Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGANTAR ANTROPOLOGI BUDAYA

Dosen pengampu:

Dr. Hj. Roamawaty,M.Si

Disusun oleh

Siska Amaliah_B 101 23 138

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI

PUBLIK UNIVERSITAS TADULAKO

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan- Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penmengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
mata kuliah antropologi dengan dosen pengampuh Dr.Hj.Rosmawaty,M.SI.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian,semoga makalah ini dapat bermanfaaat,Terimakasi.

Palu 08 Maret 2024

i
DAFTAR ISI

DAFTAS ISI.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II TEORI..............................................................................................................................3

2.1. Evolusionisme.................................................................................................................3
2.2. Difusionisme Kultural.....................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................10

3.1. Definisi Kebudayaan.......................................................................................................10


3.2. Definisi Perubahan Kebudayaan.....................................................................................10
3.3. Faktor Penyebab Perubahan Kebudayaan.......................................................................11
3.4. Klasifikasi Perubahan Kebudayaan................................................................................19

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................22

A. Kesimpulan.......................................................................................................................22

B. Saran.................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………… 22

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kebudayaan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Sebenarnya tanpa disadari, apa yang kita lihat dan kita lakukan sehari-hari, tidak lepas
dari yang namanya kebudayaan. Setiap kota, setiap negara pasti memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda. Dan kebudayaan itu sendiri mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku. Semuanya itu timbul karena adanya interaksi kita dalam kehidupan
sehari-hari yang bersifat komunikatif. Kebudayaan mencakup sebuah pengetahuan, yaitu
apapun yang kita pelajari atau informasi-informasi yang kita dapatkan dapat diperoleh
dari sebuah kubudayaa. Adalagi sebuah kepercayaan, serta kebiasaan manusia sebagai
warga masyarakat.
Perubahan kebudayaan pada masyarakat biasanya ada yang di sebabkan oleh
masyarakat itu sendiri, atau pun berasal dari masyarakat pendatang. Biasanya penyebab
perubahan yang di lakukan oleh masyarakat itu sendiri terjadi akibat adanya kelahiran,
juga hal-hal baru serta media yang mereka lihat biasanya akan menimbulkan pengaruh
positif juga negatif bagi masyarakat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya dengan penyebab
perubahan budaya yang di akbatkan dengan adanya ke datangan masyarakat dari luar
yang biasanya terjadi karena adanya bencana alam, transmigrasi maupun lainnya.
Mereka biasanya hanya mampu meninggalkan tempat di mana mereka tinggal dulu, tetapi
sulit bagi mereka meninggalkan budaya yang sudah ada dan menggantikannya dengan
yang baru. Contohnya, perubahan yang di lakukan masyarakat atau penduduk yang
datang dari desa kekotaatau sebaliknya… Masyarakat dari desa biasanya hanya meniru
atau mengikuti budaya yang di lakukan masyarakat darikotatanpa memikirkan sisi positif
dan negatifnya, mereka hanya berfikir bahwa budayakotaitu lebih maju dan harus mereka
jadikan contoh, akibatnya mereka terkadang terjebak akan hal-hal negatif baru yang
mereka tidak ketahui sebelumnya. Begitu pula sebaliknya, penduduk kota yang merasa
22lebih moderen dan pintar akan tekhnologi biasanya cenderung pamer dengan budaya
yang mereka biasa lakukan tanpa berfikir dampak positif atau negatif bagi penduduk

1
desa, akibatnya tidak sedikit dari masyarakat desa justru menirukan hal-hal buruk saja,
tapi banyak juga hal baik yang mereka contoh. Hal ini lah yang terkadang dapat
menimbulkan konflik pada masyarakat luas karna adanya perbedaan pandangan
kebudayaan. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman yang semakin maju perbedaan
pandangan tentang kebudayaan ini mulai surut. Hal ini di sebabkan karena mereka ingin
budaya yang mereka miliki dapat di satukan nantinya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa discovery dan invention menjadi faktor Faktor perubahan kebidayaan ?
2. Bagaimana Bentuk-bentuk Proses perubahan kebudayaan ?
3. Apa faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tentang perubahan kebudayaan dan unsure – unsure kebudayaan yang
terkadung di dalamnya.

