Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DAN


PENGEMBANGANNYA

OLEH

NOVITA PUE
NIM. 2122511077

PROGRAM STUDI PENDDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
Kupang
2021
2

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Hakikat Manusia
Dan Pengembangannya”
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat
mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di
hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kupang, Oktober 2021

Penyusun
3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
1. Sifat Hakikat Manusia
2. Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan Dinamikanya
3. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
4. Sosok Manusia Seutuhnya
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkaitan dengan pendidikan, maka hakikat manusia perlu dibahas di awal,
karena pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Socrates dalam (Tafsir
2010:7) mengatakan bahwa belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang
manusia
Manusia menjadi sosok sentral di alam dunia, karena manusia mengurus
dirinya sendiri dan alam. Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengatur
dirinya sendiri, manusia juga membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam.
Hewan, tumbuhan, lautan, daratan, gunung, dan lain-lain berada di bawah aturan
yang dibuat oleh manusia. Bahkan manusipun tunduk pada peraturan yang
dibuatnya sendiri. Kerusakan dan kelestarian alam tergantung pada manusia
sebagai sosok sentralnya. Jadi, sudah sewajarnya jika manusia harus mengenali
hakikat manusia yang sebenarnya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari
apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena
secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan. Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia
ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi
titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat
manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud
sifat hakikat manusia, dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan
dinamikanya, pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok manusia
seutuhnya.
5

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud hakikat manusia?
2. Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?
3. Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia
2. Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia
3. Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat
menegetahui serta memahami hakikat manusia dan perkembangannya..
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Hakikat Manusia


Sebelum kita mengetahui sifat hakikat manusia, terlebih dahulu kita harus
mengetahui apa sebenarnya arti kata manusia. Kata manusia berasal dari bahasa
sansekerta”manu”, dan dalam bahasa latin “mens” yang artinya berfikir, berakal
budi atau homo, yang berarti manusia.
Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal
praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan
dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manus ia dari hewan.
Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat
dari segi biologinya.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,
mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud
sifat hakikat manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat
manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham
eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi konsep pendidikan.
1. Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan Dinamikanya
Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat
hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain.
Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu
a) Dimensi keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya
individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang
memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan
yang berbeda.
7

Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri


yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat
sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir
perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi
kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya
suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga
seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya.
Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola
pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong
bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana
dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas
(misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang
patologis.
b) Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang
dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung
untuk saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di
dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar
dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain
untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di
dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi,
seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
8

c) Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih
tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup
hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya
terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih.
Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai
konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada
hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk
susila.
d) Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang.

B. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa
terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh
dua factor, yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya. Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari
berbagai segi yaitu, wujud dan arahnya.
9

2. Dari wujud dimensinya


Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan
utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh
jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi
pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan
psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang
berimbang.
3. Dari arah pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman
secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat
manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat
manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan di
maksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan)
dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia).
Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.
4. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di
dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain
tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan
pengembangan yang patologis.
10

1. Sosok Manusia Seutuhnya


Manusia seutuhnya berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial, fragmental.
Apalagi split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang
ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani,
rohani, akal, fisik dan psikisnya. Berdasarkan pikiran dimikian dapat diuraikan
konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian
sebagai berikut. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang
berkembang, Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar
nilai yang.
Menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual,
berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu,
manusia juga memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga memerlukan
penguasaan ketrampilan tertentu agar mereka bisa berkarya, baik untuk memenuhi
kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Semua kebutuhan itu harus dapat
dipenuhi secara seimbang. Tidak boleh sebagian saja dipenuhi dengan
meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup hanya sekedar cerdas dan
terampil, tetrapi dangkal spiritualitasnya. Begitu pula sebaliknya, tidak cukup
seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi tidak memiliki kecerdasan dan
ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia utuh adalah manusia yang dapat
mengembangkan berbagai potensi posisitf yang ada pada dirinya itu.
Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka pendidikan
seharusnya mengembangkan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak tepat jika hanya
mengembangkan satu aspek, tetapi melupakan aspek-aspek lainnya. Pendidikan
agama adalah sangat penting, tetapi tidak boleh terlalu mengesampingkan
intelektualitasnya. Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan hanya mengedepankan
pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan mengabaikan pengembangan
spiritual.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua kementerian,
yaitu kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian agama. Selain
11

itu,masih ada kementerian lain yang juga menyelenggarakan pendidikan, tetapi


jumlahnya tidak terlalu banyak. Itulah sebabnya di negeri ini disebut telah terjadi
dualisme penyelenggaraan pendidikan. Yaitu terdapat sekolah yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan madrasah
serta pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian Agama. Di sekolah
umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam pelajaran yang disediakan tidak
terlalu banyak. Demikian pula sebaliknya, di pondok pesantren lebih
mengutamakan pendidikan agama, dan dalam banyak kasus tidak memberikan
pengetahuan umum. Sedangkan di madrasah selama ini sudah dilakukan
perbaikan kurikulum dengan memberikan pengetahuan umum dan agama secara
seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun begitu, terkait pendidikan agama,
selama ini belum ditemukan metodologi yang dirasa memuaskan. Agama masih
diajarkan dan belum sepenuhnya dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya,
terbatasnya waktu yang disediakan untuk pendidikan agama di sekolah tidak
mengapa, asalkan kekurangan itu dapat ditambal oleh lingkungan keluarga dan
juga oleh masyarakat. Namun pada kenyataannya, pendidikan agama di keluarga
maupun di masyarakat sudah semakin melemah. Atas dasar alasan-alasan
kesibukan orang tua atau juga keterbatasan pemahaman agama, maka pendidikan
agama di lingkungan keluarga dan di masyarakat tidak dapat dimaksimalkan.
Kegiatan mengaji di langgar, mushalla, masjid dan lain-lain tampaknya sudah
semakin berkurang, tidak saja di perkotaan tetapi juga di pedesaan.
Kenyataan seperti itu menjadikan manusia yang utuh sebagaimana yang
dicita-citakan semakin sulit dipenuhi. Pendidikan berjalan secara terpragmentasi
atau terpilah-pilah, mengedepankan sebagian dan mengabaikan bagian lainnya.
Akibatnya, manusia utuh sebagaimana yang dicita-citakan menjadi tidak jelas
kapan akan berhasil diraih. Oleh karena itu, perlu kiranya dipikirkan secara
saksama dan mendalam untuk mendapatkan konsep pendidikan yang dipandang
lebih ideal un tuk menyongsong masa depan bangsa yang lebih baik dan maju.
Menyoal dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang membangun jati diri
manusia seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti. Berbagai kegiatan ilmiah seperti
12

seminar, diskusi, lokakarya dan semiloka terus dilakukan guna mencari sebuah
model pendidikan yang dianggap dapat membebaskan manusia dari sikap
ketergantungan terhadap benda, pendidikan yang dapat membebaskan manusia
dari pendewaan terhadap dunia, dan atau model pendidikan yang dapat mencetak
manusia yang utuh, yakni manusia yang manusiawi, manusia memiliki nilai-nilai
kemanusiaan.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan yang
hedak dicapai dalam konsep Value Education atau General Education yakni:
1. manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek
kehidupan, serta
2. memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan utuh
merupakan dua terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang
disesuaikan dengan konteks sosial budaya dan keyakinan suatu bangsa
yang dalam bahasa lain pendidikan yang dapat melahirkan: a) pribadi
yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan b) layak
hidup sebagai manusia.
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan
bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil
pemerintah. Patut diingat bahwa pembentukan jati diri manusia utuh berada pada
tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil apabila
dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri tauladan dari orang
dewasa.
13

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan
segenap dimensinya hanya dimilki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia
manusia
Adanya hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia
sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus
mengusai hewan
Salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati
kebahagian pada manusia
Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan
Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara
selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

2. Saran
a. Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib
berpegang teguh kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas
dan tanggung jawab kesehariannya
b. Penerapan paradigma baru dalam pendidikan disosialisasikan lebih luas
14

DAFTAR PUSTAKA

http://macro bio student ummy solok_ makalah pengantar pendidikan“hakikat


manusia dan pengembangannya”.html
http://Konsep manusia seutuhnya.htm
Pengantar pendidikan, Prof.DR.Umar tirtarahardja dan Drs.s.L.La Sulo
http://Hakikat Manusia dan Perkembangannya Afid Burhanuddin.html
http://nursekhamaulida makalah pendidikan manusia seutuhnya.htm
http://pengantar pendidikan-ringkasan materi suharnisihombing.htm

Anda mungkin juga menyukai