Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERKEMBANGAN ALAM PIKIR MANUSIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar

Dosen Pegampu : Ir. Lisa Sulistyawati M.M

DISUSUN OLEH :

AKBAR DWI NURRASYID (20042010255)

EGA RIZQITA VITRANI (20042010206)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”

Perkembangan Alam Pikiran Manusia”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Ibu Ir. Lisa Sulistyawati M.M selaku dosen mata kuliah Ilmu Kealaman

Dasar yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk

menyelesaikan tugas ini.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih

terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu,

saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah

yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua

orang khususnya bagi para pembaca. Saya mohon maaf yang sebesar-

besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
BAB 1 ....................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH ................................................................ 5
BAB 2 ....................................................................................................................... 6
2.1 Hakikat Manusia ....................................................................................... 6
2.2 Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu Pengetahuan Alam ................ 10
2.3 Sifat Keingintahuan Manusia.................................................................. 12
2.4 Pengertian Perkembangan dan Sifat ...................................................... 13
2.5 Perkembangan Fisik Manusia ................................................................. 15
2.6 Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia.............................................. 17
2.7 Sejarah Pengetahuan Manusia ............................................................... 19
2.8 Isu yang Berkembang ............................................................................. 25
BAB III .................................................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 28
3.2 Saran ....................................................................................................... 29

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai dari

rangsangan suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu

yang mendorong seseorang untuk mengamati, mempelajari , dan

sebagainya.

Manusia sebagai makhluk hidup yang berpikir dan dibekali rasa ingin

tahu. Rasa ingin tahu inilah yang akan mendorong untuk mengenal dan

memahami tentang alam. Yang mana menyebabkan manusia mendapat

pengetahuan yang lebih baik.

Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling berhasil

dalam persaingan hidup di bumi ini, meski banyak keterbatasan fisik.

Keberhasilan itu disebabkan oleh manusia memilik kemampuan otak yang

lebih baik daripada makhluk hidup lainnya.

Dan dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal

budi dan kemauan keras yang merupakan sifat unik manusia.

Dalam makalah ini akan membahas tentang “Perkembangan Alam

Pikir Manusia”. Bagaimana hakikat dan keingintahuannya, perkembangan

fisik, sifat, dan pikiran manusia, serta bagaimana sejarah pengetahuan

manusia.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa hakikat manusia dan sifat keingintahuannya?

2. Bagaimana sejarah pengetahuan manusia?

3. Bagaimana perkembangan fisik, sifat, dan pikiran manusia?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk memenuhi tugas makalah Ilmu Kealaman Dasar sebagai

salah satu proses perkuliahan.

2. Untuk mengetahui hakikat manusia dan sifat keingintahuannya.

3. Untuk mengetahui sejarah pengetahuan manusia.

4. Untuk mengetahui perkembangan fisik, sifat, dan pikiran manusia.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia

Secara biologis, manusia diklasifikasika sebagai homo sapiens.

Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan hati

nuraninya yang memungkinkan untuk berbuat lebih baik dan bijaksana

untuk dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Akal manusia

bersumber dari otak dan budi yang bersumber pada jiwa. Karena manusia

memiliki akal dan rasa keingintahuan yang besar, maka berkembanglah

ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan manusia juga

berkembang karena adanya tukar menukar informasi antar manusia.

Manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki kelebiihan diantara

makhluk hidup yang lainnya. Diantaranya :

1. Manusia merupakan makhluk berpikir dan bijaksana, tercerminkan

dalam tindakan dan perilakunya terhadap lingkungannya.

2. Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan kebatasan

inderanya.

3. Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik secara lisan

maupun tulisan.

4. Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo sosius) dan berbudaya

(homo humanis).

5. Manusia dapat mengadakan usaha (homo economicus).

6
6. Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (homo religious).

Individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial.

Kewajiban dan hak merupakan indikator bahwa manusia adalah makhluk

sosial. Kehadiran manusia tidak lepas dari asal usul kehidupan alam

semesta.

Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari

teori tentang spesies lain yang telah ada sebelum proses evolusi.

Hakikat manusia terdiri atas aspek sebagai berikut :

 Manusia sebagai Makhluk Tuhan

Manusia merupakan subjek yang memiliki kesadaran dan

penyadaran diri. Karena itu, manusia menyadari keberadaannya

dan mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada

di luar dirinya. Dan juga manusia mampu berpikir tentang diri dan

alam sekitarnya dan tentang pemikirannya. Manusia sebagai

makhluk Tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat

dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukan.

