Anda di halaman 1dari 141

MODUL

METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 1
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANUSIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai perkembangan pemikiran
manusia dalam memenuhi rasa keingintahuan dan kepuasan akan
pengetahuan. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
1.1 Menjelaskan perkembangan pemikiran manusia.
1.2 Menjelaskan pemecahan rasa keingintahuan dan kepuasan akan
pengetahuan.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan perkembangan pemikiran manusia

Sejak dilahirkan ke dunia, manusia diberikan kelebihan oleh Tuhan


Yang Maha Esa berupa akal pikiran yang berguna untuk bertahan hidup dan
beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa baik secara vertikal maupun
horizontal. Zaman dahulu manusia sudah mulai beradaptasi dengan
lingkungannya untuk bertahan hidup. Orang Eskimo dapat bertahan di
lingkungan yang bersuhu yang sangat dingin, suku yang tinggal di daerah
gurun dapat bertahan di daerah yang tandus dan panas, suku yang tinggal di
hutan pedalaman dapat bertahan hidup dari liarnya kehidupan hutan.
Upaya bertahan hidup dan beradaptasinya manusia terhadap
lingkungannya didukung dengan akal pikirannya yang selalu mendorong rasa
ingin tahu dan sifat manusia yang tidak pernah puas. Rasa ingin tahu dan tidak
puas inilah yang nantinya membuat manusia selalu berpikir dan mencoba
berbagai hal yang memang ia butuhkan maupun ia minati.
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusa berbeda dengan yang dimiliki
hewan. Hewan jika kita perhatikan rasa ingin tahunya hanya terbatas dan
fokus pada perkembangbiakan, mendapatkan makanan dan mempertahankan
hidupnya. Kemampuan hewan ini dikenal dengan istilah instinct. Manusia

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

juga memiliki instinct seperti pada hewan, tetapi ditambah kelebihan lain
berupa akal pikiran.
Akal pikiran inilah yang membedakan manusia dengan hewan,
misalkan pada hewan yang memiliki rumah atau sarang. sarang hewan seperti
lebah hanya digunakan untuk berkembang biak dan tempat tinggal dan bentuk
serta desainnya selalu sama sepanjang zaman. Berbeda dengan manusia yang
membuat rumah dengan tujuan yang hampir sama dengan hewan ditambah hal
lain seperti berinvestasi, meningkatkan tingkat kesenangan dan sebagainya
yang membuat rumah manusia selalu mengalami perubahan sepanjang zaman
dan seiring perubahan pola pikir manusia itu sendiri.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan pemecahan rasa keingintahuan dan kepuasan akan
pengetahuan

Manusia memiliki hawa nafsu yang membuat manusia tidak pernah


merasa puas akan apa-apa yang telah dimiliki atau dicapai. Misalkan kita
awalnya berjalan kaki, ingin memiliki sepeda. Setelah memiliki sepeda ingin
naik sepeda motor, setelah memiliki sepeda motor ingin mobil dan seterusnya
tidak pernah berhenti hingga ajal menjemput.
Begitu pula dengan rasa ingin tahu manusia yang tidak pernah berhenti.
Manusia selalu berusaha mencari tahu apakah, siapakah, kapankah,
dimanakah, oleh apa dan bagaimana tentang suatu fenomena atau kejadian.
Rasa ingin tahu ini pula yang membuka pola pikir manusia untuk menjawab
berbagai pertanyaan dalam kehidupannya.
Dalam pemenuhan rasa ingin tahunya manusia pertama kali
menggunakan panca inderanya untuk menjelaskan berbagai fenomena di
lingkungannya. Panca indera tersebut hanya didukung oleh teknologi
seadanya sehingga berbagai hal yang memang tidak terjangkau oleh indera
manusia dijelaskan melalui berbagai mitos.
Mitos berkembang pesat karena keterbatasan dari alat pengamatan
manusia terhadap berbagai fenomena. Keterbatasan dan rasa keingintahuan

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

yang tinggi menyebabkan manusia membuat cerita sesuai dengan jalan


pemikirannya sendiri dan menyebar turun temurun sehingga menjadi sebuah
kepercayaan dan menjadi legenda.
Seiring dengan meningkatnya peradaban manusia dan bertambahnya
pengalaman manusia tentang suatu fenomena, maka mitos pun mulai sedikit
demi sedikit ditinggalkan. Pengetahuan pun mulai berdasar pada sebagian
mitos dan sebagian pengalaman serta rasionalitas. Inilah pengetahuan yang
kita kenal dengan pseudo science.
Peradaban manusia semakin meningkat dari waktu ke waktu ditambah
dengan meningkatnya arus penyebaran teknologi yang didukung oleh
percepatan informasi. Berbagai kemajuan inilah yang telah memacu
terciptanya pengetahuan yang berdasar pada metode ilmiah yang disebut
dengan science. Dunia semakin tanpa batas wilayah, dimana setiap orang
mampu berkomunikasi dan menyebarkan informasi dimana saja dengan
menggunakan fasilitas internet, sehingga pengetahuan meningkat berkali-kali
lipat dari sebelumnya.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan hewan dengan manusia?
2. Jelaskan bagaimana manusia memenuhi rasa keingintahuannya terhadap
suatu fenomena?
3. Ceritakan 1 jenis mitos yang Anda ketahui!
4. Jelaskan bagaimana masyarakat mempercayai suatu mitos!
5. Jelaskan bagaimana science terbentuk?

D. DAFTAR PUSTAKA

Darmodjo, Hendro & Kaligis, Yeni. 1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:
Universitas Terbuka.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
Modul Metodologi Penelitian

GLOSARIUM

Mitos, yaitu cerita tentang dewa-dewa yang berhubungan dengan bermacam


kekuatan gaib atau cerita tentang asal-usul semesta alam atau suatu bangsa yg
mengandung hal-hal yg ajaib

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


4
PERTEMUAN 2
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
2.1 Menjelaskan hakikat pengetahuan.
2.2. Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan.
2.3. Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan dan penelitian

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 2.1:
Menjelaskan hakikat pengetahuan

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu ingin tahu apa yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Rasa keingintahuan inilah yang menjadi magnet bagi
manusia untuk mendapatkan informasi penjelasan dari berbagai macam peristiwa
yang terjadi di lingkungannya tersebut. Informasi penjelasan ini bisa dikatakan
sebagai pengetahuan (Seniati, dkk., 2015: 1). Hal tersebut membuat manusia
berada pada kondisi sebagai masyarakat informasi (information age).
Pengetahuan digunakan manusia untuk tetap eksis dengan dunia ini dan
manusia lainnya. Pengetahuan menyebabkan manusia bisa bertahan hidup,
menemukan hal baru untuk terus berkembang, dan menyebabkan manusia bisa
berada pada posisi yang lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya. Namun secara
kultural, pengetahuan manusia memang ada, tetapi kebenarannya tetap berada di
bawah syarat-syarat eksistensi manusia.
Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan runtut serta melalui metode ilmiah. Metode ilmiah atau metode
penelitian adalah langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
2. Menyusun kerangka berpikir.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis.
5. Menarik kesimpulan.
Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara memperoleh dan menyusun
pengetahuan. Jadi bisa diibaratkan bahwa pengetahuan adalah bahan yang
digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Adapun menurut Helmstadter
(dalam Christensen, 2001) menyatakan bahwa ada 6 cara manusia untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu:

1. Tenacity
Metode ini berdasarkan pada kebiasaan atau takhayul di masyarakat yang
seolah-olah seperti sebuah fakta, sehingga kita terarah untuk meyakininya
secara kontinu. Pengetahuan dirasa benar karena kita terus mempercayainya.
Contoh tenacity adalah sebagai berikut:

Nana Supriyatna mempunyai sebuah baju “ajaib” pemberian


kakaknya, yang menurutnya dapat membuatnya selalu mendapat
nilai bagus dalam ujian. Hal ini terjadi karena selama ini, dirinya
sering gagal ujian karena memakai baju yang berbeda. Namun,
ketika mengerjakan ujian kalkulus yang dianggapnya paling sulit,
dengan baju pemberian kakaknya itu, ia berhasil lulus dengan nilai
yang bagus. Karena itu Nana Supriyatna menganggap bajunya itu
ajaib sehingga ia senang jika ujian menggunakan baju tersebut dan
ternyata selalu berhasil.
Kekukuhan pendapat (tenacity) terjadi karena Nana Supriyatna percaya
bahwa baju itu selalu membuatnya berhasil ujian. Kekukuhan pendapat juga
terjadi pada masyarakat atau suku tertentu. Contohnya, orang Sunda percaya
bahwa jika bangun kesiangan maka tidak akan kebagian rezeki.
Metode ini punya kelemahan: (1) terkadang tenacity tidak sesuai dengan
kenyataan, (2) Tidak adanya mekanisme untuk mengevaluasi tenacity yang
bertentangan dengan kenyataan. Namun demikian, walaupun metode ini
mempunyai kelemahan, bukan berarti metode ini tidak dipakai dalam
penelitian ilmiah. Tenacity terjadi bila peneliti sangat yakin bahwa pendapat
atau hipotesisnya benar, meskipun banyak dikritik berbagai pihak, misalnya
teori dari Freud yaitu teori Psikoanalisa.

2. Authority
Metode ini berdasarkan pada pendapat yang dianggap berkuasa atau
memiliki otoritas. Pengetahuan ini dipaksakan oleh para tokoh yang berkuasa
karena memiliki kekuatan untuk memaksa dan memberi sanksi bagi yang
menolaknya. Contoh authority adalah sebagai berikut:

Sibuea adalah pemimpin jemaat pondok nabi, ia meramalkan bahwa


kiamat terjadi tanggal 10 November 2003. Oleh karena itu, ia
memerintahkan pengikutnya untuk menyerahkan seluruh hartanya
dan berkumpul di Baleendah, Bandung. Para pengikutnya
mempercayainya dan berkumpul sambil menyanyi dan menari
tanggal 9 November 2003 untuk menyambut datangnya kiamat.
Namun, hingga saat ini belum terjadi kiamat.

Metode ini punya kelemahan, yaitu pengetahuan yang didapat dari pihak
otoritas belum tentu benar atau tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya lagi,
ketika seorang mahasiswa yang berkonsultasi tentang masalah penelitiannya
dengan seseorang yang ahli dalam bidangnya, maka pendapat dari seorang
ahli tersebut dianggap benar dan dipercayainya begitu saja.
3. Intuition
Metode ini dilakukan tanpa melalui proses penalaran (reasoning) atau
pengambilan kesimpulan yang benar. Metode ini sesuai akal sehat dan
mementingkan penjelasan pribadi. Contoh intuition adalah sebagai berikut:

Suatu hari, Abel sedang mengendarai motornya menuju sekolah


melalui jalan yang biasa ia lalui. Namun, entah kenapa tiba-tiba ia
berpikir bahwa jalan tersebut akan macet dan ia akan telat untuk
datang ke sekolah. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk lewat
jalan lain dan ternyata ia tidak telat datang ke sekolah.

Metode ini punya kelemahan, yaitu (1) tidak dapat memisahkan antara
pengetahuan yang akurat dengan yang tidak akurat, (2) Bersifat self evident.
Penggunaan metode intuisi terjadi ketika peneliti membentuk hipotesis.

4. Rationalism
Metode ini dikenal sebagai metode deduktif karena mengandalkan
pemikiran rasional yang pembuktiannya akan dicari pada situasi sehari-hari.
Metode ini sering diapaki oleh para filsuf. Contoh rationalism adalah sebagai
berikut:

Aristoteles adalah seorang filsuf terkenal, ia menyatakan bahwa


secara logika, benda yang lebih berat akan jatuh lebih dahulu dari
pada benda yang lebih ringan jika dijatuhkan dari ketinggian yang
sama. Secara logika, pendapat ini dapat diterima sebagian orang,
bahkan sampai sekarang.

Pendapat Aristoteles tersebut tampak benar, namun ketika di uji ternyata


pendapat tersebut tidak benar. Walaupun demikian, metode ini adalah bagian
penting dalam ilmu. Rasionalisme digunakan saat peneliti menghubungkan
teori-teori untuk dijadikan hipotesis, karena jika peneliti tidak menggunakan
rasionalisme dalam merumuskan landasan teorinya maka penelitian tersebut
dianggap tidak berdasar ilmiah.

5. Empiricism
Metode ini mengutamakan metode rasionalisme dan intuisi. Metode ini
menganggap bahwa suatu hal dianggap benar jika sesuai pengalaman atau
hasil observasi. Metode ini dikenal sebagai metode induktif karena membuat
kesimpulan berdasarkan pengalaman. Contoh empiricism adalah sebagai
berikut:

John Locke membuat tiga percobaan dengan tiga buah ember:


ember pertama diisi air hangat, ember kedua diisi air hangat dan
dingin, dan ember ketiga diisi dengan air dingin. Seseorang diminta
memasukkan tangan kanannya ke ember pertama dan tangan
kirinya di ember ketiga. Pasti tangan kanannya hangat dan tangan
kirinya dingin. Setelah itu, secara bersama kedua tangannya
dimasukkan ke dalam ember kedua sehingga terasa tangan kananya
terasa sejuk dan tangan kirinya terasa hangat, padahal sama-sama
ada di ember yang sama.

Contoh di atas membuktikan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman


sebelumnya dan setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda
sehingga empirisme tidak selalu sesuai dengan kenyataan.

6. Science
Metode ini adalah metode yang terbaik untuk mendapat pengetahuan,
karena berusaha sedekat mungkin memperoleh informasi dengan kenyataan.
Metode ini disebut juga sebagai a method or logic of inquiry. Metode ini
adalah metode yang menggabungkan antara metode rasionalisme dan metode
empirisme. Dalam metode ini, pengetahuan diperoleh secara objektif,
terkontrol, sistematis, dan bisa diuji melalui metode induktif dan metode
deduktif. Metode ilmiah juga bersifat self-correction sehingga pengetahuan
yang didapatkan bisa dikembangkan dan bisa diperbaiki.

Tujuan Pembelajaran 2.2:


Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan

Ilmu bukan hanya sebatas sebuah pengetahuan, melainkan mengumpulkan


kumpulan pengetahuan yang dapat diuji menggunakan metode ilmiah. Manusia
mendapatkan ilmu setelah mereka menelusuri lebih jauh pengetahuan-
pengetahuan yang sudah didapatkannya. Hal tersebut dilakukan karena ilmu
pengetahuan dibutuhkan untuk meraih kemajuan dan perkembangan kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan melakukan pengendalian tentang
suatu hal. Jadi, ilmu pengetahuan adalah sekumpulan pengetahuan dalam bidang
tertentu yang disusun secara sistematis menggunakan metode keilmuan, sehingga
dapat dipelajari dan diajarkan serta bernilai guna.
Menurut Conant (Seniati, dkk., 2005: 15) menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah kumpulan skema konseptual yang saling berkaitan, yang
kemudian dikembangkan sebagai bagian output dari eksperimen dan observasi.
Lebih lanjut, J. B. Connant, Kerlinger, dan Lee (2000) serta Guigan (1990)
menyimpulkan ada 2 pandangan tentang ilmu, yaitu pandangan statis dan
pandangan dinamis. Pandangan statis menyatakan bahwa ilmu merupakan bagian
aktivitas untuk menambah informasi yang telah ada sebelumnya secara sistematis
terhadap dunia. Sedangkan pandangan dinamis, memandang ilmu sebagai
keseluruhan bagian aktivitas yang dilakukan ilmuwan sehingga pengetahuan
sekarang diperlukan untuk sebuah teori dan penelitian lanjutan guna
“menemukan” hal baru, terutama menemukan pemecahan masalah, maka
pandangan ilmu pengetahuan ini juga disebut sebagai pandangan heuristik.
Ilmu Pengetahuan

Statis Dinamis

Ilmu adalah sekumpulan Ilmu adalah serangkaian kegiatan


pengetahuan yang terintegrasi. yang bertujuan untuk menemukan
variabel-variabel yang berperan
Ilmu berfungsi untuk menemukan penting dalam kehidupan, mencari
fakta-fakta baru dan hubungan antara variabel-variabel
menambahkannya pada tersebut dan menemukan hukum
pengetahuan sebelumnya dalam atau aturan yang bisa menjelaskan
rangka mengembangkan hubungan tersebut.
pengetahuan tersebut.
Ilmu berfungsi untuk membangun
hukum-hukum umum mengenai
tingkah laku dari kejadian empiris,
sehingga memungkinkan ilmuwan
untuk menghubungkan
pengetahuan mengenai kejadian-
kejadian yang telah diketahui dan
membuat prediksi yang reliabel
mengenai kejadian yang belum
diketahui.

Gambar dua pandangan ilmu pengetahuan (Seniati, dkk., 2005: 15)

Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek dan metode ilmiah, atau
memiliki aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek ontologis, yaitu aspek yang berkaitan dengan apa yang dipelajari objek
studi. Aspek ini berkenaan dengan apa yang ingin diketahui, apa yang
dipikirkan atau apa yang menjadi sebuah masalah. Contoh aspek ontologis
dalam ilmu ekonomi adalah perilaku manusia yang dihadapkan pada
persoalan sumber daya manusia yang terbatas dengan kebutuhan manusia
yang tidak terbatas.
2. Aspek epistimologis, yaitu aspek yang berkaitan dengan bagaimana ilmu
mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode keilmuan tertentu
yang ditunjang oleh sarana pemikiran ilmiah.
3. Aspek aksiologis, yaitu aspek yang berkaitan dengan kegunaan ilmu. Nilai
guna ini bisa dilihat secara positif dan normatif. Secara positif, ilmu berguna
untuk menjelaskan, mendeskripsikan, dan memprediksi berbagai fenomena
yang sesuai dengan objek studi yang dipelajari. Secara normatif, ilmu berguna
untuk mengendalikan berbagai fenomena ke arah yang dikehendaki.

Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengembangkan prinsip-prinsip yang


akan digunakan manusia untuk memecahkan masalah hidupnya dan untuk
memahami dunia dimana manusia tinggal. Tujuan ini berlaku untuk masyarakat
umum dan masyarakat awam. Ilmu pengetahuan tidak mengamati gejala secara
superficial, melainkan menuntut adanya pengujian, pembentukan gambaran jelas
tentang gejala tersebut, sehingga diharapkan bisa memprediksi gejala yang
terjadi di masa depan serta bisa mengontrol gejala tersebut. Cristensen (Seniati,
dkk., 2005: 16) menyebutkan ada empat tujuan ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Description, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk memberikan gambaran


mengenai suatu gejala secara tepat.
2. Explanation, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk memecahkan masalah
manusia.
3. Prediction, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk memprediksi atau
meramalkan gejala yang pernah terjadi dengan munculnya gejala yang sama
di masa depan dengan melihat variabel-variabel penyebabnya.
4. Control, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengendalikan munculnya
gejala atau tingkah laku tertentu guna menekan dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif dari gejala tersebut.

Sesuai dengan karakteristik ilmu yang rasional, logis, objektif, dan terbuka,
maka seorang ilmuwan haruslah memiliki sikap-sikap ilmiah sebagai berikut:
1. Sikap ingin tahu, artinya bahwa ilmuwan selalu ingin bertanya atau sangat
penasaran terhadap suatu hal yang masih bersifat gelap, tidak wajar, atau hal-
hal kesenjangan.
2. Skeptik, artinya bahwa bersifat ragu terhadap temuan-temuan yang dasar
pembuktiannya masih belum kuat.
3. Kritis, artinya cakap dalam menentukan divergensi dan konvergensi tentang
suatu hal dan cakap dalam menunjukkan batas-batas persoalan.
4. Objektif, artinya bersifat objektivitas (tidak memihak siapapun).
5. Fre from etique, artinya ilmu itu untuk menilai mana yang baik dan mana
yang benar.

Ilmu pengetahuan pada hakikatnya memiliki berbagai komponen, sebagai


berikut:
1. Teori, artinya generalisasi dari kebenaran yang telah di uji secara ilmiah.
2. Fakta, artinya sesuai dengan keadaan sesungguhnya dan tidak dibuat-buat.
3. Fenomena, artinya gejala alam yang ditangkap oleh panca indera yang
kemudian dijadikan konsep singkat dari fenomena tersebut.
4. Konsep, artinya istilah yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.

