Anda di halaman 1dari 26

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

(IAD, ISD, IBD) (Lahmudinnur, S.HI., MH.)

PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA


RASA INGIN TAHU, MITOS-MITOS PRO DAN KONTRA, LAHIRNYA
IPA MODERN, SIKAP ILMIAH, METODE ILMIAH DAN LANGKAH-
LANGKAH OPERASIONAL METODE ILMIAH

OLEH
KELOMPOK I
MUHAMMAD FAISYAL :20221100109
AKHMAD NURIN SYAHIDI :20221100096
MUHAMMAD LUTHFI RAHMAN :20221100106

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ASSUNNIYYAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAMBARANGAN
2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’la, karena


berkah rahmatnya-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Proses
Perkembangan Pola Pikir Manusia, Rasa Ingin tahu, Mitos Pro dan Kontra,
Lahirnya IPA Modern, Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Langkah-Langkah
Operasional Metode Ilmiah. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah IAD, ISD, IBD.

Tak lupa juga sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan pengikut sampai akhir zaman.

Kami menyadari dalam makalah ini jauh dari kata sempurna karena terbatasnya
bahan, pengetahuan dan pengalaman yang kami punya dalam membuat makalah.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak sehingga
pada hari-hari yang akan datang kami dapat memperbaikinya.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami maupun untuk perkembangan dunia pendidikan.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bisa mendatangkan manfaat untuk
kita semua, terlebih untuk penyusun sendiri. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Tambarangan, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Rasa Ingin Tahu...........................................................................................

B. Mitos............................................................................................................

C. Mitos Antara Pro dan Kontra.......................................................................

D. Lahirnya IPA ...............................................................................................

1. Metode Ilmiah..........................................................................................

2. Langkah-Langkah Dalam Metode Ilmiah................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang berpikir "al-insanu naathiqun" inilah yang


membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain (naathiqun) yang artinya
berpikir. Sebagai makhluk yang berpikir manusia ini dibekali rasa ingin tahu,
dengan rasa ingin tahu inilah yang mendorong manusia untuk mengenal,
memahami serta menjelaskan gejala-gejala alam yang terjadi, dan juga manusia
sebagai makhluk yang berpikir berusaha untuk memahami dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya, hingga manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan.1

Maka dari itu di sini penulis akan menjelaskan tentang Proses


Perkembangan Pola Pikir Manusia, Rasa Ingin Tahu, Mitos-Mitos Pro Dan
Kontra, Lahirnya IPA Modern, Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah Dan Langkah-
Langkah Operasional Metode Ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Rasa Ingin Tahu?

2. Apa itu Mitos Pro dan Kontra?

3. Apa saja Metode Ilmiah dan Langkah-Langkah Operasional Metode Ilmiah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Rasa Ingin tahu

2. Untuk Mengetahui Mitos Pro dan Kontra

1
Abdullah Ali dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 1.
3. Untuk Mengetahui Metode Ilmiah dan langkah-langkah Operasional Metode
Ilmiah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rasa Ingin Tahu


Rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan
mencari pemahaman terhadap rahasia alam. Rasa ingin tahu senantiasa akan
memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga
akan memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar.
Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Hal
ini berkaitan dengan kewajiban terhadap diri sendiri dan alam lingkungan.
Kuriositas atau rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku
mengorek secara alamiah seperti ksplorasi, investigasi dan belajar. Rasa ingin
tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan
sekeliling yang menarik. Keterkaitan itu ditandai dengan adanya proses yang
berpikir, yakni digunakannya semua pancaindra yang kita miliki secara maksimal.
Pengaktifan bisa diawali dengan pengamatan melalui mata atau mendengar
informasi dari orang lain.2

Rasa ingin tahu merupakan karakter manusia. Manusia melakukan hal


untuk mencari dan menemukan jawaban dari pertanyaannya, dan hal yang ingin
diketahuinya mengenai kejanggalan dan keanehan yang ditemukan. Rasa ingin
tahu manusia akan menciptakan suatu terobosan baru dan mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada. Setiap orang memiliki tingkat rasa ingin tahu yang
berbeda. Sifat manusia yang tidak pernah puas dengan sesuatu akan memunculkan
sifat rasa ingin tahu yang tinggi.3

