Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA”

Dosen Pengampu :

Delsika Pramata Sari, M. Pd.


Nina Permatasari, S.Psi. M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

Ady Mutalib (2110131110003)

Alfika Nurfadia (2110131220016)

Ari Yono (2110131310001)

Putri Tari Lestari (2110131120002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KOMPUTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui


segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya
tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya
sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya
mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai
pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut
pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).

Dalam kehidupan yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam berbagai


hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan sebagaimana
dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam sesuai
pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya bukankah
karena mereka semua adalah manusia maka harus diakui kesamaannya sebagai
manusia? (M.I. Soelaiman, 1988). Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik
esensial setiap manusia ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan
karakteristik esensialnya itulah manusia mempunyai martabat khusus sebagai
manusia yang berbeda dari yang lainnya. Contoh: manusia adalah animal rasional,
animal symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo sicius, dan sebagainya.

Hakikat atau haqiqat merupakan suatu kata benda yang berasal dari bahasa
Arab “Al-Haqq” yang di dalam bahasa Indonesia yaitu “hak” dengan artian
memilik atau ke-punyaan, kebenaran, atau juga yang benar-benar ada. Secara
etimologi kata hakikat sendiri berarti inti sesuatu, puncak atau juga sumber dari
segala sesuatu.

Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar


tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985).
Selain itu, hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Antara manusia satu
dengan manusia lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok
demi mencapai kepentingan serta tujuan yang sama. Bersosialisasi merupakan
upaya diri dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Kemampuan bersosialiasi
dengan lingkungan sosial akan mempengaruhi proses kehidupan selanjutnya. Sikap
sosial yang baik dapat menciptakan kerukunan, kenyamanan, dan ketentraman di
Negara. Sikap sosial yang baik juga bisa digunakan untuk memecahkan masalah.
Oleh sebab itu, jiwa sosial pada anak harus ditanamkan dan dipupuk sejak dini.

Sumber daya manusia merupakan aset nasional dan sebagai modal dasar dalam
mewujudkan pembangunan bangsa. Untuk menggali dan mengembangkan potensi
tersebut, diperlukan jasa yaitu Pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang
digunakan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
tingkah laku. Oleh karena itu proses pendidikan harus dilakukan dengan benar
karena sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pembentukan karakter manusia.

Salah satu aspek penting penunjang keberhasilan dalam pendidikan adalah


sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual adalah sikap yang menyangkut
moral yang mampu memberikan pemahaman untuk membedakan sesuatu yang
benar dan yang salah berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
Sedangkan sikap sosial adalah sikap yang menyangkut kehidupan sosial sebagai
bentuk interaksi siswa dengan alam, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.

Anak sebagai makhluk sosial memiliki potensi yang perlu dibangun dan
dikembangkan agar kelak mau dan mampu menjadi manusia yang bermakna dalam
lingkungan sosial. Dalam proses perkembangan sikap sosial anak, perlu
pengawasan dan pembinaan dari para orangtua di rumah dan guru di sekolah.
“Anak-anak ibarat bunga beraneka warna di taman yang indah, mereka akan
tumbuh dan merekah dengan keelokannya masing-masing. Anda sebagai orangtua,
sebagai guru, bangunlah potensi-potensi mereka agar tumbuh mekar dengan
sempurna” (Uno, 2012:196).

Penerapan sikap sosial oleh anak di sekolah adalah penting dan merupakan
suatu kewajiban. Anak sebagai pelaku sosial dan sekolah merupakan lingkungan
sosial, dimana keduanya merupakan kesinambungan.Sekolah merupakan salah satu
tempat terciptanya pengalaman dalam bersikap sosial. Apabila tidak bersikap baik,
maka anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Oleh karena itu, sekolah memiliki peranan penting sebagai atap dalam
proses perkembangan sikap sosial anak agar anak mampu bersosialisasi dengan
baik.

Kegiatan belajar mengajar diharapkan tidak hanya menghasilkan pengetahuan,


namun juga menciptakan nilai-nilai karakter dalam kehidupan anak. Megawangi
(Masnur Muslich, 2013:95) mengemukakan bahwa kualitas karakter meliputi
sembilan pilar, yaitu (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya; (2) Tanggung
jawab, disiplin dan mandiri; (3) Jujur/amanah dan arif; (4) Hormat dan santun; (5)
Dermawan, suka menolong, dan gotong-royong; (6) Percaya diri, kreatif dan
pekerja keras; (7) Kepemimpinan dan adil; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleran,
cinta damai dan kesatuan.

Manusia adalah makhluk yang serba terhubung, baik dengan masyarakat,


lingkungan, diri sendiri, maupun Tuhan. Maka dari itu, mengingat betapa luasnya
pengertian dan segala aspeknya mengenai manusia, maka kami menyusun makalah
Hakikat Manusia dan Pengembangannya dengan memaparkan dua pembahasan
khusus tentang sifat dan dimensi hakikat manusia. Selain memberi wawasan berupa
pengertian dari para ahli, kami juga memuat beberapa teori mengenai manusia
berdasarkan pandangan islam serta tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dan
khalifah di muka bumi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari kepenulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah melalui makalah ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat
khususnya dikalangan remaja, pelajar dan generasi muda mengenai pengertian
dasar Hakikat Manusia?
2. Apakah melalui makalah ini mampu menambah pengetahuan dan wawasan
tentang Hakikat Manusia?
3. Mengapa harus mempelajari Hakikat manusia?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mampu memberikan informasi kepada masyarakat khusunya remaja, pelajar
dan generasi muda tentang pengertian-pengertian dasar mengenai Hakikat
manusia.
2. Sebagai pengetahuan serta wawasan tambahan dan memberi contoh kepada
masyarakat mengenai Hakikat Manusia.
3. Untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang manusia, agar
dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus dibawa.
4. Untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah Pengantar
Pendidikan.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari kepenulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Sebagai referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun.
2. Sebagai referensi untuk proses melakukan kegiatan ajar mengajar bila tema
yang diambil berkaitan dengan Hakikat manusia.
3. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali dan
melakukan eksperimen tentang Sifat Hakikat Manusia dan Dimensi Hakikat
Manusia.
4. Sebagai sarana untuk menguji kekompakan sebuah kelompok dalam
menyusun sebuah materi tugas yang diterima.