Gambar Jalinan Antara Komponen-komponen Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan berkembang melalui scientific research, diawali melalui
observasi, identifikasi masalah, kerangka berpikir, pengumpulan data, hipotesis,
uji hipotesis, analisis dan interpretasi data, sampai penarikan kesimpulan.
Perhatikanlah proses pengembangan ilmu di bawah ini:

Gambar Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Tujuan Pembelajaran 2.3:


Menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan dan penelitian

Orang berilmu pengetahuan sering dipanggil sebagai orang pintar. Orang


pintar tidak selamanya sama dengan orang yang merasa pintar. Ada sebuah
premis yang mengatakan bahwa: “merasa diri pintar adalah suatu kebodohan,
sebaliknya merasa diri bodoh adalah suatu kebodohan”. Premis ini tentunya tidak
bermaksud untuk mendorong orang menyembunyikan kepintaran atau ilmu yang
dimilikinya, tetapi semata-mata dimaksudkan untuk mengajak orang agar tidak
merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya. Seseorang yang merasa pintar
dan sudah merasa puas dengan kepintarannya cenderung tidak akan
mengembangkan kepintarannya lagi. Namun sebaliknya, seseorang yang selalu
merasa bodoh atau masih banyak yang kurang dari ilmu pengetahuan yang telah
dimiliknya, akan selalu berusaha mendekati kesempurnaan ilmu pengetahuan
yang dimikinya. Dalam rangka mendekati kesempurnaan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya maka ia akan melakukan usaha yang terencana dan sistematis yaitu
melalui penelitian. Berdasarkan pengetahuan tentang apa yang diketahuinya,
manusia dikelompokkan atas:
1. Manusia yang mengetahui apa yang diketahuinya.
2. Manusia yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya.
3. Manusia yang tidak mengetahui apa yang diketahuinya.
4. Manusia yang tidak mengetahui apa yang tidak diketahuinya.
Pengetahuan seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum
diketahuinya akan mendorong orang tersebut untuk mencari tahu. Pengetahuan
yang diperoleh melalui proses mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan
seseorang dalam memahami dunia sekitarnya. Proses mencari tahu ini, pada
hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidupnya.
Persoalan pengetahuan dapat dijelaskan melalui jawaban terhadap tiga
pertanyaan pokok, yaitu: (1) Pengetahuan apa yang ingin diketahui ? (2)
Bagaimana untuk bisa mengetahuinya ? (3) Untuk apa mengetahuinya ?.
Persoalan yang terkait dengan pertanyaan pertama adalah ontologis, persoalan
yang terkait dengan pertanyaan kedua adalah epistemologis, dan persoalan yang
terkait dengan pertanyaan ketiga adalah aksiologis.
Pengetahuan pada hakikatnya meliputi apa yang diketahui tentang suatu
objek tertentu. Misalnya semua orang tahu bahwa matahari terbit dari timur pada
pagi hari dan terbenam di barat pada petang hari, pengetahuan ini disebut sebagai
pengetahuan pengalaman. Namun, tidak semua orang tahu bagaimana
menjelaskan hal tersebut bisa terjadi secara benar. Orang-orang yang termasuk
dalam kelompok yang termaksud ini digolongkan dalam orang yang tidak
berpengetahuan tentang ilmu pengetahuan.
Pengetahuan meliputi knowledge dan science, serta seni dan teknologi.
Pengetahuan bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi mengetahui yang benar.
Ada beberapa penjelasan yang diberikan orang terhadap terbitnya matahari pada
pagi hari dari timur dan terbenam pada petang hari di barat, tetapi tidak semua
penjelasan itu benar. Demikian juga jika kita menanyakan sesuatu pada orang
lain, mungkin jawaban yang kita terima bisa benar atau salah. Kita dapat tanpa
keraguan menerima jawaban tersebut sebagai sesuatu yang benar, tetapi mungkin
kita juga menyangsikan kebenaran dari jawaban yang termaksud.
Terkait dengan cara mendapatkan sesuatu pengetahuan yang benar, manusia
dapat digolongkan dalam kaum rasionalis dan kaum empiris. Kaum rasionalis
adalah kaum yang mengembangkan paham rasionalisme dan mendasarkan
keputusannya dalam menilai kebenaran yang diterimanya pada rasio. Kaum
empiris adalah kaum yang mengembangkan paham empirisme dan mendasarkan
keputusannya dalam menilai kebenaran pengetahuan yang diterimanya pada
pengalaman. Kaum empiris dalam memahami pengetahuan yang diterimanya
sebagai sesuatu yang benar, tidak menggunakan penalaran rasional yang abstrak,
melainkan melalui pengalaman yang konkrit. Pengetahuan tentang kondisi alam
semesta atau kondisi sosial dikembangkan melalui pengamatan terhadap gejala-
gejala yang terjadi, dan selanjutnya menyusun pengetahuan yang benar secara
teratur. Selain melalui ratio dan pengalaman, pengetahuan juga diperoleh dari
intuisi dan wahyu.
Kebenaran suatu pengetahuan tidaklah bersifat mutlak. Kriteria dari
kebenaran tersebut dapat berubah atau berbeda seiring berjalannya waktu,
tempat, dan orang yang mengetahui pengetahuan tersebut. Contohnya ketika
Galileo G. (abad ke-12) menyatakan bahwa bumi ini bulat dan bumi berputar
mengelilingi matahari, maka para pengusaha menilainya sebagai ajaran sesat
yang harus dihentikan publikasinya agar tidak menyesatkan masyarakat. Namun
setelah beberapa abad, orang yang tidak mau menerima dan meyakini penyataan
tersebut pastilah dianggap sebagai orang terbodoh di dunia.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan dengan bahasa anda, apa yang dimaksud pengetahuan dan ilmu
pengetahuan ?
2. Jelaskan perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan ?
3. Buatlah masing-masing 1 contoh dari tenacity, Authority, Intuition, Rationalism,
dan empirism !
4. Jelaskan maksud fungsi ilmu pengetahuan umtuk memprediksi ?
5. Jelaskan empat kelompok manusia berdasarkan pengetahuan tentang apa yang
diketahuinya ?

D. DAFTAR PUSTAKA

Https://www.google.com/Funhas.ac.id%2Ffahutan%2Findex.php%2Fid%2Fbuku-
ajar.html
Http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602198601
1-SURYANA/FILE__7.pdf
Seniati, Liche, Bernadette N.S., & Aries Yulianto. 2005. Psikologi Eksperimen.
Jakarta: P. T. Indeks.
PERTEMUAN 3
METODE ILMIAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai metode ilmiah. Melalui
ekspositori, Anda harus mampu:
3.1. Menjelaskan metode ilmiah
3.2. Menjelaskan karakteristik metode ilmiah
3.3. Menjelaskan asumsi-asumsi dalam metode ilmiah
3.4. Menjelaskan metode ilmiah dan langkah-langkah operasionalnya
3.5. Menjelaskan peran metode ilmiah dalam pengembangan ilmu

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 3.1:
Menjelaskan metode ilmiah

Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan


mengenai gejala alam yang terorganisir secara sistematis sehingga dilakukan
proses pengujian dalam rangka membuat hipotesis untuk menjelaskan gejala
alam tersebut. Sedangkan, metode non ilmiah adalah proses yang menjelaskan
gejala alam tanpa melalui sebuah proses yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
karena tidak dapat membuktikan dengan langkah-langkah ilmiah tentang fakta-
fakta yang mendukung persepsi gejala alam tersebut. Adapun perbedaan-
perbedaan antara metode ilmiah dan metode non-ilmiah menurut Shaugnessy dan
Zechmeister (Seniati, dkk., 2005: 10), sebagai berikut:

Aspek Ilmiah Non-Ilmiah


Pendekatan masalah Empiris Intuitif
Teori Definisi jelas, Terlalu ambigu dengan
operasional, dan spesifik arti berlebihan
Hipotesis Dapat dibuktikan Tidak dapat dibuktikan
Observasi gejala Terkontrol dan Tidak terkontrol dan
sistematis seadanya
Alat ukur Akurat, tepat, sesuai Tidak akurat, tidak
tepat, tidak sesuai
Pengukuran Valid dan reliabel Tidak valid dan tidak
reliabel
Kontrol Selalu dilakukan Tidak ada
Pelaporan hasil Objektif dan tidak bias Subjektif dan bias
penelitian
Sikap peneliti Kritis, skeptis, dan Tidak kritis dan
mencari bukti menerima apa adanya
Penyimpulan terhadap Mencari hubungan Menghubungkan dua
hubungan antara antara variabel secara kejadian secara
variabel sadar dan sistematis terburu-buru tanpa
pengujian
Sifat penelitian Dapat diulang Tidak dapat diulang

Menurut Pedhaur dan Schmelkin (Seniati, dkk., 2005: 11), disebut metode
ilmiah sebenarnya lebih tepat dilihat sebagai orientasi di kalangan masyarakat
ilmiah, yang ditandai dengan adanya sikap kritis terhadap temuan-temuan dan
pernyataan-pernyataan, suatu pencarian yang aktif untuk menemukan kesalahan,
adanya sikap skeptis pada pengetahuan yang diperoleh karena didasari
pandangan akan adanya kelemahan dan inkonsistensi pemikiran seseorang, serta
melihat penjelasan-penjelasan yang ada sebagai tahp-tahap tentatif dari suatu
proses yang tidak ada akhirnya. Orientasi ilmiah ini ditandai oleh tiga hal, yaitu:
1. Toleransi terhadap ambiguitas. Tercermin dari adanya pengakuan bahwa tidak
ada suatu aturan dan resep tertentu yang mengarahkan kita untuk mencapai
suatu temuan (discovery). Toleransi ini juga menunjukkan adanya kemauan
untuk bekerja tanpa adanya kepastian jawaban yang memuaskan, serta adanya
apresiasi terhadap situasi dimana keraguan dianggap sebagai kondisi yang
tidak menyenangkan dan kepastian adalah sesuatu yang mustahil.
2. Kesediaan dan kemauan untuk mempertanyakan sesuatu yang tampaknya
sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Dengan kata lain, metode ilmiah tidak
menerima begitu saja penjelasan dan hasil penelitian yang ada, tetapi berusaha
mengkaji kembali penjelasan dan hasil penelitian tersebut.
3. Keinginan untuk melakukan pengujian terhadap berbagai kemungkinan
jawaban yang saling bertentangan satu sama lain. Hal in berarti, metode
ilmiah terbuka untuk menerima pendapat yang berbeda dan setiap pendapat
terbuka untuk diuji.

Adapun langkah-langkah metode ilmiah, sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi masalah.
2. Pengumpulan data masalah dan memfilter kembali data yang relevan dengan
masalah.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis.
5. Menarik kesimpulan dari uji hipotesis.
Tujuan Pembelajaran 3.2:
Menjelaskan karakteristik metode ilmiah

Cristensen (Seniati, dkk., 2005: 12) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik
utama dari suatu metode ilmiah, yaitu:
1. Adanya definisi operasional
Ilmu pengetahuan ilmiah didasarkan pada metode ilmiah yang memiliki
definisi operasional untuk variabel yang diteliti. Operasionalisasi variabel
berarti variabel yang diteliti harus didefinisikan secara jelas, termasuk cara
pengukurannya. Definisi terhadap variabel perlu dilakukan untuk
menghilangkan kerancuan mengenai cara mengukur gejala. Yang dimaksud
variabel adalah setiap atribut atau properti dimana objek bervariasi. Contoh
variabel adalah tinggi badan, jenis kelamin, kecemasan, dan lain sebagainya.

Definisi operasional

Pertanyaan verbal
Dia:
 Menjual banyak
motor
Dia adalah salesman
 Menunjukkan aspek
yang baik positif motor
 Membantu
penagihan
 Menangani keluhan
konsumen

2. Adanya kontrol
Peneliti perlu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab gejala alam atau
tingkah laku sehingga dapat melakukan kontrol terhadap faktor lainnya.
Kontrol ini perlu dilakukan pada jenis penelitian apapun, baik penelitian
eksperimental maupun non eksperimental, karena jika tidak adanya kontrol
maka efek yang terjadi dalam penelitian yaitu terjadi pengaruh antara variabel
sekunder terhadap variabel terikat, bukan karena pengaruh variabel bebas
yang ingin diteliti.
3. Dapat diulang
Setiap penelitian yang dilakukan seseorang seharusnya dapat diulang atau
direplikasi oleh peneliti lain. Hal ini sesuai dengan tujuan ilmu pengetahuan
yaitu untuk memperoleh pengetahuan yang sistematis mengenai dunia
berdasarkan metode ilmiah.

Tujuan Pembelajaran 3.3:


Menjelaskan asumsi-asumsi dalam metode ilmiah

Menurut Seniati, dkk. (2005: 13), menyatakan bahwa ada empat asumsi
dasar dalam suatu metode penelitian yang ilmiah, yaitu:
1. Empiricsm, artinya bahwa metode dikatakan ilmiah jika ia dapat memberikan
data atau fakta yang dapat diobservasi dan diukur sehingga pernyataan harus
dapat dibuktikan.
2. Determinism, artinya bahwa semua gejala alam di dunia ini mengikuti aturan
atau hukum tertentu sehingga kita dapat membangun teori mengenai gejala
tersebut.
3. Parsimony, artinya bahwa ketika kita menyusun hipotesis antara suatu
variabel dengan variabel lainnya, maka kita harus memilih hipotesis yang
paling sederhana atau yang paling konkret untuk menjelaskan gejala tersebut.
4. Testability, artinya bahwa harus ada pengujian yang dapat dilakukan untuk
menganalisis apakah hipotesisnya benar atau salah sehingga objektivitas dari
penelitian akan selalu terjaga.

Tujuan Pembelajaran 3.4:


Menjelaskan metode ilmiah dan langkah-langkah operasionalnya

Langkah-langkah metode ilmiah:

1. Perumusan masalah. Maksudnya bahwa pertanyaan apa, mengapa, atau


bagaimana tentang suatu obyek yang diteliti. Masalah ini harus jelas batas-
batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Penyusunan hipotesis. Maksudnya bahwa jawaban sementara atau dugaan
pertanyaan yang diajukan, materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
3. Pengujian hipotesis. Maksudnya bahwa pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan
apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis atau tidak.
4. Penarikan kesimpulan. Maksudnya bahwa harus didasarkan atas penilaian
melalui analisis dari fakta untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau tidak. Hipotesis diterima bila fakta yang terkumpul itu
mendukung hipotesis tersebut.

Hipotesis yang telah diuji kebenarannya dianggap sebagai pengetahuan baru


dan diterima sebagai ilmu atau bagian dari teori ilmiah. Secara luas, teori ilmiah
dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritas mengenai suatu gejala alam
tertentu. Pengetahuan ini kemudian dapat digunakan untuk penelaahan masalah
lain, yaitu data digunakan sebagai premis dalam usaha kita untuk menjelaskan
berbagai gejala yang lain. Dengan demikian, maka proses kegiatan ilmiah mulai
berputar lagi.

Tujuan Pembelajaran 3.5:


Menjelaskan peran metode ilmiah dalam pengembangan ilmu

Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang dengan sendirinya, akan


tetapi dapat berkembang jika adanya suatu metode ilmiah. Pada dasarnya metode
ilmiah merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan jalan
menemukan fakta-fakta secara ilmiah tanpa adanya rekayasa di dalamnya dan
memberikan penafsiran yang benar, serta dengan adanya metode ilmiah yang
dilakukan bertujuan untuk memperbarui ilmu pengetahuan yang sudah ada.
Metode ilmiah sendiri dalam memperoleh kebenaran dalam ilmu pengetahuan
dibangun di atas teori tertentu. Narbuko dan Achmadi (2007) berpendapat bahwa
ilmu pengetahuan sendiri memiliki tiga sifat utama, yaitu:
1. Sikap ilmiah
2. Metode ilmiah
3. Tersusun secara sistematis dan runtut

Sikap ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap
tersebut orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya, cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan
sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat menyusun ilmu pengetahuan
secara sistematis dan runtut. Secara garis besar keduanya mempunyai peran atau
tugas yang identik, tugas-tugas tersebut antara lain:
1. Menggambarkan secara jelas dan cermat tentang hal-hal yang dipersoalkan.
2. Menerangkan secara detil kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa
tersebut.
3. Mencari dan merumuskan hukum-hukum, tata hubungan antara peristiwa
yang satu dengan yang lain.
4. Membuat prediksi (ramalan), estimasi (taksiran), dan proyeksi mengenai
peristiwa yang bakal muncul bila keadaan itu didiamkan.
5. Melakukan tindakan-tindakan guna mengatasi keadaan atau gejala yang bakal
muncul.

Hasil dari suatu metode ilmiah dalam pengembangan ilmu, mempunyai


manfaat diantaranya:
1. Dapat dijadikan peta yang menggambarkan tentang keadaan suatu obyek yang
sekaligus melukiskan tentang kemampuan sumber daya, kemungkinan-
kemungkinan yang ditemukan di dalam melaksanakan sesuatu.
2. Dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab musabah
kegagalan, sehingga dapat dengan mudah dicari upaya untuk
menanggulanginya.
3. Dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan atau policy dalam
menyusun strategi pengembangan selanjutnya.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan metode ilmiah dengan metode non ilmiah ?
2. Jelaskan langkah-langkah metode ilmiah ?

3. Jelaskan pendapat anda tentang karakteristik dan asumsi-asumsi dalam metode


ilmiah ?

D. DAFTAR PUSTAKA

Narbuko, Cholid & Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian, Cet. 8. Jakarta:
Bumi Aksara.
Https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/pengertian-dan-hakikat-metode-
ilmiah_widiati-fadila_sudah-ok.pdf
Https://www.google.com/helen.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F41
768%2F02%2BMETODE%2BILMIAH.pdf
PERTEMUAN 4
MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan masalah dan rumusan masalah. Melalui
ekspositori, Anda harus mampu:
4.1. Menjelaskan masalah.
4.2. Menjelaskan rumusan masalah.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 4.1:
Menjelaskan masalah

Pada dasarnya penelitian dilaksanakan adalah untuk mengumpulkan data


agar bisa menjawab masalah yang menjadi persoalan. Oleh karena itu, penelitian
pasti berangkat dari masalah. Namun, Tuckman berpendapat bahwa proses
pemilihan masalah penelitian adalah hal yang paling sulit dalam proses penelitian
(Sugiyono, 2008: 32). Karena apabila dalam suatu penelitian telah bisa
menemukan masalah yang benar-benar menjadi masalah yang sebenarnya, maka
penelitian itu bisa dikatakan 50% sudah selesai. Jadi, dapat diibaratkan bahwa
masalah adalah jantungnya penelitian. Lihatlah gambar di bawah ini:
Masalah dapat diartikan sebagai bentuk penyimpangan antara teori dengan
kenyataan, antara aturan dengan pelaksanaannya. Menurut Stonner (1982),
bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan-penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa
yang dikemukakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan juga kompetisi
(Sugiyono, 2008: 32). Berikut ini adalah sumber-sumber terjadinya masalah:

1. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan


Dunia ini selalu dianamis yang selalu mengalami perubahan, namun
beberapa perubahan yang terjadi itu sangat tidak diharapkan oleh sebagian
orang tertentu karena bisa memicu masalah. Misalnya orang yang biasa
menjadi artis harus berubah ke bidang pemerintahan, orang yang biasanya
bekerja individu berubah menjadi orang yang diwajibkan bekerja secara
kolektif, atau orang yang biasanya menggunakan mesin ketik manual harus
diganti dengan menggunakan komputer. Hal tersebut tentunya akan
memunculkan sebuah masalah.
2. Terdapat penyimpangan antara rencana dengan kenyataan
Perencanaan adalah salah satu hal penting dalam melakukan sesuatu.
Ketika suatu rencana telah ditetapkan, namun hasilnya tidak sesuai dengan
ekspektasi dari rencana tersebut, tentu akan menimbulkan suatu masalah.
Misalnya ketika memasuki era reformasi tepatnya tahun 2000, telah
direncanakan bahwa Indonesia akan tinggal landas, tetapi pada kenyataannya
tidak, sehingga timbullah suatu masalah. Contoh lainnya adalah direncanakan
adanya pengawasan yang ekstra ketat agar meminimalisir KKN, tetapi
nyatanya tidak terminimalisir sehingga menimbulkan masalah.
3. Adanya pengaduan
Misalnya ada sebuah restoran yang terlihat sangat baik, ternyata setelah
ada pihak tertentu yang mengkomplain produk atau pelayanan yang diberikan
maka timbul masalah bagi restoran tersebut. Misalnya lagi terkait kopi sianida
bermerk jessica yang memuat foto orang tersebut tanpa izin, ternyata jika ada
pihak yang mengadukan produsennya ke kepolisian maka akan timbul
masalah bagi produsen tersebut. Dengan demikian, masalah penelitian dapat
digali dengan cara menganalisa delik pengaduan.
4. Adanya kompetisi
Adanya persaingan atau kompetitor dapat menimbulkan masalah besar
jika tidak bisa menjalin kerja sama. Misalnya perusahaan angkutan “manual”
mempunyai masalah setelah hadirnya perusahaan angkutan online sehingga
menimbulkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, penentuan masalah penelitian adalah sesuatu


yang sangat penting bagi seorang peneliti. Hal tersebut dikarenakan jika terjadi
kesalahan dalam menentukan masalah, maka tujuan penelitian tidak akan
tercapai, atau kalaupun tercapai akan memakan waktu yang cukup lama.
Pentingnya menentukan masalah dengan tepat, dapat dicontohkan secara praktis
pada kehidupan sehari-hari, misalnya seorang mahasiswa yang akan mengikuti
perkuliahan, laptopnya tertinggal di kamar yang terkunci. Ketika sampai di
rumah untuk mengambil laptop tersebut, ternyata dia lupa dimana tempat ia
menyimpan kunci kamarnya. Dia harus cepat menentukan permasalahannya
“Apakah mengambil laptop yang ada dalam kamar atau mencari kunci yang
hilang” ? Apabila permasalahannya mengambil laptop maka dia akan berusaha
semaksimal mungkin mengambil laptop tersebut, bila perlu dengan membuka
paksa pintu tersebut atau mencongkel jendela kamar. Akan tetapi, apabila
permasalahannya adalah mencari kunci kamar yang hilang, maka dia tidak bisa
memecahkan permasalahan (mengambil laptop) tersebut sebelum kunci
kamarnya ditemukan.
Hal tersebut tidak begitu berbeda apabila kita melaksanakan penelitian yang
sesungguhnya. Misalnya seseorang mahasiswa ingin melakukan penelitian
pendidikan yang terkait dengan kurang baiknya prestasi belajar matematika siswa
di suatu sekolah. Dengan di dahului identifikasi masalah, dia harus secara tepat
menentukan permasalahan yang akan ditelitinya “Apakah masalah input, metode
mengajar, masalah administrasi, atau masalah lainnya ?”. Apabila dia salah
dalam menentukan permasalahannya, maka permasalahan yang terkait dengan
kurang baiknya prestasi belajar para siswa di sekolah tersebut tidak akan
terpecahkan. Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan
bermanfaat untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut:
1. Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.
2. Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajagan data yang terkait dengan
permasalahan.
3. Memudahkan dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan, yang
memungkinkan akan menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau
permasalahan yang ditemukan.
4. Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan
asumsi sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis.

Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah penelitian,


namun satu hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu
penelitian, adalah layak atau tidaknya masalah tersebut diteliti. Pertimbangan
untuk menentukan layak tidaknya suatu masalah untuk diteliti, pada dasarnya
dapat dilihat dari dua arah, yaitu:
1. Arah masalahnya atau dari sudut objektifnya.
Pertimbangan didasarkan bagaimana penelitian tersebut akan memberikan
sumbangan terhadap pengembangan teori dalam bidang yang terkait dengan
dasar teoritis penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah yang bersifat
praktis. Memang kelayakan suatu masalah untuk diteliti sebenarnya bersifat
relatif dan tergantung pada konteks materi penelitiannya. Karena belum tentu
masalah yang layak untuk diteliti pada suatu konteks tertentu layak pula
diterapkan pada konteks yang lain. Tidak ada kriteria tertentu dalam hal ini,
keputusannya akan tergantung pada kecermatan dan ketajaman peneliti untuk
melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan.
Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah memikirkan
kemungkinan-kemungkinan kedepannya tentang bagaimana cara
pengumpulan data yang relevan untuk memecahkan masalah yang ditelitinya
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
2. Arah calon peneliti
Dari arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan
calon peneliti, jika dilihat dari biaya, waktu yang tersedia, ketersediaan alat
dan perlengkapan, kajian pustaka atau landasan teoritis yang dimiliki, dan
penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu, setiap calon peneliti
harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah persyaratan tersebut dapat
dipenuhinya dalam melaksanakan penelitian. Apabila tidak, sebaiknya
memilih masalah lain atau memodifikasi permasalahan tersebut sehingga
memungkinkan untuk dilaksanakan. Pertimbangan-pertimbangan juga harus
dilihat dari dua hal, yaitu:
a). Pertimbangan personal
1) Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan
harapan-harapan yang lain ?
2) Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut ?
3) Apakan untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki
keterampilan, kecakapan, dan latar belakang pengetahuan yang
memadai ?
4) Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-
materi yang diperlukan untuk meneliti permasalahan tersebut ?
5) Apakah saya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan
penelitian tersebut ?
6) Dapatkah saya memperoleh data yang akurat ?
7) Apakah masalah yang saya teliti memiliki signifikansi bagi keperluan
lembaga tempat saya menyerahkan laporan ?
8) Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi,
petunjuk/pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian
tersebut ?
b). Pertimbangan sosial
1) Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap
pengembangan pengetahuan di lapangan ?
2) Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para
pendidik, orang tua, dan para pekerja sosial, dan yang lainnya ?
3) Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan
penelitian-penelitian yang lain ?
4) Apabila judul ini telah diteliti, apakah perlu diperluas di luar
keterbatasan yang ada sekarang ?
5) Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam
melaksanakan penelitian ini membuat kesimpulan-kesimpulannya akan
memiliki nilai yang diragukan ?
Tujuan Pembelajaran 4.2:
Menjelaskan rumusan masalah

Telah kita ketahui berdasarkan uraian di atas bahwa rumusan masalah


berbeda dengan masalah. Jika masalah adalah kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya, maka rumusan masalah itu
merupakan pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui proses
pengumpulan data. Namun demikian, masalah dengan rumusan masalah itu juga
berkaitan, karena setiap rumusan masalah haruslah berdasarkan pada
masalahnya. Rumusan masalah dalam penelitian dapat dikelompokkan ke dalam
bentuk deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Lebih lanjut, perhatikanlah
pembahasan di bawah ini:

1. Rumusan masalah deskriptif


Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan penelitian terhadap satu variabel atau lebih
secara mandiri. Jadi tidak ada perbandingan variabel tersebut pada sampel lain
dan tidak menghubungkan variabel tersebut dengan variabel lainnya. Contoh:
a. Seberapa baik kinerja kabinet kerja ?
b. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan plat nomor ganjil-genap yang berlaku
di Jakarta ?

2. Rumusan masalah komparatif


Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang
membandingkan keberadaan antara variabel satu dengan variabel lainnya pada
sampel berbeda atau pada waktu berbeda. Contoh:
a. Adakah perbedaan produktivitas antara guru bersertifikasi dengan guru
yang tidak bersertifikasi ?
b. Adakah perbedaan kemampuan dan kedisiplinan siswa antara siswa di
sekolah negeri dengan siswa di sekolah swasta ?
c. Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat di Provinsi Banten dan
provinsi D.K.I. Jakarta dalam hal pelayanan pendidikan ?
3. Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan (simetris, kausal, dan interaktif) antara dua
atau lebih variabel.
a). Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
secara kebetulan munculnya bersama. Contoh:
1). Adakah hubungan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi
belajarnya di sekolah ?
2). Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah ?
b). Hubungan kausal adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat sebab-akibat, sehingga akan ada variabel bebas dan variabel
terikat. Contoh:
1). Adakah pengaruh besarnya tunjangan profesi guru terhadap prestasi
kerjanya di sekolah ?
2). Seberapa besar pengaruh kepemimpinan atasan terhadap perilaku
bawahannya ?
c). Hubungan interaktif adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
saling mempengaruhi. Contoh:
1). Adakah hubungan antara motivasi dan kedisiplinan siswa terhadap
hasil belajarnya di sekolah ?
2). Adakah hubungan antara kompetensi guru terhadap hasil belajar
siswa ?
Setelah masalah ditentukan, kemudian masalah tersebut perlu dirumuskan.
Namun, pertanyaan-pertanyaan tersebut hendaknya termasuk ke dalam
pertanyaan yang baik. Beberapa kesalahan umum dalam rumusan masalah
adalah:
1. Pengumpulan data tanpa tujuan atau rencana yang didefinisikan secara baik.
2. Mengambil kelompok data yang ada dan berusaha untuk menyesuaikan
pertanyaan penelitian untuk hal tersebut.
3. Definisi-definisi tujuan terlalu umum atau istilah-istilah memiliki arti ganda
yang menyebabkan interpretasi-interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan
menjadi bercabang dan tidak sahih.
4. Mengerjakan penelitian tanpa penelaahan literatur yang sesuai dengan
permasalahan.
5. Gagal dalam mencari kerangka konsep-konsep dan teori yang menjadi dasar
penelitian.
6. Tidak membuat asumsi yang jelas sebagai dasar penelitian yang dapat
dievalusi.
7. Tidak mengemukakan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam
pendekatan, secara implisit atau eksplisit, keterbatasan-keterbatasan pada
kesimpulan dan bagaimana mengaplikasikannya pada situasi yang lain.
8. Tidak megantisipasi hipotesis alternatif.

Memang tidak ada ketentuan atau aturan bagaimana cara merumuskan


masalah, akan tetapi disarankan sebaiknya rumusan masalah tersebut:
1. Dibuat dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan tersebut sudah merupakan
setengah jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.
2. Padat dan jelas.
3. Memberikan petunjuk untuk kemungkinan mengumpulkan data.
4. Minimal memiliki dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan masalah dalam penelitian ?

2. Jelaskan perbedaan antara masalah dengan rumusan masalah ?

3. Buatlah 6 rumusan masalah tentang manajemen !

D. DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Http://etih.staff.ipb.ac.id/files/2011/07/Perumusan-Masalah-Penelitian.pdf
Http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/definisi-masalah-dan-jenis-jenis-dalam-
penelitian.html
Http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/MODUL_3B.pdf
www.komsi.staff.gunadarma.ac.id_lecture_metode_penelitian.pdf
PERTEMUAN 5
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat
penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
5.1 Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 5.1:
Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

Pada umumnya, beberapa orang masih menganggap bahwa tujuan penelitian


dan manfaat penelitian itu adalah hal yang sama, padahal sejatinya antara tujuan
dan manfaat penelitian itu berbeda. Tujuan penelitian adalah pernyataan
mengenai apa yang akan dihasilkan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tersebut. Sedangkan manfaat penelitian adalah pernyataan mengenai kegunaan
ilmiah dan praktis yang akan dihasilkan dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti tersebut.
Tujuan penelitian tergantung pada faktor jenis penelitian apa yang akan
dilakukan dan masalah apa yang akan anda teliti. Dengan demikian, maka tujuan
penelitian harus konsisten dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan
(sesuai rumusan masalah). Contoh tujuan penelitian:
1. Untuk mengevaluasi latar belakang profesional dan budaya kerja terhadap
kinerja sekolah.
2. Untuk mempengaruhi faktor-faktor yang dominan terhadap kinerja sekolah.
3. Untuk menemukan, mengeksplorasi, mengevaluasi, dan lain sebagainya.
4. Untuk memperoleh data empiris yang dapat digunakan dalam merumuskan,
memperluas, dan memverifikasi teori. Tujuan penelitian seperti ini dimiliki
oleh ilmu-ilmu murni (pure science).
5. Untuk memecahkan persoalan yang ada dalam kehidupan. Tujuan penelitian
semacam ini terdapat pada ilmu-ilmu terapan (applied sciences).

Manfaat penelitian sangat berhubungan erat dengan kegunaan ilmiah dan


kegunaan praktis dari hasil penelitian yang diteliti oleh peneliti, penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat ilmiah, artinya berguna untuk memberi sumbangsih terhadap ilmu
pengetahuan yang ada relevansinya dengan bidang ilmu yang sedang
dipelajari. Contohnya: Untuk memberikan sumbangan informasi bagi
perkembangan ilmu manajemen pendidikan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru.
2. Manfaat praktis, artinya bahwa kegunaan penelitian bagi dunia praktis yang
berlangsung di lapangan. Contohnya: untuk mengatasi menurunya kinerja
guru, perbaikan sistem pendidikan, dan lain sebagainya.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan tujuan dengan manfaat dalam penelitian?
2. Buatlah suatu rumusan masalah dari suatu masalah tentang manajemen,
kemudian dari rumusan tersebut anda buat apa tujuan dan manfat
penelitiannya ?
D. DAFTAR PUSTAKA

Https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf
Http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602198601
1-SURYANA/FILE__7.pdf
PERTEMUAN 6
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai landasan teori dan kerangka
berpikir. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
6.1. Menjelaskan pengertian teori
6.2. Menjelaskan peranan dan fungsi teori
6.3. Menjelaskan kajian teori dan studi kepustakaan
6.4. Menjelaskan kerangka berpikir

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 6.1:
Menjelaskan pengertian teori

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus terlebih dahulu mengkaji teori


yang relevan dengan masalah penelitian. Untuk dapat melakukan pengkajian
teori sebagai landasan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus memahami
konsep-konsep dasar tentang teori. Konsep dasar teori telah banyak diungkap
oleh para ahli.
Sukmadinata (1999: 17) menyatakan bahwa “teori merupakan suatu set atau
sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal”. Teori
merupakan abstraksi dari pengetahuan pengertian atau hubungan dari proporsi
atau dalil. Menurut Kerlinger dalam Nazir (2005: 19) menyatakan bahwa teori
adalah sebuah set konsep atau construct yang saling berhubungan antara yang
satu dengan yang lainnya, suatu set dari proporsi mengandung suatu pandangan
sistematis dan fenomena.
Menurut Sukmadinata (1999: 17), ada tiga kelompok karakteristik utama
sistem pernyataan suatu teori, yaitu: (1) Pernyataan dalam suatu teori bersifat
memadukan (unifying statement), (2) Pernyataan tersebut berisi kaidah-kaidah
umum (universal preposition), (3) Pernyataan bersifat meramalkan (predictive
statement). Rose dalam Sukmadinata (1999: 18) menyatakan bahwa karakteristik
pernyataan (set of statement) tersebut meliputi definisi, asumsi, dan kaidah-
kaidah umum. Dalam rumusan yang lebih kompleks, teori ini juga menyangkut
hukum-hukum, hipotesis, dan deduksi-deduksi yang logis-sistematis. Teori harus
mampu menjangkau ke depan, bukan hanya menggambarkan apa adanya,
melainkan mampu meramalkan (prediktif) apa yang akan terjadi atas suatu
peristiwa. Nazir (2005: 19) menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu
diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas gagasan (construct) yang
sudah didefinisikan secara luas dan mendefinisikan hubungan unsur-unsur
dalam set tersebut secara jelas pula.
2. Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antar gagasan, sehingga
pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh
variabel dengan jelas kelihatan.
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana
yang berhubungan dengan variabel mana.

Tujuan Pembelajaran 6.2:


Menjelaskan peranan dan fungsi teori
Teori merupakan alat dari ilmu (tool of science). Nazir (2005: 19-20)
menyatakan bahwa sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai
berikut:
1. Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan
definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya
Teori sebagai orientasi utama dari ilmu. Fungsi pertama dari teori adalah
memberi batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan (range)
dari fakta yang akan dipelajari. Karena banyak fenomena yang dapat
dipelajari dari berbagai aspek, maka teori membatasi aspek mana saja yang
akan dipelajari dari suatu fenomena tertentu. Misalnya permainan bola kaki,
dapat dipelajari dari berbagai aspek, seperti dari aspek fisik, dari aspek
ekonomi (penawaran dan permintaan terhadap bola kaki), dari aspek kimia,
aspek sosiologi, dan sebagainya. Dengan adanya teori, maka jenis fakta mana
yang relevan dengan aspek tertentu dari fenomena dapat dicari dan ditentukan.
2. Teori memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana mana
fenomena-fenomena yang relevan disistematiskan, diklarifikasikan, dan
dihubung-hubungkan.
Teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi. Tugas dari ilmu juga
mengembangkan sistem klasifikasi dari struktur konsep. Dalam
pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan penting, karena konsep serta
klasifikasi selalu berubah karena suatu fenomena berubah-ubah.
3. Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris
dan sistem generalisasi
Teori meringkaskan fakta dan hasil penelitian. Dengan adanya teori,
generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah. Teori
juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain secara empiris
sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan antargeneralisasi atau
pernyataan.
4. Teori memberikan prediksi terhadap fakta
Teori memprediksi fakta-fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan
menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya
uniformitas tersebut, maka dapat dibuat prediksi terhadap fakta-fakta yang
akan datang. Teori fakta-fakta apa yang dapat mereka harapkan muncul
berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena saat ini.
5. Teori memperjelas celah-celah di dalam pengetahuan kita
Teori menjelaskan celah kosong, hal ini karena teori meringkaskan fakta-
fakta saat ini dan memprediksikan fakta-fakta yang akan datang yang belum
diamati, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelas daerah
mana dalam khazanah ilmu pengetahuan yang belum dieksplorasi. Misalnya
jika teori menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik antara pendapatan
dan fertilitas, maka teori tersebut menunjukkan celah di mana saja hubungan
tersebut berlaku secara umum, ataukah teori tersebut berlaku hanya pada
kelompok pendapatan tertentu. Misalnya lagi, adanya teori kriminalitas yang
dirumuskan berdasarkan pengamatan terhadap perilaku kelas bawah, telah
memperjelas celah bahwa kini dipertanyakan apakah teori tersebut juga
berlaku untuk kriminalitas yang terjadi pada golongan kelas atas ?
Dengan pendapat yang sedikit berbeda dari Nazir, Sukmadinata (1999: 20)
menyatakan bahwa minimal ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati oleh para
ilmuwan, yaitu: (1) Mendeskripsikan, (2) Menjelaskan, dan (3) Memprediksi.
Lebih lanjut, Sukmadinata (1999: 21) menyatakan bahwa untuk usaha
mendeskripsikan, menjelaskan, dan membuat prediksi, para ahli terus mencari
dan menemukan hukum-hukum tersebut. Melalui proses demikian mungkin
terjadi di dalam suatu “set kejadian”, semua hukum dan interelasinya dapat
dinyatakan dan teori itu telah berkembang menjadi hukum yang lebih tinggi. Para
ahli teori mencari hubungan baru dengan menggabungkan beberapa “set
kejadian” menjadi suatu “set kejadian yang baru yang lebih universal”. Hal itu
mendorong pencarian dan pengkajian selanjutnya untuk menemukan hukum-
hukum baru dan hubungan-hubungan baru dalam suatu teori baru. Fungsi yang
lebih besar dari suatu teori adalah melahirkan teori baru. Terkait dengan fungsi
teori baru, Sukmadinata (1999: 21) menguraikan tentang proses pembentukan
suatu teori atau bagaimana proses berteori berlangsung, melalui beberapa
langkah sebagai berikut:
1. Pendefinisian istilah merupakan hal yang sangat penting dalam berteori,
terutama berkenaan dengan kejelasan atau ketepatan penggunaan istilah yang
telah didefinisikan.
2. Klasifikasi yaitu pengelompokkan informasi-informasi yang relevan dengan
kategori-kategori yang sejenis. Klasifikasi juga merupakan pengelompokkan
fakta dan generalisasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen, tetapi
tidak menjelaskan interelasi antarkelompok atau interreaksi antara fakta
dengan generalisasi dalam suatu kelompok.\
3. Mengadakan induksi dan deduksi. Induksi dan deduksi merupakan dua proses
penting di dalam mengembangkan pernyataan-pernyataan teoretis setelah
pendefinisian dan pengklasifikasian. Induksi merupakan proses penarikan
kesimpulan yang lebih bersifat umum dari fakta-fakta atau hal-hal yang
bersifat khusus. Deduksi merupakan penurunan kaidah-kaidah khusus dari
kaidah yang lebih umum.
4. Informasi, prediksi, dan penelitian. Pembentukan suatu teori yang kompleks
mungkin berpangkal dari inferensi-inferensi, yaitu penyimpulan dari apa yang
diamati. Inferensi ini mungkin ditarik melalui perumusan asumsi, hipotesis,
dan generalisasi dari hasil-hasil observasi. Sesuai dengan fungsi dari teori
yaitu memberikan prediksi, teori juga berkembang melalui prediksi dan juga
penelitian. Interelasi antara prediksi yang dibuktikan dengan suatu penelitian,
tetapi ada juga yang tetap sebagai prediksi.
5. Pembentukan model-model. Karena yang dicakup dengan teori sering
menyangkut hal-hal yang sifatnya abstrak dan kompleks, maka untuk
memberikan gambaran yang lebih konkrit dan sederhana dibuatlah model-
model. Model ini menggambarkan kejadian-kejadian serta interaksi antara
kejadian.
6. Pembentukan sub-teori. Suatu teori yang telah mapan dan komprehensif
mendorong untuk terbentuknya sub-sub teori. Sub-teori ini cenderung
memperluas lingkup dari suatu teori dan juga memberikan penyempurnaan.

