Disusun Oleh :
A. Fathoni
Dosen Pembimbing :
Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat
limpahan Rahmat dan PetunjukNya. Penulis dapat menyelesaikan proposal dalam
rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Seminar Proposal”.
Dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca agar proposal ini lebih baik dan dapat
meningkatkan pengetahuan bagi kita semua.
Terima kasih dan semoga proposal ini memberikan manfaat positif bagi
pembaca.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
iii
OUTLINE SKRIPSI
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH
BOJONEGORO
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Penegasan Judul
E. Tujuan Penulisan
F. Manfaat Penulisan
G. Metode Pembahasan
H. Sistematika Pembahasan
A. Konsep Pendidikan
B. Karakter Siswa
iv
C. Implementasi Konsep Pendidikan Paulo Freire dalam Pembentukan
Karakter Siswa
A. Metodologi Penelitian
2. Penyajian Data
3. Analisa Data
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
v
BAB I
PENDAHULUAN
manusia akan menjadi manusia karena pendidikan, atau dengan kata lain
Sesuai halnya dengan teori tabularasa yang dikemukakan oleh John Lock
bahwa manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu goresan apapun.
Manusia sangat berpotensi berkarakter baik dan tidak baik itu dapat di
pengaruhi dari luar terutama dari orang tua. Pengaruh baik dan buruk tersebut
akan terus mengiringi kehidupan insan dan karakter yang terbentuk tergantung
mana yang dominan memberi pengaruh. Jika pengaruh baik lebih dominan dari
pengaruh buruk, maka seseorang akan berkrakter baik, begitu pula sebaliknya.3
1
Umiarso Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam perspektif Barat dan Timur (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2011), h. 7.
2
A. Weherno Susanto, Pendidikan dan Peningkatan Martabat Manusia (Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel Malang, Juli-September, 1995), h. 36.
3
Rosdiana, Muzakkir, Fitrah Perspektf Hadis dan Implikasinya terhadap Konsep Pendidikan
Islam Mengenai Perkembangan Manusia, Jurnal Al-Musannif. Vol. 1, No. 2. 2019 (Juli-
Dwsember), h. 103.
1
2
memiliki pengetahuan yang diisikan kepada peserta didik, peserta didik adalah
wadah dalam proses belajar, peserta didik sebagai obyek. Sangat jelas dalam
sistem tersebut tidak terjadi komunikasi yang sebenarnya antara pendidik dan
Oleh sebab itu, Paulo Freire menawarkan suatu konsep pendidikan yang
berorientasi pada proses pembebasan manusia guna mencapai fitrahnya
sebagai manusia yang berpikir dan menentukan tindakannya sendiri. Gagasan
tentang pendidikannya tersebut merupakan respon atas apa yang ia alami dan
ia temukan dalam realitas kehidupan masyarakat disekitarnya.9
7
Umiarso Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam perspektif Barat dan Timur (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2011), h. 7.
8
Umiarso Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam perspektif Barat dan Timur (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2011), h. 7.
9
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2016), h. 11-12.
10
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2016), h. 11-12.
4
baik sosial, ekonomi, maupun politik, kemudian mengambil tindakan atas apa
yang ia pahami Selain menjelaskan lebih jauh menyangkut kesadaran kritis, hal
yang tidak kalah penting dalam konsep pendidikan Paulo Freire adalah konsep
pendidikan dialogis.
termanifestasi secar riil. Alhasil, takkan ada kesempatan bagi peserta didik
salah satu prasyarat guna melapangkan jalan menuju terciptanya individu dan
mendasar yang kiranya perlu segera diatasi adalah terkait sentralisasi peran
merupakan cara belajar yang menempatkan guru sebagai aktor dominan dalam
Inti dari pendidikan yang diajukan oleh Paulo Freire yaitu pendidikan
sebagai hal agar metode dan penguasaan materi pembelajaran dapat sesuai
moral yang terjadi, dengan catatan bahwa dalam proses penerapannya pun
perlu adanya komitmen, sistematis dan berkelanjutan dari berbagai pihak, baik
orang tua maupun pihak sekolah agar pendidikan karakter yang diberikan
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah diharapkan dapat dibawa dan dibina
berkelanjutan diharapkan krisis moral yang terjadi di negeri ini dapat segera
11
Umiarso Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam perspektif Barat dan Timur (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2011), h. 8.
6
potensi peserta didik. Kehadiran seorang pendidik juga tidak tergantikan oleh
jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi baik di dalam kelas maupun
diluar kelas. Guru kelas memiliki peranan penting sebagai kunci utama dalam
berinteraksi langsung dengan peserta didik serta memiliki waktu interaksi yang
cukup banyak dengan peserta didik dibandingkan dengan guru bidang studi.
Terkait fakta yang terjadi, ditemukan masih ada pendidik yang ketika dalam
halnya “sistem bank”. Paulo Freire membawa konsep pendidikan yang disebut
“pendidikan hadap masalah”. Jadi konsep ini pendidik dan peserta didik
bersamasama menjdi subyek dan disatukan oleh obyek yang sama. Tidak ada
lagi yang memikirkan dan yang tinggal menelan, tetapi mereka berpikir secara
12
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 82.
7
pendidik.
Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi pendidik karena tidak semua
pendidik memiliki kompotensi tersebut. Selain itu, pendidik juga dituntut
untuk siap dalam melaksanakan tugas dalam waktu yang relative singkat.
Terutama untuk merubah pendidik dari yang asalnya hanya bertugas untuk
mengajar sementara dalam konsep yang ingin diterapkan pendidik harus
mampu mengarahkan peserta didik untuk aktif, produktif, kreatif dan berfikir
kritis.13
B. Rumusan Masalah
C. Penegasan Judul
13
Farida Alawiyah, “Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013”, Jurnal Info Singkat
Kesejahtraan Sosial: Kajian Singkat Terhadap isu-isu Terpilih vol. 6 no. 15 Agustus (2014), h.
10.
8
skripsi agar tidak ada kesalah pahaman bagi pembaca dalam memahami
yaitu:
dari peristiwa konkret : satu istilah dapat mengandung dua hal yang
berbeda. Gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di
luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain.
transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses
dari nilai-nilai kehidupan. Jika dilihat dari salah satu aspek tujuan
14
Arief, Z. A. (2012). Pendidikan Yang Membebaskan. Jurnal Teknologi Pendidikan. 1(1), 11-
19.
9
Karakter Siswa.
E. Tujuan Penulisan
Freire.
karakter siswa.
F. Manfaat Penulisan
penelitian berikutnya
11
a. Guru
b. Peserta Didik
c. Sekolah
d. Bagi Peneliti
Bojonegoro
selanjutnya
G. Metode Pembahasan
1. Metode induktif
memakai logika.
masing fakta khusus menjadi sebuah konsep baru yang lebih umum.
2. Metode dekdutif
17
Purwanto, pendekatan induktif,2017,h.3
13
yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam suatu
antar variable yang timbul perbedaan anatar fakta yang ada serta
menuju ke hal yang sifatnya lebih khusus melalui logika yang benar.18
18
https:www.smadwiwarna.sch.id,pendekatan-induktif-dan-deduktif.
14
sifatnya umum.
H. Sistematika Pembahasan
beberapa bab yang meliputi sub-sub yang menjadi bagian skripsi, untuk
bawah ini :
Pembahasan
Bab III Metode dan laporan hasil penelitian, pada metode penelitian
dan jenis data, teknik analisa data, dan penulis akan membahas laporan
Kemudian bagian akhir dari skripsi ini adalah daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
I. Metodologi Penelitian
meliputi :
Berupa kata kata dan tindakan yang dapat penulis melalui buku
BAB II
KAJIAN TEORI
awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
membimbing anak.21
pekerti, pikiran dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik
tumbuh. Kedua, berasal dari kata rabiya yarbi yang artinya tumbuh dan
berkembang. Ketiga, berasal dari kata “rabba yarubbu yang artinya
memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin, menjaga, dan
memelihara.”24
firman Allah SWT: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses
nilai-nilai kehidupan. Jika dilihat dari salah satu aspek tujuan pendidikan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Bagi dirinya, sistem pendidikan yang ada sama sekali tidak berpihak pada
akhirnya keluarga nya pun ikut merasakan kejatuhan finansial yang begitu
hebat. Semenjak itulah Freire sudah mulai terbiasa dengan kemiskinan dan
tengah kemiskinan. Sehingga pada saat itu Freire yang berumur sebelas
26
Mansyur, 2014, h. 64
27
Freire, 2007, h. 10.
20
hidupnya kepada rakyat miskin, ia tak ingin ada anak yang mengalami
masing. Maka dari itu tidaklah boleh suatu pendidikan hidup di tengah-
Inti dari bentuk pendidikan yang diajukan oleh Paulo freire adalah
emansipasi kultural.
tekanan penguasa.”32
baik guru maupun murid. Dalam dialog itu masing-masing bukan hanya
31
Muh.idris,Pengaruh terhadap pemikiran paulo freire
32
Paul Suparno, Relevansi dan Reorientasi Pendidikan di Indonesia, Basis, No.01-02 Tahun ke
50 Januari Februari, 2001, h. 26
22
Dalam dialog juga hak asasi manusia dihargai dan tidak dimatikan demi
karenanya perlu diisi. Dalam proses semacam ini murid tidak lebih
sebagai gudang yang tidak kreatif sama sekali. Murid dianggap berada
manusia.
murid adalah celengannya dan guru adalah penabungnya. Dalam hal ini
diulangi dengan patuh oleh murid. Ruang gerak yang disediakan untuk
menyimpan.
33
Muhammad Hanif Dakhiri, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan, (Jakarta: Djambatan Pena,
2000), h. 47
23
perbuatan gurunya.
kebebasan murid.
10) Guru adalah subjek dalam proses belajar, murid hanyalah objek
belaka.34
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa guru yang menjadi pusat
segalanya. Bagi murid, guru sebagai prototipe manusia ideal yang harus
ditiru dan diteladani dalam semua hal. Konsep pendidikan ini sangat
34
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk, (Jakarta: LP3ES,
2000), h. 51-52
24
samping itu mengurangi dan menghapuskan daya kreasi pada murid serta
tetapi belajar akan menjadi valid bila siswa belajar untuk belajar (learn to
yang diajarkan. Maka jelas bahwa mengajar adalah “tindakan kreatif dan
dengan bibliografi yang telah kita baca, dan juga bidang studi secara
35
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, h. 52
36
Paulo Freire, Pedagogy Pengharapan, Penerjemah Tim Penerbit Kanisius,
(Yogyakarta:Kanisius, 2001), h. 81
37
Paul Suparno, Relevansi dan Reorientasi Pendidikan di Indonesia, Basis, No.01-02 Tahun ke
50 Januari Februari, 2001, h. 25
25
segi kemanusiaan dan demokrasi dan bahwa setiap murid pada dasarnya
dapat berlaku aktif, mampu berbuat dan bertanggung jawab, serta mampu
B. Pendidikan “Hadap-Masalah”
38
Paulo Freire, Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah
Agung Prihantoro, dkk, (Yogyakarta:Read bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2000)
39
Pedagogi Hati, h. 110
40
Pedagogi Pengharapan, h. 28
26
dimuka bumi. Berikut adalah konsep pendidikan melek huruf Freire yang
sendiri.
41
Pedagogi Pengharapan, h. 29
42
Pedagogi Hati, h. 115
27
baik bagi muridnya. Adapun posisi realitas dunia menjadi medium atau
lebih baik. Demikian seterusnya proses daur ulang tindakan dan pikiran
subjek, maka terciptalah suasana dialogis yang bersifat inter subjek untuk
Islam, “kesadaran” jiwa (nafs) berasal dari kata “Sudr” yang berarti dada
atau “qalb” (hati), yaitu pengetahuan tentang al-Haq, tentang dirinya dan
keberadaannya dimuka bumi ini yang dapat disentuh oleh nafs yang suci.
manusia).
43
Pedagogi Hati, h. 109-110
44
DR. Mukhtar Sholihin, DR. Rosihan Anwar, h. 41
29
dariyang nyata. Situasi yang ada tidak akan abadi dan tidak menjadi
lebih unggul dari dunia atau sejarah. Dan yang nyata bukan hanya
objek akal adalah segala sesuatu yang ada (realitas), dimana semua esensi
tidak terhalang untuk dicerna oleh akal, kecuali akal sendiri yang
realitas objektif.
suatu situasi dan kekuatan refleksi untuk ikut dalam sejarah. 45Suatu
alam idealita dan realita. Dalam pandangan Iqbal, idealita dan realita
tuhan.47
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
45
DR. Mukhtar Sholihin, DR. Rosihan Anwar, h. 135
46
DR. Mukhtar Sholihin, DR. Rosihan Anwar, h. 136
47
Istilah berasal dari tim kerja Freire di Brasil (read Dennis Collin, h. 114).
31
ditransformasi.
48
Hassan Hanafi, Islamologi 3: dari Teosentris ke Antroposentris. (Yogyakarta: LkiS, 2004) Cet.
I, h. 10.
32
manusia”.49
sebagai aksi kultural untuk dominasi dan hegemoni dan sebagai medium
Paulo Freire. Jika pendidikan seperti yang digagas Freire itu dalam
Pendidikan Multikultural.
aliran agama.51
objek penindasan mereka. Dan adik kelas hanya dapat membisu dan tak
mereka dalam posisi sebagai penguasa. Hal tersebut jelas sekali bahwa
terjadi.
budaya. Artinya, pendidikan itu hak bagi seluruh warga negara Indonesia
54
Zainiyati, 2007, h. 137
55
Arifudin,pendidikan multicultural,2007, h. 3
36
toleransi inilah tidak akan ada lagi kelompok yang menjadi penguasa dan
memilih dari segala jenis keragaman budaya yang ada. Namun, harus
56
Sunarto, 2013, h. 46
37
mandiri, aktif, kritis, kreatif dan tanggung jawab. Maka sejalan dengan
dan bertanggung jawab. Jadi, apa yang menjadi tujuan pendidikan yaitu
B. Pembentukan Karakter
1. Pengertian Karakter
57
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 152
38
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain baik tabiat
maupun watak.58
ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini
Oleh karena itu Pendidikan karakter secara lebih luas dapat diartikan
bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan
sekali.
Hal ini terbukti bahwa standar kelulusan untuk tingkat sekolah dasar
hasil Ujian Nasional dari pada hasil evaluasi secara menyeluruh terhadap
hanya bisa dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam
berkesinambungan.
40
dinilai dengan tes formatif atau sumatif yang dinyatakan dalam skor.
disepanjang hayatnya.
Oleh karena itu tentu tidak ada alat evaluasi yang tepat dan serta
development).
development).
Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan
olahrasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki saling
61
Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas, h. 9
41
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan
62
Kementerian Pendidikan Nasional,2010,h.4
63
Mahmud,Pendidikan karakter, 2017,h.27
64
Mahmud,Pendidikan Karkter,2017.h.27
42
agar mampu menjadi diri sendiri serta warga masyarakat maupun bangsa
yang baik.
membangun karakter
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
didik
Kemendiknas tersebut,
sebagai berikut:67
karakter kurikulum 2013 perlu mendapat apresiasi yang baik. Apalagi jika
45
hidupnya.
peserta didik.
68
Kemendikbud,urgensi pendidikan karakter kurikulum,2013
46
dan mahir dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, akan tetapi
Bahkan dewasa ini juga banyak pakar bidang moral dan agama
kertas (teori) serta dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena
karakter pada diri mereka, orang-orang tersebut mati dan diam seperti
ilmu pengerahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
Pendidikan Karakter.
dikembangkan.
antara lain :
karakter bangsa.
bangsa,yang religious.
persahabatan.70
70
Kemendiknas,pendidikan karakter kurikulum,2013
71
Kemendiknas,pendidikan karakter kurikulum,2013
50
hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga dididik oleh manusia
yang lain”, begitu kata Immanuel Kant. Artinya bahwa, pendidikan dan
manusia dengan Tuhannya, nilai karakter yang harus ada terhadap sesama
fungsinya di dunia ini sampai pada akhirnya tercipta suatu kehidupan yang
aman dan damai serta sarat akan makna tanpa adanya tindakan yang hanya
72
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), h. 270.
51
dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela sebagai
yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji, semuanya
yang diterimanya.
misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah
jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada
seseorang yaitu:
baru, logika baru, arah baru, dan lensa baru dalam cara memandang
berbagai masalah.
73
Quraish Shihab, Membumikan Al- Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h. 56.
74
Anis Matta, Membentuk Karakter Cara Islam, http://keyanaku.hlogspot.com
dalam google.com. diakses pada tanggal 1 Mei 2014 18
53
Karakter Siswa
transformatif kritis.
75
Ratna Megawati, Membangun SDM Indonesia Melalui Pendekatan Holistik
Berbasis Karakter h. l
76
Fitri,Pendidikan karakter.h.35
54
positif seperti salam, senyum, dan sapa setiap hari saat anak dating dan
pulang sekolah.
d. Pemberian contoh/teladan.
penting demi masa depan anak bangsa, Oleh karenanya banyak sekolah-
seharusnya manusia menjaga dirinya dari prilaku keji, yang semua itu
77
Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’an, second edition, (Minneapolis: Bibliotheca
Islamica, 1994), h. 28-31
55
tatanan sosial ataupun keterlibatan individu dalam realita yang ada. Pada
BAB III
A. Metode Penelitian
57
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati”.80
merupakan suatu bentuk yang masih mentah yang belum dapat bercerita
banyak sehingga perlu diolah lebih lanjut melalui suatu model untuk
menghasilkan informasi”.81
a. Sumber Data
1) Data primer
2 Orang tua peserta didik, serta hasil dari observasi yang dilakukan
2) Data Sekunder
82
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 84
83
Vina Herviani, "Tinjauan Atas Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pada Young
Enterpreneur Academy Indonesia Bandung", Jurnal Riset Akuntansi, Vol.8, No.2, (Oktober
2016), h. 23.
59
b. Jenis Data
Dalam hal ini Peneliti menjadi alat pengumpul data yang utama.
adanya serta mencatat segala hal dan fenomena yang menjadi temuan
peneliti.
sekunder”.84
84
Syofian Siregar, Statistik Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2017), h. 39.
60
penelitian ini.
a. Observasi
ini peneliti akan melakukan observasi pada siswa dan siswi serta guru
85
Ditha Prasanti, "Penggunaan Media Komunikasi Bagi Remaja Perempuan Dalam Pencarian
Informasi Kesehatan", Jurnal Lontar, Vol.6, No.1, (Januari-Juni, 2018), h. 17.
61
b. Wawancara
upaya memperoleh data yang tepat dan akurat dan sumber data yang
tepat. Sasaran dalam wawancara ini adalah Kepala Sekolah, Guru, dan
Tabel 3.1
Narasumber Penelitian
86
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfaeta, 2018), h. 114.
62
c. Dokumentasi
87
Moleong Lexy J., Metodologi, h. 4.
63
dahulu guna menghasilkan informasi yang jelas. Teknik ini terdiri dari
berikut :
Data Data
Collection Display
88
Nuning Indah Pratiwi, "Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi Komunikas", Jurnal
Ilmiah Dinamika Sosial, Vol.1, No. 2, (Agustus 2017), Hal 215-216.
64
Data
Reduction
Data
Drawaing/Verifying
MIM 12 SUMURAGUNG..
Kesimpulan)
bahwa:
bagian yang sangat penting, untuk mengetahui kebenaran data dan hasil
triangulasi dalam pengumpulan data maka data yang akan di peroleh akan
lebih konsisten, sehingga menjadi suatu data yang valid dan dapat di
Kepala
Sekolah
Wawancara Guru
Mendalam
Orang Tua
90
67
Observasi Partisipatif
Wawancara
Sumber Data
Mendalam
Dokumentasi
yang sangat penting untuk mengetahui kebenaran data dan hasil penelitian
dalam pengumpulan data maka data yang diperoleh akan lebih konsisten
oleh Drs.HAIBAN,HS.
pembelajaran KBM.
1. Nama : MI MUHAMMADIYAH 12
2. NPSN : 60718145
3. NSM : 111235220086
4. Status MI : Swasta
6. Desa : Sumuragung
7. Kecamatan : Sumberrejo
69
8. Kabupaten : Bojonegoro
15. Akreditasi : B
VII/2023
Sunnah.
Tabel 3.1
Qolbi
4/12/2013
2 Ainun Nuzula Bojonegoro, P 4B
Azzahra 7/10/2013
3 Albi Abbasy Fachry Bojonegoro, L 4A
Niko 21/12/2013
4 Amira Al Mumtazah Bojonegoro, P 4B
4/8/2013
5 Aninda Nathania Bojonegoro, P 4A
Nahda 21/12/2013
6 Annisa Salsabilla Bojonegoro, P 4B
17/01/2014
7 Chelsea Almira Bojonegoro, P 4B
Ramadhani 11/7/2013
8 Citra Kirana Syach Bojonegoro, P 4A
Hari 14/05/2014
9 Elenia Putri Nur Bojonegoro, P 4B
Jannah 31/01/2014
10 Fathin An Nisa' Bojonegoro, P 4B
29/05/2014
11 Gusti Rafhael Tuban, L 4B
Devickal Prasraya 24/12/2013
12 Hafidz Aldan Bojonegoro, L 4B
Azqalana 18/10/2013
13 Hafif Zuhdi Alawi Bojonegoro, L 4B
16/01/2014
14 Iftina Assyabiya Bojonegoro, P 4A
Rafifa 15/01/2014
15 Jihan Talita Zahrani Bojonegoro, P 4A
7/6/2013
16 Khalisa Shidqia Bojonegoro, P 4A
Qurrotaa`Yun 29/05/2014
17 Kiana Adistya Bojonegoro, P 4B
Necolea Khanza 29/04/2014
18 Lena Alviana Zahra Bojonegoro, P 4A
30/09/2013
72
Tabel 3.2
No Kelompok L P Total
1 4A 8 10 18
73
2 4B 5 10 15
3 Jumlah 4A, 4B 13 20 33
Gambar 3.4
Bagan Struktur Organisasi
KETUA YAYASAN
Retno Eni Lustiyowati
PESERTA DIDIK
Tabel 3.5
Jumlah Kondisi
No Jenis Ruangan Ruangan Baik Rusak Rusak
75
Ringan Berat
1 Ruang Kelas 10 10
2 Ruang Kantor 1 1
3 Aula 1 1
4 Gudang 1 1
Tabel 3.6
Infrastruktur
Kondisi
No Jenis Ruangan Jumlah Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 Pagar Depan 1 1
2 Tiang Bendera 1 1
3 Bak Sampah 10 10 1
4 Tempat Cuci Tangan 4 4
Tabel 3.7
Kondisi
No Jenis Ruangan Jumlah Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 KM/WC Peserta Didik 3 3
2 KM/WC Guru 1 1
Tabel 3.7
Tabel 3.8
2. Penyajian Data
DAFTAR PUSTAKA
Umiarso Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam perspektif Barat dan Timur
(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), h. 7.
A. Weherno Susanto, Pendidikan dan Peningkatan Martabat Manusia (Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel Malang, Juli-September, 1995), h. 36.
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2016), h. 11-
12.
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2016), h. 11-
12.