1.5 Pembagian Tanggung Jawab

Makalah yang telah disusun ini berada di bawah tanggung jawab empat orang
anggota dalam satu kelompok, yaitu dengan masing-masing tugas sebagai tabel
berikut:
NO NAMA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. ARI YONO Mencari referensi materi makalah tentang Sifat
Hakikat Manusia, merancang dan menentukan
isi materi, membuat soal dari nomor 1 sampai
dengan nomor 15.
2. ADY MUTALIB Mencari referensi materi makalah tentang
Dimensi Hakikat Manusia, merancang dan
menentukan isi materi, membuat soal dari
nomor 16 sampai dengan nomor 30.
3. ALFIKA NURFADIA Membuat latar belakang, membuat dan
menyusun materi makalah ke dalam bentuk
Powerpoint.
4. PUTRI TARI LESTARI Menyusun materi makalah, memperjelas uraian
tugas, mengoreksi isi materi, mengedit
kepenulisan.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling
tinggi di antara ciptaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal,
pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.

Hakikat atau haqiqat yang merupakan suatu kata benda yang berasal dari
bahasa Arab “Al-Haqq” yang di dalam bahasa Indonesia yaitu “hak” dengan artian
memilik atau ke-punyaan, kebenaran, atau juga yang benar-benar ada. Secara
etimologi kata hakikat sendiri berarti inti sesuatu, puncak atau juga sumber dari
segala sesuatu.

Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar


tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Dengan kata lain,
pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat
khusus” (Louis Leahy, 1985).

Muhammad Daud Ali (1998) menyatakan bahwa manusia bisa menyamai


binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-potensi yang diberikan Allah secara
maksimal terutama potensi pemikiran (akal), kalbu, jiwa, raga serta panca indra.
Dalil al- Qur’an yang diajukannya adalah surah alA’raf: “… mereka (manusia)
punya hati tapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka
punya mata tapi tidak dipergunakan untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah),
mereka mempunyai telinga tapi tidak dipergunakan untuk (mendengar ayat-ayat
Allah). Mereka itu sama dengan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang yang lalai.” (QS:7:179). Dengan demikian bisa disimpulkan
bahwa manusia memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk terbaik dengan
berbagai potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Namun apabila
manusia tidak bisa mengembangkan potensinya tersebut bisa saja manusia menjadi
lebih rendah dari makhluk lain, seperti hewan misalnya.

Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya kemudian


membedakan dengan makhluk yang lain. Kelebihan tersebut adalah karena manusia
memiliki akal dan pikiran. Dengan akal dan pikirannya, manusia mampu
membudidayakan lingkungannya untuk kepentingan kehidupan manusia itu sendiri.
Dengan akalnya manusia dapat mengenal dan menerima berbagai konsep dan
norma untuk mengatur kehidupannya, disamping sebagai makhluk berpikir atau
homosapiens dengan kemampuan pikiranya juga manusia disebut sebagai makhluk
individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya dan makhluk religius/ makhluk
bermoral.

2.2 Sifat Hakikat Manusia


Manusia dapat dianggap sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna. Hal
yang menonjol dari manusia dibanding makhluk yang lain yaitu manusia memiliki
akal. Akal yang dimiliki manusia tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan.
Untuk memperoleh gambaran lebih detail mengenai manusia, simaklah uraian
berikut terkait dengan hakikat manusia.

2.2.1 Pengertian Sifat Hakikat Manusia (Paham eksistensialisme)

Sifat Hakikat manusia adalah ciri-ciri karateristik yang secara prinsipal


membedakan manusia degan hewan, meskipun antara manusia dan hewan
banyak kemiripan yang terutama dilihat dari segi biologisnya. Wujud dari
sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh
paham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membebani
konsep pendidikan terdiri dari beberapa hal :