Tujuan Pembelajaran 6.3:


Menjelaskan kajian teori dan studi kepustakaan
Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian kepustakan atau studi
pustaka. Hal tersebut terjadi karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui
studi atau kajian kepustakaan. Nazir (2005: 93) menyatakan bahwa studi
kepustakaan atau studi literatur, selain dari mencari sumber data sekunder yang
akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana
ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana
terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat, sehingga situasi yang
diperlukan diperoleh. Menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara
tekun merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan
penelitian. Melalui studi atau kajian kepustakaan akan diperoleh informasi dari
penelitian terdahulu.
Survei atau kajian teori dapat dikerjakan sebelum atau setelah masalah
penelitian dipilih. Jika studi kepustakaan dilakukan sebelum pemilihan masalah,
penelaahan kepustakaan termasuk memperoleh ide tentang masalah apa yang
paling up to date untuk dirumuskan dalam penelitian. Kajian teori dapat
diperoleh dengan menggunakan berbagai sumber bacaan. Berikut dijelaskan
beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperoleh teori-
teori yang relevan.
1. Buku Teks
Buku teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi dan diterbitkan dengan
interval yang tidak tentu (Nazir, 2005: 106). Buku teks berkenaan dengan
suatu bidang ilmu yang isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai
buku wajib dalam mata kuliah tertentu.
2. Jurnal
Jurnal ialah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil
seminar yang diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah (Nazir, 2005: 106).
Biasanya diterbitkan sekali dalam tiga bulan. Atau sekitar 3-4 jilid setahun.
Jurnal berisi lebih dari satu artikel ilmiah dalam satu volume, yang ditulis
oleh banyak pengarang-pengarang ilmuwan. Ada juga yang berisi hanya
ringkasan-ringkasan artikel dari pengarang yang dinamakan review journal
atau Abstract Journal. Review journal adalah majalah ilmiah yang berisi
artikel-artikel yang dipersingkat dalam suatu cabang pengetahuan.
Ringkasan artikel itu bukan saja berisi ikhtisar dari hasil penemuan tetapi
dimulai dari masalah dan termasuk metode penelitian. Review journal
diterbitkan secara berkala. Sedangkan Abstract journal adalah majalah
ilmiah yang berisi singkatan atau ikhtisar dari artikel-artikel dalam jurnal-
jurnal terbaru. Artikel singkatan berisi judul, metode serta kesimpulan.
Artikel yang disingkatkan tidak lebih dari artikel yang baru diterbitkan oleh
jurnal-jurnal, antara 8-10 bulan yang lampau.
3. Periodical
Menurut Nazir (2005: 107) periodical adalah majalah ilmiah yang
diterbitkan secara berkala oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau
swasta yang berisi hasil penelitian yang dikerjakan. Banyak periodical yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi.

4. Yearbook
Yearbook adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun yang
diterbitkan tiap tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta. Ada kalanya
tiap tahun yearbook yang dikeluarkan membahas suatu masalah bidang ilmu
tertentu (Nazir, 2005: 107).
5. Buletin
Nazir (2005: 107) menyatakan bahwa buletin adalah tulisan ilmiah
pendek yang diterbitkan secara berkala, yang berisi catatan-catatan ilmiah
ataupun petunjuk-petunjuk ilmiah tentang suatu kegiatan operasional.
Biasanya dikeluarkan oleh lembaga negara ataupun oleh himpunan profesi
ilmiah. Tiap buletin biasanya berisi satu artikel saja, jika buletin berisi satu
artikel mengenai hasil penelitian, sering disebut contributions.
6. Circular
Circular adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis, biasanya dikeluarkan
oleh lembaga negara atau swasta seperti universitas, lembaga penelitian,
dinas-dinas, dan sebagainya (Nazir, 2005: 108). Circular diterbitkan tidak
dengan interval tertentu.
7. Leaflet
Leaflet berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan
oleh lembaga negara atau swasta, dengan interval yang tidak tetap.
8. Annual Review
Annual review berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah
diterbitkan selama masa setahun atau beberapa tahun yang lampau. Dalam
menggunakan annual review ini, maka carilah annual review yang terbaru,
kemudian baru mundur ke jilid-jilid sebelumnya.
9. Off Print
Adakalanya perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pengarang yang
terlepas dari majalah atau dari buku teks. Bahan demikian dinamakan off
print.
10. Reprint
Jika satu dari artikel yang sudah dimuat dalam satu majalah ilmiah dan
dicetak ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul, hal demikian
dinamakan reprint.
11. Recent Advance
Nazir (2005: 109) menyatakan bahwa recent advance adalah majalah
ilmiah yang berisi artikel-artikel yang tidak diperoleh dalam review journals.
12. Bibliografi
Menurut Nazir (2005: 109) bibliografi adalah buku yang berisi judul-
judul artikel yang membahas bidang ilmu tertentu. Dalam buku tersebut
diberikan judul, pengarang, tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman
dari sumber mana artikel tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan buku
referensi pada perpustakaan, sehingga pembaca yang membaca buku ini
memperoleh petunjuk mengenai artikel-artikel yang berguna dalam bidang
ilmu tertentu, serta dalam buku atau majalah ilmiah mana artikel tersebut
dapat diperoleh.
13. Handbook
Handbook adalah buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau
swasta yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu masalah
tertentu, ataupun tentang sutau fenomena yang bersifat umum. Handbook ini
bisa saja mempunyai pengarang, ataupun tanpa pengarang, tetapi
dikumpulkan oleh suatu instansi tertentu (Nazir, 2005: 110).
14. Manual
Manual adalah buku petunjuk tentang mengerjakan atau melakukan
sesutau secara terperinci. Biasanya mengenai suatu masalah praktis, baik
dalam mengukur, melakukan kegiatan atau memakai sesuatu secara benar
(Nazir, 2005: 110).

Tujuan Pembelajaran 6.4:


Menjelaskan kerangka berpikir

Kerangka berpikir merupakan uraian tentang bagaimana peneliti


mengalirkan jalan pikirannya secar logis dalam rangka memecahkan masalah
yang telah dirumuskan. Kerangka Berpikir juga memberikan penjelasan
sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalahan kita.
Kerangka berpikir ini disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan
hasil penelitian yang relevan atau terkait. Kerangka berpikir ini nantinya
merupakan suatu argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis. Dalam
merumuskan suatu hipotesis, argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika
deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai
premis premis dasarnya. Penyusunan kerangka berpikir dengan menggunakan
argumentasi-argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini akhirnya
melahirkan suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut nantunya akan menjadi
rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah
penelitian kita.
Dalam kerangka berpikir, maka akan dijelaskan uraian pola pikir peneliti
dari dalil-dalil, hukum-hukum, kaidah-kaidah, ketentuan-ketentuan dari
kepustakaan, dan generalisasi-generalisasi dari penelitian terdahulu yang bersifat
mutakhir dan relevan dengan masalah peneilitian. Kemudian ditarik benang
merahnya oleh peneliti menurut jalan pikirannya sendiri. Penarikan benang
merah dari teori-teori atau dalil-dalil tersebut digunakan untuk membuat model
penelitian yang menggambarkan hubungan antara konsep yang ada dengan teori,
sehingga membentuk alur hubungan yang jelas antar konsep yang ada dalam
teori. Misalnya masalah penelitian tentang pengaruh latar belakang profesional
dan budaya kerja di sekolah, maka dapat dibuat bagan kerangka berpikirnya
sebagai berikut:
Hubungan atau model bagan di atas dimaksudkan untuk memudahkan dalam
menyusun hipotesis atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah
dibuat. Namun untuk penelitian deskriptif, biasanya menggunakan pendekatan
masalah sehingga tidak menggunakan kerangka berpikir. Pendekatan masalah
dalam penelitian deskriptif biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam rumusan masalah.
Sebaiknya dalam kerangka berpikir ini, ada suatu grand design teory yang
berfungsi untuk membantu menjawab permasalahan yang dihadirkan. Adapun
kriteria-kriteria dalam menyusun kerangka berpikir, sebagai berikut:
1. Teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai sepenuhnya
dan mengikuti perkembangan teori yang muktahir.
2. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara berpikir
keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara
tersurat semua asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan teori dan kerangka berpikir ?
2. Jelaskan hubungan antara teori dan kerangka berpikir ?
3. Jelaskan beberapa kegunaan teori dalam penelitian ?
4. Tentukanlah judul penelitian dalam ruang lingkup manajemen, lalu buatlah
kerangka berpikirnya !
5. Studi kepustakaan merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan kajian
teori. Coba Anda jelaskan apa yang dapat diperoleh dari kegiatan studi pustaka
saat penyusunan kajian teori dalam penelitian !

6. Berbagai sumber rujukan dalam penyusunan kajian teori dapat dimanfaatkan,


diantaranya adalah recent advance. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud
dengan recent advance dan berikan tiga contoh yang termasuk dalam kategori
recent advance !

D. DAFTAR PUSTAKA

Http://www.google.com/peni.staff.gunadarma.ac.id/Hipotesis.pdf
Http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602198601
1-SURYANA/FILE__7.pdf
Http://www.informasiahli.com/2015/07/pengertian-kerangka-berpikir-dalam-
penelitian.html.
PERTEMUAN 7
HIPOTESIS PENELITIAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan hipotesis penelitian. Melalui
ekspositori, Anda harus mampu:
7.1. Menjelaskan pengertian hipotesis
7.2. Menjelaskan ciri-ciri hipotesis
7.3. Menjelaskan kegunaan hipotesis
7.4. Menjelaskan jenis-jenis hipotesis
7.5. Menjelaskan tiga bentuk rumusan hipotesis
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 7.1:
Menjelaskan pengertian hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hypo artinya di bawah dan thesis
artinya pendirian atau pendapat yang ditegakkan. Jadi hipotesis adalah suatu
pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar
berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan suatu
kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Ia mungkin timbul sebagai
dugaan yang bijaksana dari peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang
telah ada.
Pada bagian lain, Margono (2004: 67) pun mengungkapkan pengertian
lainnya tentang hipotesis. Ia menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling
mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah
pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui
data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan
pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Di dalam
hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu tergantung
pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan generalisasi
yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan kajian
pustaka.
Mengenai pengertian hipotesis ini, Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa
hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahn penelitian,
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Menurutnya, hipotesis
menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis
adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja
serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari
hubungan fenomena-fenomena yang kompleks tersebut.
Trelease (Nazir, 2005: 151) memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu
keterangan sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati”. Sedangkan Good
dan Scates (Nazir, 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah
taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang
dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang
diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian
selanjutnya. Kerlinger (Nazir, 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.

Hipotesis berperan sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, namun
tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis
dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam
masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis
atau tidak. Contohnya yaitu penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali
dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi, tidak menggunakan
hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak
menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara
cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap
penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian
penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar variabel adalah
keharusan untuk menggunakan hipotesis.

Dalam penggunaannya sehari-hari, hipotesa adalah nama lain dari hipotesis,


tidak ada perbedaan makna di dalamnya. Ketika berpikir dalam kehidupan
sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan,
dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi
yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.
Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di
dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial.

Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang


melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan
hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa sebuah hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung
dapat diuji.

Tujuan Pembelajaran 7.2:


Menjelaskan ciri-ciri hipotesis

Setelah hipotesis dirumuskan, maka sebelum pengujian yang sebenarnya


dilakukan, hipotesis harus dinilai terlebih dahulu. Untuk menilai kelayakan
hipotesis, ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik yang dapat dijadikan
acuan penilaian. Kriteria atau ciri hipotesis yang baik menurut Furchan (2004:
121-129) yaitu: (1) hipotesis harus mempunyai daya penjelas, (2) hipotesis harus
menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel, (3)
hipotesis harus dapat diuji, (4) hipotesis hendaknya konsisten dengan
pengetahuan yang sudah ada, dan (5) hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana
dan seringkas mungkin. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Nazir. Menurut Nazir
(2005: 152) hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis harus menyatakan hubungan
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan-
hubungan antarvariabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau
lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat
diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut
berhubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan
hipotesis dalam pengertian metode ilmiah.
2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta
Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang.
Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti,
dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan
berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok
dengan fakta.
3. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan
Hipotesis juga harus tumbuh dari hal yang ada hubunganya dengan ilmu
pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika
tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan
yang tidak berfungsi sama sekali.
4. Hipotesis harus dapat diuji
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi
alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang
diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya
dapat diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang
terlalu umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian
kelak.
5. Hipotesis harus sederhana
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas
untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik
atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan
terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan
hal-hal yang tidak relevan ke dalam hipotesis.
6. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta
Hipotesis juga harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan
hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian
yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan
teknologi serta keterampilan menguji dari si peneliti.

Secara umum, menurut Nazir (2005: 153) hipotesis yang baik harus
mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak
bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus
dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis
harus sederhana.

Tujuan Pembelajaran 7.3:


Menjelaskan kegunaan hipotesis

Dalam kegiatan penelitian, hipotesis merupakan sesuatu yang harus


dilakukan. Pentingnya hipotesis dinyatakan oleh Furchan (2004: 115) yang
mengungkapkan setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan
hipotesis. Kedua alasan tersebut ialah:
1. Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah
mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidang itu.
2. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data, hipotesis
dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis
data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuang
sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti. Perlu ditekankan bahwa hal ini
berlaku bagi semua jenis studi penelitian, tidak hanya yang bersifat
eksperimen saja.
Dalam penelitian, hipotesis merupakan hal yang sangat berguna. Terkait
dengan hal itu, Furchan (2004: 115) mengungkapkan kegunaan hipotesis
penelitian, yaitu:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai
masalah pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh daripada sekedar
mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan
antar hubungan yang ada di antara fakta-fakta itu. Antara hubungan-hubungan
dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting bagi
pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama
pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana
dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-
penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan divalidasi (diuji kesahihannya)
melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas
pengetahuan.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat
diuji dalam penelitian
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai
dengan suatu pertanyaan, tetapi hanya hubungan antara variabel-variabel
sajalah yang dapat diuji. Misalnya, orang tidak akan menguji pertanyaan
“Apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan
hasil belajar secara nyata ?” Akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang
tersirat dalam pertanyaan tersebut: “Komentar guru terhadap hasil pekerjaan
murid menyebabkan meningkatnya hasil belajar hasil belajar murid secara
nyata”. Atau yang lebih spesifik lagi, “Skor hasil belajar siswa yang menerima
komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi daripada
skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua
variabel itu, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga
menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan
tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa
yang harus dilakukan. Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta
yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang
menentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi
pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga
dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi
tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat. Sebagai
contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang latihan prasekolah anak-anak kelas
satu yang mengalami hambatan kultural. Hipotesis itu menunjukkan metode
penelitian yang diperlukan serta sampel yang harus dipakai. Hipotesis itu pun
bahkan menuntun peneliti kepada tes statistik yang mungkin diperlukan untuk
menganalisis data. Dari pernyataan hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus
melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar di kelas satu dari
sampel siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah mengalami
program prasekolah dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami
program prasekolah. Setiap perbedaan hasil belajar rata-rata kedua kelompok
tersebut dapat di analisis dengan tes atau teknik analisis variansi, agar dapat
diketahui signifikansinya menurut statistik.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia mengambil setiap
hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan
hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan tertulis ini di
seputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga membuat
penyajian itu lebih berarti dan mudah dibaca.

Tujuan Pembelajaran 7.4:


Menjelaskan jenis-jenis hipotesis

Untuk membedakan jenis-jenis hipotesis, penulis mengutip pendapat Nazir


(2005: 153-154) yang menyatakan bahwa hipotesis dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan dalam membaginya. Menurut
beliau, hipotesis dapat dibagi sebagai berikut:
1. Hipotesis Hubungan dan Perbedaan
Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan sementara
yang diberikan adalah hubungan atau perbedaan. Hipotesis tentang hubungan
adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara
dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi.
Sebaliknya, hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya
ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh
variabel-variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian
komparatif. Hipotesis tentang hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis
hubungan analitis. Hipotesis ini, secara analitis menyatakan hubungan atau
perbedaan satu sifat dengan sifat yang lain.
2. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nul
Dengan melihat cara pandang seorang peneliti menyusun pernyataan
dalam hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara hipotesis kerja dan nul.
Hipotesis nul, yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistika (Fisher),
diformulasikan untuk di tolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nul ini,
selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“Tidak ada beda antara ….. dengan …..”. Hipotesis nul dapat juga ditulis
dalam bentuk: “….tidak mem….”.
Hipotesis biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Seperti telah
dinyatakan di atas, hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis
nul, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif.
Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental. Akhir-akhir
ini hipotesis nul juga digunakan dalam penelitian sosial, seperti penelitian di
bidang sosiologi, pendidikan dan lain-lain.
Hipotesis kerja, di lain pihak, mempunyai rumusan dengan implikasi
alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan sebagai berikut:
“Andaikata…… maka……”. Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima
dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang
noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, si peneliti dapat bekerja
lebih mudah dan terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam
rangka memecahkan masalah penelitiannya.
3. Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran
bersahaja dan common sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan
hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya, hipotesis sederhana
tentang produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan
tenaga kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan
daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam
industri, dan sebagainya.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks
dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya
hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris.
Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, tentang
hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A dan jenis tanaman B dengan
jenis tanah B. Jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya mencari
hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka kita
memformulasikan hipotesis analitis.

Tujuan Pembelajaran 7.5:


Menjelaskan tiga bentuk rumusan hipotesis

Pendapat lain mengenai pengklasifikasian atau jenis-jenis hipotesis


diungkapkan oleh Sugiyono (2001: 83-86). Ia menyatakan bahwa menurut
tingkat eksplanasi yang akan duji, maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif (pada suatu sampel atau variabel
mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif dan hubungan.
1. Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2001: 83) hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang
nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan.
Sebagai contoh, bila rumusan masalah penelitian sebagai berikut ini, maka
hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.
a) Seberapa tinggi daya tahan lampu merk Y ?
b) Seberapa tinggi produktivitas padi di Kabupaten Trenggalek ?
c) Berapa lama daya tahan lampu merk C dan D ?
d) Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X ?
Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan hipotesis seperti
berikut:
a) Daya tahan lampu merk Y = 800 jam
b) Produktivitas padi di Kabupaten Trenggalek 8 ton/ha.
c) Daya tahan lampu merk C = 450 jam dan merk D = 600 jam.
d) Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70% dari yang
diharapkan.
Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol dengan hipotesis
alternatif selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti
diterima sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau H ditolak
pasti alternatifnya diterima. Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-
simbol.
Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara
hipotesis nol (H ) dan alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasangkan itu,
maka dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang
ditolak.
Berikut ini diberikan contoh berbagai pernyataan yang dapat dirumuskan
hipotesis deskriptif statistiknya:
a) Suatu perusahaan minuman harus mengikuti ketentuan, bahwa salah satu
unsur kimia hanya boleh dicampurkan paling banyak 1%. (paling banyak
berarti lebih kecil atau sama dengan: ≤). Dengan demikian rumusan
hipotesisnya adalah:
H : μ ≤ 0,01 (lebih kecil atau sama dengan)
H : μ > 0,01 (lebih besar)
Dapat dibaca: hipotesis nol untuk parameter populasi berbentuk proporsi
(1% : proporsi) lebih kecil atau sama dengan 1%, dan hipotesis
alternatifnya, untuk populasi yang berbentuk proporsi lebih besar dari 1%.
b) Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang dibimbing di lembaga
itu, paling sedikit 90% dapat diterima di perguruan tinggi negeri. Rumusan
hipotesis statistik adalah:
H : μ ≤ 0,90
H : μ > 0,90
c) Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk C = 450 jam
dan D = 600 jam. Hipotesis statistiknya adalah:
Lampu C: Lampu D:
H : μ = 450 jam H : μ = 600 jam
H : μ ≠ 450 jam H : μ ≠ jam
Harga dapat diganti dengan nilai rata-rata sampel, simpangan baku dan
varians. Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan uji satu satu pihak (one
tail) dan ketiga dengan dua pihak (two tail).
2. Hipotesis Komparatif
Menurut Sugiyono (2001: 85) hipotesis komparatif adalah pernyataan yang
menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif dan hipotesisnya:
a) Adakah perbedaan daya tahan lampu merk C dan D ?
b) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai golongan I, II, dan
III?
Adapun rumusan hipotesis adalah:
a) -Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk C dan D.
-Daya tahan lampu merk D paling kecil sama dengan lampu merk C.
-Daya tahan lampu merk D paling tinggi sama dengan lampu merk C.
Hipotesis statistiknya adalah:

b) Tidak terdapat perbedaan (persamaan) produktivitas kerja antara golongan


I, II, III.
H :μ = μ = μ
H : μ ≠ μ ≠ μ (salah satu berbeda sudah merupakan Ha)
Dalam hal ini harga μ dapat merupakan rata-rata sampel, simpangan baku,
varians dan proporsi.
3. Hipotesis Hubungan (Asosiatif)
Sugiyono (2001: 86) menyatakan bahwa hipotesis asosiatif adalah suatu
pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih. Contoh rumusan masalahnya adalah “Adakah hubungan antara
gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja ?”. Rumus dan hipotesis nolnya
adalah: Tidak ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas
kerja. Hipotesis statistiknya adalah:

Dapat dibaca: hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan


(nol = tidak ada hubungan) antara gaya kepempinan dengan efektivitas kerja
dalam populasi. Hipotesis alternatifnya menunjukkan ada hubungan (tidak
sama dengan nol, mungkin lebih besar dari nol atau lebih kecil dari nol).

