Dosen Pengampu :
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Hakikat atau haqiqat merupakan suatu kata benda yang berasal dari bahasa
Arab “Al-Haqq” yang di dalam bahasa Indonesia yaitu “hak” dengan artian
memilik atau ke-punyaan, kebenaran, atau juga yang benar-benar ada. Secara
etimologi kata hakikat sendiri berarti inti sesuatu, puncak atau juga sumber dari
segala sesuatu.
Sumber daya manusia merupakan aset nasional dan sebagai modal dasar dalam
mewujudkan pembangunan bangsa. Untuk menggali dan mengembangkan potensi
tersebut, diperlukan jasa yaitu Pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang
digunakan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
tingkah laku. Oleh karena itu proses pendidikan harus dilakukan dengan benar
karena sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pembentukan karakter manusia.
Anak sebagai makhluk sosial memiliki potensi yang perlu dibangun dan
dikembangkan agar kelak mau dan mampu menjadi manusia yang bermakna dalam
lingkungan sosial. Dalam proses perkembangan sikap sosial anak, perlu
pengawasan dan pembinaan dari para orangtua di rumah dan guru di sekolah.
“Anak-anak ibarat bunga beraneka warna di taman yang indah, mereka akan
tumbuh dan merekah dengan keelokannya masing-masing. Anda sebagai orangtua,
sebagai guru, bangunlah potensi-potensi mereka agar tumbuh mekar dengan
sempurna” (Uno, 2012:196).
Penerapan sikap sosial oleh anak di sekolah adalah penting dan merupakan
suatu kewajiban. Anak sebagai pelaku sosial dan sekolah merupakan lingkungan
sosial, dimana keduanya merupakan kesinambungan.Sekolah merupakan salah satu
tempat terciptanya pengalaman dalam bersikap sosial. Apabila tidak bersikap baik,
maka anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Oleh karena itu, sekolah memiliki peranan penting sebagai atap dalam
proses perkembangan sikap sosial anak agar anak mampu bersosialisasi dengan
baik.
Makalah yang telah disusun ini berada di bawah tanggung jawab empat orang
anggota dalam satu kelompok, yaitu dengan masing-masing tugas sebagai tabel
berikut:
NO NAMA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. ARI YONO Mencari referensi materi makalah tentang Sifat
Hakikat Manusia, merancang dan menentukan
isi materi, membuat soal dari nomor 1 sampai
dengan nomor 15.
2. ADY MUTALIB Mencari referensi materi makalah tentang
Dimensi Hakikat Manusia, merancang dan
menentukan isi materi, membuat soal dari
nomor 16 sampai dengan nomor 30.
3. ALFIKA NURFADIA Membuat latar belakang, membuat dan
menyusun materi makalah ke dalam bentuk
Powerpoint.
4. PUTRI TARI LESTARI Menyusun materi makalah, memperjelas uraian
tugas, mengoreksi isi materi, mengedit
kepenulisan.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling
tinggi di antara ciptaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal,
pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Hakikat atau haqiqat yang merupakan suatu kata benda yang berasal dari
bahasa Arab “Al-Haqq” yang di dalam bahasa Indonesia yaitu “hak” dengan artian
memilik atau ke-punyaan, kebenaran, atau juga yang benar-benar ada. Secara
etimologi kata hakikat sendiri berarti inti sesuatu, puncak atau juga sumber dari
segala sesuatu.
g. Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas, tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling
bertentangan yaitu “rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia” yang berarti ada ikatan. Orang yang hanya mungkin merasakan
adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu
dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya. Dengan kata lain,
ikatan luar (yang membelenggu) telah berubah menjadi ikatan dalam
(yang menggerakkan).
Berbagai kajian terkait hakikat manusia telah dilakukan oleh para ahli.
Wujud sifat hakikat manusia yang telah dikemukakan oleh ahli menurut
pandangan psikoanalitik, pandangan humanistik, dan pandangan beavioristik.
Uraian lebih detail mengenai ketiga pandangan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut.
a. Pandangan Psikoanalitik.
Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku manusia pada dasarnya
digerakkan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang dimiliki. Prawira
(2012: 66) menyatakan bahwa Sigmund Freud sebagai pelopor aliran ini
mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu
id (das es), yang berisi berbagai dorongan, kemauan, dan berbagai
keinginan instingtif yang selalu memerlukan pemenuhan dan pemuasan.
Ego (das ich) nampak perannya pada fungsi pikir yang bertindak sebagai
jembatan untuk dapat merealisasikan berbagai dorongan tersebut dengan
mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan. Super Ego (das
uberich), yaitu fungsi kata hati yang bertugas sebagai kontrol boleh
tidaknya suatu dorongan direalisasikannya, sehingga super ego tumbuh
dan berkembang karena interaksi individu dengan norma, lingkungan dan
tatanan sosial yang ada.