2. Mengetahui aliran besar perkembangan masyarakat dan kebudayaan dalam antropologi

3. Mengetahui Definisi Faktor penyebab Perubahan kebudayaan

2
BAB II
TEORI

Dalam rangka studi mengenai perkembangan masyarakat dan kebudayaan dalam


kepustakaan antropologi, kita jumpai dua aliran besar yaitu :

1) Evolusionisme

2) Difusionisme

2.1. Evolusionisme

A. Evolusionisme klasik

Evolusionisme klasik mempunyai empat anggapan dasar :

1. Anggapan bahwa umat manusia adalah bagian dari alam, dan bekerja sesuai
dengan hukum alam.
2. Anggapan bahwa hukum alam menguasai perkembangan, dan tidak mengalami
perubahan sepanjang zaman.
3. Anggapan bahwa alam bergerak secara progresif dari yang sederhana menuju ke
arah yang lebih kompleks, dari yang tidak terorganisai menuju ke arah yang lebih
terorganisasikan secara lengkap.
4. Anggapan bahwa manusia diseluruh dunia mempunyai potensi yang sama akan
tetapi berbeda secara fundamental dalam perkembangan kuantitatif mengenai
inteligensi dan pengalamannya.

Aliran Evolusi Kebudayaan ingin menggunakan prinsip ilmiah seperti yang


terdapat dalam ilmu pengetahuan alam, dalam menyusun teorinya tentang perkembangan
masyarakat dan kebudayaan. Dalam menyusun skema revolusi, aliran ini menggunakan
konsep tentang “survival”. Adapun arti disini ialah unsur kebudayaan yang dilihat dan
struktur dan sistem nilai kebudayaan yang ada pada satu waktu tidak mempunyai fungsi
lagi. Contoh yang jelas mengenai perkembangan evolusi yang bertingkat-bertingkat dapat
kita sebut karya Morgan dalam bukunya yang amat terkenal yakni : Ancient Society.
3
 Lewis Henry Morgan (1818-1881)

Menurut Morgan masyarakat semua bangsa di dunia ini sudah atau masih akan
menyelesaikan proses evolusinya melalui tingkat sebagai diuraikan dibawah ini

1. Zaman Liar Tua, yang berlangsung dari masa muda ras manusia sampai pada waktu
diketemukannya api. Kehidupannya adalah dari mencari akar-akaran dan tumbuh-
tumbuhan liar.
2. Zaman Liar Madya, dimulai dari masa setelah manusia mengetahui penggunaan api dan
hidup dari menangkap ikan sampai pada masa manusia menemukan anak panah dan
busurnya. Contohnya adalah suku bangsa asli di Australia dan sebagian besar dari suku
Poynesia ketika diketemukan oleh bangsa barat.
3. Zaman Liar Muda dimulai sejak manusia menemukan panah dan busurnya dan berakhir
pada zaman ketika diketemukannya seni untuk membuat periuk. Suku bangsa yang hidup
dan masih tinggal pada tingkatan ini ialah : suku Athapascan dari daerah Hudson Bay
suku bangsa yang hidup di lembah Columbia dan beberapa suku bangsa yang hidup di
Amerika Utara dan Selatan.
4. Zaman Barbar Tua dimulai sejak manusia menemukan seni untuk membuat periuk, dan
berakhir pada zaman manusia mulai berternak atau mulai bercocok tanam. Ke dalam
tingkat ini dapat disebut suku bangsa Indian di Amerika Serikat di sebelah sungai
Missouri
5. Zaman Barbar Madya dimulai dengan pengenalan akan beternak dan bercocok tanam dan
irigasi sampai kepada zaman dimana telah diperoleh kepandaian mencairkan bijih besi.
Suku bangsa dalam tingkat ini adalah Village Indians dari New Mexico, Mexico dan
Amerika Tengah serta Peru.
6. Zaman Barbar Muda dimulai sejak manusia mengenal pembuatan besi dan berakhir pada
waktu manusia mengenal tulisan. Sejak itu mulai berkembang peradaban. Suku bangsa
yang ada dalam tingkat ini dalah suku Yunani pada zaman Homerus dan suku bangsa
Italia pada zaman sebelum didirikan Romawi dan suku bangsa Germania pada zaman
Caesar.
7. Zaman Peradaban dimulai sejakorang mengenal tulisan hingga zamsn sekarang. Zaman
peradaban ini terbagi dua yaitu zaman peradaban kuno dan zaman peradaban modern.