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Kutiplah satu rumusan hipotesis dari judul penelitian atau rumusan masalah
penelitian yang sudah Anda miliki saat ini. Jika Anda belum memiliki, kutiplah
dari laporan hasil penelitian orang lain dalam ruang lingkup manajemen.
Kemudian Anda kaji berdasarkan ciri-ciri hipotesis yang baik. Bagaimana
kesimpulan Anda tentang hipotesis yang Anda rumuskan tersebut ?
2. Kita dapat membuat berbagai rumusan hipotesis. Coba Anda jelaskan ada berapa
bentuk rumusan hipotesis dan buatlah rumusan bentuk hipotesis masing-masing
satu buah !
3. Ketika Anda akan melaksanakan penelitian, apakah selalu harus menyusun suatu
hipotesis ? Berikan alasannya jika jawabannya tidak !

D. DAFTAR PUSTAKA

Http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602198601
1-SURYANA/FILE__7.pdf.
Https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis.html.
Http://www.pengertianpakar.com/2015/05/pengertian-dan-macam-macam-hipotesis-
penelitian.html.
Http://www.google.com/peni.staff.gunadarma.ac.id/Hipotesis.pdf
Http://file.upi.edu/Direktori/DUAL_MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_5
.pdf.
Creswell, J.W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Third Edition terjemahan Fawaid, Achmad. 2010.
Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 8
PENELITIAN TERKAIT/TERDAHULU

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai penelitian
terkait/terdahulu. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
8.1. Menjelaskan penelitian terkait/terdahulu.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 8.1:
Menjelaskan penelitian terkait/terdahulu

Penelitian terkait atau penelitian terdahulu adalah salah satu acuan bagi
peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu dapat menjadi referensi
atau pembanding serta pembeda bagi penelitian yang dilakukan saat ini untuk
mengefisienkan dan mengefektifkan pengembangan ilmu pengetahuan. Berikut
contoh bentuk tabel penelitian terkait atau penelitian terdahulu:

Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama/Judul/Tahun Hasil
1 Joko Tole/Pengaruh Keeratan hubungan antara pelatihan
Pelatihan Terhadap Kinerja terhadap kinerja karyawan PT KLM
Karyawan Pada PT adalah sebesar 0,870 menunjukkan
KLM/2014 adanya pengaruh yang sangat kuat.
Pengujian hipotesis untuk mengetahui
adanya pengaruh yang signifikan
pelatihan terhadap kinerja karyawan
adalah nilai t hitung sebesar 12,023
sedangkan t tabel sebesar 2,021 pada
tingkat kepercayaan 95%, karena t

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

hitung > t tabel maka H0 ditolak,maka


terdapat pengaruh yang signifikan
pelatihan terhadap kinerja karyawan.

2 Riki Rika/Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Pelatihan Terhadap Kinerja pelatihan berpengaruh signifikan
Karyawan PT BCD/2015 terhadap kinerja karyawan PT BCD.
3 Ucok Ucik/Pengaruh Dari analisis regresi diperoleh
Pelatihan Terhadap Kinerja persamaan Y = 4,5 + 0,860X yang
Karyawan Pada PT artinya apabila pelatihan meningkat 1
CDE/2016 satuan, maka kinerja karyawan PT
CDE akan meningkat sebanyak 0,860
dan sebaliknya.

Dalam tabel penelitian terdahulu kita dapat melihat hal-hal yang memang
terdapat dalam suatu abstrak laporan penelitian baik yang berupa artikel ilmiah,
jurnal atau skripsi dan sejenisnya.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan penelitian terkait/terdahulu?
2. Apa saja unsur minimal dalam penelitian terdahulu yang harus tertera dalam
penelitian?
3. Buatlah tabel penelitian terdahulu dari sebuah abstrak penelitian!

D. DAFTAR PUSTAKA
Ajimat. 2013. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian. Tangerang Selatan:
Unpublished.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 9
SISTEMATIKA PENULISAN
PROPOSAL SKRIPSI DAN SKRIPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai sistematika penulisan
proposal skripsi dan skripsi. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
9.1. Menjelaskan sistematika penulisan proposal skripsi.
9.2.Menjelaskan sistematika penulisan skripsi

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 9.1:
Menjelaskan sistematika penulisan proposal skripsi

Setiap perguruan tinggi memiliki gaya penulisan yang berbeda dalam


penulisan proposal skripsi. Begitu pula dengan program studi manajemen
universitas pamulang memberikan gaya selingkung penulisan proposal skripsi.
Komponen proposal skripsi program studi manajemen universitas
pamulang terdiri dari:
HALAMAN JUDUL
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada)
DAFTAR GAMBAR (jika ada)
DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
F. Kerangka Berpikir

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

G. Hipotesis Penelitian (jika ada)


H. Sistematika Penulisan

Halaman romawi i dimulai dari halaman judul hingga daftar lampiran (jika
ada) dan di tempatkan ditengah bawah. Sedangkan halaman 1 dan seterusnya
dimulai dari latar belakang masalah hingga sistematika penulisan dan ditempatkan
di kanan atas. Proposal skripsi dicetak pada kertas A4 dengan margin atas 4 cm,
kiri 4 cm, kanan 3 cm, bawah 3 cm. Huruf yang digunakan adalah jenis times new
roman 12 pt serta spasi 2. Proposal tersebut dijilid biasa berwarna kuning

Tujuan Pembelajaran 9.2:


Menjelaskan sistematika penulisan skripsi

Setiap perguruan tinggi memiliki gaya penulisan yang berbeda dalam


penulisan skripsi. Begitu pula dengan program studi manajemen universitas
pamulang memberikan gaya selingkung penulisan skripsi.
Komponen skripsi program studi manajemen universitas pamulang
terdiri dari:
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada)
DAFTAR GAMBAR (jika ada)
DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

F. Kerangka Berpikir
G. Hipotesis Penelitian (jika ada)
H. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen
B. Manajemen Sumber Daya Manusia
C. Variabel Penelitian 1
D. Variabel Penelitian 2
E. Variabel Penelitian 3 (jika ada)
F. Variabel Penelitian seterusnya (jika ada)
G. Penelitian Terdahulu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Sifat Penelitian
B. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
D. Metode Analisis Data
E. Operasional Variabel Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
B. Karakteristik Responden
C. Data Penelitian
1. Data Penelitian Variabel Penelitian 1
2. Data Penelitian Variabel Penelitian 2
3. Data Penelitian Variabel Penelitian 3 (jika ada)
4. Statistik Deskriptif Data Penelitian
D. Analisis dan Pembahasan

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
Modul Metodologi Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Halaman romawi i dimulai dari halaman judul hingga daftar lampiran (jika
ada) dan di tempatkan ditengah bawah. Sedangkan halaman 1 dan seterusnya
dimulai dari latar belakang masalah hingga sistematika penulisan dan ditempatkan
di kanan atas. Skripsi dicetak pada kertas A4 dengan margin atas 4 cm, kiri 4 cm,
kanan 3 cm, bawah 3 cm. Huruf yang digunakan adalah jenis times new roman 12
pt serta spasi 2. Tepat pada halaman pada awal bab atau daftar pustaka nomor
halaman dituliskan ditengah dan seterusnya di kanan atas. Skripsi tersebut dijilid
kuning.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Buatlah contoh sistematika penulisan proposal skripsi sesuai dengan
konsentrasi anda!
2. Buatlah contoh sistematika penulisan skripsi sesuai dengan konsentrasi
anda!

D. DAFTAR PUSTAKA
Ajimat. 2013. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian. Tangerang Selatan:
Unpublished.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


4
PERTEMUAN 10
ETIKA PENELITIAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai etika penelitian. Melalui
ekspositori, Anda harus mampu:
10.1.Menjelaskan etika penelitian.
10.2.Menjelaskan kode etika penelitian.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 10.1:
Menjelaskan etika penelitian

Etika merupakan seperangkat prinsip yang harus dipatuhi agar pelaksanaan


suatu kegiatan oleh seseorang atau profesi dapat berjalan secara benar (the right
conduct), atau suatu filosofi yang mendasari prinsip tersebut. Etika penelitian
adalah aturan yang dipegang oleh peneliti dalam melakukan riset dan oleh
karenanya para peneliti harus mengetahui dan paham tentang etika ini sebelum
melakukan penelitian.
Etika berasal dari bahasan Yunani ”Ethos”, yaitu kebiasaan dan peraturan
perilaku yang berlaku dalam masyarakat, refleksi filsafati atas moralitas
masyarakat. Menurut David B. Resnik, J.D, Ph.D dalam “What is Ethics in
Research and Why is it Important?”, mendefinisikan etika sebagai metode,
prosedur, dan perspektif yang digunakan untuk bertindak serta menganalisa
sebuah permasalahan kompleks. Etika penelitian merupakan suatu sikap dan
acuan yang haruslah di junjung tinggi dalam melakukan suatu penelitian agar
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun
yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat,
norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma
moral yang meliputi itikad serta kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.
Etika penelitian digunakan untuk merumuskan pedoman etis yang lebih kuat
dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan dinamis dalam
kehidupan masyarakat. Etika penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan
penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian
Apakah etika penelitian berlaku bagi penelitian yang mengandung resiko...?
Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki resiko yang
dapat merugikan atau membahayakan responden, namun peneliti perlu
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat serta
martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ada yang namanya
Ethical Clearance.
Ethical Clearance merupakan ijin etika. Ethical clearance adalah
pernyataan, bahwa rencana kegiatan penelitian yang tergambar dalam protokol,
telah dilakukan kajian dan telah memenuhi kaidah etik sehingga layak
dilaksanakan. Seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai
subyek penelitian harus mendapatkan ethical clearance.
Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Beberapa butir etika
penelitian sebagai berikut:
1. Kejujuran. Maksudnya adalah peneliti harus jujur dalam pengumpulan bahan
pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan prosedur penelitian,
publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode
yang dilakukan. Hargai rekan peneliti, jangan mengklaim pekerjaan yang
bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan Anda.
2. Obyektivitas. Maksudnya adalah upayakan minimalisasi kesalahan/bias
dalam rancangan percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian
ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor
penelitian.
3. Integritas. Maksudnya adalah selalu menepati janji dan perjanjian serta
upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
4. Ketelitian. Maksudnya adalah berlaku teliti dan hindari kesalahan karena
ketidakpedulian, secara teratur catat pekerjaan yang Anda dan rekan Anda
kerjakan, misalnya kapan dan di mana pengumpulan data dilakukan. Catat
juga alamat korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.
5. Keterbukaan. Maksudnya adalah secara terbuka, saling berbagi data, hasil,
ide, alat dan sumber daya penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide
baru.
6. Penghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Maksudnya
adalah perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya.
Jangan gunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin
penelitinya. Tuliskan semua narasumber yang memberikan kontribusi pada
riset Anda. Jangan pernah melakukan plagiasi..
7. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden). Maksudnya adalah bila
penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data
lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus
menjaga kerahasiaan data tersebut.
8. Publikasi yang terpercaya. Maksudnya adalah hindari mempublikasikan
penelitian yang sama berulang-ulang ke berbagai media (jurnal, seminar).
9. Pembinaan yang konstruktif. Maksudnya adalah bantu membimbing,
memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa/peneliti pemula. Perkenankan
mereka mengembangkan ide mereka menjadi peneliti yang berkualitas.
10. Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja. Maksudnya adalah hargai dan
perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya. Bila
penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka peneliti
dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama (first author),
sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)). Urutan
menunjukkan besarnya kontribusi anggota tim dalam penelitian.
11. Tanggung Jawab Sosial. Maksudnya adalah upayakan penelitian Anda
berguna demi kemaslahatan masyarakat, meningkatkan taraf hidup,
memudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat. Anda
juga bertanggung jawab melakukan pendampingan bagi masyarakat yang
ingin mengaplikasikan hasil penelitian Anda.
12. Tidak melakukan diskriminasi. Maksudnya adalah hindari melakukan
pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau mahasiswa karena alasan jenis
kelamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kompetensi dan integritas ilmiah.
13. Kompetensi. Maksudnya adalah tingkatkan kemampuan dan keahlian
meneliti melalui pendidikan dan pembelajaran seumur hidup, secara
bertahap tingkatkan kompetensi Anda sampai taraf pakar.
14. Legalitas. Maksudnya adalah pahami dan patuhi peraturan institusional dan
kebijakan pemerintah yang terkait dengan penelitian Anda.
15. Rancang pengujian dengan hewan percobaan secara baik. Maksudnya adalah
bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus
dirancang sebaik mungkin, tidak dengan gegabah melakukan sembarang
perlakuan pada hewan percobaan.
16. Mengutamakan keselamatan Manusia. Maksudnya adalah bila harus
mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka penelitian
harus dirancang dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan, manfaat
dimaksimalkan, hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak obyek
penelitian Anda, siapkan pencegahan dan pengobatan bila sampel Anda
menderita efek negatif penelitian.
Beberapa prinsip etika penelitian, sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian, memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus mempersiapkan
formulir persetujuan responden (informed consent) jika memang diperlukan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian


Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu,
termasuk informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang menginginkan
informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu
memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut. Peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas responden, baik nama maupun
alamat dalam kuesioner/alat ukur. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial
atau nomor identitas responden).
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas
Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil. Penelitian
harus dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas,
psikologis, serta perasaan religius responden. Prinsip keadilan menekankan
sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara
merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas
masyarakat. Misalnya dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan
aspek keadilan gender dan hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang
sama, baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Peneliti harus melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
agar hasilnya bermanfaat semaksimal mungkin bagi responden dan dapat
digeneralisasikan di tingkat populasi. Peneliti juga harus meminimalisasi
dampak yang merugikan responden. Apabila intervensi penelitian berpotensi
mengakibatkan cedera atau stres tambahan, maka responden dikeluarkan dari
kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres,
maupun kematian.

Dalam penelitian, maka dimungkinkan adanya resiko pada subjek atau


relawan penelitian seperti resiko fisik, psikologis, maupun sosial. Untuk
meminimalkan resiko penelitian tersebut, maka dilakukanlah upaya seperti
berikut ini:
1. Desain penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Adanya kriteria imklusi dan eksklusi yang lengkap dan sesuai dengan tujuan
penelitian.
3. Adanya kriteria untuk melakukan identifikasi dalam upaya mengantisipasi
situasi, serta cara untuk menanggulangi bahaya terhadap subjek penelitian.
4. Peneliti harus bebas dari keuntungan pribadi.
5. Adanya sarana dan tenaga yang memadai, yang dapat menanggulangi akibat
buruk setelah penelitian selesai.

Tujuan Pembelajaran 10.2:


Menjelaskan kode etika penelitian

Beberapa kode etika dalam penelitian menurut panduan LIPI (2007), sebagai
berikut:
1. Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah untuk
memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan
inovasi, bagi peningkatan peradaban dan kesejahteraan manusia.
2. Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan batasan yang
diperkenankan oleh hukum yang berlaku, bertindak dengan mendahulukan
kepentingan dan keselamatan semua pihak yang terkait dengan penelitiannya,
berlandaskan tujuan yang mulia berupa penegakkan hak-hak asasi manusia
dengan kebebasan-kebebasan mendasarnya.
3. Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung
jawab, terutama dalam pemanfaatanya, dan mensyukuri nikmat
anugrahtersedianya sumber daya keilmuan baginya.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika penelitian ?
2. Mengapa harus ada etika penelitian ?
3. Kapan dibutuhkan Ethical clearance !
4. Menurut Anda, apa fungsi kode etika dalam penelitian ?

D. DAFTAR PUSTAKA
Http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/6413/7%20etika%20peneliti.
pdf
Http://etih.staff.ipb.ac.id/files/2011/07/etika-penelitian.pdf
Http://www.google.com/weblog.esaunggul.ac.id/Metodelogi-Penelitian-pertemuan-
9.doc
Http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/04/Modul-8-ETIKA-
PENELITIAN.pdf
Http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/6413/7%20etika%20peneliti.
pdf
Http://repository.maranatha.edu/2522/3/Metlit%20BAB%20II.pdf
PERTEMUAN 11
TEKNIK MENULIS KUTIPAN
DAN TEKNIK MENULIS DAFTAR PUSTAKA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai teknik menulis kutipan dan teknik
menulis daftar pustaka. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
11.1. Menjelaskan teknik menulis kutipan.
11.2. Menjelaskan teknik menulis daftar pustaka.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 11.1:
Menjelaskan teknik menulis kutipan

Kutipan ialah kata yang mungkin belum banyak diketahui apa tujuannya
oleh masyarakat umum. Kutipan berarti mengambil gagasan, ide, atau pendapat
dari berbagai sumber seperti buku, artikel, kamus, dan lain sebagainya. Proses
mengambil gagasan, ide, atau pendapat itu disebut mengutip.
Kutipan adalah salah satu bagian penting dalam pembuatan karya ilmiah.
Kutipan berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas pendapat penulis,
sebagai landasan teori pada tulisan penulis, dan sebagai penjelas uraian penulis
dalam karya tulis ilmiahnya. Kutipan dengan jiplakan adalah dua hal yang
berbeda. Jiplakan adalah mengambil gagasan atau pendapat dari suatu sumber
tanpa menyebutkan asal sumbernya sehingga dianggap sebagai miliknya,
sedangkan mengutip adalah mengambil gagasan atau pendapat dari suatu sumber
dengan menyebutkan asal sumbernya. Dalam mengutip, penulis harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pertimbangkan bahwa kutipan yang diambil relevan.
2. Bertanggung jawab penuh terhadap kesesuaian kutipan, terutama kutipan
langsung.
3. Kutipan bisa berkaitan dengan temuan teori.
4. Usahakan mengutip kutipan (langsung) maksimal 30% sampai 40% dari isi
karya ilmiah.
5. Pertimbangkan penggunaan jenis kutipan yang ingin dipakai.
6. Perhatikanlah teknik penulisan kutipan terkait sumbernya.

Jenis-jenis kutipan, sebagai berikut:


1. Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang benar-benar sama seperti kutipan asli
dari sumber yang kita ambil untuk mengutip, sehingga kita tidak boleh
merubah kata atau kalimat dari sumber kutipan. Jika kita merasa dalam
kutipan tersebut ada kesalahan maka kita beri tulisan [sic!] yang artinya kita
mengutip langsung dan tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari
kutipan yang kita ambil. Apabila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang
salah lalu dibetulkan oleh pengutip, maka digunakan huruf siku [… ].
Demikian pula jika kita menyesuaikan ejaan, memberi huruf kapital, atau
huruf miring, maka kita perlu menjelaskan hal tersebut dengan [… ], misalnya
[huruf kapital dari pengutip] dan lain-lain.
2. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang telah kita ubah teksnya dari
sumber aslinya, tetapi tidak merubah intisari kutipan dari sumbernya tersebut.
3. Kutipan pada catatan kaki
Kutipan pada catatan kaki adalah kutipan yang selalu ditempatkan pada spasi
rapat, walaupun kutipannya singkat. Kutipan diberi tanda kutip, seperti dalam
teks aslinya.
4. Kutipan dari ucapan lisan
Kutipan dari ucapan lisan adalah kutipan yang diambil ketika sumbernya
berbicara, kutipan ini harus mendapat legalisir oleh si pembicara atau
sekretarisnya (apabila pembicara adalah pejabat). Kutipan ini dapat dimuat ke
dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.
5. Kutipan dalam kutipan
Kutipan dalam kutipan artinya kita mengambil kutipan dari sumber, tetapi
sumber kita pun mengutip dari sumber lain. Terkadang terjadi bahwa dalam
kutipan terdapat lagi kutipan.

Dalam menulis karya ilmiah, pastilah mengutip sebuah gagasan atau


pendapat orang lain. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang bagaimana
prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan orang lain, sebagai berikut:
1. Kutipan diletakkan diakhir kalimat atau nama penulis dapat digabungkan ke
dalam teks.
Contoh: a). Desain penelitian adalah rencana yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian (Christensen, 2001).
b).Christensen (2001) menyatakan bahwa desain penelitian adalah
rencana yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian.
2. Kutipan dapat di tulis dengan cara:
Contoh: (Munir, 2012), (Munir, 2012: 148), Munir (2012), atau Munir
(2012: 148). Hal ini tergantung bagaimana cara mengutip, apakah
diminta mencantumkan nomor halaman referensi ataukah tidak.
3. Jika terdapat dua atau lebih penulis maka gunakan tanda hubung (&).
Contoh: (Heinze & Procter, 2004) atau Heinze & Procter (2004).
4. Jika terdapat tiga atau lebih penulis maka cukup tulis nama penulis pertama
diikuti dengan kata et. al.
Contoh: Rusman, et. al.
5. Jika sebuah publikasi yang tidak ada pengarang maka gunakan nama instansi
atau organisasi sebagai pengarang.
6. Jika mengutip pernyataan yang telah dikutip penulis lain
Contoh: (Ahmed, dikutip dalam Rusman, 2004).
7. Dua atau lebih kutipan ditulis sesuai huruf abjad dan dipisah dengan tanda
(;).
Contoh: (Christensen, 2001; Munir, 2012).
8. Jika kutipan lebih dari 40 kata, maka tuliskan kutipan lebih menjorok ke
dalam dengan spasi tunggal dan tidak memakai tanda kutip.
9. Apabila dalam mengutip ada salah ejaan dari kutipan maka sebaiknya
diamkan saja seperti apa adanya dari sumber yang kita ambil. Kita sebagai
pengutip tidak boleh membenarkan kata atau kalimat yang salah dari sumber
kutipan.
10. Dilarang menghapus bagian kutipan dengan syarat tidak merubah makna
sebenarnya dari sumber kutipan.