Seseorang yang perkembangbangan id-nya lebih dominan akan
menampakkan perilaku yang implusif, sedang seseorang yang lebih
didominasi oleh super ego akan berperilaku moralis. Tahapan berikutnya
muncul aliran neonalitik yang tetap berpegang pada tiga aspek struktur
kepriadian manusia tersebut di atas, tetapi aliran ini lebih menekankan
ego sangat penting sebagai pusat kepribadian manusia, yang tidak hanya
berfungsi merealisasikan dorongan yang muncul tetapi dengan egonya
manusia akan lebih rasional, dan bertanggung jawab atas perilaku
intelektual dan sosialnya.
b. Pandangan Humanistik
Carl Rogers yang merupakan tokoh utama aliran ini menolak
pendapat psikoanalitik yang berpendapat bahwa manusia tidak rasional,
Rogers lebih menekankan bahwa manusia mempunyai dorongan terhadap
dirinya sendiri untuk berperilaku positif. Dalam pandangan ini
disebutkan bahwa manusia bersifat rasional dan tersosialisasikan, serta
mampu menentukan sendiri nasibnya, termasuk mengontrol dan
mengatur dirinya sendiri. Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia
akan mengarahkan dirinya sendiri menjadi individu yang positif, menjadi
masyarakat yang terbebas dari kecemasan. Sedangkan Adler berpendapat
bahwa perilaku individu tidak serta merta digerakkan atas dasar untuk
kepuasannya sendiri, namun lebih banyak didasarkan pada tanggung
jawab sosial dan dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Pandangan Martin Buber
Aliran yang berkembang pada tahun 1961 ini berpendapat bahwa
manusia yakni suatu keberadaannya berpotensi, tetapi dihadapkan pada
kesemestaan yang mengontrol potensi perkembangan manusia. Manusia
menjadi pusat ketakterdugaan dunia, karena manusia mengandung
kemungkinan baik dan buruk yang keduanya akan berkembang secara tak
terduga.
d. Pandangan Behavioristik
Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku manusia adalah reaksi
dan adaptasi dari lingkungan sekitarnya, sehingga tingkah laku manusia
sepenuhnya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Pada
kelahirannya bersifat netral, perkembangan kepribadian individu
sepenuhnya tergantung pada lingkungan. Aliran ini sama sekali tidak
menghargai potensi yang dimiliki individu dan mengingkari adanya
kemauan individu.
2.2.3 Sifat Hakikat Manusia (Menurut Islam)
Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat
(QS. al-Hijr, 15: 29). Manusia juga merupakan satu-satunya mahluk yang
mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya
ayat al-Qur‟an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai
aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk
menyebut manusia. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
sempurna dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan,
seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun keadaannya,
manusia tidak pernah sama dengan hewan. Dalam konsepsi Islam, manusia
merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material
(jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya).
a. Dimensi Keindividualan
Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang, sesuatu
yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini sebenarnya telah
memiliki potensi. Potensi yang dimaksud sama seperti yang
dikemukakan oleh Gardner, bahwa manusia memiliki tujuh kecerdasan,
yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan
spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intra personal (Campbel, dkk., 2006: 2-3).
Kecerdasan-kecerdasan ini yang selanjutnya kita sebut sebagai potensi
tentu saja tidak sama dimiliki oleh setiap individu. Ada individu yang
memiliki kelebihan dalam hal kebahasaan, tetapi kurang pintar dalam hal
musik, ada individu yang lebih pintar matematika, tetapi tidak pintar
tentang kebahasaan. Oleh karena itu, setiap individu tidak boleh
diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat berbeda dengan yang lain atau
menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di
muka bumi ini.
Memang benar bahwa tidak ada manusia yang identik dengan
manusia lain di atas permukaan bumi ini. Bahkan, anak yang terlahir
kembar pun pada hakikatnya tidak memiliki karakter yang persis sama.
