OLEH
KELOMPOK I
MUHAMMAD FAISYAL :20221100109
AKHMAD NURIN SYAHIDI :20221100096
MUHAMMAD LUTHFI RAHMAN :20221100106
Tak lupa juga sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan pengikut sampai akhir zaman.
Kami menyadari dalam makalah ini jauh dari kata sempurna karena terbatasnya
bahan, pengetahuan dan pengalaman yang kami punya dalam membuat makalah.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak sehingga
pada hari-hari yang akan datang kami dapat memperbaikinya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami maupun untuk perkembangan dunia pendidikan.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bisa mendatangkan manfaat untuk
kita semua, terlebih untuk penyusun sendiri. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
B. Mitos............................................................................................................
1. Metode Ilmiah..........................................................................................
A. Simpulan......................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
Abdullah Ali dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 1.
3. Untuk Mengetahui Metode Ilmiah dan langkah-langkah Operasional Metode
Ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian maka ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu,
yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang
2
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, (t.t.
Inteligensia Media, 2020). h. 1.
3
Ibid.,
benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari yang
dipandangnya, bahkan ingin tahu tentang dirinya. Rasa ingin tahu manusia
berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Rasa ingin tahu manusia terus
berkembang non-idle curiosity sedangkan pada hewan dan tumbuhan rasa ingin
tahunya bersifat tetap idle curiosity atau instinct. Sebagai contoh, pada tumbuh-
tumbuhan daunnya cenderung mencari sinar matahari dan akar-akarnya mencari
air yang kaya mineral. Burung- burung terbang ke sana ke mari didorong rasa
ingin tahunya terhadap tempat yang ada makanan. Setelah mengadakan eksplorasi
mereka menjadi tahu, itulah pengetahuan burung. Burung juga memiliki
pengetahuan cara membuat sarang, tempua atau manyar pandai menganyam
sarangnya begitu indah dan bergelantungan pada daun kelapa, namun
pengetahuannya itu tidak berubah dari zaman ke zaman. Jadi, insting pada hewan
dan tumbuh-tumbuhan semata mata mengeksplorasikan alam untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan,
melindungi diri dan berkembang biak.4
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu
menimbulkan perbendaharaan manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi
kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau
membuat panah untuk berburu tetapi juga menyangkut keindahan. Adapun cara
manusia rasa ingin tahu yaitu: a. penyelidikan langsung; b. penggalian
4
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 2.
5
Ibid., h. 2.
penyelidikan orang lain, dan c. kerja sama dengan penyelidik. Setiap orang
memiliki rasa ingin tahu meskipun intensitasnya tidak sama dan minatnya pun
berbeda. Rasa ingin itu dapat diperkuat dan diperlengkap oleh lingkungan. Dapat
dikatakan secara jasmani lemah dibandingkan makhluk lain tetapi rohaninya,
yaitu akal budi dan kemauannya, sangat kuat.6
B. Mitos
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti mitos adalah cerita suatu
bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran
tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung
arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan dalam Kamus
Ilmiah Populer, mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif
tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah
dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau
alam di sekitarnya.7
9
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 3.
10
Ibid., h. 4.
tersebut, diperlukan pemahaman terhadap kehidupan dengan cara
mengembangkan simbol-sinmbol yang penuh makna. Simbol-simbol tersebut
berfungsi untuk menjelaskan fenomena lingkungan yang mereka hadapi, terutama
fenomena yang tidak tampak tetapi dapat dirasakan kehadirannya. Secara kasat
mata, manusia melambangkan legenda/dongeng-dongeng suci, yang dimitoskan
untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena yang tidak tampak, sehingga
dongeng-dongeng suci itu mengandung pesan, walaupun pesan tersebut
adakalanya sulit diterima akal, karena pada mulanya legenda-legenda itu
terbentuk secara tidak rasional.11
b. Gempa bumi dianggap dewa Atlas memindahkan bumi dan satu bahu ke bahu
yang lain.
1. Alat penglihatan; banyak benda bergerak cepat sehingga tak tampak jelas oleh
mata. Mata tidak dapat membedakan 10 gambar yang berbeda dengan yang lain
dalam waktu satu detik. Jika ukuran partikel terlalu kecil, demikian juga jika
dilihat terlalu jauh, mata tak mampu melihatnya.