a. Kemampuan Menyadari Diri


Berkat adanya kemampuan yang dimiliki oleh manusia, maka
mereka menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik
diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan
membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya. Di dalam
proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan
secara seimbang. Pengembangan ke arah dalam berarti pembinaan aspek
individualitas manusia.
b. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia
menempatkan diri dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak
terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat
menembus kesana dan ke masa depan. Kemampuan bereksistensi perlu
dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari
pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat
prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi
kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
c. Kata Hati (Consicience Of Man)
Kata hati atau Consicience Of Man biasa disebut hati nurani, pelita
hati, dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan
tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai
manusia. Dalam kaitan dengan eti (perbuatan), kata hati merupakan
“petunjuk bagi moral/perbuatan”. Realisasinya dapat ditempuh dengan
melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang
memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang
tajam.
d. Moral
Moral (juga disebut sebagai etika) adalah perbuatan sendiri. Moral
yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik
manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang
tinggi (luhur). Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati
yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul
disebut moral yang buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim
dikatakan tidak bermoral.
e. Kewajiban dan Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.
Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah
memenuhi kewajiban. Dalam realitas hidup sehari-hari, umumnya
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan kewajiban
dipandang sebagai suatu beban. Tetapi ternyata kewajiban bukanlah
menjadi beban melainkan suatu keniscayaan.
f. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan ialah suatu yang lahir dari kehidupan manusia.
Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya dengan himpunan saja,
tetapi merupakan integritas dan segenap kesenangan, kepuasan dan
sejenisnya dengan pengalaman pahirt penderitaan. Manusia adalah
makhluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri
sendiri dan tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan
dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan
dengan tuhan. Kebahagiaan hata dapat dicapai apabila manusia
meningkatkan kualitas hbungan sebagai makhluk yang memiliki kondisi
serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri
sendiri.
Kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal
yang dapat dikembangkan, yaitu: kemampuan berusaha dan kemampuan
menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir. Dengan demikian
pendidikan mempunya peranan penting sebagai wahana untuk mencapai
kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.
Pandangan Max Scheler tentang manusia “Manusia yang
menghargai kebahagiaan adalah pribadi manusia yang menghayati
segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia mengahayati
kebahagiaannya apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung
jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinaan hidup yang kukuh
dan bertekat untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.” (Umar
Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 16).

g. Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas, tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling
bertentangan yaitu “rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia” yang berarti ada ikatan. Orang yang hanya mungkin merasakan
adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu
dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya. Dengan kata lain,
ikatan luar (yang membelenggu) telah berubah menjadi ikatan dalam
(yang menggerakkan).

2.2.2 Pengertian Sifat Hakikat Manusia (Para Ahli)

Berbagai kajian terkait hakikat manusia telah dilakukan oleh para ahli.
Wujud sifat hakikat manusia yang telah dikemukakan oleh ahli menurut
pandangan psikoanalitik, pandangan humanistik, dan pandangan beavioristik.
Uraian lebih detail mengenai ketiga pandangan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut.
a. Pandangan Psikoanalitik.
Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku manusia pada dasarnya
digerakkan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang dimiliki. Prawira
(2012: 66) menyatakan bahwa Sigmund Freud sebagai pelopor aliran ini
mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu
id (das es), yang berisi berbagai dorongan, kemauan, dan berbagai
keinginan instingtif yang selalu memerlukan pemenuhan dan pemuasan.
Ego (das ich) nampak perannya pada fungsi pikir yang bertindak sebagai
jembatan untuk dapat merealisasikan berbagai dorongan tersebut dengan
mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan. Super Ego (das
uberich), yaitu fungsi kata hati yang bertugas sebagai kontrol boleh
tidaknya suatu dorongan direalisasikannya, sehingga super ego tumbuh
dan berkembang karena interaksi individu dengan norma, lingkungan dan
tatanan sosial yang ada.
Seseorang yang perkembangbangan id-nya lebih dominan akan
menampakkan perilaku yang implusif, sedang seseorang yang lebih
didominasi oleh super ego akan berperilaku moralis. Tahapan berikutnya
muncul aliran neonalitik yang tetap berpegang pada tiga aspek struktur
kepriadian manusia tersebut di atas, tetapi aliran ini lebih menekankan
ego sangat penting sebagai pusat kepribadian manusia, yang tidak hanya
berfungsi merealisasikan dorongan yang muncul tetapi dengan egonya
manusia akan lebih rasional, dan bertanggung jawab atas perilaku
intelektual dan sosialnya.
b. Pandangan Humanistik
Carl Rogers yang merupakan tokoh utama aliran ini menolak
pendapat psikoanalitik yang berpendapat bahwa manusia tidak rasional,
Rogers lebih menekankan bahwa manusia mempunyai dorongan terhadap
dirinya sendiri untuk berperilaku positif. Dalam pandangan ini
disebutkan bahwa manusia bersifat rasional dan tersosialisasikan, serta
mampu menentukan sendiri nasibnya, termasuk mengontrol dan
mengatur dirinya sendiri. Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia
akan mengarahkan dirinya sendiri menjadi individu yang positif, menjadi
masyarakat yang terbebas dari kecemasan. Sedangkan Adler berpendapat
bahwa perilaku individu tidak serta merta digerakkan atas dasar untuk
kepuasannya sendiri, namun lebih banyak didasarkan pada tanggung
jawab sosial dan dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Pandangan Martin Buber
Aliran yang berkembang pada tahun 1961 ini berpendapat bahwa
manusia yakni suatu keberadaannya berpotensi, tetapi dihadapkan pada
kesemestaan yang mengontrol potensi perkembangan manusia. Manusia
menjadi pusat ketakterdugaan dunia, karena manusia mengandung
kemungkinan baik dan buruk yang keduanya akan berkembang secara tak
terduga.
d. Pandangan Behavioristik
Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku manusia adalah reaksi
dan adaptasi dari lingkungan sekitarnya, sehingga tingkah laku manusia
sepenuhnya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Pada
kelahirannya bersifat netral, perkembangan kepribadian individu
sepenuhnya tergantung pada lingkungan. Aliran ini sama sekali tidak
menghargai potensi yang dimiliki individu dan mengingkari adanya
kemauan individu.
2.2.3 Sifat Hakikat Manusia (Menurut Islam)

Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat
(QS. al-Hijr, 15: 29). Manusia juga merupakan satu-satunya mahluk yang
mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya
ayat al-Qur‟an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai
aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk
menyebut manusia. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
sempurna dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan,
seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun keadaannya,
manusia tidak pernah sama dengan hewan. Dalam konsepsi Islam, manusia
merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material
(jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya).