Dengan demikian maka ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu,
yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang
2
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, (t.t.
Inteligensia Media, 2020). h. 1.
3
Ibid.,
benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari yang
dipandangnya, bahkan ingin tahu tentang dirinya. Rasa ingin tahu manusia
berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Rasa ingin tahu manusia terus
berkembang non-idle curiosity sedangkan pada hewan dan tumbuhan rasa ingin
tahunya bersifat tetap idle curiosity atau instinct. Sebagai contoh, pada tumbuh-
tumbuhan daunnya cenderung mencari sinar matahari dan akar-akarnya mencari
air yang kaya mineral. Burung- burung terbang ke sana ke mari didorong rasa
ingin tahunya terhadap tempat yang ada makanan. Setelah mengadakan eksplorasi
mereka menjadi tahu, itulah pengetahuan burung. Burung juga memiliki
pengetahuan cara membuat sarang, tempua atau manyar pandai menganyam
sarangnya begitu indah dan bergelantungan pada daun kelapa, namun
pengetahuannya itu tidak berubah dari zaman ke zaman. Jadi, insting pada hewan
dan tumbuh-tumbuhan semata mata mengeksplorasikan alam untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan,
melindungi diri dan berkembang biak.4

Manusia pun memiliki insting namun kelebihannya pada kemampuannya


berpikir. Manusia akan terus bertanya setelah tahu "apa", mereka juga ingin tahu
"mengapa" dan "bagaimana". Manusia mampu mengombinasikan pengetahuannya
menjadi pengetahuan yang lebih baru. Sebagai ilustrasi kita bayangkan saja
manusia purba yang dulu hidup di gua-gua atau di atas pohon. Karena
kemampuannya berpikirnya yang tidak semata-mata kelestarian hidup tetapi juga
untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, mereka mampu membuat istana
atau pun gedung- gedung pencakar langit.5

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu
menimbulkan perbendaharaan manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi
kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau
membuat panah untuk berburu tetapi juga menyangkut keindahan. Adapun cara
manusia rasa ingin tahu yaitu: a. penyelidikan langsung; b. penggalian

4
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 2.
5
Ibid., h. 2.
penyelidikan orang lain, dan c. kerja sama dengan penyelidik. Setiap orang
memiliki rasa ingin tahu meskipun intensitasnya tidak sama dan minatnya pun
berbeda. Rasa ingin itu dapat diperkuat dan diperlengkap oleh lingkungan. Dapat
dikatakan secara jasmani lemah dibandingkan makhluk lain tetapi rohaninya,
yaitu akal budi dan kemauannya, sangat kuat.6

B. Mitos

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti mitos adalah cerita suatu
bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran
tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung
arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan dalam Kamus
Ilmiah Populer, mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif
tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah
dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau
alam di sekitarnya.7

Mitos pada dasarnya bersifat religius, karena memberi rasio pada


kepercayaan dan praktik keagamaan. Masalah yang dibicarakannya adalah
masalah-masalah pokok kehidupan manusia, dari mana asal kita dan segala
sesuatu yang ada di dunia ini, mengapa kita di sini, dan ke mana tujuan kita.
Setiap masalah-masalah yang sangat luas itu dapat disebut mitos. Fungsi mitos
adalah untuk menerangkan. Mitos memberi gambaran dan penjelasan tentang
alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang perilaku yang teratur.8

Menurut van Peursen, mitos ialah sebuah cerita yang memberikan


pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat dituturkan,
tetapi juga dapat diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang misalnya.
Inti-inti cerita itu ialah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia
purba, lambang-lambang kebaikan dan kejahatan, hidup dan kematian, dosa dan
penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Mitos isinya lebih
6
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 3.
7
Ibid., h. 3.
8
Ibid.,
padat dari pada semacam rangkaian peristiwa-peristiwa yang menggetarkan atau
yang menghibur saja, mitos tidak hanya terbatas pada semacam reportase
mengenai peristiwa-peristiwa yang dulu terjadi, sebuah kisah mengenai dewa-
dewa dan dunia-dunia ajaib. Bukan, mitos itu memberikan arah kepada kelakuan
manusia, dan merupakan semacam pedoman untuk kebijaksanaan manusia. Lewat
mitos itu manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian
sekitarnya, dapat menanggapi daya-daya kekuatan alam.9

Fransiskus Simon menjelaskan bahwa mitos mempunyai fungsi-fungsi


tertentu. Di antaranya ialah: a) Proses penyadaran akan kekuatan gaib. Mitos
bukanlah informasi tentang kekuatan gaib, tetapi cara mengantisipasi,
mempelajari, dan berelasi dengannya. b) Memberi garansi bagi kekinian. Mitos
mempresentasikan pelbagai peristiwa yang pernah ada, dan mengandung saran
serta antisipasi bagi kekinian. c) Mitos merentangkan cakrawala epistemologis
dan ontologis tentang realitas. Mitos memberikan penggambaran tentang dunia,
tentang asal-mulanya, tetapi bukan seperti ilmu sejarah modern. Ruang dan waktu
mitologis hanyalah konteks untuk berbicara tentang awal dan akhir, atau asal-
muasal dan tujuan kehidupan, dan bukan ruang dan waktu faktual.10