Menulis kutipan haruslah sesuai dengan sumbernya. Seandainya bahasa


sumber yang dikutip tidak menggunakan huruf latin, seperti huruf Kanji, Jawa,
dan lain sebagainya, maka harus diterjemahkan terlebih dahulu ke huruf latin.
Misalnya kutipan yang selain bahasa Inggris maka harus diterjemahkan dahulu
ke bahasa Indonesia. Terjemahan ditaruh di bawah kalimat kutipan dengan jarak
2 spasi.
Bilamana panjang kutipan kurang dari 5 baris maka bisa dimasukkan ke
dalam teks biasa berspasi 2, ditambah tanda petik pada awal dan akhir kutipan.
Jika panjangnya 5 baris atau lebih maka gunakan spasi 1 dengan mengosongkan
4 karakter dari kiri berjarak 1 spasi. Seandainya dalam mengutip perlu
menghilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada bagian yang dihilangkan
diganti tanda titik 3 buah, misalnya: “…an online program is one where at least
80 percent of program content is delivered online…” (Allen, Seaman, & Garret,
2007: 5). Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung pada akhir kalimat,
maka di awal diberi titik 4 buah, misalnya: “….a blended program is one where
between 30 an 79 percent of the program contenct is delivered online” (Allen,
Seaman, & Garret, 2007: 5). Dan apabila akan dihilangkan satu kalimat atau
lebih dalam kutipan, maka titik-titik sepanjang satu baris, misalnya: “The
definition of an online program or blended programs is similar to the definition
used for courses… delivered online”.
Panjang kutipan dibatasi, jangan sampai melebihi setengah halaman pada isi
buku karya ilmiah, sumber cukup menulis nama penulis, tahun terbit, dan
halamannya. Selain itu, ada juga yang cukup menulis nama penulis, penerbit, dan
tahun penerbitan. Hal tersebut tergantung aturan di instansi anda.

Beberapa teknik mengutip kutipan langsung dan tidak langsung, diantaranya


sebagai berikut:
1. Kutipan langsung
a). Kutipan langsung kurang dari empat baris
1). Kutipan diintegrasikan dengan teks.
2). Jarak 2 spasi antar baris kutipan.
3). Kutipan diapit dengan tanda kutip.
4). Ketika kutipan selesai ditulis, maka diakhir kata kutipan diberi tanda
kurung berisi dari mana sumber kutipan dengan cukup menulis nama
belakang pengarang atau nama keluaga pengarang, tahun terbit, dan
nomor halamannya.

Contoh:

Zulkardi (2007: 1) menyatakan bahwa “Masalah besar pendidikan

matematika di Indonesia adalah masih rendahnya kemampuan siswa

menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-harinya”.


b). Kutipan langsung lebih dari empat baris
1). Kutipan dipisahkan dari teks berjarak 3 spasi.
2). Jarak antar kutipan 1 spasi.
3). Kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai alinea teks pengutip.
Apabila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris awal
dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
4). Kutipan diapit tanda kutip dan dibelakang kutipan juga diberi asal
sumber kutipan.

Contoh:

Mengenai blended learning, Semler (2005) dalam Soekartiwi (2006:


97) menyatakan:

“Blended learning combines the best aspects of online learning,


structured face-to-face activities, and real world practice. Online
learning systems, classroom training, and on-the-job experience
have major drawbacks by themselves. The blended learning
approach uses the strengths of each to counter the others’
weaknesses”.

2. Kutipan tidak langsung


a). Kutipan diintegrasikan dengan teks.
b). Jarak berspasi rangkap antar baris kutipan.
c). Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip.
d). Ketika kutipan selesai ditulis, diberi keterangan sumber kutipan.
Contoh:
.
Seperti dikatakan oleh Zulkardi (2007: 1) menyatakan bahwa masalah
besar pendidikan matematika di Indonesia pada dasarnya dikarenakan
masih rendahnya kemampuan siswa mengintegrasikan nilai
matematika pada kehidupan sehari-harinya.
Tujuan Pembelajaran 11.2:
Menjelaskan teknik menulis daftar pustaka

Dalam menulis karya ilmiah dibutuhkan sebuah sumber acuan sebagai


referensi, berupa buku, artikel, dan lain sebagainya. Sumber-sumber referensi
kemudian dibuat dalam satu halaman akhir yang disebut daftar pustaka
(bibliografi). Hal ini bertujuan agar pembaca atau penulis dapat melihat kembali
apakah yang dikutip sudah benar atau tidak dan apakah sumber tersebut berkaitan
dengan isi pembahasan atau belum.
Daftar pustaka atau bibliografi ialah daftar semua pustaka yang berupa karya
ilmiah yang sudah terpublikasikan yang digunakan sebagai acuan pada sebuah
topik karya ilmiah (Siagian, et.al., 2016: 71). Menurut Keraf (1997), daftar
pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku, artikel, atau bahan terbitan
lainnya yang memiliki keterkaitan dengan seluruh atau sebagian karangan yang
sedang dibuat. Sedangkan menurut Kuntaro (2007), daftar pustaka adalah salah
satu teknik notasi ilmiah berupa kumpulan sumber bacaan atau referensi saat
menulis karangan ilmiah. Adapun unsur-unsur daftar pustaka, sebagai berikut:
1. Nama pengarang dibalik (kecuali nama pengarang kedua, ketiga, dan
seterusnya) dan gelar akademis ditanggalkan. Setelah dibalik nama
pengarangnya, maka disusun berdasarkan huruf abjad.
2. Cantumkan tahun terbit buku.
3. Judul berupa buku maupun majalah dicetak miring dan untuk judul berupa
artikel dan makalah ditempatkan dalam tanda petik ganda.
4. Cantumkan kota penerbit dari sumber referensi, jika ada beberapa kota
penerbit maka cantumkan satu kota (pertama).
5. Cantumkan nama penerbit bertanda badan usaha jika letaknya di depan seperti
P. T. Sejahtera dan cantumkan juga nama badan usaha yang letaknya
dibelakang seperti Press, Ltd, dan Co.
6. Tidak disebutkan jumlah halaman.
7. Gunakan tanda titik sebagai pemisah antara unsur-unsur di atas, kecuali antara
kota dan penerbit dipisahkan oleh tanda titik dua.
Penyusunan daftar pustaka pada naskah mengikuti salah satu dari tiga sistem
di bawah ini:
1. Name and year system, artinya daftar pustaka disusun secara abjad
berdasarkan nama akhir penulis dan tidak diberi nomor, kemudian diikuti
tahun terbit.
2. Alphabet-number system, artinya diberikan nomor sesuai dengan nomor pada
daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
3. Citation number system, artinya kutipan pada naskah diberikan nomor
berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan pada naskah dan tidak
berdasarkan abjad.

Cara menyusun daftar pustaka adalah sebagai berikut:


1. Nama penulis ditulis nama belakangnya sesuai EYD, lalu diikuti tanda koma,
misalnya: Nana Supriyatna Junior menjadi Junior, Nana Supriyatna bukan
Junior, Supriyatna Nana.
2. Awal judul buku berhuruf kapital (kecuali kata tugas dan partikel yang tidak
menduduki posisi awal judul) dan dimiringkan, misalnya: Isu Linguistik
Pengajaran Bahasa dan Sastra.
3. Data publikasinya adalah nama kota kemudian titik dua lalu nama penerbit
(tanpa tanda kurung), misalnya: Jakarta: Unindra Press.
4. Jika buku sudah mengalami beberapa cetakan dan revisi, maka urutan
cetakannya harus dicantumkan, misalnya: Cet. IV.
5. Tahun terbit pada karya tulis yang tidak menggunakan footnotes, namun
menggunakan innotes/bodynotes maka tahun terbit pada daftar pustaka
disarankan dinyatakan langsung setelah nama penulis.
Dalam penulisan karya ilmiah yang tidak terlalu panjang, maka
bibliografinya dapat ditulis diakhir halaman. Sedangkan, apabila bibliografinya
cukup panjang sehingga pada setiap bab cukup banyak sumber referensinya,
maka bibliografi dapat ditulis dalam setiap bab (memungkinkan sebuah karya
dapat disebut berulang-ulang pada bab selanjutnya). Beberapa struktur penulisan
daftar pustaka:
1. Penulis. Tahun. Judul Buku. Tempat: Penerbit.
2. Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Surat Kabar. Tanggal. Tempat.
3. Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Majalah. Edisi/Nomor (angka
romawi)/Tanggal. Tempat.
4. Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Antologi. Tempat: Penerbit.
5. Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Alamat Website.
6. Penulis. Tahun. “Judul Majalah”. Data Publikasi. Tempat.
7. Penulis. Tahun. “Judul Laporan Tugas Akhir”. Laporan. Tempat: Nama
Perguruan Tinggi.
8. Penulis. Tahun. “Judul Skripsi/Tesis/Disertasi”. Bentuk Karangan. Tempat:
Nama Perguruan Tinggi.

Beberapa sumber daftar pustaka beserta contohnya, sebagai berikut:


1. Sumbernya dari buku
Contoh:
Seamen, Jeff, Elaine Allen, & Richard Garret. 2007. Blending In The Extent
and Promise of Blended Education In The United States. United State:
Sloan-C .
2. Sumbernya berupa antologi dan ensiklopedia
Hadikusumah, S. D. 1974. “Musik Pop di Indonesia”. Dalam Dewan Kesenian
Jakarta 1975. Pesta Seni 1974. Jakarta.
Kartodirjo, S. 1977. “Metode Penggunaan Bahan Dokumen”. Dalam
Koentjaraningrat (Ed.). 1980. Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: Gramedia.

3. Sumbernya berupa artikel di dalam majalah dan surat kabar


Prihtitani, E. 2012. “Industri Mebel: Merebut Pasar ASEAN”. Dalam Kompas,
24 Februari 2012. Jakarta.
Keraf, G. 1961. “Hambatan dalam Pengajaran Karang-Mengarang”. Dalam
Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta.
4. Sumbernya berupa buku terjemahan
Jones, J. W. 2007. “Writing Scientific Papers and Reports” terjemahan Salim,
A. 2009. Penulisan Makalah Ilmiah dan Laporan. Jakarta: Djambatan.
5. Sumbernya berupa website
Mubyarto. “Capres/Cawapres dan Ekonomi Rakyat”. Dalam Jurnal Ekonomi
Rakyat dan Reformasi Kebijakan (Juli 2004). www.ekonomirakyat.org.
hlm. 1-4. (17/08/2016).

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan kutipan langsung dengan kutipan tidak langsung ? beserta
contohnya, masing-masing minimal 3 !
2. Susunlah daftar pustaka dari referensi di bawah ini:
a. Pengarang fatia fatimah dan andriyansah, judul raih sukses belajar di
pendidikan jarak jauh, 2013, yogyakarta, penerbit graha ilmu.
b. Pengarang jeff seamen, elaine allen, dan richard garret, penerbit sloan-C .
2007, judul blending in the extent and promise of blended education in the
united states, United State.
c. 2006, pengarang Soekartiwi, judul Blended E-learning: Alternatif Model
Pembelajaran Jarak Jauh Di Indonesia, alamat website
(http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/view/1461/1231), tanggal
diakses 6 November 2015.
d. judul pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi,
2012, pengarang Munir, Penerbit Alfabeta, Bandung.
e. Pengarang bambang sumadiyo, judul pengantar sintaksis, Jakarta, penerbit balai
pustaka, 2010, halaman 39.
f. Pengarang Zulfa hanum, judul pengantar psikologi sastra, edisi 2, 2005,
penerbit erlangga, halaman 30, Jakarta.

D. DAFTAR PUSTAKA

Suhendri, Huri & Hasbullah. 2015. Teknik Penulisan Artikel Ilmiah. Jakarta: Unindra
Press.
Siagian, Irwan, dkk. 2016. Bahasa Indonesia 2: Aplikasi Penuisan Karya Ilmiah
Bidang MIPA. Jakarta: Unindra Press.
PERTEMUAN 12
VARIABEL, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING
PENELITIAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai variabel, populasi,

sampel, dan teknik sampling penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus


mampu:
12.1. Menjelaskan variabel penelitian
12.2. Menjelaskan populasi
12.3. Menjelaskan sampel
12.4. Menjelaskan teknik sampling.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 12.1:
Menjelaskan variabel penelitian

Jika ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya
berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 38), variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya
Dinamakan variabel penelitian dikarenakan adanya variasinya. Misalnya
tinggi badan manusia dikatakan variabel penelitian, karena tinggi badan
sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Jadi,
variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat
bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau
obyek yang bervariasi.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis
suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya. Pada dasarnya
banyaknya variabel sangat tergantung oleh sederhana atau runtutnya penelitian.
Semakin sederhana rancangan penelitian, maka akan semakin sederhana pula
variabelnya dan sebaliknya. Macam-macam variabel penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Variabel dependen (variabel terikat), yaitu kondisi atau karakteristik yang
berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau
mengganti variabel bebas. Menurut fungsiya, variabel ini dipengaruhi oleh
variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau
terpengaruhi karena adanya variabel lain (variabel bebas).

2. Variabel independen (variabel bebas), yaitu kondisi-kondisi atau karakteristik-


karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang di obeservasi. Karena
fungsinya, variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi
mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel
lain (variabel terikat).

Kedispilinan kerja Produktivitas kerja


(Variabel bebas) (Variabel terikat)

Gambar contoh hubungan variabel bebas-terikat


3. Variabel intervening, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat menjadi hubungan yang tidak langsung
dan tidak dapat diamati atau diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela,
karena terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga bebas
tidak langsung mempengaruhi variabel terikat.

4. Variabel Moderator yaitu variabel bebas kedua, hal ini dikarenakan varibel ini
mempengaruhi (bisa memperkuat dan memperlemah) hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.

Kedispilinan kerja Produktivitas kerja


(Variabel bebas) (Variabel terikat)

Kepemimpinan
(Variabel moderator)

Gambar contoh hubungan variabel bebas-moderator-terikat

Penghasilan Gaya hidup Harapan hidup


(Variabel bebas) (Variabel intervening) (Variabel terikat)

Budaya Lingkungan
dan Tempat Tinggal
(Variabel moderator)

Gambar contoh hubungan variabel bebas-moderator-intervening-terikat


5. Variabel kontrol (variabel kendali), yaitu variabel yang berfungsi sebagai
kontrol terhadap variabel lain yang tidak diteliti agar tidak mempengaruhi
variabel yang diteliti. Variabel kontrol sering digunakan saat melakukan
penelitian komparatif.

Pendidikan SMP dan MTS Keterampilan Mengetik


(Variabel bebas) (Variabel terikat)

Naskah, Tempat, Mesin Ketik yang Sama


(Variabel kontrol)

Gambar contoh hubungan variabel bebas-kontrol-terikat

Tujuan Pembelajaran 12.2:


Menjelaskan populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda yang
nyata atau abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu. Populasi bukan sekedar jumlah objek atau subjek
penelitian, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh objek atau
subjek penelitian tersebut. Jadi satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi,
karena satu orang tersebut sudah mempunyai berbagai karakteristik seperti hobi,
gaya berbicaranya, kepemimpinanya, dan lain-lain. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kedisiplinan kerja gubernur X, maka kedisiplinan kerja itu
merupakan sampel dari semua karakteristik yang melekat pada gubernur X.
Tujuan Pembelajaran 12.3:
Menjelaskan sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi berjumlah besar, sehingga peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena adanya keterbatasan
seperti keterbatasan tenaga, biaya, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel yang diambil haruslah
bersifat representatif terhadap seluruh populasi. Apabila sampel tidak
representatif, maka kesimpulan yang diambil peneliti dalam penelitiannya
tersebut menjadi tidak tepat. Beberapa hal yang harus diketahui sehubungan
dengan sampel, sebagai berikut:
1. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sampel
a. Mempunyai sifat yang dimiliki oeh populasi. Apabila populasi dicirikan
oleh warna, dimensi, dan kekerasan bahan maka sampel juga dicirikan oleh
hal yang sama.
b. Mewakili populasi. Apabila dari sejumlah anggota populasi sesudah
dipertimbangkan cukup diambil sebuah sampel, maka hasil pengujian
sampel tersebut akan mewakili seluruh anggota populasi.
c. Dapat digunakan untuk menggeneralisasi hasil analisis. Berkaitan dengan
keterangan di atas, maka hasilnya akan berlaku untuk seluruh anggota
populasi.
2. Tujuan pengambilan sampel
a. Untuk mereduksi jumlah objek yang akan diteliti. Hal ini akan lebih
bermanfaat apabila cara pengujian objek dilakukan hingga rusak.
b. Untuk membatasi jumlah populasi bahkan wilayah populasi, berusaha
untuk membuat generalisasi hasil analisis.
c. Berusaha untuk mempersingkat waktu, memperkecil dana, ataupun tenaga.
3. Tahapan menentukan sampel
a. Menentukan populasi terlebih dahulu (jangan dibalik menentukan jumlah
sampel, baru kemudian menentukan populasi).
b. Membatasi luas populasi dengan menegaskan karakteristik populasi teoritis
dengan cara melakukan identitas dan inventarisasi terhadap sifat-sifat
populasi sebagai ruang lingkup dalam usaha melakukan generalisasi. Perlu
diperhatikan sekali lagi bahwa pengambilan sampel yang salah akan
menyebabkan hasil penelitiannya bias.
4. Menetukan ukuran sampel
Anggota sampel diambil melalui teknik-teknik pengambilan sampel.
Jumlah anggota sampel ini sering dinyatakan sebagai ukuran sampel. Jumlah
sampel yang diambil diharapkan representatif terhadap jumlah anggota
populasi itu sendiri. Jika jumlah populasi ada 500 orang maka hasil penelitian
tersebut akan berlaku bagi 500 orang tersebut tanpa ada kesalahan. Sehingga
jika tidak ingin ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 500 orang. Dengan demikian, semakin
besar jumlah sampel (mendekati jumlah populasi) maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya.
Berapa jumlah sampel yang paling tepat dalam penelitian ? Jawabanya
tergantung pada tingkat ketelitian yang diinginkan. Tingkat ketelitian yang
diinginkan sering tergantung pada faktor-faktor seperti biaya, tenaga, dan
waktu yang tersedia. Semakin besar tingkat ketelitian maka akan semakin
kecil jumlah sampel yang diperlukan dan sebaliknya.
Berikut ini tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang
dikembangkan oleh Isaac dan Michael untuk taraf kesalahn 1%, 5%, dan 10%.
Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya tersebut adalah sebagai berikut:
λ . N. P. Q
S=
d (N − 1) + λ . P. Q
Keterangan:
S = Jumlah sampel
λ dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, atau 10%.
P = Q = 0,5
d = 0,05
N = Jumlah populasi

Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan
1%, 5%, dan 10 %
s s
N N
1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 1000 399 258 213
50 47 44 42 5000 586 326 257
100 87 78 73 10000 622 336 263
150 122 105 97 50000 655 346 269
300 207 161 143 75000 658 346 270
400 250 186 162 150000 661 347 270
600 315 221 187 ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
800 363 243 202 ∞ 664 349 272
Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa semakin besar taraf
ketelitian/ kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Misalnya
untuk jumlah populasinya 10 orang maka jumlah sampel sebenarnya hanya
9,56 orang, tetapi dibulatkan menjadi 10 orang.
Cara menentukan ukuran sampel di atas diasumsikan jika populasi
berdistribusi normal. Jika tidak berdistribusi normal maka tidak perlu
digunakan. Misalnya populasinya adalah logam, dimana susunan molekulnya
homogen, maka jumlah sampel yang diperlukan cukup 1% saja sudah bisa
representatif.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel,
seperti rumus Slovin, Cochran, Cohen, dan lain sebagainya. Apabila rumus-
rumus tersebut digunakan untuk menghitung ukuran sampel, maka hasilnya
hanya terdapat sedikit perbedaan jumlah sampelnya. Lalu yang harus dipakai
yang mana ? Sebaiknya yang dipakai adalah ketika mendapat jumlah ukuran
sampel yang paling besar.