 Manusia sebagai Makhluk Individu

Manusia sebagai individu merupakan kenyataan yang paling riil

dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah salah

satu kesatuan yang tak dapat dibagi, dan memiliki perbedaan

7
dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik dan subjek yang

otonom. Manusia juga sebagai subjek dan tidak sebagai objek.

 Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk individu, tetapi manusia tidak hidup

sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan sesamanya.

Dalam hidup bermasyarakat dan setiap individu menempati

kedudukan tertentu.

Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya huubungan

pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka

idealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu

tidak merupakan hubungan antara subjek dengan objek, melainkan

subjek dengan subjek.

 Manusia sebagai Makhluk Berbudaya

Manusia memiliki inisiatif dan kretif dalam menciptakan

kebudayaan, hidup berbudaya dan membudaya. Kebudayaan

bukan sesuatu yang ada diluar manusia, bahkan hakikatnya

meliputi perbuatan manusia itu sendiri. Kebudayaan tidak bersifat

statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia

mengimplikasikan adanya perubahan dan pembaharuan

kebudayaan.

8
 Manusia sebagai Makhluk Beragama

Aspek beragama merupakan salah satu karakteristik esensial

eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau

keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam

sikap dan perilaku. Manusia mempunyai naluri,nalari, dan nurani.

Dengan adanya nalari, manusia dapat melakukan penalaran

berdasarkan pemikiran yang logis dan analisis. Berbeda dengan

binatang yang hanya mempunyai naluri seperti memperoleh

makanan,berkembang biak,dan mempertahankan diri dari

pemangsa.

 Manusia sebagai Makhluk Susila

Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar

akan diri sendiri dan lingkungan yang mempunyai potensi dan

kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab

dan memiliki potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi

manusia memiliki aspek kesusilaan.

Kebebasan berbuat juga berhubungan dengan norma moral dan nilai

yang moral yang harus dipilih. Manusia memiliki kebebasan

menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada

penilaian moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas

perbuatannya

9
Rasa ingin tahu manusia akan sesuatu terus berkembang

(curiousty), sedangkan makhluk yang lain rasa keingintahuannya

tidak akan berkembang (idle curiousty). Secara sederhana

perkembangan rasa ingin tahu dimulai dari pertanyaan apa atau

“what” tentang sesuatu, lalu dilanjutkan dengan pertanyaan

bagaimana atau “how” dan mengapa atau “why “

2.2 Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam didasari dari rasa keingintahuan. Rasa ingin

tahu tentang benda di sekeliling, alam sekitar, angkasa, bahkan tentang diri

sendiri. Rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Rasa ingin tahu

tidak dimiliki oleh benda-benda mati.

Rasa ingin tahu akan terus berkembang seolah-olah tidak ada

batasnya sehingga menambah pengetahuan kepada manusia itu. Manusia

tidak hanya menambah pengetahuan tentang kebutuhan praktisnya, tetapi

juga hal yang rumit sekalipun. Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang

tinggi dan selalu berkembang.

Makhluk lain seperti hewan atau tumbuhan juga memiliki rasa ingin

tahu tetapi hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan makanannya saja.

Berkembangnya rasa ingin tahu ini dimulai dari pertanyaan dari sesuatu

yang manusia lihat atau amati. Kemampuan berpikir pada manusia

menyebabkan berkembangnya rasa ingin tahu mengenai alam dan

10
sekitarnya. Walaupun sudah ada jawaban terhadap pertanyaannya, pasti

akan ada pertanyaan lanjutan mengenai hal tersebut.

Curiosity merupakan perasaan ingin tahu yang timbul terhadap suatu

hal yang belum manusia dapatkan penjelasan atau jawabannya. Rasa ingin

tahu ini muncul ketika manusia dihadapkan pada fenomena alam yang

dirasakannya dimana fenomena alam sebagai salah satu aspek dari alam

semesta.

Ada 3 aspek dasar yang dimiliki manusia, yaitu aspek kognisi

(pengetahuan), aspek afeksi (pengaturan hasil), dan aspek motorik

(pelaksanaan atau eksekusi). Keingintahuan manusia merupakan emosi

yang dimiliki manusia dalam mendorong terwujudkan perilaku eksplorasi

dan investigasi. Ada beberapa cara agar untuk menciptakan rasa ingin tahu

sehingga dapat menambah pengetahuan, yaitu selalu berpikiran terbuka

merupakan kunci utama agar selalu memiliki rasa ingin tahu; berpikir dua

kali mengenai sesuatu hal dan tetap mencari tahu serta memperhatikan hal-

hal kecil dapat menambah pengetahuan. Banyak membaca dan mencari

informasi juga salah satu cara agar menciptakan rasa ingin tahu.

11
2.3 Sifat Keingintahuan Manusia

Manusia dengan rasa ingin tahunya yang besar dan selalu berusaha

mencari keterangan tentang fenomena alam yang sudah amati. Rasa ingin

tahu manusia terkadang terjawab dengan cara mereka-reka jawaban

manusia itu sendiri. Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan

jaman dan cara berpikir manusia itu sendiri.

Cara meperoleh sains semu (pseudo sains) antara lain

1. Mitos

2. Wahyu

3. Otoritas dan tradisi

4. Prasangka

5. Intuisi

6. Penemuan kebetulan

7. Cara-coba-ralat

Pada zaman Yunani (600-200 SM) terjadi pola pikir yang lebih maju dari

pola pkir mitos. Dimana terjadinya penggabungan antara pengamatan,

pengalaman dan akal sehat, logika atau rasional.

Manusia dengan rasa keingintahuannya selalu mencari jawaban

atas fenomena yang terjadi,terkadang jawaban tidak logis namun mudah

diterima oleh manusia awam. Pengetahuan baru terkadang muncul dari

kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Mitos

dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat

12
ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan kemajuan zaman,

maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode.

Berbagai cara dilakukan agar memperoleh pengetahuan. Dengan

cara pendekatan non-ilmiah ataupun ilmiah. Cara memperoleh

pengetahuan dengan pendekatan sains semu dengan mengandalkan

perasaan, keyakinan tanpa diikuti proses pemikiran cermat atau hipotesis

atau pengamatan yang cermat.

2.4 Pengertian Perkembangan dan Sifat

Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang

bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Beberapa psikolog

membedakan arti kata ‘pertumbuhan’ dengan ‘perkembangan’, namun

beberapa tidak. Pertumbuhan bisa diartikan sebagai bertambah besarnya

ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan perkembangan lebih

dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang

muncul. (Monks, 1982).

Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang

mencakup tiga aspek, yaitu:

 Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.

 Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir,

daya ingat, bahasa.

 Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada

konsep diri, konsep gender, hubungan interpersonal.

13
Tentunya dalam mempelajari perkembangan manusia, seluruh aspek

tersebut saling berkaitan satu sama lain. Begitu juga dalam penggunaan

di dalam konteks pendidikan, ilmu mengenai perkembangan manusia

sebaiknya dikuasai secara menyeluruh agar mendukung kompetensi

pendidik dalam memahami kondisi anak didiknya.

Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil

membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan

hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya

(misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan

tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui

anaknya dan pemakan segala. Bahkan carles darwin (dengan teori

evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari

primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti

yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari

primat atau kera.

Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya

dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia

mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang

tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang

mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut

pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus

seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan

kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

14
2.5 Perkembangan Fisik Manusia

Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis

(benda mati) dan organis (makhluk hidup). Tubuh manusia berubah

mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap

sehingga menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal

dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur,

pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan

menjadi laki-laki.

Manusia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama

otaknya.

b. Adanya metabolisme atau penyususnan dan pembongkaran zat

(adanya zat masuk dan keluar)

c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar

d. Berpotensi untuk berkembang

e. Tumbuh dan berkembang

f. Berinteraksi dengan lingkungannya

g. Bergerak

Adakah persamaan manusia dengan hewan?

Persamaan manusia dengan hewan adalah :

 Sama dalam Morfologi

 Sama dalam Anatomi

 Sama dalam Embriologi

15
 Sama dalam Sistem Saraf

Ada juga 4 proses dalam sistem saraf :

1. Adanya deskriminasi sensoris melalui pancaindra

2. Adanya regulasi pelayanan kebutuhan dan periklaku melalui

perubahan emosi

3. Adanya proses belajar, berbahasa, berfikir dan berkreasi

4. Adanya perbedaan individual dalam tempramen dan gaya hidup

Keunggulan manusia dari makhluk lain yaitu mempunyai kemampuan

berpikir logis dan analitis, mampu mengakumulasikan dan

mengembangkna pengetahuan. Rasa ingin tahu dalam manusia berasal

dari alam pikiran dan penalaran manusia yang berkembang.

16
2.6 Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia

Pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, dan merupakan

makhluk yang paling sempurna dalam perebutan kehidupan di bumi.

Padahal ada banyak keterbatasan fisik, seperti: ukuran, kekuatan,

kecepatan dan panca indera. Alasan suksesnya ini adalah karena

manusia memiliki kecerdasan yang lebih baik dari makhluk lain, sehingga

memudahkan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, pikiran manusia dapat berkembang dengan

perkembangan pemikiran, nalar, nalar, dan hati nurani, yang

memungkinkan manusia untuk selalu berbuat lebih baik dan bijak bagi diri

sendiri dan lingkungannya.

Pengetahuan yang terkumpul dan maju membangkitkan keingintahuan

orang. Keingintahuan manusia inilah yang membuat ilmunya berkembang

setiap hari, mereka mengamati benda dan peristiwa yang terjadi di

sekitarnya. Jika manusia tidak menerima jawaban tentang apa yang

mereka amati, seperti rasa ingin tahu yang tidak dimiliki hewan, mereka

tidak akan pernah puas. Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki

kecerdasan, dan memiliki ilmu yang paling tinggi dibandingkan dengan

hewan atau makhluk lainnya. Keingintahuan manusia ini mendorong

perkembangan pengetahuan mereka.

Di luar sifat keingintahuan manusia, manusia selalu berusaha mencari

informasi tentang fenomena alam dan pengetahuan, hal ini mungkin

17
karena pemikiran manusia dapat berkembang secara tidak langsung.

Mungkin karena teknologi juga berkembang seiring dengan

perkembangan zaman, hal tersebut sejalan dengan cara berfikir manusia

yang semakin memudahkan manusia untuk mencari informasi dan

pengetahuan yang banyak, sehingga alam pemikiran manusia juga terus

berkembang. dan berkembang. Kembangkan lagi.

Manusia terus mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan

pengetahuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan

dengan kelangsungan hidup. Mereka juga mencoba untuk mengetahui

apa yang benar dan apa yang salah. Perkembangan ilmu pengetahuan

manusia juga didukung oleh kemanusiaan yang berharap maju,

kemanusiaan yang tidak pernah puas. Manusia selalu berusaha untuk

memahami atau menambah ilmu. Oleh karena itu, penumpukan ilmu akan

berlangsung lebih cepat. Cara orang dewasa mencari ilmu biasanya

sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu di masa kanak-kanak:

1. Masa bayi (0-2 tahun), disebut periode sensorik motorik, pada

periode ini perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat.

2. Masa kanak-kanak (3-5 tahun), disebut periode praoperasional.

Pada periode ini, dorongan keingintahuan anak sangat besar,

sehingga banyak orang mengatakan bahwa anak pada periode ini

adalah “masa bertanya”.

3. Masa usia sekolah (6-12 tahun), periode operasional nyata. Pada

masa ini anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik

18
dan motorik yang baik. Masa ini juga merupakan “masa tenang”

karena proses perkembangan emosional anak telah mendapat

kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuannya.

4. Masa remaja (13-20 tahun), disebut periode preoperasional formal.

Masa ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan

dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa.

5. Masa dewasa (> 20 tahun), dimana masa ini ditandai dengan

kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka mampu

mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya

sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang

bertanggung jawab.

2.7 Sejarah Pengetahuan Manusia

Auguste Comte adalah pendiri positivisme dan bapak sosiologi.

Positivisme menjadi dasar filosofinya, yang kemudian dia terapkan pada

ilmu sosial. Dia memperkenalkan dirinya pada istilah "positivisme". Istilah

ini berasal dari istilah "positif" dan didefinisikan sebagai "teori yang

dirancang untuk mengumpulkan fakta-fakta yang diamati". Oleh karena

itu, istilah "afirmatif" dapat diartikan sebagai "fakta" atau berdasarkan

fakta. Saat mencari kebenaran, tolak ukur yang digunakan didasarkan

pada fakta-fakta yang ada.

Comte percaya bahwa jika positivisme dipisahkan dari sejarah

pengetahuan manusia, maka positivisme tidak akan pernah disadari dan

19
dipahami. Baginya, positivisme adalah puncak dalam sejarah ilmu

pengetahuan manusia. Dalam keadaan ini, Comte membagi sejarah

pengetahuan manusia menjadi tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap

metafisik, dan tahap aktif.

 Tahap Teologis

Tahapan ini merupakan tahapan paling awal bagi manusia untuk mencari

kebenaran atau memecahkan masalah, bertumpu pada kekuatan di luar

alam sebagai penyebab terjadinya peristiwa tersebut.

Manusia saat ini dipengaruhi oleh dua jenis rasionalitas yang berbeda,

yaitu rasionalitas universal dan rasionalitas ketuhanan. Mengambil alam

semesta sebagai pusat adalah model rasional yang mengembalikan

segalanya ke alam. Gaya rasional yang berpusat pada teisme adalah

manusia mulai meyakini bahwa adanya kekuatan di luar alam (kekuatan

supernatural) adalah penyebab adanya peristiwa.

Comte percaya bahwa perkembangan pemahaman teologis terbagi

menjadi tiga tahap. Pertama-tama, penganut animisme, manusia pada

tahap ini beranggapan bahwa benda-benda fisik memiliki jiwa dan

kekuatan, misalnya filsuf Thales percaya bahwa bumi terbentuk dari air.

Kedua, politeisme, semua ini bertumpu pada kekuatan yang diproyeksikan

dalam bentuk dewa-dewa di luar alam. Ketiga, Monoteisme, kekuatan

dewa di satu padukan menjadi satu kekuatan, disebut Tuhan atau Allah.

Tahap ini adalah pertama kalinya Fir'aun menyebut dirinya dewa dan

menghancurkan berbagai dewa yang diagungkan pada saat itu.

20
Pada fase Teologis kesadaran yang muncul di masyarakat adalah Magis.

Manusia mengganggap segala sesuatu yang terjadi berada di luar

kemampuan nya, sehingga dalam upaya memberi pemaknaan terhadap

peristiwa cenderung pasrah karena manusia pada fase ini akan

mengembalikan segala persoalan yang sedang terjadi kepada teks-teks

ilahi atau lisan para agamawan yang dianggap sebagai wakil dari Tuhan.

Sebagai Contoh: ketika seseorang sedang sakit, maka ia menganggap

hal itu datangnya dari tuhan (seolah di legitimasi oleh teks ilahi

hadist) ”tidak lah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya

melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti

pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhori) akibat dari hal

ini masyarakat akan pasrah menerima apa yang menimpa dirinya.

Contoh lain yang terjadi di masa kemajuan sistem perekonomian

kapitalisme seperti saat ini, problem soal kemiskinan, masyarakat akan

menganggap bahwa penyebab kemiskinan adalah karena sudah

merupakan takdir atau ketetapan dari Tuhan, kerap kali juga dilegitimasi

oleh perkataan para agamawan yang menganggap kemiskinan adalah

sebuah ujian yang harus di jalani dan di syukuri begitu saja.

 Tahap Metafisik

Pada tahap ini manusia mulai melakukan perombakan atas cara berfikir

lama, semua gejala dan kejadian tidak lagi diterangkan dalam

hubungannya dengan kekuatan yang bersifat supranatural dan rohani.

21
Manusia tidak puas hanya dengan mencari pengertian-pengertian umum,

tanpa dilandasi oleh akal dan argumentasi logis.

Dalam fase ini, manusia mulai menggunakan fungsi akal atau pikirannya

dalam melihat permasalahan yang ada. Manusia tidak mendasarkan

hanya pada aspek ilahi tetapi berupaya untuk mempertanyakan kembali

hal yang dianggap benar atas dasar agama atau lisan agamawan. Corak

berfikir pada fase ini adalah antroposentris yang memusatkan

pada kebangkitan kesadaran manusia sebagai individu yang rasional

sebagai pribadi yang otonom (mempunyai kehendak bebas).

Faktor terbesar yang melatar belakangi transisi dari fase teologi menjadi

fase metafisis (kembali kepada manusia) diakibatkan keadaan bangsa

Eropa yang mengalami Dark Age (Zaman Kegelapan). Pada saat itu

Otoritas Gereja begitu kuat, ajaran gereja menjadi sesuatu yang tidak

boleh dibantah baik di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, maupun

ekonomi.

Pengetahuan ilmiah ditenggelamkan oleh dogma-dogma gereja seperti

yang terjadi pada Galileo Galilei yang mengikuti paham Copernicus

dengan teori heliosentris nya. Pada saat itu di abad ke-17 teori

heliosentris diharamkan Vatikan, heliosentris merupakan suatu teori yang

ditemukan pertama kali oleh Copernicus yang mengungkapkan bahwa

matahari adalah pusat tata surya. Sementara, Galileo berusaha untuk

mengajarkan teori itu kembali dan membela kebenaran teori itu meski

bertolak belakang dengan pengetahuan gereja yang menganggap bahwa

22
bumi lah pusat tata surya. Usaha Galileo Galilei dalam meluruskan

kesalahan gereja malah berbuah pengucilan hingga ia wafat.

Kesadaran yang muncul dalam fase metafisik ini adalah kesadaran naïf.

Kesadaran ini hanya sebatas mengetahui namun kurang bisa

menganalisa persoalan-persoalan sosial yang berkaitan dengan unsur-

unsur yang mendukung suatu problem social tersebut seperti struktur

politik, ekonomi dll.

 Tahap Positiv

Pada fase ini manusia dalam proses pencarian kebenaran memusatkan

pada fakta-fakta dan data inderawi, tidak lagi berpusat pada teks-teks

ilahiyah dan pikiran semata. Segala sesuatu didasarkan atas fakta yang

ada. Tahap positivisme menurut Auguste Comte adalah tahap termaju dari

peradaban masyarakat, yang ditandai dengan cara berfikir masyarakat

yang bertumpu kepada ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan

permasalahannya. Ilmu pengetahuan ini sendiri didapat dengan

percobaan ilmiah yang berlandaskan pada data yang diamati di

lingkungan.

Istilah “positiv” diartikan sebagai “teori yang bertujuan menyusun fakta-

fakta yang teramati”. Dengan demikian, istilah “positiv” dapat dimaknai

sebagai “kenyataan-kenyataan faktual” atau berdasarkan fakta-fakta yang

ada.

23
“Lebih jauh Comte berpendapat bahwa pengetahuan positiv merupakan

puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan

ilmiah. Di sini, ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat positiv apabila

ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala

yang nyata dan kongrit”.

Dengan demikian, maka terdapat kemungkinan untuk memberikan

penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan jalan

mengukur isinya yang positiv, serta sampai sejauh mana ilmu

pengetahuan tersebut dapat mengungkapkan kebenaran yang positiv.

Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh

dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam

kenyataan.

Sebagai contoh: ketika terjadi peristiwa banjir mengunakan pendekatan

Positiv, dalam upaya mendapatkan kebenaran manusia tidak lagi

memusatkan pencarian jawaban berdasarkan pada Tuhan, teks-teks ilahi,

dewa-dewi, roh ataupun hal-hal yang bersifat metafisis lainnya tetapi

didasarkan pada fakta-fakta objektif yang bisa dicerap olah indra. Bahwa

penyebab terjadinya peristiwa banjir karena curah hujan yang tinggi,

saluran irigasi yang rusak, sampah yang menumpuk serta tidak adanya

akar pohon yang menahan air hujan.

24
2.8 Isu yang Berkembang

Manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan fisiknya, tetapi juga ingin

memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin

tahu manusia ternyata tidak dapat terjawab atas dasar pengamatan

maupun pengalamannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia

membuat atau mereka-reka sendiri jawabannya.

Contoh:

Mengapa gunung meletus ?

Karena tak tahu jawabannya, maka di reka-reka sendiri dengan jawaban

“dewa dari gunung sedang marah”. Muncul pengetahuan baru, yaitu yang

disebut “dewa”.

Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncul anggapan “yang

berkuasa di dalam hutan yang lebat, sungai yang besar, pohon yang

besar, matahari, bulan, kilat, raksasa yang menelan bulan pada saat

gerhana bulan. Pengetahuan ini di terima sebagai kepercayaan

masyarakat.

Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan

gabungan dari pengamatan, pengalaman dan kepercayaan itu disebut

mitos. Adapun cerita yang berdasarkan atas mitos ini disebut legenda.

Isu itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera

manusia.Misalnya :

1. Penglihatan :

25
Banyak benda-benda bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh

mata. Mata tak dapat membedakan seluruh gambar yang berbeda dalam

satu detik. Mata tak mampu melihat partikel atau jauhnya benda.

2. Pendengaran :

Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi

dari 30 sampai dengan 30.000 perdetik. Getaran dibawah 30 atau di atas

30.000 perdetik tak terdengar.

3. Bau dan rasa :

Bau dan rasa tidak dapat dipastikan benda yang dikecap maupun

diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu :

rasa manis, masam, asin, dan pahit.

Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung

kita jika konsentrasinya di udara lebih dari 1/10 juta dari udara. Bau dapat

membedakan satu benda dengan benda yang lain, namun tidak semua

orang bisa melakukannya.

4. Alat perasa :

Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin,

namun sangat relatif, sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi

yang tepat.

Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda antara manusia : ada

yang sangat tajam penglihatannya ada yang tidak. Demikian pula ada

yang tajam penciumannya ada yang lemah. akibat dari keterbatasan alat

26
indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah

pemikiran.

Untuk meningkatkan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang

dilatih untuk itu, tapi tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah

menciptakan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami

kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat

mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.

Jadi mitos ini dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :

1. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan

penginderaan baik langsung maupun dengan alat.

2. Keterbatasan penalaran.

3. Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

Hasrat ingin tahunya berkembang terus dan mitos merupakan jawaban

yang paling memuaskan pada masa itu. Puncak hasil pemikiran seperti itu

yaitu pada zaman Babylonia ±700-600 SM. Alam semesta menurut

pendapat mereka waktu itu adalah berupa suatu ruangan atau selungkup.

Bumi datar sebagai lantainya dan langit-langit melengkung di atas sebagai

atapnya. Bintang-bintang, matahari dan bulan menempel dan bergerak

pada permukaan dalam langit. Pada atap ada semacam jendela dimana

air hujan dapat sampai ke bumi.

Tetapi yang menakjubkan adalah bahwa mereka telah mengenal ekliptika

atau bidang edar matahari, dan telah menetapkan perhitungan satu tahun

27
yaitu satu kali matahari beredar kembali ke tempat semula, sama dengan

362,25 hari.

Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga

berasal dari zaman Babylonia ini. Masyarakat waktu itu, bahkan mungkin

masih ada pada masa kini, dapat menerimanya. Pengetahuan yang

mereka peroleh dari kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat

digunakan untuk memecahkan masalah hidup sehari-hari yang mereka

hadapi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sains dimulai dengan rasa ingin tahu. Hewan juga memiliki "rasa ingin

tahu" tetapi tidak berkembang, atau disebut "rasa ingin tahu yang malas"

atau "naluri". Semua aktivitasnya berdasarkan naluri ini, tujuannya untuk

mempertahankan hidupnya. Inilah mengapa mereka mencari makanan,

melindungi diri mereka sendiri dan bereproduksi.

Rasa ingin tahu manusia terus berkembang. Semua yang mereka

dapatkan dari mencoba mendapatkan jawaban keingintahuan adalah

pengetahuan .mereka. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Dia

selalu tidak puas dengan fakta, tetapi juga ingin tahu apa, bagaimana dan

mengapa.Berdasarkan ilmu yang diperolehnya tentang beberapa rahasia

di alam, umat manusia kemudian berusaha menguasai dan menggunakan

28
ilmunya untuk meningkatkan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan

hidupnya sendiri.

3.2 Saran

Dari zaman kuno hingga hari ini, manusia secara alami selalu ingin tahu.

Keingintahuan ini memotivasi orang untuk menyelidiki pertanyaan yang

menghasilkan jawaban. Beginilah pemikiran manusia berkembang dari

pemikiran primitif ke pemikiran modern.

Dengan adanya pengetahuan dan keingintahuan manusia, diharapkan

setiap orang akan mengembangkan rasa ingin tahu tersebut menjadi

penelitian yang dapat menghasilkan penemuan-penemuan yang berguna

bagi ilmu pengetahuan.

29

Anda mungkin juga menyukai