Dengan kata lain, masing-masing ingin mempertahankan kekhasannya
sendiri. Kekhasan yang dimaksud ini seperti kekhasan dalam cita-cita,
cara belajar, cara menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara
berinteraksi dengan orang lain. Karena adanya kekhasan yang dimiliki
oleh setiap manusia ini, dalam proses pembelajaran kekhasan ini tentu
harus diperhatikan oleh peserta didik. Tenaga pendidik tidak dapat boleh
memaksakan kehendaknya kepada kepada subjek didik.
b. Dimensi Kesosialan
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya,
mereka dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga penjara
merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia
karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya
dorongan bergaul itu secara mutlak.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap
orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam
interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari
orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain
untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di
dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan
memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
c. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak
cukup hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian
susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan sering digunakan
istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan
kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang
lain dan dikatakan tidak beretika dan tidak bermoral, sedangkan tidak
sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang
lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya
mengakibatkan ketidaksenangan orang lain.
d. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan
agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan
pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di
sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
2.3.1 Pengertian Dimensi Hakikat Manusia (Menurut Pandangan Islam)
3.2 Saran
[Online]https://www.academia.edu/37309635/
Makalah_hakikat_manusia_dan_pengembangannya
(Diakses pada 17 Agustus 2021)
Anshory, Ichshan dan Ima Wahyu Putri Utama, 2018. Pengantar Pendidikan.
[Online] http://eprints.umm.ac.id/45722/20/Anshory%20Utami%20-%2-
Pengantar%20Pendidikan.pdf
(Diakses pada 17 Agustus 2021)
Firdaus, Herman, 2017. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,
dan Dinamikanya.
[Online] https://www.blogbarabai.com/2017/11/dimensi-dimensi-hakikat-
manusia-serta.html?m=1
(Diakses pada 17 Agustus 2021)
Khasinah, Siti, 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat.
[Online] https://media.neliti.com/media/publications/82677-ID-hakikat-
manusia-menurut-pandangan-islam.pdf
(Diakses pada 18 Agustus 2021)
Sumantri, Muhammad S. Hakikat Manusia dan Pendidikan.
[Online] http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-M1.pdf
(Diakses pada 17 Agustus 2021)
Keterangan : d. Akal & Pikiran : akal dan pikiran adalah kelebihan yang dimiliki
oleh manusia yang membedakannya dengan makhluk yang lain.
Keterangan : a. Martin Buber : Aliran yang berkembang pada tahun 1961 ini
berpendapat bahwa manusia yakni suatu keberadaannya berpotensi, tetapi
dihadapkan pada kesemestaan yang mengontrol potensi perkembangan manusia.
11. Aliran yang sama sekali tidak menghargai potensi yang dimiliki individu dan
mengingkari adanya kemauan individu adalah aliran …
a. Humanistik
b. Neoanalitik
c. Behavioristik
d. Psikoanalitik
e. Satanic
12. Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo memaparkan wujud sifat hakekat manusia
(yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham atau aliran …
a. Behavioristik
b. Psikoanalitik
c. Neoanalitik
d. Humanistik
e. Eksistensialisme
13. Yang sering juga disebut etika adalah wujud sifat hakekat manusia dari …
a. Moral
b. Kata Hati
c. Tanggung Jawab
d. Kebebasan
e. Berkesistensi
Keterangan : a. Moral : Moral (juga disebut sebagai etika) adalah perbuatan
sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik
manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi
(luhur).
15. Belajar melihat prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi
kreatif seja dari masa kanak-kanak merupakan bentuk pembinaan dari
kemampuan …
a. Kewajiban dan Hak
b. Kemampuan menghayati kebahagiaan
c. Moral
d. Kata Hati
e. Bereksistensi
Keterangan : e. Bereksistensi : Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui
pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya,
mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari
sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
16. Kompleksi dan uniknya masalah manusia adaalah berawal dari kesadaran akan
keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya dan perlunya pengkajia
hakekat manusia yang terutama adalah…
a. Agama dan Subsansi
b. Berkomonikasi luas
c. Mendalami pengetahuan
d. Bertanya tentang hakekat manusia
e. Semua benar
19. Manusia demikian kata Plato (427-347), terdiri dari tiga bagian yaitu…
a. Kepala, dada, dan perut
b. Mata, hidung, dan rambut
c. Tangan, kaki kiri, dan kaki kanan
d. Jari tangan, Jari kaki, dan telapak tangan
e. Semua benar
Keterangan : a. Kepala, dada, dan perut : Yaitu untuk mengaitkan jiwa yang
terkait dengan akal, kehendak, dan nafsu
20. Dari bagian akal, kepala, dan naafsu, di kata Plato (427-347) dari terdiri tiga
bagian adalah…
a. Emosi, sabar, dan rendah hati
b. Kebijaksanaan, keberanian, dan etika
c. Mengalah, putus asa, dan pemberani
d. Sederhana, rolyal, dan tidak peduli
e. Semua benar
21. Pada bagian lain plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen
yaitu…
a. Nalar, indra, perasa
b. Penenang, emosi, ladar
c. Roh, nafsu dan, rasio
d. Penglihatan,
e. Penebak
24. Siapakah penulis buku The Studi Of Man, yang menceritakan tentang filosof
manusia untuk menambah bahasan tentang Filosop Hakekat Manusia dan
wawasan nya…
a. Prof Antropoligi Prof. Dr. Ralph Linton.
b. Prof Ady mutalib
c. Prof Ari yono
d. Prof John locke
e. Prof Ipul
Keterangan : a. Prof Antropoligi Prof. Dr. Ralph Linton. : Tujuan beliau menulis
buku ini adalah untuk menambah wawasan seseorang tentang kehidupan nya dan
mengetahui siapa dirinya sendiri.