4
 Edward Burnett Tylor (1832-1917)

Konsep mengenai survival itu kemudian merupakan alat yang amat penting bagi
penganut paham Evolusionisme Klasik untuk menyusun skema perkembangan
kebudaayaan. Diantara berbagai lembaga yang diselidiki perkembangan evolusinya Tylor
mengadakan studi mengenai evolusi religi yang terdapat dalam kitabnya Primitive
Culture (1871),anak judulnya berbunyi Researches into the development of Mythology,
Phylosophy, Religion, Language, Art and Custom”. Mengenai evolusi religi itu Tylor
mendahului analisanya dengan mengatakat, bahwa tidak ada satu bangsa didunia ini
yang tidak mengenareligi. Minimum definisi religi adalah animisme yaitu kepercayaan
akan adanya spiritual being.

Kritik terhadap Evolusionisme klasik itu ditujukan kepada tiga hal yaitu:

1. Orang mulai lebih banyak memberikan perhatian kepada masalah difusi sebagai faktor
yang paling utama bagi penyelidikan mengenai dinamika kebudayaan.
2. Metode komparatif yang dipergunakan oleh teori Evolusi Kebudayaan diterapkan pada
studi perbandingan terhadap unsur kebudayaan yang dilihat secara terlepas dari
konteknya, yaitu dilihat pada latar belakang kebudayaan sebagai satu kesatuan, sehingga
unsur yang dibandingkan menjadi kehilangan arti yang sebenarnya.
3. Bahwa teori Evolusi dalam menyusun konsepsinya kurang memperhatikan faktor waktu
dan faktor tempat yang amat penting artinya bagi studi mengenai masalah perubahan
kebudayaan.

Para ahli Antropologi beraliran Evolusi Klasik juga berjasa dalam beberapa hal :

1. Para ahli itu berhasil membuat konsep tentang Kebudayaan sebagai konsep ilmiah yang
tersusun secara sistematis.
2. Mereka menyadarkan kita mengenai pengertian tentang aspek kebudayaan yang dapat
diteliti secara terpisah-pisah.
3. Mereka telah mengajarkan mengenai prinsip tentang kontinuitas kebuadayaan yang harus
melandasi pendekatan yang realistis dalam menganalisa masalah perubahan kebudayaan.

