Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA DAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Pengantar Pendidikan

Yang diampu oleh :

Dr. Warni Tune Sumar, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
kelompok II
MIRANDA OLII (131423004)
NURLISA S. AMANTULU ( 131423019)

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAR NEGERI GORONTALO
TAHUN 2022/2023

1
Kata pengantar

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tugas makalah ini.

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas . Selain itu, penulis berharap dengan
adanya penulisan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca
dan juga penulis

Terwujudnya makalah ini tentu berkat bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan
itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima
saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 12 September 2023

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian hakikat manusia
2.2 aspek-aspek hakikat manusia
2.3 hubungan manusia dan pendidikan
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Antara manusia satu dengan manusia
lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok demi mencapai kepentingan
serta tujuan yang sama. Bersosialisasi merupakan upaya diri dalam beradaptasi dengan
lingkungan sosial. Kemampuan bersosialiasi dengan lingkungan sosial akan mempengaruhi
proses kehidupan selanjutnya. Sikap sosial yang baik dapat menciptakan kerukunan,
kenyamanan, dan ketentraman di Negara. Sikap sosial yang baik juga bisa digunakan untuk
memecahkan masalah. Oleh sebab itu, jiwa sosial pada anak harus ditanamkan dan dipupuk sejak
dini. Sumber daya manusia merupakan aset nasional dan sebagai modal dasar dalam
mewujudkan pembangunan bangsa. Untuk menggali dan mengembangkan potensi tersebut,
diperlukan jasa yaitu Pendidikan.

Pendidikan merupakan upaya yang digunakan untuk memperoleh dan mengembangkan


pengetahuan, kemampuan, dan tingkah laku. Oleh karena itu proses pendidikan harus dilakukan
dengan benar karena sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pembentukan karakter manusia. Pendidikan juga memegang peranan penting dalam kehidupan
bernegara. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal
1 ayat 1 (Made Pidarta, 2007:10-11) memuat “Pendidikan 2 sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat,
bangsa, dan negara”. Salah satu aspek penting penunjang keberhasilan dalam pendidikan adalah
sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual adalah sikap yang menyangkut moral yang
mampu memberikan pemahaman untuk membedakan sesuatu yang benar dan yang salah
berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME. Sedangkan sikap sosial adalah sikap
yang menyangkut kehidupan sosial sebagai bentuk interaksi siswa dengan alam, lingkungan
sekolah dan lingkungan sekitar

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hakekat Manusia?
2. Jelaskan Aspek-Aspek Hakekat Manusia!
3. Jelaskan Tentang Hubungan Manusia Dengan Pendidikan!

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Dari Hakikat Manusia!
2. Mengetahui Aspek-Aspek Hakikat Manusia!
3. Mengetahui Tentang Hubungan Manusia Dengan Pendidikan!

1.4 Manfaat
1. Dapat Memahami Pengertian Dan Berbagai Aspek Hakikat Manusia, Baik Dalam
Keadaan Aktualitasnya, Posibilitasnya Dan Idealitasnya.
2. Dapat Memahami Aplikasi Berbagai Aspek Hakikat Manusia Terhadap Pendidikan,
Antara Lain Berkenaan Dengan Permasalahan Tentang Mengapa Manusia Perlu Didik
Dan Mendidik Diri, Mengapa Manusia Mungkin Atau Dapat Dididik, Serta Makna
Pendidikan Dalam Kaitannya Dengan Martabat Dan Hak Asasi Manusia.
3. Dapat Mengembangkan Wawasan Kependidikan Anda, Yang Pada Akhirnya Akan
Berfungsi Sebagai Asumsi Dalam Rangka Praktik Pendidikan Maupun Studi Pendidikan
Lebih Lanjut.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian hakekat manusia

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala


sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal
vang ada di lhuar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan
waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari
melalui berbugai pendekatan (comumon sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbugai
sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).Dalam kehidupannya yang
ril manusia menunjukkan keragaman dalam berbugai hal, baik tampilan fisiknya, strata
sosialnya, kebiasaannya, bahkan sebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang
manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan
studinya.Contoh: manusia adalah animal rasional, animal svmbolicum, homo feber, homo
sapiens, homo sicius, dan sebagainya. Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas
metafisika, lebih spesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropobgi
berupaya mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang
manusia, berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya
menemukan karakteristik yang secara prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari
makhluk lainnya.
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang manusia, hal
ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;

1. Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang,


karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu
turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)
2. Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai binatang
beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
3. Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat
yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the

6
animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon
politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
4. Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang mampu
mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup
serta dapat menyelidiki makna eksistensi insani (Endang Saifudin, dalam Muhaimin,
1993;31)
5. Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq” (manusia
adalah hewan yang berbahasa)

2.2 Aspek-Aspek Hakekat Manusia


1. Manusia sebagai makhluk Tuhan
Pernyataan "Manusia sebagai makhluk Tuhan" mencerminkan keyakinan agama yang
umumnya dijumpai dalam banyak kepercayaan agama di seluruh dunia. Keyakinan ini
menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan atau entitas ilahi yang lebih tinggi. Namun,
peran dan makna manusia sebagai makhluk Tuhan dapat berbeda-beda antara agama-agama yang
berbeda. Berikut adalah beberapa cara pandang yang umum terhadap peran manusia dalam
berbagai agama
1. Kristen
Dalam agama Kristen, manusia dianggap sebagai makhluk ciptaan Allah. Manusia
diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya, dan mereka memiliki tanggung jawab moral untuk
mengikuti ajaran-ajaran-Nya. Kristiani percaya bahwa Tuhan mengasihi manusia dan mengirim
Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia.
2. Islam
Dalam Islam, manusia dianggap sebagai khalifah (pengganti) Allah di muka bumi.
Manusia memiliki tanggung jawab untuk mematuhi perintah Allah dan menjalankan tugas-tugas
agama, seperti beribadah dan berlaku adil. Islam mengajarkan bahwa manusia harus hidup sesuai
dengan ajaran-ajaran Al-Quran dan mengikuti sunnah (tindakan) Nabi Muhammad SAW.

7
3. Hinduisme
Dalam Hinduisme, pandangan tentang manusia beragam karena agama ini memiliki
banyak aliran dan kepercayaan yang berbeda. Namun, umumnya, manusia dianggap sebagai
bagian dari Brahma (asal mula ilahi) dan memiliki potensi untuk mencapai pencerahan spiritual
melalui reinkarnasi dan karma.
4. Buddha
Dalam agama Buddha, manusia dianggap sebagai makhluk yang dapat mencapai
pencerahan dan kebijaksanaan melalui meditasi dan pemahaman akan Sempurna Kebenaran.
Manusia dianggap memiliki potensi untuk mengatasi penderitaan dan mencapai Nirwana.
5. Yahudi
Dalam agama Yahudi, manusia dianggap sebagai ciptaan Allah yang memiliki tanggung
jawab moral dan etika. Mereka diberikan hukum Taurat sebagai pedoman dalam hidup mereka.
Pandangan ini hanya mencakup beberapa contoh dan terdapat banyak agama dan
kepercayaan lainnya di seluruh dunia yang memiliki pandangan yang berbeda tentang peran
manusia sebagai makhluk Tuhan. Ini adalah topik yang sangat mendalam dan kompleks yang
sering menjadi pusat diskusi dalam studi agama dan filsafat.

2. Manusia sebagai kesatuan Badan-Roh


a) Materialisme
Materialisme adalah suatu pandangan filosofis yang mengemukakan bahwa hanya materi
atau dunia fisik yang ada, dan segala aspek realitas dapat dijelaskan dalam kerangka materi dan
fenomena fisik. Dalam pandangan materialis, tidak ada entitas atau kekuatan non-materi, seperti
roh, jiwa, atau realitas spiritual. Materialisme meyakini bahwa segala fenomena dan peristiwa,
termasuk pemikiran, perasaan, dan kesadaran manusia, dapat dijelaskan oleh hukum-hukum
fisika dan kimia serta interaksi materi. Berikut adalah beberapa karakteristik utama materialisme:

1. Reduksionisme
Materialisme seringkali dikaitkan dengan reduksionisme, yang mengklaim bahwa
fenomena yang lebih kompleks dan abstrak dapat direduksi menjadi entitas atau fenomena yang
lebih sederhana dan materi. Misalnya, pikiran dan kesadaran manusia dapat dijelaskan sebagai
hasil dari interaksi neuron-neuron dalam otak.