Manusia dalam masyarakat dan lingkungan sebagai pendukung mitos berada


dalam lingkup sosial budaya. Mereka senantiasa berusaha untuk memahami diri
dan kedudukannya dalam alam semesta, sebelum mereka menentukan sikap dan
tindakan untuk mengembangkan kehidupannya dalam suatu masyarakat. Dengan
seluruh kemampuan akalnya, manusia berusaha memahami setiap gejala yang
tampak maupun yang tidak tampak. Dampaknya setiap masyarakat berusaha
mengembangkan cara-cara yang bersifat komunikatif untuk menjelaskan berbagai
perasaan yang mempunyai arti bagi kehidupannya. Kendatipun manusia sebagai
makhluk yang mampu menggunakan akal dan mempunyai derajat yang lebih
tinggi daripada makhluk lainnya, namun ia tidak mampu menjelaskan semua
fenomena yang ada di sekitarnya. Senyampang untuk dapat menguasai fenomena

9
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 3.
10
Ibid., h. 4.
tersebut, diperlukan pemahaman terhadap kehidupan dengan cara
mengembangkan simbol-sinmbol yang penuh makna. Simbol-simbol tersebut
berfungsi untuk menjelaskan fenomena lingkungan yang mereka hadapi, terutama
fenomena yang tidak tampak tetapi dapat dirasakan kehadirannya. Secara kasat
mata, manusia melambangkan legenda/dongeng-dongeng suci, yang dimitoskan
untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena yang tidak tampak, sehingga
dongeng-dongeng suci itu mengandung pesan, walaupun pesan tersebut
adakalanya sulit diterima akal, karena pada mulanya legenda-legenda itu
terbentuk secara tidak rasional.11

Perkembangan selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan non-fisik atau


kebutuhan alam pikiran, jadi tidak semata-mata memenuhi kebutuhan fisiknya.
Rasa ingin tahu ternyata tak terpuaskan atas dasar pengalaman dan
pengamatannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka-reka sendiri
jawabannya. Contoh:

a. Gunung api meletus diduga dewa sedang murka.

b. Gempa bumi dianggap dewa Atlas memindahkan bumi dan satu bahu ke bahu
yang lain.

C. Gerhana bulan disangka bulan dimakan raksasa.

d. Guntur dikira suara roda kereta dewa yang melintas langit.12

Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama muncullah anggapan


adanya dewa-dewa yang menguasai langit, laut, bumi dan adanya raksasa yang
menelan bulan. Pengetahuan-pengetahuan yang baru muncul dan merupakan
gabungan dari pengamatan dan pengalaman serta kepercayaan itu disebut mitos.
Adapun cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda atau dongeng. Hal ini
biasanya diyakini karena memiliki legitimasi yang kuat di alam pikiran orang
Jawa. Misalkan saja, mitos terhadap Semar, Dewi Sri, Kanjeng Ratu Kidul, dan
Aji Saka. Semua ini berupa dongeng mistis yang dapat mempengaruhi dunia batin
11
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 4.
12
Ibid., h. 5.
orang Jawa. Tokoh-tokoh mitologis tersebut dianggap memiliki kekuatan
supranatural, karenanya perlu dihormati dengan cara-cara tertentu. Mitos
semacam ini muncul disebabkan keterbatasan alat indra manusia. Misalnya:

1. Alat penglihatan; banyak benda bergerak cepat sehingga tak tampak jelas oleh
mata. Mata tidak dapat membedakan 10 gambar yang berbeda dengan yang lain
dalam waktu satu detik. Jika ukuran partikel terlalu kecil, demikian juga jika
dilihat terlalu jauh, mata tak mampu melihatnya.

2. Alat pendengaran; pendengaran manusia terbatas pada getaran yang


mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga
puluh atau di atas 30.000 per detik tak terdengar.

3. Alat penciuman dan pengecap; bau dan rasa tidak dapat memastikan benda
yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis
rasa yaitu manis, masam, asin dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang
lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udaralebih dari sepuluh
juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda
yang lain, namun tidak semua orang bisa melakukannya.

4. Alat perasa; alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau
dingin namun sangat relatif, sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi
yang tepat.13

Alat-alat indra tersebut di atas sangat berbeda-berbeda di antara manusia:


ada yang sangat tajam penglihatannya ada yang tidak. Demikian juga ada yang
tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indra kita
maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Ketepatan
alat indra tersebut dapat juga dilatih, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha
lain adalah penciptaan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami
kesalahan. Pengulangan-pengulangan dengan berbagai cara dapat mengurangi
kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, suatu mitos dapat diterima oleh masyarakat

13
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 6.
pada masanya karena: Keterbatasan pengetahuan yang menyebabkan keterbatasan
pengindraan baik langsung maupun dengan alat.

a. Keterbatasan pengetahuan yang menyebabkan keterbatasan pengindraan baik


langsung maupun dengan alat.

b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu, dan hasrat ingin tahunya
terpenuhi.

