Disusun Oleh :
M. RYAN HIDAYAT
FAKULTAS USHULUDIN
ROKAN HILIR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul Proses
perkembangan pola pikir manusia Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh
Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.
Penulis
i
Daftar Isi
PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA........................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia............................................................2
1. Apa dan Bagaimana Rasa Ingin Tahu yang Terjadi di Dalam Perkembangan
Pola Pikir Manusia?....................................................................................................2
2. Bagaimana Mitos, Pro dan Kontra yang Terjadi Di Dalam Masyarakat?...........3
3. Bagaimana Sikap Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Langkah-Langkah Oprasional
Metode Ilmiah dalam Proses Perkembangan pola Pikir Manusia?.............................4
4. Benarkah Al-Quran dan Hadits Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan?..............7
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
A. KESIMPULAN........................................................................................................8
B. SARAN...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Memahami kuriositas sebagai awal perkembangan pola pikir manusia
2. Mengungkap kajian mitos, pro, dan kontra yang berkembang di dalam
masyarakat
3. Mengetahui cara berpikir ilmiah
4. Membuktikan Al quran dan hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan
D. Manfaat
1
Mengetahui proses perkembangan pola pikir manusia dari mitos sampai metode
ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa dan Bagaimana Rasa Ingin Tahu yang Terjadi di Dalam Perkembangan
Pola Pikir Manusia?
2
berkmbang yang dimiliki manusia untuk mempertahankan hidup dan memenuhi
kepuasan hidupnya agar hidupnya lebih mudah dan menyenangkan.
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar
pengamatan maupun pengalamannya, manusia selalu berusaha memenuhi
kebutuhan alam fikirannya. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan
yang diyakini manusia menurut pemikirannya itulah yang disebut mitos.
Mitos timbul karena keterbatasan alat indera manusia diantarnya:
a. Alat penglihatan
Suatu contoh jikalau seseorang melihat pelangi, dia menganggap bahwa
pelangi adalah selendang bidadari, padahal, pelangi adalah hasil penghamburan
dari warna ultrafiolet
b. Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari
20 sampai 20.000 per detik.
Suatu contoh guntur yang mengglegar, dianggap suara setan-setan yang
dicambuk, padahal guntur adalah venomena hasil dari bertemunya muatan negatif
dan positif yang ada diawan.
c. Alat pencuim dan pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa manis, asam, asin, dan pahit.
Melalui bau manusia dapat membedakan bau benda yang satu dengan yang lain,
keterbatasan alat penciuman dan pengecap manusia menyebabkan mitos timbul
ditengah-tengah masyarakat.
d. Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Hawa
panas atau dingin yang yang dirasakan kulit manusia akan menstimulus otak
sehingga menimbulkan angan-angan mitos atau bohong belaka, contohnya bulu
yang berdiri karna hawa dingin, dikira ada setan yang mendekat.
3
Mitos dapat diterima pada masyarakat masa lalu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh penginderaan, baik langsung
maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada waktu itu.
c. Terpenuhinya rasa ingin tahu.
Puncak mitos seprti diatas terjadi pada zaman Babylona yaitu kira-kira 700-
600 SM. Pendapat orang pada masa itu bahwa alam semesta merupakan ruangan
atau selungkup.
Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perhitungan juga berasal
dari zaman itu.
Untuk membuat kriteria yang tepat dalam pembentukan sikap ilmiah memang
sukar, tapi berdasarkan beberapa literatur dirumuskan sebagai berikut:
a. Memiliki kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar
Seseorang yang memiliki sikap ilmiah apabila melihat peristiwa atau gejala
alam akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut apa, bagaimana, mengapa
peristiwa atau gejala itu. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, dia akan mencari
informasi-informasi yang berkaitan dengan gejala tersebut lewat buku-buku,
seminar, baik nasoinal atau internasional, bertanya pada pakar atau dari berbagai
informasi media elektronik maupun non elektronik. Kuriositas yang dia miliki
membuat dorongan yang begitu besar dalam dirinya untuk mengadakan penelitian
tentang gejala alam, hasilnya dia akan menemukan kepuasan batin dan jawaban
atas pertanyaannya tersebut.
b. Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti
“Apabila dalam masyarakat timbul suatu isu atau berita, seseorang yang
memliki sikap ilmiah tidak begitu saja menerima kebenaran isu atau berita itu, dia
memerlukan bukti kebenarannya.”
c. Jujur
4
“Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif.
Seorang ilmuan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari
manusia lainnya. Tetapi dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa para
ilmuan, yakni yang kita sebut faktor kontrol, karna itu laporan ilmuan haruslah
dibuat sejujur-jujurnya.”
d. Terbuka
“Seorang ahli endokrinologi (ilmu tentang hormon) untuk hewan
amfibia John Cortelyou telah dipilih sebagai sekretaris suatu organisasi profesi
yang baru. Organisasi ini khusus di dirikan bagi ilmuan katolik.”
“Tindakan pertama yang dilakukan John Cortelyou adalah membubarkan
organisasi itu. Waktu di minta pertanggung jawaban ia berkata: “tidak ada katak
katolik di dunia ini””[8]
Dari cerita diatas, dapat di simpulkan bahwa lembaga penelitian dan hasil
penelitian ilmiah haruslah terbuka untuk setiap orang dan tidak boleh
desembunyikan, publik harus mengetahui, tidak hanya sebatas satu golongan
tertentu saja.
e. Toleran
“Seorang ilmuan tidak merasa bahwa dia paling hebat. Ia bahkan bersedia
mengakui bahwa orang lan lebih banyak pengetahuannya. Bahwa pendapatnya
mungkin saja salah dan pendapat orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima
gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan ia
bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat
orang lain. Ia tidak akan memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia
mempunyai sikap tenggang rasa atau toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.”
f. Skeptis
Skeptis adalah sikap meragu-ragui, dalam arti seorang ilmuan harus slalu
mempunyai sikap ragu-ragu pada suatu penemuan, meskipun penemuan itu adalah
hasil penemuannya sendiri, sebab, dengan adanya sikap skeptis ilmuan tidak akan
mudah puas dengan penemuannya dan akan slalu mencari kesimpulan suatu
penemuan agar lebih valid lagi.
5
“Ilmuan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan
menyelidiki bukti-bukti yang akan melatar belakangi suatu kesimpulan. Ia tidak
akan sinis tapi kritis untuk memperoleh data yang melatar belakangi suatu
kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa di dukung bukti-
bukti yang kuat.”
g. Optimis
“Seorang ilmuan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan mengatakan
sesuatu tidak bisa dikerjakan, tetapi dia akan mengatakan “ beri saya suatu
kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Dia selalu optimis.”
h. Pemberani
“Ilmu pengetahuan merupakan hasil usaha keras dan sifatnya pribadi. Ilmuan
sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidak benaran,
penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat
kemajuan.”
6
Setelah pengindaran dan perenungan dilakukan, langkah berikutnya adalah
menemukan masalah. Dengan kata lis, ain adalah membuat pertanyaan: Apakah
yang ditemukan melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu
terjadi? Dan seterusnya. Penginderaan yang dilakukan oleh orang umum dan
ilmuan jalas berbeda. Karena ilmuan menunjukkan kuriositas yang tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas hendaknya relevan dan dapat diuji dan
pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
c. Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban, dan jawaban itu
bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan dalam I.A. dugaan sementara itu
disebut Hipotesis, untuk membuktikan degaan itu benar atau tidak, memerlukan
fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen. Bila
data itu tidak mendukung hipotesis, maka perlu disusun hipotesis baru.
d. Eksperimen
Eksperimen merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini I.A. dan non
I.A. dapat dipisahkan secara sempurna, eksperimen dapat menunjukkan bukti,
sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau
alamiah, eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama, sehingga semua
faktor dapat dikendalikan, dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.
e. Teori
Bukti eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah selanjutnya yaitu teori.
Apabila suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan
bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen yang dilakukan dilaboratorium,
dimana eksperimen itu menunjukkan hal-hal yang dapat dipercaya atau valid,
walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori
7
pertentangan sama sekali dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah
banyak pula masalahnya, namun apa yang telah tetap dan mantap daripadanya
tidak bertentangan sedikitpun bertentangan dengan salah satu ayat Al-Qur;an.
Didalam Al-Qur’an terdapat ilmu pengetahuan ilmiah yang diungkapkan
dalam konteks hidayah. Misalnya, perkawinan tumbuh-tumbuhan itu ada yang
zati’ dan ada yang khalti. Yang pertama adalah tumbuhan yang yang bunganya
telah mengandung organ jantan dan betina. Dan yang kedua ialah tumbuhan yang
organ jantannya terpisah dengan organ yang betina, seperti pohon kurma,
sehingga perkawinannya melalui perpinahan. Dan diantara saran perpindahannya
angin. Penjelasan demikian terdapat dalam firman-Nya;
“dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan)....”(al-Hajr{15}:22)
Berkenaan dengan embriologi sebagiman firman Alllah:
“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah)nsesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan padamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu
sebagai bayi”
Dalam Hadits Rasulullah SAW. Bersabda:Dari Maqdim Ma’di Kariba, dari
Rasullullah SAW., beliau bersabda, ‘ingatlah ssungguhnya aku diberi Al; Kitab
(Al-Qur’an) dan semisalnya bersaman
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi, Nur Hidayati, IAD, IBD, ISD, (bandung: Pustaka setia, 2000), 26