MAKALAH
ANTROPOLOGI BUDAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang tiada habis-habisnya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad Saw. Atas izin Allah kami dapat
menyelesaikan Makalah Tugas Struktur “Antropologi Budaya”. Penyusunan makalah ini
sebagai wujud tanggung jawab dan kewajiban selaku kami mahasiswa Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Akhir kata kami berterima kasih kepada Allah SWT. Semoga bisa membalas kebaikan
yang telah diberikan. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka Tim Penulis juga mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dan
penyempurnan makalah ini. saya berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang. Aamiin.
Pekanbaru, 23 Oktober
2020
2
DAFTAR ISI
COVER/SAMPUL DEPAN................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2. Tujuan....................................................................................................... 5
1.3. Manfaat..................................................................................................... 5
1.4. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kata “Antropologi Kebudayaan”............................................... 6
2.2. Definisi Kebudayaan Menurut Antropologi................................................ 6
2.3. Substansi Kebudayaan................................................................................. 7
2.4. Unsur-Unsur Kebudayaan........................................................................... 10
2.5. Karakteristik Kebudayaan........................................................................... 12
2.6. Faktor Perubahan Kebudayaan Masyarakat................................................ 13
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 15
3.2. Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada. Diciptakan
dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain memiliki akal pikiran,
manusia juga dianugerahi naluri yang merupakan bawaan dari alam. Naluri dan akal pikiran
tersebut akan digunakan untuk memenuhi hasrat hidupnya guna menjamin kelangsungan
hidup manusia.
Dalam perkembangannya, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal pikirannya karena
mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka bertahan hidup. Dengan
mengembangkan akal pikirannya maka kemampuan manusia akan semakin bertambah. Cara-
cara untuk bertindak melakukan aktivitas kehidupan juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya akan
semakin dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam
perkembangannya, tindakan-tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah benda-benda
(peralatan), baik untuk membantu manusia atau untuk fungsi lainnya. Tindakan, rasa, dan
karya yang dihasilkan tersebut tentu saja melalui sebuah proses belajar. Sebab kemampua-
kemampuan tersebut tidak akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan dengan belajar dan
mencoba.
Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk suatu kebudayaan.
Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “antropologi” yang menjadikan budaya
menjadi salah satu dari pokok bahasannya. Cabang dari antropologi yang membahas budaya
ini biasa disebut “antropologi kebudayaan”.
4
norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang interaksi sosial.
Perubahan dalam masyarakat memang telah terjadi dari zaman dahulu. Namun dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat sehingga membingungkan manusia
untuk mengahadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan
tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau
pun diselingi keadaan dimana pun mengadakan reorganisasi unsur-unssur struktur masyarakat
yang terkena perubahan. . Berdasarkan hal tersebut, perlulah kiranya menguraikan perilaku
masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era globalisasi.
1.2. Tujuan
a. Mengetahui dan mempelajari tentang manusia sebagai makhluk budaya
b. Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
c. Mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat
d. Mampu mengumpulkan gagasan dan melakukan analisa dalam suatu kelompok
masyarakat
1.3. Manfaat
a. Memperoleh pemahaman tentang manusia, prilaku dan budayanya
b. Menjawab berbagai permasalahan atau pertanyaan tentang persoalan karakteristik
manusia
c. Membantu kita untuk mengenal kebudayaan dan sejarah bangsa lain
d. Antropologi budaya dapat memberikan pandangan, teori, pendapat dalam masyarakat
5
BAB II
PEMBAHASAN
Antropologi kebudayaan merupakan gabungan dua buah kata yaitu antropologi dan
kebudayaan budaya. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.
Sedangkan kebudayaan dalam arti culture memiliki arti sebagai segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Antropologi
kebudayaan adalah ilmu tentang manusia yang mempelajari aktivitas dan tingkah laku manusia.
Konsepsi pengkajian budaya ini memberikan gambaran bahwa kebudayaan itu adalah
suatu hal yang sangat esensial pada dirinya, berbeda dengan makhluk lain meskipun manusia
juga memiliki ketidaksempurnaan dan keterbatasan. Dari studi antropologi budaya adalah
mengamati, menuliskan dan memahami kebudayaan yang terdapat di dalam masyarakat manusia.
Hanya manusialah yang mampu berkebudayaan, sedang hewan tidak kemampuan ini disebabkan
karena manusia dapat menggunakan lambing dan tanda yang bersumber pada akal manusia.
Manusia adalah makhluk yang paling unggul diantara makhluk yang lain. Salah satu
keunggulan manusia diantara makhluk yang lain tersebut adalah kebudayaan. Dengan
6
kebudayaan tersebut memungkinkan manusia untuk hidup di berbagai macam lingkungan alam
dan berkuasa diantara makhluk-makhluk yang lain.
Kebudayaan sejatinya erat dengan yang namanya “proses belajar”. Manusia memang
memiliki naluri/insting. Akan tetapi, untuk mencapai suatu kebudayaan tidak hanya
mengandalkan naluri saja. Proses belajar juga sangat diperlukan agar manusia tersebut memiliki
kebudayaan unggul yang dapat menambah nilai pada diri manusia.
Definisi kebudayaan menurut antropologi berbeda dengan definisi dari berbagai ilmu
yang lain. Secara umum, kebudayaan dikenal sebagai segala sesuatu yang indah dan memiliki
seni di dalamnya, seperti tarian, candi, musik daerah, batik, filsafat, kesusatraan dan lain-lain.
Dalam antropologi, lebih menekankan pada aspek belajar dan analisa cara hidup dan tindakan
manusia. Sehinngga, definisi “kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh sistem gagasan
dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar. Dari definisi “kebudayaan” menurut antropologi tersebut,
menekankan pada tindakan dan proses belajar. Sehingga, hampir seluruh kegiatan dan tindakan
yang dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dibiasakan dengan belajar. Beberapa
ahli antropologi yang mengajukan definisi ini adalah C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis, dan
A. Hoebel.
1. Nilai
Nilai adalah suatu hal yang dianggap bernilai atau berharga yang dianggap
penting dalam suatu masyarakat yang dibuat untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari.
Nilai tersebut bersifat mengikat setiap individu dalam suatu kelompok. Sekaligus menjadi
watak dasar atau karakter kepribadian bersama.
a. Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki
kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas,
batu bara, dan sebagainya.
b. Nilai Vital
7
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari
kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya: gergaji
memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu,
kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai sebagai
mesin hitung, dan sebagainya.
c. Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual
ini bersifat abstrak yang meliputi nilai religius, nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai
religius merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama
atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang terdapat dalam
suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai mengenai baik buruknya perilaku
manusia.
Sesuatu dikatakan bernilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Menurut C. Kluchon,
yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, yaitu :
2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan khas yang dimiliki manusia yang diperoleh
dari lingkungannya untuk mencipta, mempertahankan dan mengembangkan hidup dan
kehidupan bersama melalui proses belajar. Pengetahuan dapat pula didefinisikan sebagai
hipotesa yang telah teruji kebenarannya.
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan
suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam Sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna didaerah tempat tinggal
8
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
g. Ruang dan waktu
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu :
3. Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah suatu prinsip dan pedoman yang dijadikan acuan atau
pegangan hidup individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup memang
menjadi suatu hal yang abstrak. Akan tetapi, keberadaannya sangat berpengaruh terhadap
individu, kelompok, atau suatu bangsa. Dalam diri manusia pandangan hidup sangat
berpengaruh pada persepsi, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam suatu bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia), Pancasila dianggap sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang pada
masyarakat Indonesia sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang terdapat di kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia yang diyakini kebenarannya damenimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
4. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan mendarah
daging pada diri manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, sehingga
menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Manusia mempercayai ada
kekuatan besar di luar dimensi manusia. Naluri untuk mencari kekuatan tersebut muncul
ketika manusia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
9
Manusia percaya bahwa kekuatan tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah dan
membawa mereka keluar dari masalah tersebut. Apabila dikaitkan dengan kehidupan
keagamaan, kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang secara
sistematis dengan para pengikut yang fanatis.
5. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal. Persepsi yang
berbeda seringkali muncul antara manusia satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan sudut pandang yang dimiliki oleh masing-masing manusia.
Selain itu, lingkungan, pengetahuan dan pengalaman juga turut andil dalam proses
pembentukan perilaku tersebut.
a. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu alat
indera manusia,
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain,
c. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat
lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam Antropologi) berasal dari bahasa inggris berarti
watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku masyarakat misalnya, kegemaran-
kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka,
dilihat dari luar oleh orang asing. Masing-masing suku mempunyai etos kebudayaannya
masing-masing yang mungkin saja berbeda sangat mencolok, apa yang baik menurut
suku tertentu belum tentu baik menurut suku yang lain, oleh karenanya diperlukan sikap
kedewasaan untuk memahami kebudayaan lain.
10
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dari ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut, mendapat sebutan universal karena
unsur-unsur tersebut dapat ditemukan di semua bangsa di dunia. Sehingga unsur-unsur
tersebut bersifat umum. Tiap unsur kebudayaan tersebut, tentu saja tidak lepas dari wujud
kebudayaan sebagai:
Tahap pertama, setiap sistem budaya dapat dibagi ke dalam “adat-istiadat”, setiap sistem
sosial dapat dibagi ke dalam “aktivitas sosial”, dan setiap himpunan unsur kebudayaan
fisik dibagi ke dalam “benda-benda kebudayaan”.
Tahap kedua, setiap adat sebaiknya dibagi ke dalam “kompleks budaya”, setiap “aktivitas
sosial” dibagi ke dalam “kompleks sosial”, sedangkan benda kebudayaan tidak berubah.
Tahap ketiga, disarankan kompleks budaya dibagi menjadi “tema-tema budaya”, tiap-tiap
kompleks sosial lebih lanjut diuraikan menjadi “pola sosial” dan seperti tahap kedua,
benda kebudayaan tidak mengalami perubahan.
Tahap keempat, setiap tema budaya dibagi lagi ke dalam “gagasan”, setiap pola sosial
dibagi ke dalam “tindakan”, dan benda kebudayaan tidak berubah.
11
2.5. Karakteristik Kebudayaan
12
para ahli antropologi sering menguraikan kebudayaan menjadi sejumlah bagian atau
unsur yang kelihatannya berdiri sendiri-sendiri. Akan tetapi, sebenarnya unsur-unsur
tersebut saling terkait satu sama lainnya sehingga kebudayaan berfungsi sebagai
kesatuan yang saling berhubungan. Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suku
bangsa, para ahli antropologi sering menguraikan mengenai unsur peralatan dan
perlengkapan hidupnya, unsur mata pencahariannya, sistem keluarga dan
kemasyarakatannya, unsur keseniannya, bahasanya, keyakinannya, dan sistem
pengetahuannya. Masing masing unsur tersebut seolah-olah dapat berdiri sendiri.
5. Kebudayaan bersifat superorganik
Herkovits dan Malinowski memberi sebutan kebudayaan sebagai suatu yang
superorganik. Disebut demikian karena kebudayaan diwariskan turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup terus menerus secara
berkesinambungan, walaupun manusia yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih
berganti karena kematian dan kelahiran.
2. Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan pengetahuan
dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan
13
karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama ada, namun kenyataan itu baru menjadi
bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan. Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam
perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan
baru dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan
yang besar (Horton, 1993: 212). Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada
masyarakat meliputi berbagai proses berikut ini.
a. Discovery
Discovery yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang
individu atau serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat
berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
b. Invention
Invention yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga
penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan.
Proses dari discovery menjadi invention sering tidak hanya melibatkan satu atau
dua individu, tetapi serangkaian individu. Discovery baru akan menjadi invention
jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru itu.
c. Inovasi
Inovasi atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang meliputi
suatu penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu tersebar ke bagian-bagian
masyarakat, serta cara-cara unsur baru itu diterima, dipelajari, dan akhirnya
diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Di dalam masyarakat dikatakan
telah terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru yang ditemukan telah banyak
dikenal dan dipakai secara luas oleh warga masyarakat.
d. Konflik dalam Masyarakat
Sebagai proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif,
namun tidak selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang kemudian disadari akan
memecahkan ikatan social biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang
justru akan menguatkan ikatan sosial. Jika demikian, biasanya akan terbentuk
suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik. Konflik
antarkelompok, misalnya konflik antarsuku bangsa yang terjadi di Timika, Papua.
Konflik tersebut telah menimbulkan kerusakan, jatuhnya korban jiwa, dan
hancurnya harta benda.
e. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Penyebab perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat itu
sendiri juga dapat bersumber dari luar masyarakat itu. Di antaranya adalah faktor
alam yang ada di sekitar masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Antropologi kebudayaan adalah ilmu tentang manusia yang mempelajari aktivitas dan
tingkah laku manusia. Antropologi kebudayaan membahas segala tingkah laku manusia secara
keseluruhan dalam budayanya seperti tindakan, aktivitas, rasa dan gagasan, karya dan segala
macam hal yang bersangkutan antara manusia dan budayanya. Inti bahasan kebudayaan dalam
antropologi juga berbeda dengan pembahasan kebudayaan secara umum yang cenderung
menekankan pada keindahan saja. Akan tetapi, dalam antropologi lebih menekankan pada
sebuah tindakan yang dihasilkan dari proses belajar
Didalam kebudayaan tersebut terdapat substansi, unsur dan karakteristik yang erat
kaitannya dengan ilmu antropologi. Ketiganya membangun “kebudayaan” dan menjelaskan
secara lebih rinci makna antropologi kebudayaan itu.
3.2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
A.B.Wiranata, I Gede. 2002. Antropologi Budaya. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Nurmansyah, Gusnu, Nunung Rodliyah dan Recca Ayu Hapsari. 2013. Pengantar Antropologi
Lampung : CV. Anugerah Utama Raharja
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-antropologi-budaya.html
16