Menurut A. Comte (1798-1857) perkembangan jiwa manusia terbagi atas


tiga tahap yaitu: Tahap teologi atau fiktif: pada tahap teologi manusia menyusun
mitos atau dongeng untuk mengenal realitas berdasarkan daya khayal, intuisi, atau
imajinasi.

a. Tahap teologi atau tiktit: pada tahap teologi manusia menyusun mitos atau
dongeng untuk mengenal realitas berdasarkan daya khayal, intuisi, atau imajinasi.

b. Tahap filsafat atau fisik: pada tahap ini manusia sudah menggunakan rasio
tetapi belum objektif. Tahap positif atau ilmiah riil: pada tahap ini manusia sudah
mampu berpikir objektif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan.

c. Terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan tanpa penalaran antara lain:

(a) Prasangka, mengambil kesimpulan berdasarkan perasaan.

(b) Intuisi, pemecahan masalah yang muncul sendirinya.

(c) Wahyu, pengetahuan yang berasal dari Tuhan melalui Rasul-Nya

(d) Trial and error, pengetahuan dari proses coba-coba atau untung-untungan.14

C. Mitos Antara Pro dan Kontra

Masyarakat dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan-


pengetahuan dan pemikirannya, pada hal rasa ingin tahunya terus berkembang.
Maka mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu. Puncak
hasil pemikiran seperti tersebut di atas adalah pada zaman Baylonia yaitu kira-kira
14
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit, h. 6.
700-600 SM. Pendapat orang-orang Baylonia tentang alam semesta antara lain
adalah bahwa alam semesta itu adalah datar sebagai lantainya sedangkan langit-
langit dan bintang merupakan atapnya. Di situ ada semacam jendela sehingga air
hujan dapat sampai ke bumi.15

Namun, yang menakjubkan adalah bahwa mereka mengenal ekliptika atau


bidang edar matahari, dan telah menetapkan perhitungan suatu bulan yaitu satu
kali matahari beredar kembali ke tempat semula, sama dengan 365, 25 matahari.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga berasal dari
zaman Babylonia ini. Masyarakat pada waktu itu, balhkan mungkin masih ada
juga pada masa kini, dapat menerimanya karena pengetahuan yang mereka
peroleh dari kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk
memecahkan masalah hidup sehari-hari yang mereka hadapi.16

Contoh: Suatu saat hasil pertanian mereka tidak memuaskan namun pada
saat yang lain baik sekali. Mereka sama sekali tidak memahami mengapa hal itu
terjadi maka mereka percaya pada mitos, dan dikaitkannyalah nasib itu pada bulan
matahari dan bintang-bintang. Pengetahuan perbintangan pada masa itu memang
sedang berkembang. Kelompok bintang atau rasi Scorpio, Virgo, Pisces, ILeo,
dan sebagainya yang masih kita kenal pada zaman sekarang ini, berasal dari
zaman Babylonia itu. Pengetahuan orang Babylonia itu setengahnya berasal dari
hasil pengamatan maupun pengalama setengahnya berupa dugaan, imajinasi,
kepercayaan atau mitos. Pengetahuan serupa ini disebut pseudo science (mirip
sains). Suatu pola pikir yang satu langkah lebih maju dari pada antara
pengamatan, pengalaman dan akal sehat atau rasional.17 Sebagai contoh adalah
ajaran orang-orang Yunani 600-200 SM di antaranya:

1. Thales (624-546 SM)

15
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit, h. 7.
16
Ibid.,
17
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 7.
Thales lahir pada 624 SM, di kota kecil Miletus yang terletak di pantai
barat Asia Kecil, yang sekarang disebut Turki. Thales adalah seorang filsuf yang
mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Thales mendapat gelar
"Bapak Filsafat" karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Sehingga
Thales sebagai ahli pikir Yunani, astronom, ahli matematika dan teknik, dialah
yang pertama kali berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan sinar sendiri
dan bulan hanya memantulkan cahaya matahari. la juga berpendapat bahwa bumi
merupakan sebuah piring datar erapung di atas air, karena bumi dipandang
sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di
atasnya. Kemudian la menjelaskan bahwa unsur dasar alam adalah air karena air
memiliki prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari
segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya
sendiri dan tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala
bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Kemudian semua bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Untuk lebih jelasnya perhatikan pandangan Thales
di bawah ini: Menurut Thales bahan dasar dari segala sesuatu adalah air, kabut
menmberi kehidupan bagi segala sesuatu bahkan panas itu