2.3 Dimensi Hakikat Manusia

2.3.1 Pengertian Dimensi Hakikat Manusia

Ditilik dari segi lain, manusia ternyata memiliki dimensi-dimensi yang


menjadi cakupan khusus atas terhubungnya manusia dengan masyarakat,
lingkungan, dirinya sendiri dan Allah Swt., dimensi-dimensi tersebut
meliputi:

a. Dimensi Keindividualan
Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang, sesuatu
yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini sebenarnya telah
memiliki potensi. Potensi yang dimaksud sama seperti yang
dikemukakan oleh Gardner, bahwa manusia memiliki tujuh kecerdasan,
yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan
spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intra personal (Campbel, dkk., 2006: 2-3).
Kecerdasan-kecerdasan ini yang selanjutnya kita sebut sebagai potensi
tentu saja tidak sama dimiliki oleh setiap individu. Ada individu yang
memiliki kelebihan dalam hal kebahasaan, tetapi kurang pintar dalam hal
musik, ada individu yang lebih pintar matematika, tetapi tidak pintar
tentang kebahasaan. Oleh karena itu, setiap individu tidak boleh
diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat berbeda dengan yang lain atau
menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di
muka bumi ini.
Memang benar bahwa tidak ada manusia yang identik dengan
manusia lain di atas permukaan bumi ini. Bahkan, anak yang terlahir
kembar pun pada hakikatnya tidak memiliki karakter yang persis sama.
Dengan kata lain, masing-masing ingin mempertahankan kekhasannya
sendiri. Kekhasan yang dimaksud ini seperti kekhasan dalam cita-cita,
cara belajar, cara menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara
berinteraksi dengan orang lain. Karena adanya kekhasan yang dimiliki
oleh setiap manusia ini, dalam proses pembelajaran kekhasan ini tentu
harus diperhatikan oleh peserta didik. Tenaga pendidik tidak dapat boleh
memaksakan kehendaknya kepada kepada subjek didik.
b. Dimensi Kesosialan
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya,
mereka dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga penjara
merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia
karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya
dorongan bergaul itu secara mutlak.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap
orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam
interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari
orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain
untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di
dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan
memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
c. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak
cukup hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian
susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan sering digunakan
istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan
kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang
lain dan dikatakan tidak beretika dan tidak bermoral, sedangkan tidak
sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang
lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya
mengakibatkan ketidaksenangan orang lain.
d. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan
agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan
pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di
sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
2.3.1 Pengertian Dimensi Hakikat Manusia (Menurut Pandangan Islam)

Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu:

a. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)


Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada
Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak
disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak
terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah
Bayyinah: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan
agama yang lurus …,” (QS:98:5). Dalam surah adz- Dzariyat Allah
menjelaskan: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyembah Aku.” (QS51:56). Dengan demikian manusia
sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu
melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha
Allah.
b. Manusia Sebagai al- Nas
Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al- nas. Konsep
al- nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya
manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia
membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang-pasangan
seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’, “Hai sekalian manusia,
bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari
pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan)
namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS:4:1).
Selanjutnya dalam surah al- Hujurat dijelaskan: “Hai manusia
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS: 49:13). Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya membutuhkan
manusia dan hal lain di luar dirinya.
c. Manusia Sebagai khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam
surah alBaqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada
para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi.” Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (QS:2: 30).
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu
merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya
manusia diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut
sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan.10 Sebagai khalifah
di bumi manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam
(bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung
jawab terhadap kelestarian alam ini.
d. Manusia Sebagai Bani Adam
Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai
keterangan dalam al- Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia adalah
keturunan Adam. Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan
kepada nilainilai kemanusiaan yang menitikbertakan pembinaan
hubungan persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa
semua manusia berasal dari keturunan yang sama.
Dalam surah al- A’raf dijelaskan: “Hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapamu dari surga, …” (QS : 7; 26-27).
Dengan demikian manusia dengan latar belakang sosial kultural,
agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama, dan
harus diperlakukan dengan sama.
e. Manusia Sebagai al- Insan
Manusia disebut al- insan dalam al- Qur’an mengacu pada potensi
yang diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan
berbicara (QS:55:4), kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui
proses tertentu (QS:6:4-5), dan lain-lain. Namun selain memiliki potensi
positif ini, manusia sebagai al- insan juga mempunyai kecenderungan
berprilaku negatif (lupa). Misalnya dijelaskan dalam surah Hud: “Dan
jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu
kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih.” (QS: 11:9).
f. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis
manusia terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa
tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain manusia adalah makhluk
jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum makhluk
biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan, serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada
akhirnya mengalami kematian.
Dalam al- Qur’an surah alMu’minūn dijelaskan: “Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami jadikan
saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu menjadi
segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.”(QS: 23: 12-14).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Bersosialisasi merupakan


upaya diri dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Ada sifat dan beberapa
potensi yang membuat manusia jauh berbeda dari makhluk ciptaan Allah Swt.
lainnya terlebih-lebih daripada binatang. Akan tetapi, manusia bisa saja disamakan
dengan binatang apabila ia tidak memanfaatkan potensi-potensi yang diberikan oleh
Allah Swt..

Untuk memanfaatkan potensi tersebut, maka manusia memiliki sifat dan


dimensi yang menjadi poin penting dalam Hakikat kehidupan, seperti, kemampuan
menyadari diri, kemampuan bereksistensi, kata hati (Consicience Of Man), moral,
kewajiban dan hak, kemampuan menghayati kebahagiaan, kebebasan serta
kewajiban dan hak. Sama halnya juga dengan dimensi hakikat manusia yang
meliputi dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan dan
dimensi keagaaman.

3.2 Saran

Dari makalah ini, penulis menyarankan untuk benar-benar memahami maksud


dan tujuan dari hakikat manusia. Sebab dari memahami maka kita akan mulai
menyadari pula bahwa kehadiran manusia sebagai makhluk Tuhan / hamba Allah
Swt. diciptakan dengan seistimewa mungkin hingga dianggap jauh berbeda dari
makhluk ciptaan lainya terutama binatang. Lakukanlah hal-hal yang bermanfaat
guna memperlihatkan masing-masing potensi yang telah dimiliki, sebab sebagai
makhluk sosial, kita tidak dapat hidup sendiri hingga sangat dianjurkan pula untuk
siap bersikap saling menolong di saat manusia yang lain memerlukan pertolongan.

Untuk kedepannya dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk


dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih
dalam tentang Hakikat Manusia baik menurut para ahli maupun menurut islam.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2020. Hakikat Manusia dan Pengembanganya.


[Online]https://www.journalpapers.org/2020/07/hakikat-manusia-dan-
pengembangannya.html
(Diakses pada 17 Agustus 2021)

AMV, Kazuma, 2018. Makalah hakikat manusia dan pengembangannya.

[Online]https://www.academia.edu/37309635/
Makalah_hakikat_manusia_dan_pengembangannya
(Diakses pada 17 Agustus 2021)
Anshory, Ichshan dan Ima Wahyu Putri Utama, 2018. Pengantar Pendidikan.
[Online] http://eprints.umm.ac.id/45722/20/Anshory%20Utami%20-%2-
Pengantar%20Pendidikan.pdf
(Diakses pada 17 Agustus 2021)
Firdaus, Herman, 2017. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,
dan Dinamikanya.
[Online] https://www.blogbarabai.com/2017/11/dimensi-dimensi-hakikat-
manusia-serta.html?m=1
(Diakses pada 17 Agustus 2021)

Khasinah, Siti, 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat.
[Online] https://media.neliti.com/media/publications/82677-ID-hakikat-
manusia-menurut-pandangan-islam.pdf
(Diakses pada 18 Agustus 2021)
Sumantri, Muhammad S. Hakikat Manusia dan Pendidikan.
[Online] http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-M1.pdf
(Diakses pada 17 Agustus 2021)

Studinews, 2019. Pengembangan Hakikan dan Defenisinya (Pembahasan Terlengkap)


[Online] https://www.studinews.co.id/pengertian-hakikat-dan-definisinya/
(Diakses pada 18 Agustus 2021)
Pilihan Ganda

1. Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya kemudian


membedakan dengan makhluk yang lain, sehingga dapat dianggap sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna. Kelebihan tersebut adalah karena
manusia memiliki …
a. Hati
b. Jantung
c. Tubuh yang sempurna
d. Akal & Pikiran
e. Pasangan

Keterangan : d. Akal & Pikiran : akal dan pikiran adalah kelebihan yang dimiliki
oleh manusia yang membedakannya dengan makhluk yang lain.

2. Disamping sebagai makhluk berpikir atau homosapiens dengan kemampuan


pikiranya juga manusia disebut sebagai makhluk …
a. Individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya dan makhluk religius/
makhluk bermoral.
b. Berakal, makhluk sempurna, dan makhluk berpasangan.
c. Homosapiens
d. Makhluk yang sempurna
e. Makhluk yang cerdas

Keterangan : a. Individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya dan makhluk


religius/ makhluk bermoral : Dengan akalnya manusia dapat mengenal dan
menerima berbagai konsep dan norma untuk mengatur kehidupannya, disamping
sebagai makhluk berpikir atau homosapiens dengan kemampuan pikiranya juga
manusia disebut sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya
dan makhluk religius/ makhluk bermoral.
3. Kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, Kata hati, Moral,
Kewajiban & hak dan kemampuan menghayati kebahagiaan adalah wujud sifat
hakekat manusia yang dikemukakan oleh paham …
a. Individualisme
b. Satanic
c. Eksistensialisme
d. Komunisme
e. Radikalisme

Keterangan : c. Eksistenialisme : Paham Eksistensialisma mengemukakan


bahwa wujud sifat hakekat manusia yaitu kemampuan menyadari diri,
kemampuan bereksistensi, Kata hati, Moral, Kewajiban & hak dan kemampuan
menghayati kebahagiaan

4. Pengertian sifat hakekat manusia pada aliran Psikoanalitik di pelopori oleh …


a. Sigmun Freud
b. Soekarno
c. Megawati
d. Carl Rogers
e. Alucard

Keterangan : a. Sigmun Freud : Sigmund Freud sebagai pelopor aliran ini


mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu id, ego
dan super ego

5. Pelopor pada aliran Psikoanalitik mengemukakan bahwa struktur manusia


terdiri dari 3 komponen, yaitu …
a. Id, Ego dan Super Ego
b. Id, Nick dan Tier
c. Alter Ego, Super Ego dan Ego
d. Akal, Pikiran dan Mental
e. Hati, Moral dan Perilaku
Keterangan : a. Id, Ego dan Super Ego : Sigmund Freud sebagai pelopor aliran
ini mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu id,
ego dan super ego

6. Pada aliran Psikoanalitik tahapan selanjutnya muncul aliran …


a. Satanic
b. Komunis
c. Liberal
d. Demokrasi
e. Neoanalitik

Keterangan : e. Neoanalitik : Tahapan berikutnya muncul aliran neonalitik yang


tetap berpegang pada tiga aspek struktur kepriadian manusia, tetapi aliran ini
lebih menekankan ego sangat penting sebagai pusat kepribadian manusia.

7. Aliran Neoanalitik menekankan 1 komponen dari 3 struktur manusia pada aliran


Psikoanalitik sebagai pusat kendali kepribadian manusia yaitu …
a. Ego
b. Super Ego
c. Id
d. Ego dan Super Ego
e. Alter Ego
Keterangan : a. Ego : aliran ini lebih menekankan ego sangat penting sebagai
pusat kepribadian manusia.

8. Seseorang yang merupakan tokoh utama aliran yang menolak pendapat


psikoanalitik adalah …
a. Carl Rogers dari aliran Neoanalitik
b. Baphomet dari aliran Satanic
c. Henk Sneevliet dari aliran Komunism
d. Adolf Hitler dari aliran NAZI
e. Carl Rogers dari aliran Humanistik
Keterangan : e. Carl Rogers dari aliran Humanistik : Carl Rogers yang
merupakan tokoh utama aliran ini menolak pendapat psikoanalitik yang
berpendapat bahwa manusia tidak rasional, Rogers lebih menekankan bahwa
manusia mempunyai dorongan terhadap dirinya sendiri untuk berperilaku
positif.

9. Disebutkan bahwa manusia bersifat rasional dan tersosialisasikan, serta mampu


menentukan sendiri nasibnya, termasuk mengontrol dan mengatur dirinya
sendiri merupakan pandangan dari aliran …
a. Komunis
b. Humanistik
c. Neoanalitik
d. Psikoanalitik
e. NAZI

Keterangan : b. Humanistik : Dalam pandangan ini disebutkan bahwa manusia


bersifat rasional dan tersosialisasikan, serta mampu menentukan sendiri
nasibnya, termasuk mengontrol dan mengatur dirinya sendiri.

10. Manusia menjadi pusat ketakterdugaan dunia, karena manusia mengandung


kemungkinan baik dan buruk yang keduanya akan berkembang secara tak
terduga. Pendapat tersebut merupakan pandangan dari …
a. Martin Buber
b. Carl rogers
c. Adolf Hitler
d. Henk Sneevliet
e. Megawati

Keterangan : a. Martin Buber : Aliran yang berkembang pada tahun 1961 ini
berpendapat bahwa manusia yakni suatu keberadaannya berpotensi, tetapi
dihadapkan pada kesemestaan yang mengontrol potensi perkembangan manusia.
11. Aliran yang sama sekali tidak menghargai potensi yang dimiliki individu dan
mengingkari adanya kemauan individu adalah aliran …
a. Humanistik
b. Neoanalitik
c. Behavioristik
d. Psikoanalitik
e. Satanic

Keterangan : c. Behavioristik : Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku


manusia adalah reaksi dan adaptasi dari lingkungan sekitarnya, sehingga tingkah
laku manusia sepenuhnya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Pada kelahirannya bersifat netral, perkembangan kepribadian individu
sepenuhnya tergantung pada lingkungan

12. Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo memaparkan wujud sifat hakekat manusia
(yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham atau aliran …
a. Behavioristik
b. Psikoanalitik
c. Neoanalitik
d. Humanistik
e. Eksistensialisme

Keterangan : e. Eksistensialisme : Wujud sifat hakekat manusia yang di


paparkan oleh Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo merupakan pandangan dari
aliran eksistensialisme

13. Yang sering juga disebut etika adalah wujud sifat hakekat manusia dari …
a. Moral
b. Kata Hati
c. Tanggung Jawab
d. Kebebasan
e. Berkesistensi
Keterangan : a. Moral : Moral (juga disebut sebagai etika) adalah perbuatan
sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik
manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi
(luhur).

14. “Manusia yang menghargai kebahagiaan adalah pribadi manusia yang


menghayati segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia mengahayati
kebahagiaannya apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung jawab,
mempunyai pandangan hidup dan keyakinaan hidup yang kukuh dan bertekat
untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.” Merupakan pandangan dari …
a. Carl Rogers
b. Umar Tirtahardja
c. Max Scheler
d. S.L.La Sulo
e. Megawati
Keterangan : c. Max Scheler : Max Scheler dari aliran eksistensialisme

15. Belajar melihat prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi
kreatif seja dari masa kanak-kanak merupakan bentuk pembinaan dari
kemampuan …
a. Kewajiban dan Hak
b. Kemampuan menghayati kebahagiaan
c. Moral
d. Kata Hati
e. Bereksistensi
Keterangan : e. Bereksistensi : Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui
pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya,
mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari
sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
16. Kompleksi dan uniknya masalah manusia adaalah berawal dari kesadaran akan
keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya dan perlunya pengkajia
hakekat manusia yang terutama adalah…
a. Agama dan Subsansi
b. Berkomonikasi luas
c. Mendalami pengetahuan
d. Bertanya tentang hakekat manusia
e. Semua benar

Keterangan : a Agama dan Subsansi : Agama dan subsansi menusia perlu


mencoba mendekati agama sebagai solusinya.

17. Bagaimana supaya setiap manusia memiliki esensi dan hakekatnya…


a. Meninta orang yang ahli untuk mengatur dirinya
b. Dengan memahami dirinya sediri
c. Mebiarkan waktu yang mengatur segalanya
d. Belajar untuk menyesuaikan
e. Menunggu waktu yang tepat untuk mendapatkannya

Keterangan : b. Dengan memahami diri sendiri : Jika tidak dilakukan, manusia


akan kehilangan kendali dan keliru dalam memahami dirinya, karena sekali lagi,
hanya Tuhan yang mengetahui secara pasti esensi dan hakekat manusia.

18. Menurut Ahmad Tafsir, salah satu keunikan manusia adalah…


a. Selalu ingin bisa dan menang
b. Memberi tanpa meminta
c. Keinginanya untuk mengetahiu dirinya sendiri
d. Menyukai dan ingin disukai
e. Berjumpa pasti berpisah

Keterangan : c. Keinginan untuk mengetahiu dirinya sendiri : Manusia


sepanjang masa mencari jawaban tentang siapa manusia itu, Jawaban dari
pertanyaan itu bersifat subjektif karena manusia sendiri yang menjawab
pertanyaan itu.

19. Manusia demikian kata Plato (427-347), terdiri dari tiga bagian yaitu…
a. Kepala, dada, dan perut
b. Mata, hidung, dan rambut
c. Tangan, kaki kiri, dan kaki kanan
d. Jari tangan, Jari kaki, dan telapak tangan
e. Semua benar

Keterangan : a. Kepala, dada, dan perut : Yaitu untuk mengaitkan jiwa yang
terkait dengan akal, kehendak, dan nafsu

20. Dari bagian akal, kepala, dan naafsu, di kata Plato (427-347) dari terdiri tiga
bagian adalah…
a. Emosi, sabar, dan rendah hati
b. Kebijaksanaan, keberanian, dan etika
c. Mengalah, putus asa, dan pemberani
d. Sederhana, rolyal, dan tidak peduli
e. Semua benar

Keterangan : b. Kebijaksanaan, keberania, dan etika : Akal mencita-citakan


Kebijaksanaan, kehentak mencita-citakan Keberaniaan, dan nafsu harus
dikendalikan sehingga Etika, dapat ditegakkan.

21. Pada bagian lain plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen
yaitu…
a. Nalar, indra, perasa
b. Penenang, emosi, ladar
c. Roh, nafsu dan, rasio
d. Penglihatan,
e. Penebak

Keterangan : c. Roh, nafsu dan, rasio : Dalam operasinya, dia mengendalikan


roh itu sebagai kuda putih yang mnerik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang
dikendarai oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju kereta.

22. Rene Descartes (1596-1650) adalah…


a. Filosof Perancis
b. Prof Prancis
c. Ilmuan Prancis
d. Dr. Prancis
e. King Prancis

Keterangan : a. Filosof Prancis : Manusia dalam pandangannya adalah mahluk


yang rasional. Dalam diri manusia terdapat intraksi yang konstan antara pikiran
dan badan. Selama pikiran didalam badan, terkait dengan otak melalui sebuah
organ otak yang dinamakannya kelenjar otak, dimana intraksi konstan
berlangsung antara ruh dan materi yang jelas dalam pandangannya manusia
kemampuan untuk bangkit mengatasi kebutuhan-kebutuhan badan dan bertindak
secara rasional.

23. John Locke (1623-1704) adalah seorang filosof berkebangsaan…


a. Prancis
b. Amerika
c. Belanda
d. Rusia
e. Inggris

Keterangan : e. Inggris : Beliau adalah pencetus teori tabula rasa. Beliau


mengatakan bahawa jiwa manusia itu saat dilahirkan ibarat kertas bersih
(istilahnya meja lilin), kemudian di isi dengan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dalam hidupnya.

24. Siapakah penulis buku The Studi Of Man, yang menceritakan tentang filosof
manusia untuk menambah bahasan tentang Filosop Hakekat Manusia dan
wawasan nya…
a. Prof Antropoligi Prof. Dr. Ralph Linton.
b. Prof Ady mutalib
c. Prof Ari yono
d. Prof John locke
e. Prof Ipul
Keterangan : a. Prof Antropoligi Prof. Dr. Ralph Linton. : Tujuan beliau menulis
buku ini adalah untuk menambah wawasan seseorang tentang kehidupan nya dan
mengetahui siapa dirinya sendiri.

25. Pandangan Allah tentang manusia bisa kita telusuri melalui al-Quran sebagai
firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad pada abad ke…
a. 10 abad silam.
b. 11 abad silam.
c. 12 abad silam.
d. 13 abad silam.
e. 14 abad silam.

Keterangan : b. 14 abad silam : Tak bisa dipungkiri bahwa yang tau meja, baju,
atau benda lainnya dalam pengertian yang sebenarnya adalah orang yang
membuat meja, baju atau benda. benda yang lainnya. Intinya yang mengetahui
hakikat sesuatu adalah penciptanya sendiri. Dengan demikian yang mengetahui
hakikat manusia sebenarnya hanyalah Tuhan dalam hal ini Allah SWT.
Pandangan Allah tentang manusia bisa kita telusuri melalui al-Quran sebagai
firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad 14 abad silam.

26. Quraish Shihab (1996:278-279) mengatakan bahwa ada tiga kata yang
digunakan al-Qur`an untuk menunjuk manusia yaitu…
a. Insan, basyar dan, bani Adam
b. Quraishm, Shihab dan unas
c. Nas, mam dan zuriyah
d. Bani Adam, zuriyah Adam dan, Shihab
e. Jin, hamba sahaya dan, budak

Keterangan : a. Insan, basyar dan, bani Adam : (1) insan, ins, dan nas atau unas,
(2) basyar, dan (3) bani Adam dan zuriyah Adam. Istilah insan terambil dari kata
uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Istilah ini, menurut Quraish
Shihab (2000:280), lebih tepat dibandingkan dengan pendapat yang mengatakan
bahwa insan terambil dari kata nasiya yang berarti lupa atau nasa yang berarti
guncang. Dalam al-Qur`an kata insan sering juga dihadapkan dengan kata jin
atau jan, yaitu makhluk yang tidak tampak. Kata insan, demikian Quraish
Shihab, dalam al-Qur`an digunakan untuk menunjuk manusia sebagai totalitas
(jiwa dan raga).

27. Manurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya
berarti…
a. Ladar
b. Indra
c. Kebijaksanaan
d. Penampakan
e. Keajaiban

Keterangan : d. Penampakan : penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari


akar kata yang sama muncul kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai
basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Di
bagian lain dari alQur`an disebutkan bahwa kata basyar digunakan untuk
menunjukkan proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap
sehingga mencapai kedewasaan. Di sini tampak bahwa kata basyar dikaitkan
dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu
memikul tanggung jawab, sebab itu pula tugas kekhalifahan dipikulkan kepada
basyar seperti dijelaskan dalam alQur`an surat Al-Hijr ayat 28-29. Adapun
istilah Bani Adam dan Zuriyah Adam maksudnya ialah manusia itu adalah
turunan Adam.

28. Al-Qur`an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi
(pola dasar). Fithrah karena merupakan pola dasar (atau sifat-sifat ashli) maka
fitrah itu baru akan memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah ditumbuh
kembangkan secara optimal. Fithrah manusia yang pertama yaitu…
a. Fitrah Jasmani
b. Fithrah Ruhani
c. Fitrah Nafs
d. Fitrah Akal
e. Semua benar

Keterangan : a. Fitrah Jasmani : Pertama, Fitrah Jasmani. Fitrah ini merupakan


aspek biologis yang dipersiapkan sebagai wadah dari fitrah ruhani. Ia memiliki
arti bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan proses biologisnya. Daya
ini disebut dengand daya hidup. Daya hidup kendatipun sifatnya abstrak tetapi ia
belum mampu menggerakan tingkah laku. Tingkah laku baru terwujud jika fitrah
jasmani ini telah ditempati fitrah ruhani. Proses ini terjadi pada manusia ketika
berusia empat bulan dalam kandungan (pada saat yang sama berkembang fithrah
nafs). Oleh karena natur fithrah jasmani inilah maka ia tidak mampu
bereksistensi dengan sendirinya.

29. Al-Qur`an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi
(pola dasar). Fithrah karena merupakan pola dasar (atau sifat-sifat ashli) maka
fitrah itu baru akan memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah ditumbuh
kembangkan secara optimal. Fithrah manusia yang kedua yaitu…
a. Fithrah Jasmani
b. Fithrah Ruhani
c. Fitrah Nafs
d. Fitrah Akal
e. Semua benar

Keterangan : b. Fithrah Ruhani : Kedua, Fithrah Ruhani. Fithrah ini merupakan


aspek psikis manusia. Aspek ini tercipta dari alam amar Allah yang sifatnya
Gaib. Ia diciptakan untuk menjadi substansi dan esensi pribadi manusia.
Eksistensinya tidak hanya di alam imateri, tetapi juga di alam materi (Setelah
bergabung dengan jasmani), sehingga ia lebih dahulu dan lebih abadi adanya
dari pada fithrah jasmani. Naturnya suci dan mengejar pada dimensi-dimensi
spiritual tanpa memperdulikan dimensi material. Ia mampu bereksistensi
meskipun tempatnya di dunia abstrak, selanjutnya akan menjadi tingkah laku
aktual jika fithrah ini menyatu dengan fihtrah jasmani.

30. Al-Qur`an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi
(pola dasar). Fithrah karena merupakan pola dasar (atau sifat-sifat ashli) maka
fitrah itu baru akan memiliki arti bagi kehidupan manusia setelah ditumbuh
kembangkan secara optimal. Fithrah manusia yang ketiga yaitu…
a. Fithrah Jasmani
b. Fithrah Ruhani
c. Fitrah Nafs
d. Fitrah Akal
e. Semua benar

Keterangan : c. Fitrah Nafs : Ketiga, Fitrah Nafs. Fitrah ini merupakan aspek
psiko-fisik manusia. Aspek ini merupakan panduan integral (totalitas manusia)
antara fithrah jasmani (biologis) dengan fithrah ruhani (psikologis), sehingga
dinamakan psikofisik. Ia memiliki tiga komponen pokok, yaitu kalbu, akal dan
nafsu yang saling berinteraksi dan mewujud dalam bentuk kepribadian. Hanya
saja, ada salah satu yang lebih dominan dari ketidanya. Fithrah ini diciptakan
untuk mengakrualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia
di alam arwah.

Anda mungkin juga menyukai