidak) merupakan anggapan bahwa tidak perlu lagi adanya pusat
pusatan dalam alam semesta ini, semuanya beredar dalam konstelasi ilmiah.
Dengan paham ini manusia semakin kecil jika dihadapkan pada alam semesta
yang tidak terbatas ukurannya, sehingga secara agama semuanya dikembalikan
pada Tuhan sebagai Sang Pencipta.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola pikir merupakan sebuah filosofi kehidupan, cara berpikir, sikap, opini,
dan mentalitas yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi perilaku seseorang, dan
pengambilan keputusan dalam respon individu untuk berbagai situasi. Mindset
(pola pikir) adalah cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu
berdasrkan sudut pandang tertentu. Manusia mampu mengunakan pengetahuannya
yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru sehingga
menjadi suatu akumulasi pengetahuan.
Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut
dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul
disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia. pada zaman
Babylonia tentang alam semesta antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan
sauatu ruangan atau selungkup. Lantainya adalah bumi yang datar, sedangkan langit
dengan bintangnya merupakan atapnya. Di langit ada semacam jendela yang
memungkinkan air hujan dapat sampai ke bumi. Adapun perhitunngan bidang edar
matahari sama dengan 365,25 hari.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga
berasal dari zaman Babilonia ini. Masyakat waktu itu, bahkan mungkin masih ada
juga pada masa kini, dapat nenerima karena pengetahuan yang mereka peroleh dari
kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk memecakan
masalah hidup yang mereka hadapi.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dailysocial.id/amp/post/mindset
https://islamkajiankita.blogspot.com/2017/02/pengertian-dari-antoprosentris.html?m=1
Nasution Sri Ilham, 2014 IAD,IBD,ISD Materi MKDU Pada Perguruan Tinggi ,
Bandar Lampung: Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan
Suherman Usep dkk, Ilmu Ilmiah Dasar , Bandung : Widina Bhakti Persada

12

Anda mungkin juga menyukai