5
B. Aliran Evolusi Universal
Teori Gordon Childe mengenai Evolusi Universal adalah :
1. Pada permulaan perkembangannya, manusia yang tersusun dalam kelompok-
kelompok kecil, hidup mengembara, menggunakan alat peralatan yang sangat
sederhana dan mendapatkan penghidupan dari mengumpulkan bahan makanan.
2. Keadaan semacam ini terdapat pada umat manusia, dan evolusi yang kemudian
terjadi pada prinsipnya juga dialami oleh umat manusia secara keseluruhan.
3. Revolusi kebudayaan yang pertama disebut revolusi Neolitik, dimana masyarakat
hidup dari mengumpulkan bahan makanan menjadi hidup memproduksikan bahan
makanan.
4. Revolusi Kebudayaan yang kedua adalah Revolusi kekotaan atau Orban
Revolution
5. Revolusi kebudayaan yang ketiga adalah revolusi pengetahuan manusia, atau
revolution of human knowledge, yakni setelah timbulya tulisan
6. Revolusi yang terakir adalah revolusi industri
C. Evolusi Multilineair
Steward berpendapat, bahwa proses perkembangan semua kebudayaan didunia itu
masing-masing bersifat khas. Meskipun demikian, proses perkembangan berbagai
kebudayaan itu memperlihatkan adanya beberapa proses perkembangan yang sejajar.
Kesejajaran itu terutama tampak pada beberapa unsur kebudayaan yang universal, atau
unsur yang primer, seperti sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan dan
sistem religi.

2.2. Difusionisme Kultural

Studi difusi yang akan diutarakan disini adalah difusionisme yang dikembang di :

D. Jerman – Austria
Dua orang yang akan dikemukakan dalam uraian mengenai Difusionisme Jerman :
1) Fritz Graebner (1877 – 1934)
Dalam tinjauannya mengenai peminjaman kebudayaan itu Graebner memakai
Kriterium Kualitas dan Kriterium Kuantitas, dan mengajukan konsep mengenai
Lingkaran Kebudayaan. Yang dimaksud dengan Kriterium Kualitas adalah ciri-

6
ciri yang khas atau kuliatas dari unsur kebudayaan yang terdapat di beberapa
daerah yang sama keadaannya. Dalam mengadakan studi perbandingan itu tidak
hanya satu unsur saja yang diperhatikan, melainkan dicoba dicari sebanyak-
banyaknya unsur yang sama. Kriterium ini mementingkan kuantitasnya. Konsep
mengenai Kulturkreise yaitu unsur yang sama yang terdapat di berbagai tempat
yang merupakan satu kesatuan. Teori-teori tentang lingkaran kebudayaan dan
penyusunan kembali mengenai sejarah kebudayaan umat manusia itu secara
teoritis mudah dikemukakan, akan tetapi dalam kenyataannya, amatlah sulit
menyusunnya. Kelemahan aliran sejarah ini adalah faktor psikologi kurang
mendapat perhatian.
2) Pater Wilhelm Schmidt (1868-1954)
P. Schmidt beranggapan akan adanya kebudayaan kuno, kebudayaan primair,
kebudayaan sekundair, kebudayaan tertiair.
Tanda-tanda kebudayaan kuno menurut P.W. Schmidt :
a) Kebudayaan kuno didukung oleh kelompok manusia yang tidak mengenal
pertanian dan peternakan dan penghidupannya adalah dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan makan,berburu dan menangkap ikan.
b) Kebudayaan materialnya amatlah sederhana.
c) Organisasi sosialnya juga sederhana, kekuasaan dipegang oleh orang-
orang tua.Kepala suku dalam arti yang sebenarnya tidak ada.
d) Sepintas lalu tampaknya suku-suku bangsa ini tidak mengenal agama.
E. Difusionisme Inggris
 W.H.R Rvers (1964-1922)
Perhatian Rivers terhadap etnologi melalui psikologi. Perkembangan antropologi
yang bermaksud menyelidiki hubungan antara kebudayaan-kebudayaan dari suku-suku
bangsa yang mendiami daaerah-daerah di sekitar Selat Torres ialah Irian Selatan dan
Australia Utara.Kebudayaan itu berkembang sama melalui satu garis saja dan
menghasilkan bentuk-bentuk yang sama jika kondisinya sama.Degan hubungannya
dengan studi difusi itu, Rivers mengemukakan, bahwa jika ada dua kebudayaan bertemu
dan bercampur, timbul kebudayaan yang bercorak baru. Etnologi baginya ialah ilmu
tentang kebudayaan dalam arti luas yang dapat menambah pengertian akan arti

7
kebudayaan pada umumnya. Menurut Lowie, jasa Rivers terletak dalam uraiannyatentang
psikologi yang berhubungan dengan etnologidan juga dalam lapangan penyelidikian
sistem kekerabatan.
 G. Elliot Smit (1871-1927)
Pandangan E. Smit yaitu :
1) Manusia tidak mempunyai daya untuk menemukan. Oleh karena itu kebudayaan
hanya timbul di daerah-daerah yang mempunyai banyak kemungkinan dapat
memberikan pengaruh terciptanya suatu kebudayaan.
2) Keadaan dan tempat yang mempunyai kemungkinan adalah mesir. Dari sinilah
tersebar kebudayaan ke seluruh penjuru dunia, yang meliputi jarak yang amat jauh
ke arah timur seperti daerah disekitar Laut Tengah, Afrika, India, Indonesia,
Polinesia dan Amerika.
3) Secara kodrat alam, jika peradaban itu bergerak dari pusat ke daerah tepi, maka
makin jauh kebudayaan itu dari pusatnya makin tidak murni lagi. Karena itu
kebudayaan manusia itu mengalami dekadensi dalam sejarahnya.

Teori difusi yang dikemukakan oleh E. Smith itu sering juga diberi nama
Hiperdifusionisme. Teori itu juga disebut Heliolithic Theory, karena unsur-unsur penting
dari kebudayaan Mesir yang tersebar ke daerah-daerah luas tersebut di atas, tampak pada
bangunan-bangunan batu besar atau megalith, dan tampak pada satu kompleks unsur
keagamaan yang berpusat pada penyembahan matahari.

F. Difusionisme Amerika Serikat


Metode difusi yang dikemukakan oleh Franz Boas yaitu L
1) Studi deskriptif itu merupakan pengantar terhadap studi analitis tentang proses
2) Studi difusi itu harus dikerjakan dengan metode induktif
3) Studi difusi itu harus dimulai dengan menyelidiki tentang hal yang khusus menjadi menuju
kepada masalah yang umum.
4) Pendekatan terhadap studi mengenai proses dinamis itu harus dilihat dan ditinjau secara
spikologis dan diperhatikan pula kedudukan serta sifat individu untuk mendapatkan
gambaran tentang realitas kebudayaan.

8
Boas mengemukakan konsep tentang marginal survival. Konsep mengenai marginal
survival itu merupakan benih bagi berkembnagnya konsep mengenai culture area yang
dilakukan oleh Clark Wissler (1877-1947). Culture area menggolongkan kedalam satu
golongan berpuluh-[uluh kebudayaan yang satu dengan yang lain berbeda, berdasarkan
persamaan dari sejumlah ciri-ciri yang menyolok dalam berbagai kebudayaan tersebut.
Demikianlah telah kita ikuti garis besar mengenai teori tentang perubahan kebudayaan
seperti yang dapat kita baca dalam kepustakaan antropologi. Teori Karl Marx Veblen,
Toynbee dan Oswald Spengler misalnya adalah contoh mengenai pandangan yang
konsepsional mengenai perubahan kebudayaan dan masyarakat.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. DEFINISI KEBUDAYAAN

Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sanskerta) buddhayah yang merupakan bentuk
jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kemudian, kebudayaan diartikan sebagai hal –
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.

Menurut E. B. Tylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,


kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lain serta
kebiasaan – kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah – kaidah dan nilai –
nilai social. Cipta disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat.

3.2. DEFINISI PERUBAHAN KEBUDAYAAN

 Kingsley Davis : perubahan kebudayaan adalah perubahan – perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
 Gillin & Gillin : perubahan kebudayaan adalah suatu variasi dari cara – cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan – penemuan baru dalam masyarakat.
 Selo Soemardjan : perubahan kebudayaan adalah segala perubahan – perubahan pada lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai – nilai, sikap dan pola perilaku di antar kelompok – kelompok dalam masyarakat.
 Kesimpulan
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai
keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.