3. Alat penciuman dan pengecap; bau dan rasa tidak dapat memastikan benda
yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis
rasa yaitu manis, masam, asin dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang
lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udaralebih dari sepuluh
juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda
yang lain, namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4. Alat perasa; alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau
dingin namun sangat relatif, sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi
yang tepat.13
13
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 6.
pada masanya karena: Keterbatasan pengetahuan yang menyebabkan keterbatasan
pengindraan baik langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu, dan hasrat ingin tahunya
terpenuhi.
a. Tahap teologi atau tiktit: pada tahap teologi manusia menyusun mitos atau
dongeng untuk mengenal realitas berdasarkan daya khayal, intuisi, atau imajinasi.
b. Tahap filsafat atau fisik: pada tahap ini manusia sudah menggunakan rasio
tetapi belum objektif. Tahap positif atau ilmiah riil: pada tahap ini manusia sudah
mampu berpikir objektif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan.
(d) Trial and error, pengetahuan dari proses coba-coba atau untung-untungan.14
Contoh: Suatu saat hasil pertanian mereka tidak memuaskan namun pada
saat yang lain baik sekali. Mereka sama sekali tidak memahami mengapa hal itu
terjadi maka mereka percaya pada mitos, dan dikaitkannyalah nasib itu pada bulan
matahari dan bintang-bintang. Pengetahuan perbintangan pada masa itu memang
sedang berkembang. Kelompok bintang atau rasi Scorpio, Virgo, Pisces, ILeo,
dan sebagainya yang masih kita kenal pada zaman sekarang ini, berasal dari
zaman Babylonia itu. Pengetahuan orang Babylonia itu setengahnya berasal dari
hasil pengamatan maupun pengalama setengahnya berupa dugaan, imajinasi,
kepercayaan atau mitos. Pengetahuan serupa ini disebut pseudo science (mirip
sains). Suatu pola pikir yang satu langkah lebih maju dari pada antara
pengamatan, pengalaman dan akal sehat atau rasional.17 Sebagai contoh adalah
ajaran orang-orang Yunani 600-200 SM di antaranya:
15
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit, h. 7.
16
Ibid.,
17
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 7.
Thales lahir pada 624 SM, di kota kecil Miletus yang terletak di pantai
barat Asia Kecil, yang sekarang disebut Turki. Thales adalah seorang filsuf yang
mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Thales mendapat gelar
"Bapak Filsafat" karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Sehingga
Thales sebagai ahli pikir Yunani, astronom, ahli matematika dan teknik, dialah
yang pertama kali berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan sinar sendiri
dan bulan hanya memantulkan cahaya matahari. la juga berpendapat bahwa bumi
merupakan sebuah piring datar erapung di atas air, karena bumi dipandang
sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di
atasnya. Kemudian la menjelaskan bahwa unsur dasar alam adalah air karena air
memiliki prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari
segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya
sendiri dan tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala
bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Kemudian semua bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Untuk lebih jelasnya perhatikan pandangan Thales
di bawah ini: Menurut Thales bahan dasar dari segala sesuatu adalah air, kabut
menmberi kehidupan bagi segala sesuatu bahkan panas itu
5. Benda-benda mempunyai banyak bentuk yang memiliki unsur dasar dan primer
yang satu.
1. Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan
diameter.
3. Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh
sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya.
4. Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan
sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua
segitiga itu dikatakan sama sebangun.
5. Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk
mengukur jarak kapal. Akan tetapi dalam rangka untuk mencari hakikat asal mula
dari alam semesta ini, Thales memang melepaskan diri dari ikatan takhayul dan
mitos-mitos atau kepercayaan umum di waktu itu.18
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama
seperti Thales dan Anaximanders, Berpendapat unsur dasar pembentukan semua
benda adalah udara karena udara melingkupi segala-galanya. Jiwa manusia pun
tidak lain daripada udara saja, yang dipupuk dengan bernapas. Udara melahirkan
semua benda dalam alam semesta karena suatu proses pemadatan dan
pengenceran. Kalau udara semakin bertambah kepadatannya maka muncullah
berturut-turut angin, air, tanah, dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu
menjadi lebih encer yang timbullah api. Inilah teori pertama transmutasi unsur-
unsur Sedangkan pandangan Anaximenes tentang jagat raya dalam hal ini, la
menjelaskan bahwa bumi (yang berupa meja bundar) melayang di atas udara,
demikian pun matahari, bulan dan bintang-bintang (benda-benda langit tersebut
merupakan api, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi) yang berada di
langit laksana sehelai daun. Akan tetapi bintang-bintang tidak memproduksi panas
19
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 11.
