Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA


Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar/ Ilmu Budaya Dasar/ Ilmu
Sosial Dasar

Disusun Oleh :
M. RYAN HIDAYAT

PROGRAM STUDI ILMU TASAWUF

FAKULTAS USHULUDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM DAR ASWAJA

ROKAN HILIR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul Proses
perkembangan pola pikir manusia Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh
Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sungai Kubu hulu, 20 November 2022

Penulis

i
Daftar Isi
PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA........................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A.      Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
C.      Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A.      Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia............................................................2
1.        Apa dan Bagaimana Rasa Ingin Tahu yang Terjadi di Dalam Perkembangan
Pola Pikir Manusia?....................................................................................................2
2.        Bagaimana Mitos, Pro dan Kontra yang Terjadi Di Dalam Masyarakat?...........3
3.        Bagaimana Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Langkah-Langkah Oprasional
Metode Ilmiah dalam Proses Perkembangan pola Pikir Manusia?.............................4
4.        Benarkah Al-Quran dan Hadits Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan?..............7
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
A.      KESIMPULAN........................................................................................................8
B.       SARAN...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Ilmu Alamiah Dasar/ Ilmu Budaya Dasar/ Ilmu Sosial Dasar merupakan
dasar-dasar ilmu yang patut untuk dipelajari oleh mahasiswa sebagai modal untuk
menumbuh kembangkan kepribadian berwawasan tentang ilmu alamiah, ilmu
budaya dan ilmu sosial, ilmu-ilmu itu diharapkan mampu mengantarkan
mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman dan penguasaan
tentang keanekaragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia sebagai
individu dan makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat, serta
memantapkan kepribadian, kepekaan sosial, kemampuan hidup bermasyarakat,
pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan seni..
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa dan bagaimana rasa ingin tahu yang terjadi di dalam perkembangan pola
pikir manusia?
2.         Bagaimana mitos, pro dan kontra yang terjadi di dalam masyarakat?
3.         Bagaimana sikap ilmiah, metode ilmiah, dan langkah-langkah oprasional metode
ilmiah dalam proses perkembangan pola pikir manusia?
4.         Benarkah Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan?

C.      Tujuan
1.         Memahami kuriositas sebagai awal perkembangan pola pikir manusia
2.         Mengungkap kajian mitos, pro, dan kontra yang berkembang di dalam
masyarakat
3.         Mengetahui cara berpikir ilmiah
4.         Membuktikan Al quran dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
D.      Manfaat

1
Mengetahui proses perkembangan pola pikir manusia dari mitos sampai metode
ilmiah

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia

1.        Apa dan Bagaimana Rasa Ingin Tahu yang Terjadi di Dalam Perkembangan
Pola Pikir Manusia?

Semua makhaluk hidup termasuk manusia mempunyai tanggapan terhadap


rangsangan dari lingkungan, misalnya tumbuhan berklorofil memberikan reaksi
terhadap sinar matahari. Cabang dan daunnya berusaha untuk memperoleh sinar
matahari untuk mengadakan fotosintesis. Hewan tingkat tinggi juga memberikan
reaksi dengan mengadakan penjelajahan kedaerah lain, ingin tahu daerah lain.
Misalnya singa dan burung ingin tahu tempat lain untuk memperoleh makanan
dan sebagainya. Rasa ingin tahu pada hewan itu di dorong oleh naluri, naluri itu
bertitik pusat pada mempertahankan kelestarian hidup, dan sifatnya tetap
sepanjang zaman.
Manusia mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan, tetapi manusia
mempunyai akal-budi, sehingga rasa ingin tahu tersebut tidak sepanjang zaman.
Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang, rasa ingin tahu pada
manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah sudah dipecahkan,
maka akan ada masalah lain yang menunggu pemecahannnya. Manusia bertanya
terus setelah tahu apanya, maka ingin tahu mengapa dan bagaimana. Manusia
telah mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk
dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru diperoleh, sehingga terjadi
akumulasi pengetahuan. Manusia-manusia purba hidup dalam gua-gua, tetapi
karna terjadi akumulasi pengtahuan, manusia-manusia modern sekarang hidup
dalam gedung yang indah-indah karna rasa ingin tahu dan pengtahuan yang terus

2
berkmbang yang dimiliki manusia untuk mempertahankan hidup dan memenuhi
kepuasan hidupnya agar hidupnya lebih mudah dan menyenangkan.

2.        Bagaimana Mitos, Pro dan Kontra yang Terjadi Di Dalam Masyarakat?

Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar
pengamatan maupun pengalamannya, manusia selalu berusaha memenuhi
kebutuhan alam fikirannya. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan
yang diyakini manusia menurut pemikirannya itulah yang disebut mitos.
Mitos timbul karena keterbatasan alat indera manusia diantarnya:
a.         Alat penglihatan
Suatu contoh jikalau seseorang melihat pelangi, dia menganggap bahwa
pelangi adalah selendang bidadari, padahal, pelangi adalah hasil penghamburan
dari warna ultrafiolet
b.         Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari
20 sampai 20.000 per detik.
Suatu contoh guntur yang mengglegar, dianggap suara setan-setan yang
dicambuk, padahal guntur adalah venomena hasil dari bertemunya muatan negatif
dan positif yang ada diawan.
c.         Alat pencuim dan pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa manis, asam, asin, dan pahit.
Melalui bau manusia dapat membedakan bau benda yang  satu dengan yang lain,
keterbatasan alat penciuman dan pengecap manusia menyebabkan mitos timbul
ditengah-tengah masyarakat.
d.        Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Hawa
panas atau dingin yang yang dirasakan kulit manusia akan menstimulus otak
sehingga menimbulkan angan-angan mitos atau bohong belaka, contohnya bulu
yang berdiri karna hawa dingin, dikira ada setan yang mendekat.

3
Mitos dapat diterima pada masyarakat masa lalu karena:
a.         Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh penginderaan, baik langsung
maupun dengan alat.
b.         Keterbatasan penalaran manusia pada waktu itu.
c.         Terpenuhinya rasa ingin tahu.
Puncak mitos seprti diatas terjadi pada zaman Babylona yaitu kira-kira 700-
600 SM. Pendapat orang pada masa itu bahwa alam semesta merupakan ruangan
atau selungkup.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perhitungan juga berasal
dari zaman itu.

3.        Bagaimana Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Langkah-Langkah Oprasional


Metode Ilmiah dalam Proses Perkembangan pola Pikir Manusia?

Untuk membuat kriteria yang tepat dalam pembentukan sikap ilmiah memang
sukar, tapi berdasarkan beberapa literatur dirumuskan sebagai berikut:
a.         Memiliki kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar
Seseorang yang memiliki sikap ilmiah apabila melihat peristiwa atau gejala
alam akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut apa, bagaimana, mengapa
peristiwa atau gejala itu. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, dia akan mencari
informasi-informasi yang berkaitan dengan gejala tersebut lewat buku-buku,
seminar, baik nasoinal atau internasional, bertanya pada pakar atau dari berbagai
informasi media elektronik maupun non elektronik. Kuriositas yang dia miliki
membuat dorongan yang begitu besar dalam dirinya untuk mengadakan penelitian
tentang gejala alam, hasilnya dia akan menemukan kepuasan batin dan jawaban
atas pertanyaannya tersebut.
b.         Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti
“Apabila dalam masyarakat timbul suatu isu atau berita, seseorang yang
memliki sikap ilmiah tidak begitu saja menerima kebenaran isu atau berita itu, dia
memerlukan bukti kebenarannya.”
c.         Jujur

4
“Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif.
Seorang ilmuan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari
manusia lainnya. Tetapi dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa para
ilmuan, yakni yang kita sebut faktor kontrol, karna itu laporan ilmuan haruslah
dibuat sejujur-jujurnya.”
d.        Terbuka
“Seorang ahli endokrinologi (ilmu tentang hormon) untuk hewan
amfibia John Cortelyou telah dipilih sebagai sekretaris suatu organisasi profesi
yang baru. Organisasi ini khusus di dirikan bagi ilmuan katolik.”
“Tindakan pertama yang dilakukan John Cortelyou adalah membubarkan
organisasi itu. Waktu di minta pertanggung jawaban ia berkata: “tidak ada katak
katolik di dunia ini””[8]
Dari cerita diatas, dapat di simpulkan bahwa lembaga penelitian dan hasil
penelitian ilmiah haruslah terbuka untuk setiap orang dan tidak boleh
desembunyikan, publik harus mengetahui, tidak hanya sebatas satu golongan
tertentu saja.
e.         Toleran
“Seorang ilmuan tidak merasa bahwa dia paling hebat. Ia bahkan bersedia
mengakui bahwa orang lan lebih banyak pengetahuannya. Bahwa pendapatnya
mungkin saja salah dan pendapat orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima
gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan ia
bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat
orang lain. Ia tidak akan memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia
mempunyai sikap tenggang rasa atau toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.”
f.          Skeptis
Skeptis adalah sikap meragu-ragui, dalam arti seorang ilmuan harus slalu
mempunyai sikap ragu-ragu pada suatu penemuan, meskipun penemuan itu adalah
hasil penemuannya sendiri, sebab, dengan adanya sikap skeptis ilmuan tidak akan
mudah puas dengan penemuannya dan akan slalu mencari kesimpulan suatu
penemuan agar lebih valid lagi.

5
“Ilmuan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan
menyelidiki bukti-bukti yang akan melatar belakangi suatu kesimpulan. Ia tidak
akan sinis tapi kritis untuk memperoleh data yang melatar belakangi suatu
kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa di dukung bukti-
bukti yang kuat.”
g.         Optimis
“Seorang ilmuan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan mengatakan
sesuatu tidak bisa dikerjakan, tetapi dia akan mengatakan “ beri saya suatu
kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Dia selalu optimis.”
h.         Pemberani
“Ilmu pengetahuan merupakan hasil usaha keras dan sifatnya pribadi. Ilmuan
sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidak benaran,
penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat
kemajuan.”

i.           Kreatif atau swadaya


Kekreatifan di perlukan oleh ilmuan untuk mengembangkan penemuannya
agar keakuratan dan kebenarannya semakin dapat dipertanggung jawabkan.
Diatas sudah dibahas tentang sikap ilmiah, sekarang mari kita bahas tentang
metode ilmiah dan langkah-langkah oprasional metode ilmiah.
a.         Pengindraan
Pengindraan merupakan langkah pertama metode ilmiah dan segala sesuatu
yang tidak dapat diindra, tidak dapat diselidiki oleh ilmu alamiah, walaupun
pengindraan tidak selalu langsung, misalnya mengenai maknetisme dan inti atom
tidak dapat kita indra secara langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukkan
melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran tidak dapat kita indra secara langsung,
tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku.
b.         Masalah Atau Problema

6
Setelah pengindaran dan perenungan dilakukan, langkah berikutnya adalah
menemukan masalah. Dengan kata lis, ain adalah membuat pertanyaan: Apakah
yang ditemukan melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu
terjadi? Dan seterusnya. Penginderaan yang dilakukan oleh orang umum dan
ilmuan jalas berbeda. Karena ilmuan menunjukkan kuriositas yang tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas hendaknya relevan dan dapat diuji dan
pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
c.         Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban, dan jawaban itu
bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan dalam I.A. dugaan sementara itu
disebut Hipotesis, untuk membuktikan degaan itu benar atau tidak, memerlukan
fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen. Bila
data itu tidak mendukung hipotesis, maka perlu disusun hipotesis baru.
d.        Eksperimen
Eksperimen merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini I.A. dan non
I.A. dapat dipisahkan secara sempurna, eksperimen dapat menunjukkan bukti,
sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau
alamiah, eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama, sehingga semua
faktor dapat dikendalikan, dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.

e.         Teori
Bukti eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah selanjutnya yaitu teori.
Apabila suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan
bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen  yang dilakukan dilaboratorium,
dimana eksperimen itu menunjukkan hal-hal yang dapat dipercaya atau valid,
walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori

4.        Benarkah Al-Quran dan Hadits Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan?

Semua persolan tentang ilmu pengetahuan yang telah mantap dan


meyakinkan, merupakan pemikiran valid yang dianjurkan Al-Qur’an, tidak ada

7
pertentangan sama sekali dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah
banyak pula masalahnya, namun apa yang telah tetap dan mantap daripadanya
tidak bertentangan sedikitpun bertentangan dengan salah satu ayat Al-Qur;an.
Didalam Al-Qur’an terdapat ilmu pengetahuan ilmiah yang diungkapkan
dalam konteks hidayah. Misalnya, perkawinan tumbuh-tumbuhan itu ada yang
zati’ dan ada yang khalti. Yang pertama adalah tumbuhan yang yang bunganya
telah mengandung organ jantan dan betina. Dan yang kedua ialah tumbuhan yang
organ jantannya terpisah dengan organ yang betina, seperti pohon kurma,
sehingga perkawinannya melalui perpinahan. Dan diantara saran perpindahannya
angin. Penjelasan demikian terdapat dalam firman-Nya;
“dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan)....”(al-Hajr{15}:22)
Berkenaan dengan embriologi sebagiman firman Alllah:
“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah)nsesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan padamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu
sebagai bayi”
Dalam Hadits Rasulullah SAW. Bersabda:Dari Maqdim Ma’di Kariba, dari
Rasullullah SAW., beliau bersabda, ‘ingatlah ssungguhnya aku diberi Al; Kitab
(Al-Qur’an) dan semisalnya bersaman

8
BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

1.         Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal budi, mempunyai kuriositas


yang berkembang, karna kuriositas manusia tidak bisa di puaskan, maka akan
timbul permasalah-permasalahan yang membutuhkan pemecahan, dan setelah satu
masalah selesai, pasti akan tmbul masalah lain yang menunggu pemecahannya,
proses tersebut akan berlangsung seumur hidup dan akan menimbulkan
penumpukan pengalaman yang akan menunjang kualitas hidup manusia.
2.         Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan yang diyakini manusia
menurut pemikirannya itulah yang disebut mitos, dan mitos muncul karna
keterbatasan indra manusia untuk memenuhi kuriositas alam disekiarnya.
3.         Seperti yang diterangkan diatas sikap ilmiah perlu dibina untuk kemajuan dan
kebenaran pengetahuan ilmiah yang lebih modern.
4.         Kemukjizatan Al-Quran sangat serasi dengan kenyataan pengetahuan masa kini,
dan tidak diragukan lagi bahwa Al-Quran merupan pijakan pengetahuan dimasa
kini dan dimasa yang akan datang.

B.       SARAN

Demikian persembahan makalah kami, kami sudah berusaha semaksimal


mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik, semoga  makalah ini bermanfaat
bagi pemaca dalam memahami materi proses perkembangan pola pikir manusia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskoeri,Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 2.

Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD, (bandung: Pustaka setia, 2000), 26

Mudzakir AS, studi Ilmu ilmu Qu’an, (Pustaka litera,tt)

[1] Maskoeri jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2002), 2.
[2] Ibid. Hlm. 3.
[3] Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD, (bandung: Pustaka setia,
2000), 26.
[4] Ibid. 45
[5] Ibid.
[6] Ibid., 46
[7] Ibid.
[8] Ibid. 47
[9] Ibid.,
47                                                                                                                               
             
[10] Ibid., 47
[11] Ibid., 48
[12] Ibid.
[13] Ibid., 49
[14] Ibid., 13
[15] Ibid., 14
[16] Ibid., 16
[17] Ibid., 17
[18] Mudzakir AS, studi Ilmu ilmu Qu’an, (Pustaka litera,tt)

Anda mungkin juga menyukai