1. Sendiri berasal dari kelembaban.

2. Segala macam benih memiliki kodrat kelembapan.

3. Air merupakan asal dari hakikat benda-benda yang lembap.

4 Air merupakan objek komando di kalangan dewa-dewi.

5. Benda-benda mempunyai banyak bentuk yang memiliki unsur dasar dan primer
yang satu.

Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhasil memprediksi


terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat
melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis
yang tersimpan di Babylonia, sejak tahun 747 SM. Sedangkan penemuan Thales
dalam matematika yang menggunakan geometri untuk memecahkan masalah,
seperti menghitung ketinggian piramida dan jarak kapal dari pantai sehingga
membuat dia sebagai matematikawan sejati pertama. Di dalam geometri, Thales
dikenal dengan theoremanya, yang disebut Theorema Thales. Ada lima Theorema
Thales, yaitu:

1. Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan
diameter.

2. Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah sama besar.

3. Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh
sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya.

4. Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan
sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua
segitiga itu dikatakan sama sebangun.

5. Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk
mengukur jarak kapal. Akan tetapi dalam rangka untuk mencari hakikat asal mula
dari alam semesta ini, Thales memang melepaskan diri dari ikatan takhayul dan
mitos-mitos atau kepercayaan umum di waktu itu.18

2. Anaximandros (610-546 SM)

Anaximandros merupakan filsuf alam, yang tentunya banyak dari


pemikirannya dipengaruhi oleh perhatian yang cukup besar terhadap alam,
lingkungan dan tenomena ataupun gejala yang berkaitan dengan alam.
Anaximandros dianggap banyak berjasa pada bidang astronomi dan geografi.
Walaupun Anaximandros merupakan murid Thales, ternyata banyak dari
pemikirannya yang berbeda jauh dengan pemikiran gurunya. Seperti
pemikirannya mengenai alam, posisi bintang, penelitian geometri, peta Yunani
maupun peta dunia. Anaximandros menjelaskan bentuk bumi yang kita diami ini
adalah silinder dengan dua lingkaran di ujungnya. Selain bentuk bumi,
Anaximander juga mengemukakan bahwa matahari, bulan, planet, dan bintang-
18
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit h. 9.
bintang bergerak mengelilingi bumi. Jadi matahari yang terlihat di pagi hari
adalah matahari yang sama yang tenggelam di sore hari dan terbit lagi di keesokan
harinya. Kemudian Anaximandros juga menambahkan jika bumi kita merupakan
pusat tata surya. Oleh karena itu bumi tidak jatuh karena adanya konsep
keseimbangan di mana bumi berada di pusat keseimbangan di alam semesta ini
sehingga tidak akan jatuh. Konsep inilah yang akhirnya menginspirasi adanya
konsep gravitasi dan bidang astronomi lainnya.

Sedangkan di bidang meteorology. Anaximandros menyatakan bahwa


petir bukanlah disebabkan oleh Zeus sang raja para dewa yang mengarahkan
trisulanya atau tongkat petirnya, tapi karena pneuma atau udara yang memadat.
Selain itu Anaximandros juga menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap yang
dibawa ke atas tepat di bawah matahari. Bukan karena hal-hal yang berhubungan
dengan mitologi dan kekuatan dewa. Namun memang ada sebab dan prosesnya,
dan semua itu juga terjadi secara natural. Kemudian penemuan Anaximandros
yang lain adalah jam matahari dengan sebuah tongkat tegak di atas bumi
bayangan tongkat menjadi petunjuk waktu dan juga menentukan titik balik
matahari. Jam ini dapat menentukan tengah hari, atau titik bayangan terendah dan
juga sebagai arah mata angin.

Di sinilah yang membuat berbeda pemikiran Thales dengan


Anaximandros, Thales menyebutkan bahwa alam semesta tercipta dari air.
Sehingga Anaximander menyatakan ketidaksetujuaannya terhadap pemikiran
gurunya. la menganggap bahwa tidak mungkin alam semesta ini tercipta dari satu
unsur yang dominan. Terlalu sederhana jika menganggap unsur air sebagai cikal
bakal alam semesta yang luas ini. Untuk itu Anaximandros memilih apeiron
sebagai awal alam semesta. Sehingga la berpendapat bahwa unsur hakiki dari
alam adalah apeiron (yang tidak terbatas). Apeiron adalah zat yang tidak tertentu
sifatnya, yang kekal dan tak berwujud. la menyampaikan penalaran bahwa karena
asas pertama adalah asas yang menimbulkan segala sesuatu maka asas itu haruslah
hal yang lebih dalam dari pada unsur yang menyusun alam. Asas itu adalah
sesuatu yang tidak terbatas dan tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal
manusia. Konsep ini mirip dengan konsep Tuhan yang dibawakan oleh agama-
agama yang dikemudian hari bermunculan.

Selanjutnya pemikiran Anaximandros mengenai asal mula kehidupan,


Anaximandros menjelaskan bahwa evolusi makhluuk hidup yang berasal dari
lautan yaitu ikan. Pemikiran ini didasarkan pada bahwa tidak mungkin seorang
manusia adalah makhluk pertama yang hidup karena manusia memerlukan
pengasuhan pada awal kelahirannya. Oleh karena itu Anaximander mempercayai
bahwa makhluk hidup pertama adalah ikan yang kemudian naik ke daratan. Dan
kemudian mengalami proses yang pada akhirnya berevolusi menjadi manusia. Di
sini Anaximandros menjelaskan bahwa bumi awalnya berupa lautan, oleh karena
itu makhluk yang hidup di sana adalah ikan. Karena panas matahari, sebagian dari
bumi mengering dan menjadi daratan. Makhluk hidup ini kemudian berpindah ke
daratan dan lambat laun mengalami perubahan hingga menjadi sosok manusia
yang sempurna.19

3. Anaximenes (560-520 SM)

Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama
seperti Thales dan Anaximanders, Berpendapat unsur dasar pembentukan semua
benda adalah udara karena udara melingkupi segala-galanya. Jiwa manusia pun
tidak lain daripada udara saja, yang dipupuk dengan bernapas. Udara melahirkan
semua benda dalam alam semesta karena suatu proses pemadatan dan
pengenceran. Kalau udara semakin bertambah kepadatannya maka muncullah
berturut-turut angin, air, tanah, dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu
menjadi lebih encer yang timbullah api. Inilah teori pertama transmutasi unsur-
unsur Sedangkan pandangan Anaximenes tentang jagat raya dalam hal ini, la
menjelaskan bahwa bumi (yang berupa meja bundar) melayang di atas udara,
demikian pun matahari, bulan dan bintang-bintang (benda-benda langit tersebut
merupakan api, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi) yang berada di
langit laksana sehelai daun. Akan tetapi bintang-bintang tidak memproduksi panas

19
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 11.
karerna jaraknya yang jauh dari bumi. Kemudian badan-badan jagat raya itu tidak
terbenam dalam bumi, tetapi mengeliling bumi yang datar. Matahari lenyap di
waktu malam karena tertutup di belakang bagian-bagian tinggi. Kemudian awan-
awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
Sedangkan pandangan Anaximenes mengenai Jiwa la menjelaskan bahwa jiwa
manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu
bernapas untuk mempertahankan hidupnya Jiwa adalah yang mengontrol tubuh
dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang
seharusnya Karena itu, untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini,
Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat
raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara. Tema tubuh
sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai
makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani.
Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam
pemikiran filsafatnya.20

D. Lahirnya IPA

Agar himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus


digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai
metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.

Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau


menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah.
Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan
atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu
teori. Teori ini masih dapat diuji dalam hati keajegan dan kemantapannya.
Artinya, bilamana diadakan penelitian ulang, yang dilakukan oleh siapapun
dengan langkah-langkah yang serupa dan pada kondisi yang sama, akan diperoleh
hasil yang ajeg (konsisten). Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari
keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Artinya, dapat

20
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial Dasar, Loc
Cit., h. 12.
diuji ulang oleh siapa pun. Dengan demikian, kesimpulan yang diperoleh lebih
dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.

Jadi, suatu himpunan pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu


pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan,
yaitu gabungan antara rasionalisme dan empirisme.

Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat


disebut IPA bilamana memenuhi persyaratan berikut: objeknya pengalaman
manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode
keilmuan, serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.21

1. Metode Ilmiah

Berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris membentuk dua kutub
yang saling bertentangan. Kedua belah pihak, masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Akhirnya, timbul gagasan untuk menggabungkan
kedua pendekatan ini hingga tersusun metode yang dapat lebih diandalkan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Gabungan antara dua pendekatan rasional
dan pendekatan empiris dinamakan metode ilmiah. Rasionalisme memberi
kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedang empirisme dalam memastikan
kebenarannya memberikan kerangka pengujiannya. Dengan demikian,
pengetahuan yang dihasilkan ialah pengetahuan yang konsisten dan sistematis
serta dapat diandalkan, karena telah diuji secara empiris. Metode ilmiah
merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Untuk
memperoleh/menemukan pengetahuan dengan metode ilmiah tersebut harus
ditempuh suatu rangkaian prosedur tertentu. Langkah-langkah tersebut harus
diikuti dengan seksama hingga dapat sampai pada kesimpulan yang benar. Dapat
juga dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan antara rasionalisme
dan empirisme. Cara-cara berpikir rasional dan empiris tersebut tercermin dalam
langkah-langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah tersebut. Kerangka
dasar prosedurnya dapat diuraikan atas langkah-langkah berikut:
21
Abdullah Ali dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.
14.
a. Penemuan atau Penentuan Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi berbagai masalah. Dengan


adanya masalah ini maka otak kita mulai berpikir. Kesadaran mengenai masalah
yang kita temukan secara empiris tersebut menyebabkan kita mulai
memikirkannya secara mendalam: kita mulai mengkajinya secara rasional.
Masalah tersebut harus dirumuskan sedemikian rupa hingga memungkinkan untuk
dianalisis secara logis dan kemudian mudah untuk dipecahkan. Jadi, pada langkah
pertama ini kita menetapkan masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup
serta batas-batasnya. Ruang lingkup dan batas-batasnya tersebut harus jelas
sedemikian hingga tidak mengalami kesukaran dalam merumuskan kerangkanya.

b. Perumusan Kerangka Masalah

Langkah ini merupakan usaha untuk mendiskripsikan permasalahannya secara


lebih jelas. Suatu masalah merupakan suatu gejala di mana beberapa fakta saling
berkaitan satu sama lain dan membentuk suatu kerangka permasalahan. Unsur-
unsur yang membentuk kerangka ini dapat kita turunkan secara empiris. Akan
tetapi, tidak semua masalah dalam keadaan demikian. Banyak masalah-masalah
yang unsur-unsur pembentuknya tidak dapat dikenal dengan langsung secara
empiris, dan untuk itu diperlukan kerangka pemikiran rasional. Jadi, dalam
langkah perumusan kerangka permasalahan ini, kita sudah mulai berpikir secara
empiris dan secara rasional.

c. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis adalah kerangka pemikiran sementara yang menjelaskan


hubungan antara unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka permasalahan.
Pengajuan hipotesis ini didasarkan pada permasalahan yang bersifat rasional.
Kkerangka pemikiran sementara yang diajukan tersebut disusun secara deduktif
berdasarkan premis-premis atau pengetahuan yang telah diketahui kebenarannya.

d. Deduksi Hipotesis
Kadang-kadang, dalam menjembatani permasalahan secara rasional
dengan pembuktian secara empiris membutuhkan langkah perantara. Deduksi
hipotesis ini merupakan langkah tertentu dalam rangka menguji hipotesis yang
diajukan. Konsekuensi hipotesis tersebut secara deduktif dijabarkan secara
empiris. Jadi, dapat juga dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan
identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat diamati dalam dunia fisik yang nyata
dalam hubungannya dengan hipotesis yang diajukan.

e. Pengujian Hipotesis

Langkah ini merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta yang


relevan dengan deduksi hipotesis. Jika fakta-fakta tersebut sesuai dengan
konsekuensi hipotesis, berarti hipotesis yang diajukan terbukti/benar, karena
didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Sebaliknya fakta-fakta yang ada tidak
sesuai dengan konsekuensi hipotesis, yang berarti bahwa hasil deduksinya
meleset, maka hipotesis tersebut harus ditolak. Jadi, kriteria untuk menentukan
apakah suatu hipotesis itu benar atau tidak ialah kenyataan empiris. Apakah
hipotesis tersebut didukung oleh fakta atau tidak? Dengan telah dibuktikannya
kebenaran dari suatu hipotesis, maka hipotesis tersebut dapat dianggap sebagai
teori ilmiah dan merupakan pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini dapat berupa
teori baru, kaidah baru, atau mungkin juga hanya sekadar penemuan lanjutan dari
teori yang sudah ada. Selanjutnya pengetahuan ini dapat digunakan sebagai
premis dalam usaha menjelaskan atau menelaah gejala-gejala lainnya. Proses
kegiatan ilmiah tersebut ber-langsung terus dan merupakan daur yang tidak ada
batas akhirnya. Langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut di atas tersusun
dalam urutan yang teratur; langkah yang satu merupakan persiapan bagi langkah
berikutnya. Agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah maka harus ditempuh
seluruh langkah-langkah tersebut, meskipun praktiknya tidak selalu harus dengan
urutan yang sama. Dengan adanya hubungan langkah-langkah yang dinamis,
langkah yang satu menjelaskan langkah-langkah yang lainnya maka pengetahuan
yang ditemukan konsisten dengan pengetahuan sebelumnya dan didukung oleh
fakta-fakta yang nyata.
f. Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah

1) Keterbatasan

Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan ilmu atau pengetahuan yang


ilmiah. Dalam pengujian hipotesis, diperlukan data. Data ini berasal dari
pengamatan yang dilakukan oleh panca indra. Kita mengetahui bahwa panca indra
mempunyai keterbatasan untuk menangkap sesuatu fakta. Dengan demikian, data
yang terkumpul juga tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Kesimpulan yang
diambil berdasarkan data yang tidak benar, akan tidak benarnya. Jadi, peluang
terjadinya kekeliruan suatu kesimpulan yang diambil berdasarkan metode ilmiah
tetap ada. Oleh karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau kebenaran ilmu,
termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bersifat tentatif, artinya kesimpulan itu
dianggap benar selama belum ada kebenaran ilmu yang dapat menolakkesimpulan
itu. Sedangkan kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan ilmiah yang
terdahulu, menjadi kebenaran ilmu yang baru. Keterbatasan lain dari metode
ilmiah adalah tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang
bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem nilai, tentang seni dan keindahan,
dan juga tidak dapat menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.

2) Keunggulan

Ilmu atau ilmu pengetahuan (termasuk IPA) mempunyai ciri khas yaitu
objektif, metodis, sistematis, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut maka
orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan
terbimbing sedemikian caranya hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang
disebut sikap ilmiah. Yang dimaksud dengan sikap ilmiah tersebut adalah sikap:

a) Mencintai kebenaran yang objektif dan bersikap adil.

b) Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut.

c) Tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan.

d) Ingin tahu lebih banyak.


e) Tidak berpikir secara prasangka.

f) Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang
nyata.

g) Optimis, teliti, dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan


ilmiahnya adalah benar.22

2. Langkah-Langkah Dalam Metode Ilmiah

langkah awal saat melakukan penelitian yaitu melakukan perencanaan. Tentu


saja perencanaan ini cukup penting dalam memberikan keberhasilan suatu
eksperimen. Selain itu, beberapa langkah lainnya yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut.

1). Merumuskan masalah


Nah, penelitian akan dimulai dengan cara merumuskan masalah. Detikers tahu
nggak apa itu masalah? Tentunya dalam kajian ilmiah sendiri masalah adalah
sesuatu yang perlu diteliti agar dapat memperoleh jawaban dari suatu pertanyaan.
Rumusan pertanyaan ini harus dicari jawabannya dengan cara melakukan
eksperimen.
2). Hipotesis
Kemudian detikers dapat mengajukan jawaban sementara. Hipotesis ini harus
logis dan berdasarkan fakta.
3). Menetapkan variabel penelitian
Ada tiga jenis variable yang perlu detikers ketahui, diantaranya adalah variabel
bebas, variable tetap, dan variabel terikat/bergantung.
4). Menetapkan prosedur kerja
Urutan langkah kerja dibuat ringkas tetapi bisa menggambarkan dengan tepat
pekerjaan yang perlu dilakukan. Sebaiknya langkah kerja dibuat dengan bentuk
diagram alir ya.
22
Abdullah Ali dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Loc Cit., h. 20.
5). Mengumpulkan data
Tentunya setiap gejala atau fenomena yang terjadi ketika dilakukannya percobaan
perlu dicatat atau ditulis saat itu juga. Sehingga detikers bisa mendapatkan data
secara akurat.
6). Mengolah serta menganalisis data
Grafik dan tabel adalah alat yang bermanfaat dalam menyusun hingga
menganalisis data. Grafik dan tabel akan menampilkan seperti apa variabel terikat
berubah menjadi respon terhadap perubahan dari variabel bebas. Selain itu,
analisis data juga bisa dilakukan dengan program komputer.
7). Membuat kesimpulan
Dalam menyusun kesimpulan, detikers perlu memutuskan data yang dikumpulkan
memang mendukung hipotesis atau sebaliknya.
8).Mengkomunikasikan hasil penelitian
Pastinya sosialisasi hasil penelitian sangat penting dilakukan supaya hasil
penelitian detikers bisa diketahui oleh pihak lain.23

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

23
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5514912/metode-ilmiah-syarat-dan-langkah-
langkahnya
Rasa ingin tahu merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari
pemahaman terhadap rahasia alam.

mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif tentang


kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah dan tidak
berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau alam di
sekitarnya.

IPA adalah Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau
menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah.
Pengetahuan dapat disebut IPA bilamana memenuhi persyaratan berikut: objeknya
pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui
metode keilmuan, serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia. Dan
mempunyai langkah-langkah metode seperti : merumuskan masalah, hipotesis dan
lain-lain.

B. Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat


bagi kita semua umumnya kami pribadi.Yang baik datangnya dari Allah SWT,
dan yang buruk datangnya dari kami sebagai hamba-Nya. Dan kami sadar bahwa
makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai
sisi. jadi kami harapkan saran dan juga kritiknya yang bersifat membangun, untuk
perbaikan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Abdullah dan Eny Rahma. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Berlian, Zainal. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Dan Ilmu Sosial
Dasar. Inteligensia Media, 2020.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5514912/metode-ilmiah-syarat-dan
langkah-langkahnya

Anda mungkin juga menyukai