karerna jaraknya yang jauh dari bumi. Kemudian badan-badan jagat raya itu tidak
terbenam dalam bumi, tetapi mengeliling bumi yang datar. Matahari lenyap di
waktu malam karena tertutup di belakang bagian-bagian tinggi. Kemudian awan-
awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
Sedangkan pandangan Anaximenes mengenai Jiwa la menjelaskan bahwa jiwa
manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu
bernapas untuk mempertahankan hidupnya Jiwa adalah yang mengontrol tubuh
dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang
seharusnya Karena itu, untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini,
Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat
raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara. Tema tubuh
sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai
makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani.
Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam
pemikiran filsafatnya.20
D. Lahirnya IPA
20
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 12.
diuji ulang oleh siapa pun. Dengan demikian, kesimpulan yang diperoleh lebih
dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
1. Metode Ilmiah
Berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris membentuk dua kutub
yang saling bertentangan. Kedua belah pihak, masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Akhirnya, timbul gagasan untuk menggabungkan
kedua pendekatan ini hingga tersusun metode yang dapat lebih diandalkan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Gabungan antara dua pendekatan rasional
dan pendekatan empiris dinamakan metode ilmiah. Rasionalisme memberi
kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedang empirisme dalam memastikan
kebenarannya memberikan kerangka pengujiannya. Dengan demikian,
pengetahuan yang dihasilkan ialah pengetahuan yang konsisten dan sistematis
serta dapat diandalkan, karena telah diuji secara empiris. Metode ilmiah
merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Untuk
memperoleh/menemukan pengetahuan dengan metode ilmiah tersebut harus
ditempuh suatu rangkaian prosedur tertentu. Langkah-langkah tersebut harus
diikuti dengan seksama hingga dapat sampai pada kesimpulan yang benar. Dapat
juga dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan antara rasionalisme
dan empirisme. Cara-cara berpikir rasional dan empiris tersebut tercermin dalam
langkah-langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah tersebut. Kerangka
dasar prosedurnya dapat diuraikan atas langkah-langkah berikut:
21
Abdullah Ali dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.
14.
a. Penemuan atau Penentuan Masalah
c. Pengajuan Hipotesis
d. Deduksi Hipotesis
Kadang-kadang, dalam menjembatani permasalahan secara rasional
dengan pembuktian secara empiris membutuhkan langkah perantara. Deduksi
hipotesis ini merupakan langkah tertentu dalam rangka menguji hipotesis yang
diajukan. Konsekuensi hipotesis tersebut secara deduktif dijabarkan secara
empiris. Jadi, dapat juga dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan
identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat diamati dalam dunia fisik yang nyata
dalam hubungannya dengan hipotesis yang diajukan.
e. Pengujian Hipotesis
1) Keterbatasan
2) Keunggulan
Ilmu atau ilmu pengetahuan (termasuk IPA) mempunyai ciri khas yaitu
objektif, metodis, sistematis, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut maka
orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan
terbimbing sedemikian caranya hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang
disebut sikap ilmiah. Yang dimaksud dengan sikap ilmiah tersebut adalah sikap:
f) Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang
nyata.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
23
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5514912/metode-ilmiah-syarat-dan-langkah-
langkahnya
Rasa ingin tahu merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari
pemahaman terhadap rahasia alam.
IPA adalah Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau
menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah.
Pengetahuan dapat disebut IPA bilamana memenuhi persyaratan berikut: objeknya
pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui
metode keilmuan, serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia. Dan
mempunyai langkah-langkah metode seperti : merumuskan masalah, hipotesis dan
lain-lain.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah dan Eny Rahma. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial
Dasar. Inteligensia Media, 2020.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5514912/metode-ilmiah-syarat-dan
langkah-langkahnya