Contoh penggunaan rumus di atas adalah sebagai berikut:


Misalnya akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan
kelompok masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh
pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat tersebut terdiri dari 500
orang, yang dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan
S = 65 orang, S = 81 orang, SMA=270 orang, SMP= 100 orang, dan SD=84
orang.
Maka dengan menggunakan tabel penentuan sampel menurut Isaac dan
Michael, bila jumlah populasi 600 orang dengan taraf kesalahan 5% maka
jumlah sampelnya adalah 221 orang. Karena populasinya berstrata jenjang
pendidikan maka sampelnya juga berstrata sesuai strata populasinya. Dengan
demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional
sesuai dengan populasi.

S = × 221 = 23,94 = 24 orang

S = × 221 = 29,84 = 30 orang

SMA = × 221 = 99,45 = 99 orang

SMP = × 221 = 36,83 = 37 orang

SD = × 221 = 30,94 = 31 orang +

Total = 221 Orang


Populasi = 600 Orang
Sampel = 221 Orang

S = 65
S = 24
S = 81 S = 30

SD= 84 SD= 31

SMP= 37
SMP= 100
SMA= 99
SMA= 270

Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982: 253)


memberikan saran-saran tentang ukuran sampel penelitian, sebagai berikut:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian sekitar 30-500.
2. Bila sampel berkategori (misalnya pria-wanita) maka jumlah minimal
setiap kategori adalah 30.
3. Bila melakukan penelitian yang beranalisis multivariasi, maka jumlah
anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.
Misalnya variabe penelitiannya ada 5, maka jumlah anggota sampelnya 50.
4. Untuk penelitian eksperimen sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota masing-masing
antara 10-20.
Tujuan Pembelajaran 12.4:
Menjelaskan teknik sampling

Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel.


Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling.

Tabel macam-macam teknik sampling


Teknik Sampling
Probability sampling Nonprobability sampling
1. Simple random sampling. 1. Sampling sistematis.
2. Proportionate stratified 2. Sampling kuota.
random sampling. 3. Sampling insidental.
3. Disproportionate stratified 4. Purposive sampling.
random sampling. 5. Sampling jenuh
4. Cluster sampling. 6. Snowball sampling

1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Jenis-jenis teknik probability sampling adalah
sebagai berikut:

a. Simple random sampling


Simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel
dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa melihat strata yang ada
dalam populasi itu. Cara ini dilakukan jika anggota populasi dianggap
homogen.
b. Proportionate stratified random sampling
Proportionate stratified random sampling adalah teknik pengambilan
anggota sampel yang jika anggota populasi tidak homogen dan berstrata
secara proporsional. Misalnya suatu perusahaan mempekerjakan pegawai
yang berlatar belakang pendidikan berbeda-beda, maka populasi pegawai
di perusahaan dikatakan berstrata.
c. Disproportionate stratified random sampling
Disproportionate stratified random sampling adalah teknik
pengambilan anggota sampel jika populasinya bestrata, namun kurang
proporsional.
d. Cluster sampling
Cluster sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel jika
obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya sumber datanya
adalah penduduk dari suatu benua atau negara.

2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan tidak
memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Jenis-jenis teknik nonprobability sampling adalah
sebagai berikut:
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan anggota populasi yang telah diberikan nomor urutan. Misalnya
anggota populasi terdiri dari 50 orang. Kemudian semua anggota populasi
itu diberi nomor urut dari 1 sampai 50. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan bilangan
tertentu.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang
bercirikan tertentu sampai memenuhi jumlah kuota yang dikehendaki.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan di suatu daerah. Jumlah sampel yang ditentukan
adalah 300 orang. Jika dalam pengumpulan data belum didasarkan atas 300
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai karena belum
memenuhi kuota yang telah ditentukan di awal yaitu 300 orang.
c. Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan. Bila dipandang sampel yang diketemukan secara tidak sengaja
ditemui cocok sebagai sumber data maka sampel tersebut akan diambil
oleh peneliti.
d. Purposive sampling
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya ingin meneliti kondisi pendidikan di
Indonesia, maka sumber datanya harus seorang ahli pendidikan. Sampel ini
sangat cocok untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak
melakukan generalisasi.
e. Sampling jenuh (sensus)
Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang jika semua
anggota populasi digunakan sebagi sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah
populasi relatif kecil (kurang dari 30).
f. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang jumlahnya
semakin lama semakin membesar seperti bola salju yang menggelinding.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan mengapa yang anda teliti dinamakan sebagai variabel penelitian ?
2. Buatlah tiga judul penelitian, lalu tentukan jenis variabelnya dari masing-masing
judul tersebut ?
3. Misalnya pegawai dari perusahaan tertentu memiliki latar belakang pendidikan,
yaitu S ada 4 orang, S ada 5 orang, S ada 65 orang, SMA ada 170 orang. SMP
ada 300 orang. Teknik sampling apa yang cocok Anda gunakan dan jelaskan
alasannya !

D. DAFTAR PUSTAKA

Http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dra_wening_sahayu_mpd/metodol
ogi-penelitian.pdf
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 13
METODE PENGUMPULAN DATA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai metode pengumpulan
data. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
13.1. Menjelaskan metode pengumpulan data.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 13.1:
Menjelaskan metode pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian baik data primer maupun data sekunder


menggunakan beberapa metode. Metode tersebut diantaranya:
1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2012 : 137), data primer merupakan data yang

diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Adapun teknik yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Observasi

Menurut Creswell (2012) dalam Sugiyono (2014 : 235)

menyatakan “Observation is the process of gathering firsthand

information by observing people and palces at research site”.

Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan

pertama dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan

penelitian.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

b. Wawancara

Menurut Sugiyono (2014 : 224), wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas

melakukan pengumpulan data) dalam mengumpulkan data mengajukan

suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai.

c. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2012 : 142), kuesioner merupakan teknik


pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2012 : 137), data sekunder adalah sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen.. Data sekunder meliputi :

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data menggunakan

dan mempelajari literatur atau bahan bacaan seperti buku, majalah,

jurnal, dan lain – lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berupa data

dokumenter seperti: foto, sejarah perusahaan, visi misi perusahaan dan

struktur oganisasi dan sebagainya.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan macam-macam metode pengumpulan data primer?
2. Jelaskan macam-macam metode pengumpulan data sekunder?
D. DAFTAR PUSTAKA
Ajimat. 2013. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian. Tangerang Selatan:
Unpublished.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 14
OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai operasional variabel
penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
14.1. Menjelaskan operasional variabel penelitian.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 14.1:
Menjelaskan operasional variabel penelitian

Operasional variabel merupakan variabel yang digunakan dalam penelitian

dan indikatornya serta kuesioner yang menunjukkan indikator variabel

penelitian tersebut. Adapun definisi atau istilah variabel menurut Sugiyono

(2004 : 33) sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Variable Independent)

Variable independent adalah suatu variabel yang keadaannya tidak

dipengaruhi variabel lain, variabel ini merupakan faktor penyebab yang

akan mempengaruhi variabel lain. Dalam hubungannya dengan masalah

yang diteliti, pelatihan diidentifikasi sebagai variabel bebas. Menurut

Biech (2005) dalam Priansa (2014 : 176), menyatakan bahwa “pelatihan

adalah tentang perubahan, tentang transformasi, tentang pembelajaran.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

2. Variabel Terikat (Variable Dependent)

Variabel dependent sama dengan suatu variabel yang

keberadaannya dipengaruhi atau dihasilkan oleh variabel lain. Kinerja

pegawai diidentifikasi sebagai variabel dependent. Kinerja merupakan

hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Suwatno dan Priansa

(2014 : 196).

Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Skala

1. Variabel 1. Indikator 1
Penelitian 1
a. Kuesioner 1 Skala
b. Kuesioner 2 yang
dan seterusnya
digunakan
2. Indikator 2 dan seterusnya
dalam
a. Kuesioner 1
kuesioner
b. Kuesioner 2
dan seterusnya.
2. Variabel 1. Indikator 1
Penelitian 2
a. Kuesioner 1 Skala

b. Kuesioner 2 yang
dan seterusnya
digunakan
2. Indikator 2 dan seterusnya
dalam
a. Kuesioner 1
kuesioner
b. Kuesioner 2
dan seterusnya.
Dan
seterusnya

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan variabel bebas dan variabel terikat?
2. Buatlah tabel operasional variabel berdasarkan indikator variabel
penelitian Anda!

D. DAFTAR PUSTAKA
Ajimat. 2013. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian. Tangerang Selatan:
Unpublished.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 15
UJI ASUMSI KLASIK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai uji asumsi klasik. Melalui
ekspositori, Anda harus mampu:
15.1. Menjelaskan uji normalitas
15.2. Menjelaskan uji multikolinieritas
15.3. Menjelaskan uji heteroskedastisitas
15.4. Menjelaskan uji linieritas
15.5. Menjelaskan uji autokorelasi

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 15.1:
Menjelaskan uji normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah suatu data


berdistribusi normal atau tidaka. Suatu model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Berikut ini merupakan contoh kasus pengolahan uji normalitas:
Seorang peneliti ingin menguji normalitas dari variabel Kinerja Karyawan (Y),
Gaya Kepemimpinan (X1), Budaya Organisasi (X2 ) dan Kompensasi (X3).

Langkah-Langkah:
1) Masukkan data X1, X2, X3 dan Y yang terdapat pada lampiran.
2) Pilih menu Analyze kemudian submenu Regression, lalu pilih Linear.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

3) Tampak di layar menu Linear Regression

 Pada kotak Dependent isikan variabel Y


 Pada kotak Independent isikan variabel X1, X2 dan X3
 Pada kotak Method pilih Enter

4) Pilih Plots di menu kemudian akan muncul tampilan Windows Linear


Regression: Plots

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

 Aktifkan pilihan Histogram dan Normal probability plot


 Tekan Continue lalu Ok pada menu Linear Regression

5) Hasil output

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
Modul Metodologi Penelitian

Dengan melihat tampilan grafik Histogram maupun grafik Normal P-


Plot of RegressionStandardizedResidual dapat disimpulkan bahwa grafik
histogram memberikan pola distribusi yang normal. Sedangkan pada grafik
normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Kedua grafik
ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi
syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena merupakan model
regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Tujuan Pembelajaran 15.2:


Menjelaskan uji multikolinieritas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika terdapat atau terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah
multikolinieritas.

Berikut contoh kasus multikolinieritas:


Seorang peneliti ingin menguji asumsi multikolinieritas dari variabel Kinerja
Karyawan (Y), Struktur Organisasi (X1), Budaya Organisasi (X2) dan
Kepemimpinan (X3).

Langkah-Langkah:
1) Masukkan data X1, X2, X3 dan Y yang terdapat pada lampiran.
2) Pilih menu Analize kemudian submenu Regression, lalu pilih Linear.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


4
Modul Metodologi Penelitian

3) Tampak di layar menu Linear Regression

 Pada kotak Dependent isikan variabel Y


 Pada kotak Independent isikan variabel X1, X2 dan X3
 Pada kotak Method pilih Enter

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


5
Modul Metodologi Penelitian

4) Untuk menampilkan matriks korelasi dan nilai tolerance serta VIF pilih
Statistics di menu kemudian akan muncul tampilan Windows Linear
Regression: Statistics

 Aktifkan pilihan Covariancematrix dan ColliniearityDiagnostics


 Tekan Continue lalu Ok pada menu LinearRegression
5) Hasil output
Coefficientsa
Model CollinearityStatistic
s
Tolerance VIF
1 X1 ,299 3,348
X2 ,250 3,993
X3 ,703 1,423
a. DependentVariable: Y

Dari tabel Coefficients menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen


yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,100 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi multikolinearitas.
Multikolinieritas juga diuji dengan menghitung nilai VIF
(VarianceInflatingFactor). Bila nilai VIF lebih kecil dari 5 maka tidak terjadi
multikolinieritas. Semua nilai VIF pada tabel Coefficients menunjukkan
angka kurang dari 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pada

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


6
Modul Metodologi Penelitian

penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena
tidak terjadi korelasi antar variabel independen (non-multikolinearitas).

CoefficientCorrelationsa
Model X3 X1 X2
1 Correlations X3 1,000 ,134 -,420
X1 ,134 1,000 -,806
X2 -,420 -,806 1,000
Covariances X3 ,021 ,004 -,012
X1 ,004 ,041 -,032
X2 -,012 -,032 ,039
a. DependentVariable: Y

Melihat tabel CoefficientCorrelations tampak bahwa terjadi korelasi yang


cukup tinggi antara variabel X1 dan X2 dengan tingkat korelasi – 0,806 atau
80,6%. Karena nilainya masih di bawah 95% sehingga masih dapat dikatakan
tidak terjadi multikolinearitas(non-multikolinearitas).

Tujuan Pembelajaran 15.3:


Menjelaskan heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


terjadi atau terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Berikut contoh kasus pengujian heteroskedastisitas:
Seorang peneliti ingin menguji asumsiheteroskedastisitas dari variabel Kinerja
Karyawan (Y), Struktur Organisasi (X1), Budaya Organisasi (X2) dan
Kepemimpinan (X3).

Langkah-Langkah:
1) Masukkan data X1, X2, X3 dan Y yang terdapat pada lampiran.
2) Pilih menu Analyze kemudian submenu Regression, lalu pilih Linear.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


7
Modul Metodologi Penelitian

3) Tampak di layar menu Linear Regression

 Pada kotak Dependent isikan variabel Y


 Pada kotak Independent isikan variabel X1, X2 dan X3
 Pada kotak Method pilih Enter

4) Pilih Plots di menu kemudian akan muncul tampilan Windows Linear


Regression: Plots

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


8
Modul Metodologi Penelitian

 Masukkanvariable*SRESID pada kotak pilihan Y


 Masukkanvariable*ZPRED pada kotak pilihan X
 Tekan Continue lalu Ok pada menu Linear Regression

5) Hasil output

Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak


serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Jadi
dapat disimpulkan bahwa model pada penelitian ini memenuhi syarat untuk
menjadi model yang baik karena merupakan model yang homoskedastisitas
atau varians dari nilai residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain
tetap.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


9
Modul Metodologi Penelitian

.
Tujuan Pembelajaran 15.4:
Menjelaskan linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan melihat scatterplot antara standar residual


dengan prediksinya. Bila sebaran tidak menunjukkan pola tertentu maka
dikatakan asumsi linieritas memenuhi syarat.

Hasil pengujian menunjukkan scatterplot tidak membentuk pola tertentu


sehingga dapat disimpulkan bahwa model pada penelitian ini memenuhi
syarat untuk menjadi model yang baik karena asumsi linieritasterpenuhi.
Manusia memiliki hawa nafsu yang membuat manusia tidak pernah
merasa puas akan apa-apa yang telah dimiliki atau dicapai. Misalkan kita
awalnya berjalan kaki, ingin memiliki sepeda. Setelah memiliki sepeda ingin
naik sepeda motor, setelah memiliki sepeda motor ingin mobil dan seterusnya
tidak pernah berhenti hingga ajal menjemput.
Begitu pula dengan rasa ingin tahu manusia yang tidak pernah berhenti.
Manusia selalu berusaha mencari tahu apakah, siapakah, kapankah,
dimanakah, oleh apa dan bagaimana tentang suatu fenomena atau kejadian.
Rasa ingin tahu ini pula yang membuka pola pikir manusia untuk menjawab
berbagai pertanyaan dalam kehidupannya.
Dalam pemenuhan rasa ingin tahunya manusia pertama kali
menggunakan panca inderanya untuk menjelaskan berbagai fenomena di

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


10
Modul Metodologi Penelitian

lingkungannya. Panca indera tersebut hanya didukung oleh teknologi


seadanya sehingga berbagai hal yang memang tidak terjangkau oleh indera
manusia dijelaskan melalui berbagai mitos.
Mitos berkembang pesat karena keterbatasan dari alat pengamatan
manusia terhadap berbagai fenomena. Keterbatasan dan rasa keingintahuan
yang tinggi menyebabkan manusia membuat cerita sesuai dengan jalan
pemikirannya sendiri dan menyebar turun temurun sehingga menjadi sebuah
kepercayaan dan menjadi legenda.
Seiring dengan meningkatnya peradaban manusia dan bertambahnya
pengalaman manusia tentang suatu fenomena, maka mitos pun mulai sedikit
demi sedikit ditinggalkan. Pengetahuan pun mulai berdasar pada sebagian
mitos dan sebagian pengalaman serta rasionalitas. Inilah pengetahuan yang
kita kenal dengan pseudo science.
Peradaban manusia semakin meningkat dari waktu ke waktu ditambah
dengan meningkatnya arus penyebaran teknologi yang didukung oleh
percepatan informasi. Berbagai kemajuan inilah yang telah memacu
terciptanya pengetahuan yang berdasar pada metode ilmiah yang disebut
dengan science. Dunia semakin tanpa batas wilayah, dimana setiap orang
mampu berkomunikasi dan menyebarkan informasi dimana saja dengan
menggunakan fasilitas internet, sehingga pengetahuan meningkat berkali-kali
lipat dari sebelumnya.
Tujuan Pembelajaran 15.5:
Menjelaskan autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi.

Kasus:
Seorang peneliti ingin menguji asumsiautokorelasi dari variabel Kinerja
Karyawan (Y), Struktur Organisasi (X1), Budaya Organisasi (X2) dan
Kepemimpinan (X3).

Langkah-Langkah:
1) Masukkan data X1, X2, X3 dan Y yang terdapat pada lampiran.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


11
Modul Metodologi Penelitian

2) Pilih menu Analizekemudian submenuRegression, lalu pilih Linear.

3) Tampak di layar menu Linear Regression

 Pada kotak Dependent isikan variabel Y


 Pada kotak Independent isikan variabel X1, X2 dan X3
 Pada kotak Method pilih Enter
4) Pilih Statistics di menu kemudian akan muncul tampilan Windows Linear
Regression: Statistics

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


12
Modul Metodologi Penelitian

 Aktifkan pilihan Durbin-Watson


 Tekan Continue lalu Ok pada menu Linear Regression

5) Hasil output
Model Summaryb
Model Adjusted R Std. Error of Durbin-
R R Square Square theEstimate Watson
1 ,710a ,504 ,474 1,319 1,844

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2


b. DependentVariable: Y

Nilai DW sebesar 1,844 akan dibandingkan dengan nilai tabel yang memiliki
signifikansi 5%, jumlah sampel 54 dan jumlah variabel independen 3. Oleh
karena nilai ini lebih besar dari batas atas (du) 1,681 dan kurang dari 4-du,
maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


13
Modul Metodologi Penelitian

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan tujuan dan langkah pengujian normalitas?
2. Jelaskan tujuan dan langkah pengujian multikolinieritas?
3. Jelaskan tujuan dan langkah pengujian heteroskedastisitas?
4. Jelaskan tujuan dan langkah pengujian linieritas?
5. Jelaskan tujuan dan langkah pengujian autokorelasi?

D. DAFTAR PUSTAKA

http://extraordinarynad.lecture.ub.ac.id/files/2012/12/Uji-Asumsi-Klasik.docx

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


14
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 16
KORELASI SEDERHANA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai korelasi sederhana.
Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
16.1. Menjelaskan korelasi sederhana

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 16.1:
Menjelaskan korelasi sederhana

Hubungan antara variabel satu dengan variabel lain dapat dijelaskan


dengan analisis korelasi. Analisis korelasi yang menghubungkan hanya dua
variabel dikenal dengan istilah korelasi sederhana.

Rumus korelasi pearson product moment


∑ − (∑ )(∑ )
=
[ ∑ − (∑ ) ][ ∑ − (∑ ) ]

Koefisien Determinasi
= × 100%

Uji signifikansi

Ho=tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel x dan variabel y


Ha=terdapat hubungan yang signifikan antara variabel x dan variabel y
√ −2
=
√1 −
Kriteria Pengujian
Jika > maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika ≤ maka Ho diterima dan ha ditolak

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

Contoh:
Misalkan berikut ini merupakan hasil data kedisiplinan karyawan ( ) dan
kinerja karyawan ( ).

No
1 25 34
2 22 27
3 24 35
4 26 37
5 28 43
6 27 42
7 24 30
8 26 34
9 27 40
10 26 39
11 28 43
12 25 40
13 27 42
14 26 41
15 25 39

Tentukanlah:
a. Korelasi pearson product moment dan interpretasinya
b. Koefisien determinasi dan interpretasinya
c. Ujilah hipotesisnya dengan menggunakan uji t dan interpretasikan

Jawab:
a. Korelasi pearson product moment

Tabel pembantu perhitungan korelasi pearson product moment


No
1 25 34 625 1156 850
2 22 27 484 729 594
3 24 35 576 1225 840
4 26 37 676 1369 962
5 28 43 784 1849 1204
6 27 42 729 1764 1134
7 24 30 576 900 720
8 26 34 676 1156 884
9 27 40 729 1600 1080

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

10 26 39 676 1521 1014


11 28 43 784 1849 1204
12 25 40 625 1600 1000
13 27 42 729 1764 1134
14 26 41 676 1681 1066
15 25 39 625 1521 975
∑ 386 566 9970 21684 14661

∑ − (∑ )(∑ )
=
[ ∑ − (∑ ) ][ ∑ − (∑ ) ]
(15)(14661) − (386)(566)
=
[(15)(9970) − (386) ][(15)(21684)(566) ]
(219915) − (218476)
=
[(149550) − (148996)][(325260) − (320356)]
1439 1439 1439
= = = = 0,8730
[554][4904] √2716816 1648,2767

Berdasarkan hasil perhitungan nilai r diatas, maka dapat di


interpretasikan sebagai berikut:
Terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara kedisiplinan
karyawan dengan kinerja karyawan sebesar 0,8730.