25. Pandangan Allah tentang manusia bisa kita telusuri melalui al-Quran sebagai
firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad pada abad ke…
a. 10 abad silam.
b. 11 abad silam.
c. 12 abad silam.
d. 13 abad silam.
e. 14 abad silam.
Keterangan : b. 14 abad silam : Tak bisa dipungkiri bahwa yang tau meja, baju,
atau benda lainnya dalam pengertian yang sebenarnya adalah orang yang
membuat meja, baju atau benda. benda yang lainnya. Intinya yang mengetahui
hakikat sesuatu adalah penciptanya sendiri. Dengan demikian yang mengetahui
hakikat manusia sebenarnya hanyalah Tuhan dalam hal ini Allah SWT.
Pandangan Allah tentang manusia bisa kita telusuri melalui al-Quran sebagai
firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad 14 abad silam.
26. Quraish Shihab (1996:278-279) mengatakan bahwa ada tiga kata yang
digunakan al-Qur`an untuk menunjuk manusia yaitu…
a. Insan, basyar dan, bani Adam
b. Quraishm, Shihab dan unas
c. Nas, mam dan zuriyah
d. Bani Adam, zuriyah Adam dan, Shihab
e. Jin, hamba sahaya dan, budak
Keterangan : a. Insan, basyar dan, bani Adam : (1) insan, ins, dan nas atau unas,
(2) basyar, dan (3) bani Adam dan zuriyah Adam. Istilah insan terambil dari kata
uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Istilah ini, menurut Quraish
Shihab (2000:280), lebih tepat dibandingkan dengan pendapat yang mengatakan
bahwa insan terambil dari kata nasiya yang berarti lupa atau nasa yang berarti
guncang. Dalam al-Qur`an kata insan sering juga dihadapkan dengan kata jin
atau jan, yaitu makhluk yang tidak tampak. Kata insan, demikian Quraish
Shihab, dalam al-Qur`an digunakan untuk menunjuk manusia sebagai totalitas
(jiwa dan raga).
27. Manurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya
berarti…
a. Ladar
b. Indra
c. Kebijaksanaan
d. Penampakan
e. Keajaiban
28. Al-Qur`an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi
(pola dasar). Fithrah karena merupakan pola dasar (atau sifat-sifat ashli) maka
fitrah itu baru akan memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah ditumbuh
kembangkan secara optimal. Fithrah manusia yang pertama yaitu…
a. Fitrah Jasmani
b. Fithrah Ruhani
c. Fitrah Nafs
d. Fitrah Akal
e. Semua benar
29. Al-Qur`an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi
(pola dasar). Fithrah karena merupakan pola dasar (atau sifat-sifat ashli) maka
fitrah itu baru akan memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah ditumbuh
kembangkan secara optimal. Fithrah manusia yang kedua yaitu…
a. Fithrah Jasmani
b. Fithrah Ruhani
c. Fitrah Nafs
d. Fitrah Akal
e. Semua benar
30. Al-Qur`an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi
(pola dasar). Fithrah karena merupakan pola dasar (atau sifat-sifat ashli) maka
fitrah itu baru akan memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah ditumbuh
kembangkan secara optimal. Fithrah manusia yang ketiga yaitu…
a. Fithrah Jasmani
b. Fithrah Ruhani
c. Fitrah Nafs
d. Fitrah Akal
e. Semua benar
Keterangan : c. Fitrah Nafs : Ketiga, Fitrah Nafs. Fitrah ini merupakan aspek
psiko-fisik manusia. Aspek ini merupakan panduan integral (totalitas manusia)
antara fithrah jasmani (biologis) dengan fithrah ruhani (psikologis), sehingga
dinamakan psikofisik. Ia memiliki tiga komponen pokok, yaitu kalbu, akal dan
nafsu yang saling berinteraksi dan mewujud dalam bentuk kepribadian. Hanya
saja, ada salah satu yang lebih dominan dari ketidanya. Fithrah ini diciptakan
untuk mengakrualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia
di alam arwah.