8
2. Determinisme
Materialisme cenderung mendukung pandangan deterministik bahwa semua peristiwa
dan tindakan di dunia dapat dinyatakan dalam kerangka hukum alam dan menyatakan bahwa
semua tindakan manusia, termasuk pilihan dan keputusan, adalah hasil dari faktor-faktor materi
yang ada.
Skeptisisme Terhadap Hal Non-fisik: Materialisme bersifat skeptis terhadap konsep-
konsep non-fisik seperti roh, jiwa, kehidupan setelah kematian, atau realitas spiritual. Pandangan
ini seringkali bertentangan dengan pandangan agama dan spiritualitas.
Metode Ilmiah: Materialisme umumnya berpegang pada metode ilmiah sebagai cara
terbaik untuk mendekati penjelasan tentang realitas. Ia menganggap observasi, pengukuran, dan
eksperimen sebagai alat utama untuk memahami dunia.
Materialisme adalah salah satu pandangan ontologis yang berbeda dalam filsafat, dan
terdapat berbagai aliran dalam materialisme, seperti materialisme dialektis, materialisme ilmiah,
dan sebagainya. Materialisme juga telah menjadi dasar untuk perkembangan ilmu pengetahuan
modern, terutama dalam fisika, kimia, dan biologi, yang berusaha menjelaskan fenomena-
fenomena alam dengan menggunakan kerangka materi dan hukum-hukum fisika. Namun,
pandangan materialisme juga telah menjadi subjek perdebatan dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan, dan terdapat berbagai pandangan alternatif tentang sifat realitas.
b) Idealisme
Idealisme adalah pandangan filosofis yang mengemukakan bahwa realitas yang paling
fundamental adalah ide atau pemikiran, bukan materi atau dunia fisik. Dalam pandangan ini, ide,
konsep, atau pemikiran dianggap sebagai entitas yang lebih mendasar daripada objek fisik.
Idealisme menyatakan bahwa dunia fisik dan materi adalah manifestasi atau hasil dari pemikiran
atau ide.
c) Dualisme
Dualisme adalah pandangan filosofis yang mengemukakan bahwa ada dua substansi atau
jenis eksistensi yang mendasar dalam realitas, yaitu materi (badan fisik) dan roh atau jiwa
(entitas non-fisik atau spiritual). Pandangan dualistik berpendapat bahwa materi dan roh
memiliki sifat-sifat yang berbeda dan ada secara terpisah, meskipun keduanya saling berinteraksi
dalam kehidupan manusia.

9
3.Manusia sebagai makhluk Individu
Pandangan bahwa manusia adalah makhluk individu mengacu pada keyakinan bahwa
setiap individu manusia memiliki eksistensi, identitas, dan otonomi yang unik. Pandangan ini
menekankan pentingnya individu sebagai entitas yang berbeda dan terpisah dari individu lainnya,
dengan kemampuan untuk memiliki pemikiran, perasaan, kehendak, dan pengalaman yang unik.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari pandangan manusia sebagai makhluk individu:
a) Identitas Unik
Pandangan ini menganggap setiap individu sebagai entitas dengan identitas unik.
Identitas ini mencakup karakteristik fisik, emosional, intelektual, dan spiritual yang membedakan
satu individu dari yang lain. Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan sejarah
hidup yang unik.
b) Otonomi
Manusia dianggap memiliki otonomi atau kebebasan untuk membuat keputusan dan
tindakan mereka sendiri. Mereka memiliki kemampuan untuk memilih, bertindak sesuai dengan
nilai-nilai dan tujuan pribadi mereka, dan memiliki kendali atas hidup mereka sendiri.
c) Pemikiran dan Kesadaran
Manusia dianggap memiliki kemampuan untuk berpikir, merenung, dan memiliki
kesadaran tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Mereka dapat merenungkan
makna hidup, mengejar pengetahuan, dan memiliki pengalaman mental yang unik.
d) Kebebasan Moral
Pandangan ini menekankan tanggung jawab moral individu. Manusia dianggap memiliki
kemampuan untuk memahami apa yang benar dan salah, serta untuk membuat keputusan moral
dan etis berdasarkan nilai-nilai pribadi dan prinsip-prinsip.
e) Hubungan Sosial
Meskipun individu dianggap sebagai entitas unik, mereka juga terlibat dalam hubungan
sosial dengan individu lainnya. Interaksi dengan orang lain adalah bagian penting dari kehidupan
manusia, dan hal ini membentuk dinamika sosial dan budaya

10
f) Pencarian Makna
Manusia sering mencari makna dalam hidup mereka sebagai individu. Mereka mencari
tujuan, kebahagiaan, dan pemenuhan dalam kehidupan mereka, serta mencari pemahaman
tentang tujuan eksistensi mereka sebagai individu
Pandangan manusia sebagai makhluk individu memainkan peran penting dalam filsafat,
psikologi, sosiologi, dan berbagai bidang ilmu lainnya. Ini juga memiliki implikasi penting
dalam konteks hak asasi manusia, karena menekankan pentingnya menghormati dan melindungi
kebebasan dan otonomi individu. Namun, pandangan ini juga dapat berdampak pada masalah
isolasi atau egoisme jika tidak diimbangi dengan pemahaman tentang hubungan sosial dan
tanggung jawab kolektif.

4. Manusia sebagai makhluk sosial


Pandangan manusia sebagai makhluk sosial mencerminkan keyakinan bahwa manusia
secara alami cenderung untuk hidup dalam masyarakat dan memiliki hubungan sosial yang
penting dalam kehidupan mereka. Pandangan ini menekankan peran interaksi sosial, kerjasama,
dan ketergantungan antara individu dalam membentuk identitas, nilai-nilai, dan pengalaman
manusia. Berikut adalah beberapa aspek penting dari pandangan manusia sebagai makhluk
sosial:
a) Ketergantungan Sosial
Pandangan ini mengakui bahwa manusia sangat bergantung pada orang lain dalam
berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal,
dan perlindungan. Ketergantungan ini mendorong manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.
b) Pembentukan Identitas
Manusia sering membentuk identitas pribadi mereka melalui interaksi sosial. Nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan bahasa yang dipelajari dari lingkungan sosial mereka memainkan peran
penting dalam membentuk siapa mereka sebagai individu.
d) Kerjasama dan Solidaritas
Hidup dalam masyarakat mengharuskan manusia untuk bekerja sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama, berbagi sumber daya, dan menjaga keamanan dan kesejahteraan
bersama. Pandangan ini menekankan pentingnya kerjasama dan solidaritas sosial.

11
e) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dan norma-norma sosial memengaruhi perilaku dan pandangan hidup
individu. Manusia belajar dan mengadopsi norma-norma sosial, etika, dan aturan yang mengatur
interaksi mereka dengan anggota masyarakat lainnya.
f) Pengembangan Kemampuan Sosial
Interaksi sosial membantu manusia mengembangkan kemampuan sosial seperti empati,
komunikasi, kerjasama, dan pemahaman terhadap orang lain. Kemampuan ini penting dalam
membangun hubungan dan berkontribusi pada kehidupan sosial yang sehat.
g) Pencarian Kebergantungan Emosional
Manusia juga mencari hubungan emosional dan koneksi sosial sebagai sumber dukungan
emosional dan kebahagiaan. Hubungan sosial yang kuat dapat memberikan dukungan dalam
mengatasi tantangan kehidupan.
Pandangan manusia sebagai makhluk sosial menjadi dasar bagi banyak teori sosial dan
ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi sosial, dan antropologi sosial. Ini juga memiliki implikasi
dalam konteks politik dan hukum, karena menekankan pentingnya hak asasi manusia, keadilan
sosial, dan tanggung jawab sosial.
Meskipun manusia secara alami sosial, penting untuk diingat bahwa individu juga
memiliki kebutuhan untuk privasi dan kemandirian. Pandangan manusia sebagai makhluk sosial
tidak meniadakan pentingnya identitas individu atau hak-hak individu, tetapi mengakui bahwa
interaksi sosial adalah bagian penting dari pengalaman manusia dan berperan dalam
pembentukan individu tersebut.

5. Manusia sebagai makhluk Berbudaya


pandangan manusia sebagai makhluk berbudaya mencerminkan keyakinan bahwa budaya
adalah aspek yang mendasar dalam kehidupan manusia. Budaya mencakup sistem nilai, norma,
bahasa, keyakinan, adat istiadat, dan praktik yang dibagikan oleh kelompok manusia tertentu.
Pandangan ini menekankan peran budaya dalam membentuk perilaku, pemikiran, dan identitas
manusia. Berikut adalah beberapa aspek penting dari pandangan manusia sebagai makhluk
berbudaya:

12
a) Pembentukan Identitas
Budaya memainkan peran penting dalam membentuk identitas individu. Individu sering
mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok budaya tertentu dan mengadopsi nilai-nilai,
norma, dan bahasa kelompok tersebut sebagai bagian dari identitas mereka.
b) Pengaruh Lingkungan Sosial
Budaya adalah produk dari interaksi manusia dalam lingkungan sosial mereka. Nilai-
nilai dan norma budaya dipengaruhi oleh sejarah, geografi, agama, dan pengalaman kolektif
kelompok tersebut.
c) Komunikasi dan Bahasa
Bahasa adalah salah satu aspek paling mencolok dari budaya. Melalui bahasa, manusia
dapat berkomunikasi, menyampaikan pemikiran, menyimpan pengetahuan, dan mentransmisikan
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
d) Warisan dan Tradisi
Budaya mencakup warisan budaya dan tradisi yang dibagikan oleh kelompok manusia.
Ini termasuk seni, musik, sastra, tarian, dan praktik keagamaan yang memberi warna kepada
kehidupan sehari-hari.
e) Perubahan dan Adaptasi
Budaya tidak bersifat statis. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah dan
mengadaptasi budaya mereka sesuai dengan perubahan zaman, teknologi, dan lingkungan.
Proses ini mencerminkan evolusi budaya.
f) Keterkaitan dengan Identitas Kelompok
Budaya seringkali menjadi faktor yang mempersatukan anggota kelompok dan
memberikan rasa identitas. Identitas kelompok dapat menjadi dasar untuk solidaritas sosial dan
kohesi sosial.
g) Pengaruh dalam Pembangunan Masyarakat
Budaya memiliki peran dalam pembangunan masyarakat. Nilai-nilai budaya
memengaruhi norma sosial, kebijakan publik, dan dinamika sosial dalam masyarakat.
Pandangan manusia sebagai makhluk berbudaya mengakui keragaman budaya yang ada
di seluruh dunia. Ini juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman lintas budaya dan toleransi
terhadap perbedaan budaya. Keterbukaan terhadap berbagai budaya dapat membantu
mempromosikan kerjasama internasional, dialog antarbudaya, dan pemahaman yang lebih baik

13
antara kelompok-kelompok manusia yang berbeda. Pandangan ini juga telah menjadi dasar untuk
berbagai bidang studi, seperti antropologi budaya, sosiologi, dan studi budaya, yang berfokus
pada pemahaman dan analisis budaya dalam konteks sosial dan manusia.

6. Manusia sebagai makhluk Susila


Pandangan manusia sebagai makhluk susila mencerminkan keyakinan bahwa manusia
memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengikuti prinsip-prinsip moral dan etika yang benar.
Pandangan ini menekankan pentingnya perilaku yang baik, moralitas, dan integritas dalam
kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa aspek penting dari pandangan manusia sebagai
makhluk susila:

 Kemampuan Moral: Manusia dipandang memiliki kemampuan bawaan untuk


membedakan antara tindakan yang benar dan yang salah, serta memiliki kebebasan untuk
membuat pilihan moral. Mereka memiliki kesadaran akan norma-norma dan nilai-nilai
yang mengatur tindakan mereka.
 Tanggung Jawab Etika: Manusia dianggap memiliki tanggung jawab etika terhadap diri
sendiri dan terhadap masyarakat. Mereka harus bertindak dengan integritas, kejujuran,
dan menghormati hak dan kepentingan orang lain.
 Pertimbangan Terhadap Dampak: Pandangan ini menekankan pentingnya
mempertimbangkan dampak tindakan-tindakan kita terhadap orang lain dan lingkungan.
Manusia diharapkan untuk memikirkan konsekuensi moral dari tindakan mereka.
 Prinsip Moral Universal: Beberapa pandangan yang menganggap manusia sebagai
makhluk susila mungkin mengikuti prinsip-prinsip moral universal yang berlaku untuk
semua manusia, terlepas dari budaya atau agama tertentu. Prinsip-prinsip ini dapat
mencakup nilai-nilai seperti keadilan, empati, dan kasih sayang
 Pengembangan Karakter: Membentuk karakter yang baik dan moral adalah aspek penting
dari pandangan ini. Pendidikan dan pengalaman hidup dianggap sebagai cara untuk
mengembangkan sifat-sifat moral yang positif.
 Pemberdayaan Individu: Manusia dianggap memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan moral secara independen dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

14
Mereka diberdayakan untuk memilih tindakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika
yang benar.
 Hubungan dengan Masyarakat: Tindakan-tindakan manusia juga memiliki dampak pada
masyarakat. Oleh karena itu, manusia diharapkan untuk berperan aktif dalam membangun
masyarakat yang lebih baik dan berkontribusi pada kesejahteraan bersama.

Pandangan manusia sebagai makhluk susila memiliki dampak yang signifikan dalam
berbagai bidang, termasuk etika, hukum, politik, dan pendidikan. Konsep etika dan moralitas
memainkan peran penting dalam membentuk norma-norma sosial dan hukum yang mengatur
perilaku manusia. Selain itu, banyak sistem etika dan agama mempromosikan pandangan ini dan
memberikan pedoman moral bagi individu. Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter
sering dianggap sebagai cara untuk memupuk prinsip-prinsip etika dan moralitas pada generasi
muda.

7. Manusia sebagai makhluk beragama Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan
hidupnya menjadi bermakna. Tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, jelas pula apa
yang menjadi tujuan hidupnya sebagai berikut.
a. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan
supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia
b. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak dapat
dijelaskan: kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telab masuk ke dalam rantai kausalitas
sebagai sumber utama yang bebas kepadanya dunia alam world of nature, sejarah, dan
masyarakat sepenuhnya bergantung serta terus menerus.
c. Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol.
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas
dunia eksternal, mengungkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu
menganalisa masingmasing realita dan peristiwa.
d. Manusia adalah makhluk yang sadar diri Ini berarti bahwa ia adalah satusatunya
makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri, ia mampu mempelajari,
menganalisis, mengetahui, dan menilai dirinya

15
e. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunva ini memisahkan
dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannva di samping Tuhan. Hal ini
menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib semu quasi-minucolous yang memberinya
kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya.
f. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah
puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya.
Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan 9 evolusi manusia. Idealisme tidak
memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada.
g. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai.
Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau
dimana suatu motif yang lebih tinggidari pada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat
discbut ikatan suci.karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk
membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
h. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri,
dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. la
memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih
dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami.

2.3. Hubungan Manusia Dengan Pendidikan


Hubungan antara manusia dan kebutuhan pendidikan sangat erat dan saling
memengaruhi. Pendidikan adalah proses yang penting dalam kehidupan manusia dan memiliki
dampak besar pada perkembangan individu, masyarakat, dan bahkan negara secara keseluruhan
A. Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
1. Manusia sebagai Makhluk yang Belum Selesai Manusia disebut "Homo Sapiens",
artinya makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah
satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu di
sekelilingnya yang belum diketahuinya. Berawal dari rasa ingin tahu maka timbullah
ilmu pengetahuan Dalam hidupnya manusia digerakkan sebagian oleh kebutuhan
untuk mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam
masyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan-kemampuan, tetapi juga
mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga tidak hanya nempunyai sifat-sifat

16
yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat yang kurang baik.Manusia tidak mampu
menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di dunia bukan pula sebagai hasil
evolusi 10 tanpa Pencipta sebagaimana diyakini penganut Evolusionisme, melainkan
sebagai ciptaan Tuhan. telah dikemukakan dalam kegiatan belajar satu bahwa sebagai
kesatuan badanirohani manusia memiliki historisitas dan hidup bertujuan. Oleh
karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya (misal ia berada karena
diciptakan Tuhan, lahir ke dunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga memerlukan
bantuan orang tuanya atau orang lain, dan seterusnya), serta sekaligus menjangkau
masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan
hidup.perkembangan, dan pengembangan diri. la adalah manusia, tetapi sekaligus
"belum selesai" mewujudkan diri sebagai manusia.
2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia Sejak kelahirannya manusia
memang adalah manusia, tetapi ia tidak secara otomatis menjadi manusia dalam arti
dapat memenuhi berbagai aspek hakikat manusia.Sebagai individu atau pribadi,
manusia bersifat otonom, ia bebus menentukan pilihannya ingin menjadi apa atau
menjadi siapa di masa depannya. Sebagai pribadi setiap orang memang otonom, ia
bebas menentukan pilihannya, tetapi bahwa bebas itu selalu berarti terikat pada nilai-
gilai tertentu yang menjadi pilihannya dan dengan kebebasannya itulah seseorang
pribadi waib bertanggung jawab serta akan disnintai pertanggungjawaban. Oleh sebab
itu, tiada makna lain bahwa berada sebagai manusia adalah mengemban tugas dan
mempunyai tujuan untuk menjadi manusia, atau bertugas mewujudkan berbagai aspek
hakikat manusia. Berbagai aspek hakikat manusia pada dasarnya adalah potensi yang
harus diwujudkan setiap orang. Oleh sebab itu, berbagai aspek hakikat manusia
merupakan sosok manusia ideal, merupakan gambaran manusia yang dicitacitakan
atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia ideal tersebut belum terwujud melainkan
harus diupayakan untuk diwujudkan.
3. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka Manusia dilahirkan ke dunia dengan
mengemban suatu keharusan untuk menjadi manusia, ia diciptakan dalam susunan
yang terbaik, dan dibekali berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia. Namun
demikian, dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau
mengandung berbagai kemungkinan. Manusia berkembang sesuai kodrat dan

17
martabat kemanusiaannya atau mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia
berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kodrat dan
martabat kemanusiaannya. Kemampuan berbicara, dan kemampuan berperilaku
lainnya yang lazim dilakukan manusia yang berkebudayaan, tidak dibawa manusia
sejak kelahirannya. Demikian halnya dengan kesadaran akan tujuan hidupnya,
kemampuan untuk hidup sesuai individualitas, sosialitasnya, tidak dibuwa manusia
sejak kelahirannya, melainkan hurus diperoleh manusia melalui belajar. melalui
bantuan berupa pengajaran, bimbingan, latihan, dan kegiatan lainnya yang dapat
dirangkumkan dalam istilah pendidikan Jika sejak kelahirannya perkembangan dan
pengembangan hidup manusia diserahkan kepada dirinya masing-masing tanpa
dididik oleh orang lain, kemungkinannya ia hanya akan hidup berdasarkan dorongan
instingnya saja.
B. Asas-asas Kemungkinan Pendidikan Bagi manusia
1. kegiatan mengetahui merupakan kegiatan yang secara hakiki melekat pada cara
keberadaannya sebagai manusia. Istilahnya dalam filsafat ilmu "hnowing is a mode of
being". Secara kodrati manusia memiliki hasrat untuk mengetahui. Ada yang
hasratnya besar sehingga upaya pencarian pengetahuan sangat tinggi dan tidak kenal
menyerah.Akan tetapi, ada pula yang hasratnya rendah atau biasa-biasa saja sehingga
tidak bermotivasi mencari pengetahuan. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa
semua manusia punya keinginan untuk tahu. Dalam arti sempit pengetahuan hanya
dimiliki makhluk yang bernama manusia. Memang ada yang berpendapat berdasarkan
instingnya, binatang memiliki 'pengetahuan'. Misalnya, setiap binatang tahu akan ada
bahaya yang mengancam dirinya atau ada makanan yang bisa disantap. Seekor
harimau tahu persis apa ada binatang di sekitarnya yang dapat dimangsa. Seekor tikus
juga tahu bahwa di sekitarnya ada kucing yang siap menerkam dirinya sehingga
berdasarkan instingnya dia segera mencari tempat yang aman. Manusia yang
memiliki insting yang kuat. Manusia memiliki pengetahuan yang didasarkan atas
insting sangat terbatas. Oleh karena manusia merupakan satu-satunya makhluk
ciptaan Allah yang diberi akal (kata "agl"tidak kurang dari lima puluh kali disebut
dalam kitab suci al Qur'an) maka ia dapat memperoleh pengetahuan tentang segala
hal. Hebatnya lagi, manusia tidak saja mampu memperoleh pengetahuan yang

18
diperlukan dalam hidupnya, tetapi juga mengembangkannya menjadi beraneka ragam
pengetahuan. Atas dasar studi fenomenologis yang dilakukannya, M.J. Langeveld
(1980) menyatakan bahwa "manusia itu sebagai atimal educandum, dan ia memang
adalah aninal educabile". Jika kita mengacu kepada uraian terdahulu tentang sosok
manusia dalam berbagai dimensinya, ada 5 asas antropologis yang mendasari
kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik atau dapat dididik, yaitu
(1) potensialitas,
(2) dinamika,
(3) individualitas,
(4) sosialitas, dan
(5) moralitas.
1. Asas Potensialitas
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bebagai potensi yang ada pada
manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi untuk itu
memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya, dalam aspek kesusilaan manusia
diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral
yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan atau sosok manusia ideal berkenaan
dengan dimensi moralitas. Apakah manusia dapat atau mungkin dididik untuk mencapai
tujuan tersebut? Jawabannya adalah dapat atau mungkin sebab sebagaimana telah
dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik.
Demikian pula dengan potensipotensi lainnya. Berdasarkan hal itu maka dapat
disimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik karena ia memiliki berbagai potensi
untuk dapat menjadi manusia.
2. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. la selalu
menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah
dicapainya. la berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal baik
dalam rangka interaksi atau komunikasinya secara horizontal (manusia-manusia) maupun
vertikal atau transcendental (manusiaTuhan).Jika ditinjau dari sudut pendidik. pendidikan
dilakukan dalam rangka membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal.
Di pihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi

19
manusia ideal. Oleh karena itu, dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia
akan dapat dididik.
3. Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dar yang
lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginar dirinya sendiri.
Sekalipun ia bergaul dengan sesamanya, ia tetap adalah dirinya sendiri. Sebagai individu
ia tidak pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya Pendidikan
dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka mengaktualisasikan atau
mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan untuk membentuk manusia sebagaimana
kehendak pendidik dengan mengabaikan dimensi individualitas manusia (peserta didik).
Di pihak lain manusia sesuai dengan individualitasnya berupaya untuk mewujudkan
dirinya. Oleh karena itu individualitas manusia mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat didik.
4. Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanva, ia butuh bergaul
dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi
hubungan pengaruh timbal balik. Setiap individu akan menerima pengaruh dari individu
vang lainnya. Kenyataan ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk dapat dididik
sebab upaya bantuan atau pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi
atau komunikasi antarsesama manusia; dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau
pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.
5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan
pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung
jawabnya (aspek moralitas).Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya
dilaksanakan berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk
mewujudkan manusia ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai
dan norma tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya yang diakui. Pendidikan
bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi moralitas karena itu aspek moralitas
memungkinkan manusia untuk dapat didik atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan
mutlak harus dilaksanakan.Jika berbagai asumsi tersebut dingkari, kita harus sampai pada

20
kesimpulan bahwa manusia tidak perlu didik, tidak akan dapat didik karena itu kita tak
perlu melaksanakan pendidikan.

21
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Pengertian hakikat manusia


Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu.
Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal vang
ada di lhuar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri.

Aspek-aspek hakikat manusia


- Manusia sebagai makhluk tuhan
- Manusia sebagai kesatuan badan-roh
- Manusia sebagai makhluk individu
- Manusia sebagai makhluk susila
- Manusia sebagai makhluk beragama dalam keberagamaan

Hubungan manusia dengan pendidikan


- Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
- Asas-asas kemungkinan pendidikan bagi manusia

3.2 SARAN
Manusia tidak terlepas dari ilmu,maka untuk itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang dapat
di terima oleh semua penuntut ilmu,baik dari jenjang yang terkecil yaitu pendidikan anak usia
dini sampai ke jenjang tertinggi yaitu perguruan tinggi.

22
DAFTAR PUSAKA

Oktavia, R. HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN.

Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan.


Jakarta: Universitas Terbuka.

23

Anda mungkin juga menyukai