Koefisien determinasi (KD)

= × 100%
= (0,8730) × 100%
= 0,7621 × 100% = 76,21%

Berdasarkan hasil perhitungan KD diatas, maka dapat diinterpretasikan


sebagai berikut:
Kinerja karyawan dipengaruhi kedisiplinan karyawan sebesar 76,21% dan
sisanya 23,79% dipengaruhi oleh faktor lain.

Uji hipotesis dengan menggunakan uji t

Ho=tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedisiplinan karyawan


dan kinerja karyawan
Ha=terdapat hubungan yang signifikan antara kedisiplinan karyawan dan
kinerja karyawan

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
Modul Metodologi Penelitian

Mencari nilai t hitung


(0,8730) (15) − 2
=
1 − (0,8730)
(0,8730)√13 (0,8730)(3,6056)
= =
√1 − 0,7621 √0,2379
3,1477
= = 6,4542
0,4877
Mencari nilai t tabel
Dengan derajat kebebasan (dk)=n-2=15-2=13
Tingkat kesalahan 5%
Pengujian satu sisi (one tailed test)
Diperoleh tt=1,753

Berdasarkan kriteria pengujian, jika > maka Ho ditolak dan Ha diterima


Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedisiplinan karyawan
terhadap kinerja karyawan.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Tentukanlah:
1. Korelasi pearson product moment dan interpretasinya
2. Koefisien determinasi dan interpretasinya
3. Ujilah hipotesisnya dengan menggunakan uji t dan interpretasikan

No x y
1 95 115
2 93 100
3 95 105
4 94 107
5 96 113
6 95 112
7 93 99
8 93 100
9 94 110
10 93 109
11 95 113
12 93 102
13 94 112
14 95 114

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


4
Modul Metodologi Penelitian

D. DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung :
CV. Alfabeta.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


5
Modul Metodologi Penelitian

PERTEMUAN 17
PERSAMAAN REGRESI LINIER SEDERHANA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai persamaan regresi linier
sederhana. Melalui ekspositori, Anda harus mampu:
17.1. Menjelaskan persamaan regresi linier sederhana.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 17.1:
Menjelaskan persamaan regresi linier sederhana

Prediksi pengaruh antara variabel satu terhadap variabel lain dapat


dijelaskan dengan persamaan regresi linier sederhana. Persamaan regresi
linier sederhana.
Bentuk umum
= +
Langkah urutan pengerjaan

∑ − (∑ )(∑ )
=
∑ − (∑ )

∑ − ∑
=

Contoh:

Misalkan berikut ini merupakan hasil data kedisiplinan karyawan ( ) dan


kinerja karyawan ( ).

No
1 25 34
2 22 27
3 24 35
4 26 37
5 28 43

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


1
Modul Metodologi Penelitian

6 27 42
7 24 30
8 26 34
9 27 40
10 26 39
11 28 43
12 25 40
13 27 42
14 26 41
15 25 39

Tentukanlah Persamaan regresi liniernya dan interpretasinya!

Jawab:

Persamaan regresi linier sederhana


∑ − (∑ )(∑ )
=
∑ − (∑ )
(15)(14661) − (386)(566)
=
(15)(9970) − (386)
(219915) − (218476)
=
(149550) − (148996)
1439
= = 2,5975
554
∑ − ∑ (386) − (2,5975)(566) (386) − (1470,185)
= = =
(15) (15)
−1084,185
= = −72,279
15

Persamaan regresi linier yang terbentuk

= −72,279 + 2,5975

Artinya jika kedisiplinan karyawan ditingkatkan 1 satuan maka kinerja


karyawan akan meningkat sebesar 2,5975 dan sebaliknya.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


2
Modul Metodologi Penelitian

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Tentukanlah Persamaan regresi liniernya dan interpretasinya

No x y
1 95 115
2 93 100
3 95 105
4 94 107
5 96 113
6 95 112
7 93 99
8 93 100
9 94 110
10 93 109
11 95 113
12 93 102
13 94 112
14 95 114

D. DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung :


CV. Alfabeta.

S1 Manajemen, Universitas Pamulang


3
PERTEMUAN 18
PRESENTASI ILMIAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai presentasi ilmiah. Melalui
ekspositori, Anda harus mampu:
18.1. Menjelaskan presentasi ilmiah
18.2. Menjelaskan etika presentasi ilmiah
18.3. Menjelaskan kiat presentasi ilmiah
18.4. Menjelaskan teknik presentasi ilmiah
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 18.1:
Menjelaskan presentasi ilmiah

Morrisey & Sechrest mendeskripsikan bahwa presentasi melibatkan


penyiapan dan penyampaian suatu pokok bahasan kritis dalam bentuk yang logis
dan ringkas, sehingga menghasilkan komunikasi yang efektif. Sedangkan French
mengatakan bahwa, “You are a scientist or you wouldn’t be giving the talk”.
Pandangan itu bisa dijadikan dasar untuk mendefinisikan presentasi ilmiah. Dari
segi pelaku, yang memberikan presentasi ilmiah adalah seorang ilmuwan.
Informasi yang disampaikan tentu adalah yang bersifat ilmiah. Untuk dapat
memahami dengan baik informasi yang disampaikan, yang hadir pun mestinya
adalah khalayak ilmiah (Gafura, 2009).
Berdasarkan uraian diatas maka presentasi dapat didefinisikan sebagai
kegiatan berbicara di hadapan publik untuk mengkomunikasikan secara efektif
suatu pokok bahasan yang merupakan informasi mengenai suatu gagasan atau
objek. Sedangkan presentasi ilmiah adalah presentasi yang disampaikan oleh
seorang ilmuwan mengenai suatu gagasan atau objek ilmiah di hadapan khalayak
ilmiah.

Tujuan Pembelajaran 18.2:


Menjelaskan etika presentasi ilmiah

Menurut Susi Sundiasih (2009), dalam melakukan presentasi ilmiah ada


beberapa etika yang harus diperhatikan yaitu:
1. Penyaji perlu memberi informasi kepada peserta secara memadai
Informasi tersebut akan dipahami dengan baik jika peserta memperoleh
bahan tertulis, baik bahan lengkap maupun bahasan presentasi power point.
Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan.
Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan bahwa semua peserta dapat
melihat layar dan dapat membaca tulisan yang disajikan.
2. Penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia
Penguasaan waktu merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh penyaji.
Penyaji perlu merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan yang
diberikan oleh moderator. Kepandaian seorang penyaji adalah menempatkan
diri dengan waktu yang diberikan. Kemampuan menjelaskan sesuatu dalam
waktu singkat dan padat merupakan bukti kepandaian dan penguasaan materi
oleh penyaji. Bagi mahasiswa, dalam melakukan presentasi skripsi/tesis/karya
ilmiah, ada batas waktu yang harus ditaati.
3. Penyaji menaati etika yang berlaku di forum ilmiah
Hal itu karena forum ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan
akademisi dari berbagai disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta bertukar
berbagai informasi akademik, baik sebagai hasil pemikiran maupun hasil
penelitian. Dalam forum tersebut ada beberapa peran yang dimainkan oleh
aktor yang berbeda, yakni penyaji, pemandu (moderator), notulis, peserta, dan
teknisi. Semua pihak wajib melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya
presentasi ilmiah dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan main
yang telah ditetapkan.
Etika dalam forum ilmiah harus dijaga agar tujuan forum dapat tercapai
dengan baik. Etika berkaitan dengan keyakinan dan prinsip mengenai mana
yang benar dan mana yang salah serta mana yang patut dan mana yang tidak
patut. Satu nilai yang harus dipegang dalam menjaga etika adalah menjaga
perilaku agar tidak merugikan orang lain. Kerugian mencakup hak atau
kesempatan, kehilangan muka, dan tersinggung perasaannya. Hak dalam
forum ilmiah meliputi hak berbicara, hak membela dan mempertahankan
pendapatnya, serta hak untuk mendapatkan pengakuan.
4. Kejujuran.
Dalam dunia ilmiah, kejujuran merupakan butir etis terpenting. Setiap
orang wajib bersikap sangat terbuka dalam segala hal menyangkut informasi
yang disajikan.

Etika bagi komponen-komponen yang mengikuti kegiatan presentasi, yaitu:


1. Penyaji
Jika menyajikan data, penyaji harus secara jujur menyebutkan apakah
data itu hasil penelitiannya ataukah diambil dari sumber lain. Jika diambil dari
sumber lain, harus disebutkan secara lengkap sesuai dengan kelaziman dunia
ilmiah.
2. Peserta
Etika yang harus dijaga oleh peserta antara lain adalah sebagai berikut.
Pertama, setiap peserta harus jujur pada diri sendiri. Artinya, dia akan
bertanya jika memang tidak tahu, akan mencari klarifikasi apabila masih
bingung atau belum yakin, akan mengecek apakah pemahamannya sudah
benar ataukah belum, dan sebagainya. Selain itu, setiap peserta wajib
menghargai pendapat/gagasan orang lain dan hal ini mensyaratkan bahwa dia
wajib menyimak apabila ada orang yang berbicara (bertanya). Misalnya,
ketika orang lain telah mengusulkan gagasan, dia tidak akan berbicara seolah-
olah dialah pengusul pertama gagasan tersebut. Ketika pertanyaan telah
diajukan oleh peserta lain, dia tidak akan mengulangi pertanyaan itu. Ketika
peserta lain telah menyatakan sesuatu dan dia menyetujuinya, dia dapat
mengungkapkan dukungannya.
Terkait dengan perilaku bertanya untuk memperoleh klarifikasi atau
informasi, satu kewajiban penanya adalah menyimak jawaban dari penyaji.
Akan lebih bagus jika penanya menunjukkan apresiasi positif terhadap
jawaban yang telah diberikan. Apabila dengan terpaksa penanya
meninggalkan ruangan sebelum jawaban diberikan, dia wajib meminta maaf
dan meminta izin untuk meninggalkan ruangan.
3. Moderator
Jalannya forum ilmiah banyak ditentukan oleh moderator sebagai
pemandu. Etika yang harus dijaganya adalah bahwa dia harus adil. Artinya,
semua peserta sedapat-dapatnya memperoleh kesempatan yang relatif sama
dalam berpartisipasi aktif selama forum berlangsung dan juga keseimbangan
dalam hal waktu atau jumlah pertanyaan yang boleh diajukan oleh peserta.
Selain adil, seorang moderator juga harus menaati jadwal atau waktu
yang telah ditentukan. Moderator seyogianya tidak terlalu banyak mengambil
waktu untuk berkomentar yang tidak fungsional. dan moderator harus
mengatur waktu yang digunakan oleh semua pihak, baik penyaji maupun
peserta. Oleh sebab itu, moderator harus punya keberanian untuk
menginterupsi dengan santun kepada pembicara agar taat waktu.
4. Notulis
Semua hal yang terungkap selama forum, baik inti uraian penyaji,
pertanyaan, maupun jawaban perlu dicatat secara rapi oleh notulis. Hasil
catatan yang telah ditata ringkas sebaiknya dicetak dan dibagikan minimal
kepada semua orang yang terlibat dalam forum tersebut. Hal ini memberi
kesempatan bagi pemilik gagasan/konsep untuk meluruskannya jika ada hal-
hal yang kurang tepat.

Tujuan Pembelajaran 18.3:


Menjelaskan kiat presentasi ilmiah

Presentsi ilmiah yang efektif adalah penyajian bahan ilmiah oleh seseorang
di suatu forum yang pesertanya secara sukarela terlibat aktif dalam interaksi
verbal ilmiah untuk mencapai tujuan dalam waktu yang tersedia. Agar presentasi
dapat berjalan secara efektif. Ada kiat yang perlu diterapkan. Beberapa kiat dari
Tim Pengajar Bahasa Indonesia Unhas (2008), adalah :
1. Menarik minat dan perhatian peserta
2. Mengarahkan perhatian peserta
3. Mempertahankan minat dan perhatian peserta
4. Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas
5. Menjaga etika
Untuk menarik minat dan perhatian pada apa yang akan dibahas, seorang
penyaji dapat menggunakan media yang menarik, yang dapat berupa media
visual seperti gambar dengan warna yang menarik, suara yang cukup keras bagi
peserta atau ilustrasi, anekdot, dan demonstrasi.
Selanjutnya perhatian mereka perlu diarahkan pada fokus pembahasan
dengan cara yang menarik pula dengan memanfaatkan informasi latar belakang
peserta. Perhatian mereka perlu dijaga atau dipertahankan dengan cara menjaga
agar suara tidak monoton dan dengan menggunakan variasi media. Dalam hal ini
multimedia sangat membantu. Akan tetapi, apabila perangkat keras sangat
terbatas, paling tidak cara berbicara yang perlu divariasi. Alur presentasi perlu
dijaga agar tetap fokus dengan menyatakan terus terang fokus pembahasan dan
penyaji memahami bahan yang telah dipersiapkan serta memberi penjelasan
singkat dan padat mengenai butir-butir tersebut.
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada makalah yang dibahas,
penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan
singkat dan padat terhadap butir-butir inti. Untuk menjaga etika dapat dilakukan
dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan (menyinggung perasaan)
orang lain.

Tujuan Pembelajaran 18.4:


Menjelaskan teknik presentasi ilmiah

Teknik presentasi adalah kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap orang
yang ingin sukses pada masa ini. Cara presentasi ide ternyata punya efek yang
tidak kalah besarnya dibanding isi presentasinya. Bahkan seringkali materi yang
sebenarnya sangat bagus, namun dibawakan dengan cara presentasi yang biasa-
biasa saja atau malah cenderung buruk bisa kehilangan kekuatannya. Berikut
merupakan beberapa teknik dalam presentasi:
1. Melakukan persiapan. Antara lain, bahan presentasi, bahan yang akan
dibagikan (jika ada), peralatan seperti laptop atau infokus dan mempersiapkan
mental. Jika semua kondisinya baik dan aman maka bisa membuat kita akan
lebih percaya diri.
2. Materi presentasi. Bedakan antara materi yang akan dipresentasikan dengan
proposal yang akan diberikan, karena pada saat presentasi kita menjelaskan
point-point nya saja dan tidak perlu secara keseluruhan untuk dibahas karena
akan menghabiskan waktu dan membuat audiens merasa bosan.
3. Pada saat presentasi:
a. Usahakan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan, jangan terlambat.
b. Gunakan waktu seefisien mungkin.
c. Gunakan pakaian yang sopan tentunya.
d. Kenali audience atau peserta yang hadir, sehingga kita bisa lebih akrab
dengan menyebut namanya dan tahu jabatannya.
e. Bagi pandangan ke kita ke semua audience dan perbanyak komposisi
pandangan kita kepada orang yang paling berpengaruh atau pengambil
keputusan, seperti CEO atau salah satu pimpinan dari yang hadir.
f. Sebisa mungkin untuk tidak membicarakan hal yang tidak penting dan
yang audience tidak mau dengar.
g. Berbicaralah dengan lugas dan sopan.
h. Atur intonasi suara, jangan kebesaran dan juga jangan kekecilan.
i. Jangan banyak bergerak, karena akan mengganggu konsentrasi peserta.
j. Munculkan beberapa joke untuk mencairkan suasana yang kaku atau
membosankan tapi jangan berlebihan.
k. Anggap saja audience tidak mengerti mengenai materi yang akan
disampaikan, jadi bersikaplah dengan mengundang simpati dan rasa kagum
para audience karena pengetahuan kita, tapi hindari kesan menggurui.
l. Pada saat tanya jawab, catat pertanyaan dan jawablah dengan lugas.

Berikut ini cara-cara melakukan presentasi yang baik dan benar :


1. Kuasai isi materi
Pada saat presentasi, sebaiknya diminimalkan melihat kertas karena hal
tersebut dapat membuat orang lain berpikir presenter tidak terlalu menguasai
materi. Salah satu cara menyiasati hal tersebut dengan cara menguasai betul
materi.
2. Pakai kalimat sederhana
Aplikasi power point bukanlah aplikasi pengolah kata layaknya microsoft
word, untuk itu, pakai kalimat yang jelas dan seperlunya saja. Jangan pula
menjejalkan terlalu banyak informasi dalam satu slide PowerPoint karena
audience mungkin akan kebingungan.
3. Gambar bermakna ribuan kata
Pakai gambar atau ilustrasi yang benar-benar menarik di power point
untuk menjelaskan presentasi, sehingga audiens mau menyimak dan mudah
memahaminya. Namun, jangan sampai pula resolusi gambar pecah sehingga
tampak menganggu
4. Konten alam presentasi sangat penting
Pastikan konten yang dimasukkan dalam presentasi memang berguna bagi
audience. Jangan pula terlalu banyak menggunakan animasi atau efek-efek
khusus, karena selain bisa membosankan, hal ini bahkan bisa mengakibatkan
presentasi dianggap tidak serius.
5. Berlatihlah sebelum melakukan presentasi
Semalam atau beberapa hari menjelang hari presentasi, ada baiknya
berlatih di depan teman-teman atau berlatih di depan cermin. Cara tersebut
dapat menaikan rasa percaya diri dan juga dapat menghilangkan rasa
canggung berbicara di depan banyak orang.

6. Kuasai peralatan presentasi


Jika terlihat canggung menggunakan peralatan sendiri berarti harus
bersiap mendapat pandangan pertama yang buruk dari peserta presentasi.
Kuasai proyektor, laptop, mouse, atau pointer yang akan digunakan.
7. Berceritalah saat presentasi
Jangan hanya membacakan poin presentasi secara monoton. Berceritalah,
ilustrasikan konten di power point, misalnya dengan pengalaman hidup sehari-
hari sehingga audience dapat mencerna maksudnya dengan baik.
8. Kontak mata
Jangan melupakan hal ini. Sebaiknya tidak terus menerus melihat ke arah
slide. Dengan terus melihat ke arah penonton, diharapkan presenter seperti
berbicara dua arah. Selingi dengan lelucon, pertanyaan spontan ke arah
penonton. Lakukan hal tersebut agar peserta tidak bosan. Selain itu, selingi
slide dengan musik, video, atau animasi secukupnya
9. Jangan lupa simpan materi
Hal ni penting karena apabila presenter lupa untuk menyimpan materi,
kemungkinan besar presenter dapat tegang saat itu juga dan semua materi
yang ada di kepala akan hilang. Oleh karena itu, simpan materi presentasi di
media penyimpanan yang mudah diingat.

Selain itu, di bawah ini terdapat berbagai tips menjadi seorang presenter
super dalam presentasi ilmiah (Susi Sundiasih, 2009), sebagai beikut:
1. Antusias, menampilkan semangat hidup diri.
2. Berwibawa, menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu.
3. Positif, melihat peluang dalam setiap saat.
4. Supel, mudah menjalin hubungan dengan peserta.
5. Humoris, berhati lapang, tetap mengikuti irama.
6. Kreatif, menemukan banyak cara.
7. Fasih, berkomunikasi dengan jelas, fasih dan benar.
8. Tulus, memiliki niat dan motivasi positif.
9. Interaktif, hubungan pembicara peserta hidup.
10. Mampu memotivasi, mengairahkan pendengar, membangun harapan.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Jelaskan perbedaan apa yang dimaksud dengan presentasi ilmiah ?


2. Jelaskan bagaimana presentasi ilmiah yang baik dan efektif ?
D. DAFTAR PUSTAKA
Https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwjip-
G1OXOAhWDso8KHRYcC0kQFghCMAU&url=http%3A%2F%2Fime351.w
eblog.esaunggul.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2Fsites%2F335%2F2013%2F04%2FMetodelogi-
Penelitian-Pertemuan-11.doc&usg=AFQjCNE4ElJIH9IJA8k_xXl-
xIxhwc7zIQ&bvm=bv.131286987,d.c2I
Https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&
uact=8&ved=0ahUKEwj3lb673-
XOAhUGRI8KHYvTATkQFghFMAU&url=http%3A%2F%2Fime351.weblog
.esaunggul.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2Fsites%2F335%2F2013%2F04%2FMetodelogi-
Penelitian-Pertemuan-11.doc&usg=AFQjCNE4ElJIH9IJA8k_xXl-
xIxhwc7zIQ&bvm=bv.131286987,d.c2I
Http://cs.ipb.ac.id/~cv/files/Tips_Presentasi_Penelitian_2014.pdf
Http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/risetbisnis_pdf/10_bab_8_presentasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai