Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
Dina Mardina, S.Pd., M.Pd
19800219 200604 2 001

DISUSUN OLEH:
Angela Perina Juniar 2030302120108
Dian Nugroho 2030202120084
Muhammad Ahyadi 2030202120085

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


ILMU KEOLAHRAGAAN DAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERITAS PALANGKARAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas karunia dan rahmat-
Nya. Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Makalah yang
berjudul “Hakikat Manusia” ini disusun untuk memenuhi mata kuliah filsafat pendidikan.
Penyusun menyadari sepenyuhnya tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya, hal ini dikarenkan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki oleh penyusun. Penyusun ungkapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah filsafat pendidikan atas tugasnya karena dengan menyususn makalah ini
penyusun banyak belajar tentang hakikat manusia.
Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Karena
keterbatasan waktu, sumber maupun kemampuan penulisan, tentunya ada kekurangan dalam
penyususnan makalah ini. Semoga kedepannya penyusun dapat menjelaskan lebih detail
tentang materi yang ada di mata kuliah filsafat pendidikan. Tak lupa saran sera kritik yang
membangun senantiasa penyusun harapkan dalam makalah ini.

Palangka Raya, 10 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Hakikat Manusia...............................................................................................5
2.2 Kesenjangan Pengetahuan Manusia dengan Perilakunya.................................8
BAB III...................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN................................................................................................10
3.2 SARAN.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan dari saripati tanah
yang mana anak dari keturunan nabi Adam dan Hawa. Dari segala makhluk Tuhan,
manusialah yang merupakan makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk-
Nyalainnya. Tuhan menciptakan manusia dengan memberikan derajat yang paling tinggi
diantara ciptaan Tuhan lainnya. Manusia adalah makhluk Tuhan yang dibekali dengan
akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya didunia.
Dari kelebihan yang dimiliki manusia inilah menjadikan manusia sebagai raja di muka
bumi. Alam yang diciptakan khusus untuk manusia, yang mana segala sesuatu di sekitar
manusia sebagai objek kajian manusia dari mulai lingkungan di alam, tumbuhan, hewan,
dan masih banyak lagi. Ternyata manusia tidak cukup hanya dengan mengkaji hal itu.
Manusia harus berfilsafat mengenai Tuhan dan pada akhirnya harus berfilsafat juga
tentang dirinya yang mana semua berkaitan dengan manusia perlu dibahas dan dikaji
secara mendalam, yaitu mengenai siapa, bagaimana, dimana, dan untuk apa
manusia itu diciptakan (AbdulKhobir,1997:81).
Aktivitas pendidikan mempunyai kaitan erat terhadap proses pemanusiaan manusia
yang melibatkan manusia secara penuh, dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan
untuk manusia. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengubah sikap dan perilaku
sesorangan ataupun sekelompok orang yang berusaha mendewasakan manusia dengan
melalui pembelajaran dan juga pelatihan. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya denga tujuan supaya anak tersebut
bisa lebih mandiri dalam menjalankan tugas hidupnya dan tidak dengan bantuan orang
lain. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan akan kembali kepada
Tuhan. Akan tetapi banyak perilaku dari manusia yang menentang atau melanggar ajaran
Tuhan. Sehingga terjadinya kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki
manusia dengan perilaku yang dimilikinya. Seperti contohnya para koruptor yang
banyak menggunakan uang atau sesuatu yang seharusnya bukan menjadi hak miliknya.
Hal tersebut perlu dikaji secara mendalam mengapa pengetahuan dan perilaku dari
manusia terdapat kesenjanganatau ketidakselasaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapa dan apakah manusia itu?
2. Mengapa terjadinya kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku yang dimiliki oleh
manusia?

1.3 Tujuan
1. Unruk mengetahui hakikat manusia.
2. Untuk mengetahui mengapa terjadinya kesenjangan antara pengetahuan manusia
dengan perilakunya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan makna
yang sebenarnya dari sesuatu. Manusia, siapa dan apakah dia? Sejak adanya manusia
hinga detik ini, persoalan tersebut belum terjadi secara tuntas meskipun banyak hal
yang secara persial yang berkaitan dengan manusia sudah diketahui secara jelas dan
pasti. Akan tetapi secara keseluruhan, jauh lebih banyak akan persoalan mengenai
manusia yang belum diketahui secara konkrit, jelas dan pasti. Hal inilah yang
membuat manusia masih menjadi mesteri. Manusia merupakan mahluk bertanya
yang, mana ia mempunai hasrat atau keinginan untuk mengetahui segala sesuatu, baik
diluar dirinya maupun didalam dirinya. Pemikiran mengenai hakikat manusia, sejak
zaman dahulu kala hingga zaman modern seperti sekarang ini belum pernah dan tak
akan pernah berakhir. Memikirkan dan membicarakan tentang hakikat manusia inilah
yang menyebabkan orang-orang haus akan mencari jawaban dari pertanyaan
mengenai manusia, yaitu apa dan siapakah manusia itu.
Hakikat nanusia merupakan objek kajian dalam salah satu cabang metafisika,
yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia merupakan seperangkat ide
atau konsep dasar tentang manusia pentiingnya keberadaan manusia di dunia. Konsep
dari hakikat manusia berkiatan dengan “asas keberadaan” (principe de’etre) manusia.
Dengan kata lain, konsep hakikat mansuia adalah seperangkat gagasan tentang
“sesuatu yang untuknya” manusia memiliki kualitas khas yang memiliki martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek hakikat manusia meliputi asal usulnya, struktur
metafisik, sifat dan makanya di dunia. Menurut Aristoteles mengenai hakikat
manusia, ia mendefinidikan manusia sebagai anlial rational, hewan yang berpikir
(karena mimiliki resio). Sedangkan filsuf lainnya seperti Karl marx dan Hannah
Arendt menyebut manusia sebagai homo forbel, hewan yang berkerja dan Ernst
Cassirer menyebut manusia sebagai animal symbolicium, manusia adalah kata kunci
yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum memahami pendidikan. Berikut
mengenai rincian dari beberapa pandangan mengenai hakikat mansuia.
a. Pandangan Psikoanalitikn
Dari sudut pandang psikoanalitik, diansumsikan bahwa manusia pada
dasarnya didorong oleh impuls naluriah dari dalam. Hal ini menyebabkan perilaku
seseorang diatur dan dikenalikan oleh kekuatan-kekuatanpsikologis yang ada
dalam diri orang tersebut. Dalam pengertian ini, manusia tidak mngendalikan atau
menentukan nasibnya, tetapi berprilaku semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
dan naluri biologinya.
b. Pandangan Humanistik
Pada pandangan ini, mengklaim bahwa orang memiliki dorongan imtternal
untuk mengarahkan diri mereka sendiri untuk mencapai tujuan fositif. Mereka
berpikir bahwa manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal
ini menyebabkan manusia terus berusaha dan berkembang menjadi manusia yang
lebih baik dan lebih sempurna. Orang juga dapat menjadi anggota kelompok
masyarakat yang berkelakuan baik. Mereeka juga mengatakan bahwa selain
dorongan tersebut, oranng- orang dalam hidup nya juga didorong oleh rasa
tanggung jawab sosial dan keingin untuk mendapatkan sesuatu. Manusia
dipandang sebagai mahluk individu dan juga sebagai mahluk sosial.
c. Pandangan Maetin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat disebut
“ini” atau “itu”. Menurutnya, manusia adalah eksistensi atau eksistensi yang
memilih potensi tetapi dibatasi oleh alam semesta. Namun pembatasan ini hanya
bersifat faktual dan immaterial, sehingga efeknya tidak dapat diprediksi. Dari
sudut pandang ini, manusia memiliki potensi untuk menjadi “baik” atas
“buruk”tergantung mana yang lebih besar pada manusia. Ini berarti bahwa orang
yang “baik” terkadang bisa ,membuat “kesalahan”.
d. Pandangan Mekanistik
Secara mekanistik, semua benda di dunia ini, termasuk makhluk hidup,
dianggapmesin, dan semua proses, termasuk proses psikologis, pada
akhirnya dapat direduksimenjadi proses fisik dan kimia. Lock and Hume,
berdasarkan asumsi ini, melihat manusiasebagai robot pasif yang dikendalikan
oleh kekuatan luar. Menurut penulis, pendapat inimirip dengan pengingkaran
terhadap keberadaan potensi manusia, sehingga manusiahanya dapat
diaktifkan oleh kekuatan-kekuatan yang ada di luar.
e. Pandangan organik
Pandangan organik memandang manusia sebagai suatu keseluruhan (gestalt),
yang lebih dari jumlah bagian-bagiannya. Dari sudut pandang ini, dunia
dipandang sebagaisistem kehidupan, mirip dengan tumbuhan dan hewan. Tubuh
mengklaim bahwa manusiapada dasarnya adalah kekuatan ilahi yang aktif,
terorganisir, dan selalu berubah. Manusiamenjadi sesuatu karena hasil dari
apa yang dilakukannya, karena hasil belajarnya. Menurut penulis, sudut
pandang ini mengakui kapasitas seseorang untuk realisasi dirimelalui
pengembangan potensi yang sudah ada pada manusia.
f. Pandangan kontekstual
Dalam pandangan ini, manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya.
manusia tidakmandiri, tetapi bagian dari lingkungan mereka. manusia adalah unit
dan organisme sosialyang aktif. Untuk memahami manusia, perspektif ini
membutuhkan pemahaman tentangperkembangan manusia secara umum, seperti
memperhatikan gejala fisik, psikologis, danlingkungan serta peristiwa budaya dan
sejarah.Selain dari pandangan- pandangan tentang hakikat manusia.
Pembicaraan mengenaiapa manusia itu juga melahirkan adanya empat aliran, yaitu
sebagai berikut:
1. Aliran Serba Zat
Aliran ini juga bisa disebut aliran materialism yaitu yang benar-benar ada
adalah mmateri atau materi. Subtansi atau materi yang merupakan inti dari
susuatu. Alam adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur alam. Oleh
karena itu, hakikat manusia adalah zat atau materi (Zuhairini, dkk,, 1995: 71).
Karena materi ada di dunia, pandangan materialistis cendrung menyamakan
dirinya dengan alam duniawi dan tidak percaya pasa alam spiritual. Dari sudut
pandang pedagogis, aliran ini mengangap anusia sebagai mahluk reaktif yang
pola reaksinya dapat disimpulkan dari stimulus reaksi. Implikasi dari teori ini
dalam pendidikan, manusia hanya membutuhkan pengalaman. Praktek dan
tidak mengenal potensi kreativitas dan inisiatif.
2. Aliran Serba Ruh
Aliran ini disebut juga aliran idealisme. Menurut aliran ini, esensi dari
segala sesuatu di dunia ini adalah roh. Selanjutnya, sifat manusia adalah roh.
Subtansi adalah manifestasu dari roh di dunia ini. Aliran ini menganggap
bahwa pikiran adalah fitrah anusia sedangkan tubuh hanyalah
bayangan.Pikiran adalah sesuatu yang tidak menempati ruang apapun dan
karena itu tidak dapat disentuh atau dilihat oleh pancaibdera, sedangkan materi
adalah perwujudan dari pikiran. Dasar dari aliran ini adalah bahwa pikiran
lebih berharga daripada tubuh atau objek...Misalnya, ketika seseorang yang
meninggal berarti dia tidak memiliki jiwa, maka dikatakan: “Dia telahpergi,
dia tidak ada lagi. Dll. Sifat kehendak spiritual.” Kebutuhan terutama
untukmembagun hubungan, perasaan. Kemampuan dan semagat (Mohammad
Noor Syam. 1988. 163-165 ).
Marx dan Hannah Arendt menyebut manusia sebagai homo faber, hewan yang bekerja dan
3. Aliran Dualisme
Aliran ini mencoba menggabungkan dua aliran tersebut di atas. Aliran
ini beranggapan bahwa manusia pada hekekatnya terdiri dari dua zat, yaitu
tubuh dan pikiran, tubuh dan pikiran, yang masing-masing merupakan unsur
primordial yang ada dan tidak bergantung pada orang lain. Jadi tubuh tidak
berasal dari ppikiran, demikian juga pikiran tidak berasaldari tubuh. Manusia
hanyalah segalanya dalam inkarnasinya: dua, tubuh dan jiwa, yang bergabung
membentuk apa yang disebut manuusia. Ada hubungan kausal antar tubuh dan
jiwa, karena konsekuensi makna antara keduanya saling mempegaruhi. Apa
yang terjadi di satu sisi mempegaruhi yang Lain. Misalnya, seseorang yang
cacat fisik ,e,pegaruhi perkembangan jiwanya. Di sisi lain, orang yang jiwanya
berdampak pada tubuh fisiknya.
4. Aliran Eksistensialisme
Percakapan mengenai sifat manusia terus berkembang dan tidak pernah
berakhir.. Orang-orang tidak puas dengan pandangan-pandangan di atas, baik
dari aliran spiritual universal maupun dari aliran dualisme para filosof modern
terus merenungkan apa hakikat manusia, keberagaman nyata atau bentuk
manusia yang sebenarnya disebut eksistensialisme. Pada dasarnya. Mererka
memeriksa manusia dalam hal apa yang mendominasi manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu, aliran ini melihat manusia secara utuh melalui
cara manusia ada di dunia ini ( Zuhairini, et al,,, 1995: 7173). Anda akan
ditanya, “Siapa saya?” dihadapi. dan “Apa gunanya keJ?”’ Tindakan
kehidupan sehari-hari adalah proses perumusan esensinya. Mengalami hidup.
Membuat keputusan. Dan mengembangkan kesenangan dan
ketidaksukaannya. Melalui tindakan ini. Ia mendefinisikan siapa dirinya
sebagai individu. Melalui proses ini. Dia menyadari bahwa dia adalah apa
yang dia pilih untuk ada dan bertanggung jawab atas keputusanya. Manusia
dihadapan realitas kehidupan. Kematian dan makna yang sebenarnya dan
kemudian memiliki kebebasan tacit untuk bertanggung jawab atas
keberadaanya ( George R. Knight.2007:129-130).
2.2 Kesenjangan Pengetahuan Manusia dan Perilakunya
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki bahwa nafsu dan hasrat yang
kuat. Allah swt. Memberi bahwa nafsu kepada manusia bukan sebagai senjata
penghancur bagi manusia, melainkan sebagai ujian bagi setiap hambanya agar mereka
terpilih menjadi golongan yang bertakwa kepada-Nya. Banyak faktor penyebab
manusia yang tidak bisa mengendalikan bahwa nafsu atau hasratnya, yang
mengakibatkan perilaku manusia tersebut malah bisa menentang ataupun melanggar
ajaran Tuhan. Yang sebagaimana manusia ketahui bahwa perilaku yang dilakukannya
itu tidak patut untuk dilakukan dan malah menimbulkan dosa. Penyebabnya itu tidak
patut untuk dilakukan dan malah menimbulkan dosa. Penyebab utama manusia
berperilaku salayaknyya mahluk yang melanggar ajaran Tuhan yaitu karena godaan
Setan. Selain dari godaan Setan, adanya mempunyai kesempatan untuk melakukan hal
yang dilarang-Nya atau tidak bisa mengendalikan hasrat buruknya. Manusia di
lahirkan engan membawa sifat yang baik serta buruk. Maka dari itu, manusia harus
enahan ataupun menghilangkan sifat buruk yang ada didalam dirinya.
Nah, disinilah peran pendidikan untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi
antara pengetahuan manusia dengan perilaku yang dimilikinya. Proses pendidikan
dapat membantu mengembangkan potensi yang baik didalam diri manusia agar bisa
lebih terarah untuk mentaati aturan-Nya dan menghilangkan perilaku buruk didalam
dirinya agar bisa menjauh larang-Nya dan menghilangkan perilaku buruk didalam
dirinya agar bisa menjauhi larang-Nya, baik itu dari pendidiikan karakter: moral.
Pendidikan agama islam. Maupun pendidikan lainya. Pemikiran- pemikiran yang
dapat membawa perubahan dalam pendidikan tersebut sebagai aliran-aliran
pendidikan. Aliran pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan pada global pendidikan pemikiran tadi berlangsung misalnya suatu
diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditangapi
mengunakan pro dan kontra sang pemikir berikutnya, sebagai akibatnya muncul
pemikiran yang baru, demikian seterusnya supaya diskusi berkepanjangan itu bisa
dipahami itu bisa dipahami perlu aspek berdasarkan genre-genre itu yang wajib
dipahami sang karna itu setiap calon energi kependidikan wajib tahu banyak sekali
jenis anggaran-anggaran pendidikan banyak sekali aliran-aliran pendidikan.
Terkhusunya aliran klasik pendidikan. Berikut penjelasan mengenai aliran klasik
pendidikan.
1. Aliran Empirisme
Aliran ini mengutamakan rangsangan dari luar perkembangan manusia dan
menegaskan bahwa perkembangan anak bergantung pasa lingkungan. Pembawaan
dihiraukan (tabulla rasa) dan Pengalaman empiris lingkungan akan berpengaruh
besar terhadap perkembangan.
2. Aliran Nativisme
Yaitu Penekanan pada kemampuan anak, lingkungan termasuk faktor
pendidikan yang kurang berdampak pada perkembangan anak. Keberhasilan
pendidikan tergantung pada pembawaan yang telah terhadap pada waktu lahir.

3. Aliran Naturalisme
Semua bayi yang baru lahir memliki sifat baik dan tidak satupun dengan
pembawaan siat yang buruk. Jadi hasil perkembangan nya sangan tergantung
dengan pendidikan yang diterimanya. Jika membawa pengaruh yang buruk maka
sifat baiknya itu akan hancur seketika dan sebaliknya.
4. Aliran Konnvergensi
Wiliam Stem (1871-1939) seorng ilmuan pendidikan bangsa jerman
mengatakan bahwasanya anak yang telah dilahirkan bahwa sifat baik maupun
buruk jadi dalam proses perkembangan yang mana faktor bawaan dan lingkunga
sama-erajatnyaerajatnyasama penting dalam pengaruh yang menentukan hasil
pendidikan itu. Dan aliran-aliran klasik pendidikan yang sudah dijelaskan. Dapat
kita ketahui. Bahwa sifat baik dan buruk manusia ini timbul karena bawaan dari
lahir ataupun dari lingkungan nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat manusia merupakan seperangkat ide atau konsep dasar tentang
manusia dan pentingnya keberadaan manusia di dunia. Aspek hakikat manusia
meliputi asal usulnya, struktur metafisik, sifat, dan maknanya di dunia. Manusia
adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna dan diciptakan dari saripati tanah dan
dibekali dengan pikiran, perasaan, hasrat, dan merupakan mahluk yang paling tinggi
derajatnya dibandingkan mahluk Tuhan lainya Manusia sebagai mahluk Tuhan yang
menjadi raja di muka bumi ini dan di tugaskan untuk merawat bumi. Manusia adalah
kata kunci yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum memahami pendidikan Akan
tetapi, terdapat kesegajaan antara pengetahuan manusia dengan prilaku hal ini di
karenakan adanya nafsu atau hasrat yang dimiliki manusia dengan tujuan Tuhan
memberikan hanya nafsu atau hasrat itu untuk menguji sebatas mana mahluknya itu
bisa bertakwa kepada-Nya Untuk itu, diperlukan proses pendidikan untuk
mengembangkan potensi baik yang dimiliki manusia dalam dirinya agar lebih taat
kepada ajara-nya dan menjauhi larangan-Nya.Dengan begitu akan lahir kepribadian
yang baik didalam dirinya dan selalu mengahambakan dirinya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
3.2 Saran
Manusia tidak terlepas dari yang nama nya ilmu. Maka menghindari sifat
buruk yang ada di dalam diri manusia dan mengoptimalkan sifat baik, manusia
diperlukan pendidikan yang dapat ditrima oleh semua penuntut ilmu baik usia dini
hingga perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2012). Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Firmansyah. (2017). KORUPSI DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT HUKUM ISLAM.
Journal of Islamic Economic Law, 02(01).
Khasinah, S. (2013). Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat. Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, XIII(02).
Khobir, A. (2010). Hakikat Manusia dan Implikasinya dalam Proses Pendidikan. Journal Iain
Pekalongan, 08(01).
Muthahhari, M. (2012). Tafsir Holistik: Kajian Seputar Relasi Tuhan, Manusia dan Alam.
Jakarta: Penerbit Citra.
Oktavia, R. (n.d.). Hakikat Manusia dan Pendidikan.
Rostitawati, T. (2018). TUHAN,MANUSIA DAN ALAM DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Journal Iain Gorontalo, 14(01), 28-42.
Sumantri, M. S. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan.
Noor, M. (2019, 16 Desember), Diakses pada 3 Oktober, dari
https://kalsel.kemenag.go.id/opini/675/Mengenal-Aliran-Aliran-Klasik-Dalam-Dunia-
Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai