Anda di halaman 1dari 16

TUGAS STRUKTUR DOSEN PEMBIMBING

Antropologi Risdayanti, Dra., M.Si.

MAKALAH

ANTROPOLOGI BUDAYA

DISUSUN OLEH KELOMPOK III :

FADHILAH HAKIM PERMATA : 11980324446


CICI LINARSIH : 11980324424
MUHAMMAD IQBAL : 11980314470
SINTIA DANIATI : 11980324507
ADE KHUSNIL KHATIMAH : 11980324348

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

PROGRAM STUDI S1 GIZI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang tiada habis-habisnya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad Saw. Atas izin Allah kami dapat
menyelesaikan Makalah Tugas Struktur “Antropologi Budaya”. Penyusunan makalah ini
sebagai wujud tanggung jawab dan kewajiban selaku kami mahasiswa Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Akhir kata kami berterima kasih kepada Allah SWT. Semoga bisa membalas kebaikan
yang telah diberikan. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka Tim Penulis juga mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dan
penyempurnan makalah ini. saya berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang. Aamiin.

Pekanbaru, 23 Oktober
2020

Tim Kelompok III

2
DAFTAR ISI

COVER/SAMPUL DEPAN................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2. Tujuan....................................................................................................... 5
1.3. Manfaat..................................................................................................... 5
1.4. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kata “Antropologi Kebudayaan”............................................... 6
2.2. Definisi Kebudayaan Menurut Antropologi................................................ 6
2.3. Substansi Kebudayaan................................................................................. 7
2.4. Unsur-Unsur Kebudayaan........................................................................... 10
2.5. Karakteristik Kebudayaan........................................................................... 12
2.6. Faktor Perubahan Kebudayaan Masyarakat................................................ 13
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 15
3.2. Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada. Diciptakan
dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain memiliki akal pikiran,
manusia juga dianugerahi naluri yang merupakan bawaan dari alam. Naluri dan akal pikiran
tersebut akan digunakan untuk memenuhi hasrat hidupnya guna menjamin kelangsungan
hidup manusia.
Dalam perkembangannya, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal pikirannya karena
mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka bertahan hidup. Dengan
mengembangkan akal pikirannya maka kemampuan manusia akan semakin bertambah. Cara-
cara untuk bertindak melakukan aktivitas kehidupan juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya akan
semakin dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam
perkembangannya, tindakan-tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah benda-benda
(peralatan), baik untuk membantu manusia atau untuk fungsi lainnya. Tindakan, rasa, dan
karya yang dihasilkan tersebut tentu saja melalui sebuah proses belajar. Sebab kemampua-
kemampuan tersebut tidak akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan dengan belajar dan
mencoba.
Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk suatu kebudayaan.
Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “antropologi” yang menjadikan budaya
menjadi salah satu dari pokok bahasannya. Cabang dari antropologi yang membahas budaya
ini biasa disebut “antropologi kebudayaan”.

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan.


Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat turut
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi dalam berbagai bidang
kehidupan, tingkah laku termasuk pada hidupnya. Didalam masyarakat akan terlihat dengan jelas
masyarakat yang mendapat pengaruh perubahan sosial budaya dan masyarakat yang tidak
mendapat pengaruh.Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial norma-

4
norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang interaksi sosial.
Perubahan dalam masyarakat memang telah terjadi dari zaman dahulu. Namun dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat sehingga membingungkan manusia
untuk mengahadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan
tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau
pun diselingi keadaan dimana pun mengadakan reorganisasi unsur-unssur struktur masyarakat
yang terkena perubahan. . Berdasarkan hal tersebut, perlulah kiranya menguraikan perilaku
masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era globalisasi.

1.2. Tujuan
a. Mengetahui dan mempelajari tentang manusia sebagai makhluk budaya
b. Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
c. Mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat
d. Mampu mengumpulkan gagasan dan melakukan analisa dalam suatu kelompok
masyarakat

1.3. Manfaat
a. Memperoleh pemahaman tentang manusia, prilaku dan budayanya
b. Menjawab berbagai permasalahan atau pertanyaan tentang persoalan karakteristik
manusia
c. Membantu kita untuk mengenal kebudayaan dan sejarah bangsa lain
d. Antropologi budaya dapat memberikan pandangan, teori, pendapat dalam masyarakat

1.4. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari antropologi kebudayaan ?
b. Apa pengertian kebudayaan menurut antropologi ?
c. Apa saja subtansi antropologi kebudayaan ?
d. Bagaimana karakteristik antropologi kebudayaan ?
e. Factor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya dalam
masyarakat ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kata “Antropologi Kebudayaan”

Antropologi kebudayaan merupakan gabungan dua buah kata yaitu antropologi dan
kebudayaan budaya. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.
Sedangkan kebudayaan dalam arti culture memiliki arti sebagai segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Antropologi
kebudayaan adalah ilmu tentang manusia yang mempelajari aktivitas dan tingkah laku manusia.

Antropologi budaya yang merupakan cabang dari antropologi menyelidiki kebudayaan


pada umumnya dan berbagai kebudayaan pada bangsa di muka bumi, menyelidiki bagaimana
manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman.
Telahnya menyangkut bagaimana manusia dengan akal dan struktur fisiknya yang unik berhasil
mengubah lingkungan yang bukan ditentukan oleh pola naluriahnya semata-mata, melainkan
juga pengalaman dan pengajaran dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagian terbesar kajiannya
dilakukan secara perbandingan dengan cara pengamatan, penulisan, dan pemahaman kebudayaan
dalam masyarakat manusia termasuk didalamnya pelaku hukum.

Konsepsi pengkajian budaya ini memberikan gambaran bahwa kebudayaan itu adalah
suatu hal yang sangat esensial pada dirinya, berbeda dengan makhluk lain meskipun manusia
juga memiliki ketidaksempurnaan dan keterbatasan. Dari studi antropologi budaya adalah
mengamati, menuliskan dan memahami kebudayaan yang terdapat di dalam masyarakat manusia.
Hanya manusialah yang mampu berkebudayaan, sedang hewan tidak kemampuan ini disebabkan
karena manusia dapat menggunakan lambing dan tanda yang bersumber pada akal manusia.

2.2. Pengertian Kebudayaan Menurut Antropologi

Manusia adalah makhluk yang paling unggul diantara makhluk yang lain. Salah satu
keunggulan manusia diantara makhluk yang lain tersebut adalah kebudayaan. Dengan

6
kebudayaan tersebut memungkinkan manusia untuk hidup di berbagai macam lingkungan alam
dan berkuasa diantara makhluk-makhluk yang lain.

Kebudayaan sejatinya erat dengan yang namanya “proses belajar”. Manusia memang
memiliki naluri/insting. Akan tetapi, untuk mencapai suatu kebudayaan tidak hanya
mengandalkan naluri saja. Proses belajar juga sangat diperlukan agar manusia tersebut memiliki
kebudayaan unggul yang dapat menambah nilai pada diri manusia.

Definisi kebudayaan menurut antropologi berbeda dengan definisi dari berbagai ilmu
yang lain. Secara umum, kebudayaan dikenal sebagai segala sesuatu yang indah dan memiliki
seni di dalamnya, seperti tarian, candi, musik daerah, batik, filsafat, kesusatraan dan lain-lain.
Dalam antropologi, lebih menekankan pada aspek belajar dan analisa cara hidup dan tindakan
manusia. Sehinngga, definisi “kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh sistem gagasan
dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar. Dari definisi “kebudayaan” menurut antropologi tersebut,
menekankan pada tindakan dan proses belajar. Sehingga, hampir seluruh kegiatan dan tindakan
yang dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dibiasakan dengan belajar. Beberapa
ahli antropologi yang mengajukan definisi ini adalah C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis, dan
A. Hoebel.

2.3. Substansi Kebudayaan

1. Nilai
Nilai adalah suatu hal yang dianggap bernilai atau berharga yang dianggap
penting dalam suatu masyarakat yang dibuat untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari.
Nilai tersebut bersifat mengikat setiap individu dalam suatu kelompok. Sekaligus menjadi
watak dasar atau karakter kepribadian bersama.

Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki
kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas,
batu bara, dan sebagainya.

b. Nilai Vital

7
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari
kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya: gergaji
memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu,
kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai sebagai
mesin hitung, dan sebagainya.

c. Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual
ini bersifat abstrak yang meliputi nilai religius, nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai
religius merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama
atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang terdapat dalam
suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai mengenai baik buruknya perilaku
manusia.

Sesuatu dikatakan bernilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Menurut C. Kluchon,
yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, yaitu :

a) Hakikat hidup manusia

b) Hakikat rakyat manusia

c) Hakikat waktu manusia

d) Hakikat alam manusia

e) Hakikat hubungan antar manusia.

2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan khas yang dimiliki manusia yang diperoleh
dari lingkungannya untuk mencipta, mempertahankan dan mengembangkan hidup dan
kehidupan bersama melalui proses belajar. Pengetahuan dapat pula didefinisikan sebagai
hipotesa yang telah teruji kebenarannya.
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan
suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam Sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna didaerah tempat tinggal

8
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
g. Ruang dan waktu

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu :

a. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengelaman


langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak
sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
b. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (di
sekolah) maupun dari pendidikan non-formal (tidak resmi), seperti kursus-kursus,
penataran-penataran dan ceramah
c. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simbolik.

3. Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah suatu prinsip dan pedoman yang dijadikan acuan atau
pegangan hidup individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup memang
menjadi suatu hal yang abstrak. Akan tetapi, keberadaannya sangat berpengaruh terhadap
individu, kelompok, atau suatu bangsa. Dalam diri manusia pandangan hidup sangat
berpengaruh pada persepsi, sikap, dan perilaku seseorang.

Dalam suatu bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia), Pancasila dianggap sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang pada
masyarakat Indonesia sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang terdapat di kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia yang diyakini kebenarannya damenimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.

4. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan mendarah
daging pada diri manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, sehingga
menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Manusia mempercayai ada
kekuatan besar di luar dimensi manusia. Naluri untuk mencari kekuatan tersebut muncul
ketika manusia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
9
Manusia percaya bahwa kekuatan tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah dan
membawa mereka keluar dari masalah tersebut. Apabila dikaitkan dengan kehidupan
keagamaan, kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang secara
sistematis dengan para pengikut yang fanatis.

5. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal. Persepsi yang
berbeda seringkali muncul antara manusia satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan sudut pandang yang dimiliki oleh masing-masing manusia.
Selain itu, lingkungan, pengetahuan dan pengalaman juga turut andil dalam proses
pembentukan perilaku tersebut.

Ada 3 macam persepsi yang terdiri atas:

a. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu alat
indera manusia,
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain,
c. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat
lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.

6. Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam Antropologi) berasal dari bahasa inggris berarti
watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku masyarakat misalnya, kegemaran-
kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka,
dilihat dari luar oleh orang asing. Masing-masing suku mempunyai etos kebudayaannya
masing-masing yang mungkin saja berbeda sangat mencolok, apa yang baik menurut
suku tertentu belum tentu baik menurut suku yang lain, oleh karenanya diperlukan sikap
kedewasaan untuk memahami kebudayaan lain.

2.4. Unsur-unsur Kebudayaan

Dalam menganalisa suatu kebudayadalam unsur-unsur besar yang disebut “unsur-


unsur kebudayaan universal”. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan, seperti yang
diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal Categories Of
Culture (1953). C. Kluckhohn menuliskan tujuh unsur kebudayaan atau dapat disebut sebagai
isi pokok kebudayaan. Tujuh unsur tersebut yaitu:

10
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dari ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut, mendapat sebutan universal karena
unsur-unsur tersebut dapat ditemukan di semua bangsa di dunia. Sehingga unsur-unsur
tersebut bersifat umum. Tiap unsur kebudayaan tersebut, tentu saja tidak lepas dari wujud
kebudayaan sebagai:

(1) nilai-nilai budaya,


(2) sistem budaya,
(3) sistem sosial,
(4) himpunan unsur-unsur kebudayaan fisik.

Dengan demikian, setiap unsur-unsur tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi


beberapa sub unsur. Dari beberapa sub unsur tersebut dapat dirinci sesuai dengan wujud
kebudayaannya. Dari masing-masing tahap memiliki penjelasan sebagai berikut:

 Tahap pertama, setiap sistem budaya dapat dibagi ke dalam “adat-istiadat”, setiap sistem
sosial dapat dibagi ke dalam “aktivitas sosial”, dan setiap himpunan unsur kebudayaan
fisik dibagi ke dalam “benda-benda kebudayaan”.
 Tahap kedua, setiap adat sebaiknya dibagi ke dalam “kompleks budaya”, setiap “aktivitas
sosial” dibagi ke dalam “kompleks sosial”, sedangkan benda kebudayaan tidak berubah.
 Tahap ketiga, disarankan kompleks budaya dibagi menjadi “tema-tema budaya”, tiap-tiap
kompleks sosial lebih lanjut diuraikan menjadi “pola sosial” dan seperti tahap kedua,
benda kebudayaan tidak mengalami perubahan.
 Tahap keempat, setiap tema budaya dibagi lagi ke dalam “gagasan”, setiap pola sosial
dibagi ke dalam “tindakan”, dan benda kebudayaan tidak berubah.

11
2.5. Karakteristik Kebudayaan

Melalui studi perbandingan terhadap sejumlah kebudayaan, para ahli antropologi


telah berhasil memperoleh pengertian tentang pengertian karakteristik-karakteristik pokok
kebudayaan, antara lain sebagai berikut.

1. Kebudayaan sebagai milik bersama


Kebudayaan sebagai milik bersama memiliki arti bahwa kebudayaan tersebut
adalah tanggung jawab bersama. Baik itu masyarakat, suatu kelompok orang, komunitas,
atau bangsa. Rasa memiliki tersebut muncul karena di dalam kebudayaan yang telah
tumbuh di tengah masyarakat itu terdapat cita-cita, nilai, dan aturan untuk bertindak yang
sama antar individu dan sudah menjadi kesepakatan bersama.
2. Suatu hasil dari proses belajar
Di sub bab B telah penulis uraikan mengenai definisi “kebudayaan” menurut
antropologi adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan”, karena jumlah tindakan tanpa
melalui proses belajar sangat terbatas. Bahkan tindakan yang mengandalkan naluri seperti
makan, minum, berjalan, sudah dirombak oleh manusia sendiri sehingga menjadi
tindakan kebudayaan. Ada istilah table manner untuk mempelajari budaya di meja makan
dan catwalk class atau baris-berbaris untuk mempelajari cara berjalan.
3. Kebudayaan mengandung simbol
Simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka yang
menggunakannya dan telah disepakati bersama. Wanita bali memakai bunga kamboja di
telinga karena hal tersebut memiliki arti khusus dari segi spiritual dan budaya. Akan
tetapi, akan menjadi tidak bermakna khusus apabila hal yang sama dilakukan bukan oleh
wanita bali.

Ahli antropologi berkebangsaan Amerika, Leslie White, dalam The Evolution of


Culture ( 1959 ) berpendapat bahwa semua perilaku manusia dimulai dengan penggunaan
lambang atau simbol. Perilaku manusia salah satunya adalah untuk berinteraksi atau
berkomunikasi. Untuk berkomunikasi diperlukan simbol yang telah memiliki makna
sama di suatu kelompok. Simbol ini selanjutnya berkembang menjadi “bahasa”.

4. Berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan ( Integrasi )


Integrasi adalah kecenderungan semua aspek kebudayaan untuk berfungsi sebagai
kesatuan yang saling berhubungan. Biasanya untuk keperluan analisis dan perbandingan,

12
para ahli antropologi sering menguraikan kebudayaan menjadi sejumlah bagian atau
unsur yang kelihatannya berdiri sendiri-sendiri. Akan tetapi, sebenarnya unsur-unsur
tersebut saling terkait satu sama lainnya sehingga kebudayaan berfungsi sebagai
kesatuan yang saling berhubungan. Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suku
bangsa, para ahli antropologi sering menguraikan mengenai unsur peralatan dan
perlengkapan hidupnya, unsur mata pencahariannya, sistem keluarga dan
kemasyarakatannya, unsur keseniannya, bahasanya, keyakinannya, dan sistem
pengetahuannya. Masing masing unsur tersebut seolah-olah dapat berdiri sendiri.
5. Kebudayaan bersifat superorganik
Herkovits dan Malinowski memberi sebutan kebudayaan sebagai suatu yang
superorganik. Disebut demikian karena kebudayaan diwariskan turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup terus menerus secara
berkesinambungan, walaupun manusia yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih
berganti karena kematian dan kelahiran.

2.6. Faktor yang menyebabkan perubahan sosisal dan kebudayaan masyarakat

Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, baik yang


menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan atau negatif. Contoh perubahan
yang positif adalah perubahan pola pikir masyarakat dari pandangan yang menganggap bahwa
dua anak saja cukup. Perubahan pola pikir itu membawa pengaruh yang positif bagi masyarakat,
karena kesejahteraan dan pendidikan anak menjadi lebih terjamin.Sementara itu Soerjono
Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
dalam masyarakat.

1.      Bertambah atau Berkurangnya penduduk


Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya adalah
interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat maupun lambat akan merubah
pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan yang akan lebih mempercepat proses
perubahan. Di samping itu, perubahan penduduk yang ditandai dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah mengakibatkan kadar keramahtamahan
akan menurun, kelompok sekunder akan bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan
menjadi lebih rumit, dan bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.

2.      Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan pengetahuan
dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan
13
karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama ada, namun kenyataan itu baru menjadi
bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan. Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam
perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan
baru dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan
yang besar (Horton, 1993: 212). Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada
masyarakat meliputi berbagai proses berikut ini.
a.         Discovery
Discovery yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang
individu atau serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat
berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
b.        Invention
Invention yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga
penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan.
Proses dari discovery menjadi invention sering tidak hanya melibatkan satu atau
dua individu, tetapi serangkaian individu. Discovery baru akan menjadi invention
jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru itu.
c.         Inovasi
Inovasi atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang meliputi
suatu penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu tersebar ke bagian-bagian
masyarakat, serta cara-cara unsur baru itu diterima, dipelajari, dan akhirnya
diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Di dalam masyarakat dikatakan
telah terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru yang ditemukan telah banyak
dikenal dan dipakai secara luas oleh warga masyarakat.
d.        Konflik dalam Masyarakat
Sebagai proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif,
namun tidak selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang kemudian disadari akan
memecahkan ikatan social biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang
justru akan menguatkan ikatan sosial. Jika demikian, biasanya akan terbentuk
suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik. Konflik
antarkelompok, misalnya konflik antarsuku bangsa yang terjadi di Timika, Papua.
Konflik tersebut telah menimbulkan kerusakan, jatuhnya korban jiwa, dan
hancurnya harta benda.
e.         Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Penyebab perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat itu
sendiri juga dapat bersumber dari luar masyarakat itu. Di antaranya adalah faktor
alam yang ada di sekitar masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Antropologi kebudayaan adalah ilmu tentang manusia yang mempelajari aktivitas dan
tingkah laku manusia. Antropologi kebudayaan membahas segala tingkah laku manusia secara
keseluruhan dalam budayanya seperti tindakan, aktivitas, rasa dan gagasan, karya dan segala
macam hal yang bersangkutan antara manusia dan budayanya. Inti bahasan kebudayaan dalam
antropologi juga berbeda dengan pembahasan kebudayaan secara umum yang cenderung
menekankan pada keindahan saja. Akan tetapi, dalam antropologi lebih menekankan pada
sebuah tindakan yang dihasilkan dari proses belajar

Didalam kebudayaan tersebut terdapat substansi, unsur dan karakteristik yang erat
kaitannya dengan ilmu antropologi. Ketiganya membangun “kebudayaan” dan menjelaskan
secara lebih rinci makna antropologi kebudayaan itu.

3.2. Saran

Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan manusia


sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan
memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.
Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum memenuhi kesempurnaan, oleh karena
itu segala kritik dan saran kami butuhkan agar pada pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
dan benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.B.Wiranata, I Gede. 2002. Antropologi Budaya. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Suharta. 2020. Antropologi Budaya. Boyolali : Lakeisha.

Nurmansyah, Gusnu, Nunung Rodliyah dan Recca Ayu Hapsari. 2013. Pengantar Antropologi
Lampung : CV. Anugerah Utama Raharja

http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-antropologi-budaya.html

16

Anda mungkin juga menyukai