1
3.3. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan itu dapat berasal dari dalam
masyarakat sendiri, yang ditimbulkan oleh discovery dan invention. Discovery adalah setiap
penambahan pada pengetahuan, atau setiap penemuan baru. Invention adalah penerapan
pengetahuan dan penemuan baru itu.

Faktor perubahan juga dapat datang dari luar masyarakat dengan jalan difusi, atau
penyebaran kebudayaan atau peminjaman kebudayaan. Dalam studi mengenai masalah
perubahan kebudayaan, penyelidikan mengenai difusi kebudayaan lebih banyak dijalankan,
karena sebagian besar dari sebab perubahan kebudayaan itu ditimbulkan oleh faktor difusi
kebudayaan, aau peminjaman kebudayaan. Disamping konsep mengenai invention dan discovery
dan konsep mengenai difusi terdapat konsep lain seperti akulturasi asimilasi dalam studi
mengenai masalah perubahan kebudayaan. Dalam sejarah teori antropologi berkembang pula
teori yang juga mempelajari perubahan kebudayaan, dengan menggunakan pendekatan sejarah
seperti evolusionisme klasik dan difusionisme.

1) Discovery dan Invention

Dalam hal discovery, penemuan itu terjadi secara kebetulan, sedang pada invention
penemuan itu merupakan satu hasil usaha yangs adar. Ralph Linton menganggap pembedaan
pemberian definisi antara discovery dan invention atas dasar motivasi tidak memuaskan dan
mengajukan definisi sendiri, yakni bahwa discovery adalah setiap penambahan pada
pengetahuan dan invention adalah penerapan yang baru dari pengetahuan. Gejala discovery harus
didahului oleh tiga hal : kesempatan, pengamatan, penilaian dan pengkhayalan, ada pula
keinginan dan kebutuhan.

Innovation yang berarti suatu proses perubahan kebudayaan yang besar, tetapi yang
terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Proses ini meliputi satu penemuan baru, jalannya
unsur itu disebarkan kelain bagian dari masyarakat, dan cara unsur kebudayaan tadi diterima,
dipelajari dan akhirnya diapakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Inovasi mengandung
pengertian discovery, invention dan difusi.

1
Invention perlu dikemukan mengenai dua hal yaitu :

a. Basic invention

Basic invention sebagai suatu peristiwa yang meliputi pemakaian prinsip baru atau kombinasi
dari prinsip baru.

b. Improving invention

Jika basic invention telah diterima oleh suatu masyarakat, maka timbullah improving
invention, yang biasanya mempunyai arti memperbaiki penemuan yang telah ada

Sumber besar bagi invention adalah kebudayaan yang merupakan lingkungan hidup dari
penemuan itu. Dari sudut psikologi sosial inovasi membutuhkan beberapa syarat :

1) Masyarakat harus merasa butuh terhadap pembaharuan, yang disebabkan oleh invention
itu.
2) Perubahan yang disebabkan oleh invention harus dipahami dan dapat dikuasai poleh para
anggota masyarakat.
3) Perubahan itu harus dapat diajarkan. Dalam keadaan biasa tiap-tiap kebudayaan
mempunyai teknik untuk meneruskan kebudayaan.
4) Perubahan itu harus menggambarkan keuntungan pada masa yang akan datang.
5) Perubahan itu tidak merusak prestise pribadi atau golongan.

Perubahan tidak dapat meluas di kalangan masyarakat, apabila :

1) Penggunaan penemuan baru itu akan mendapat satu hukuman. Hukuman itu tentunya ada
bermacam-macam dan bertingkat-tingkat.
2) Penemuan baru yang berupa denda material atau yang bersifat nonmaterial itu sulit untuk
diintegrasikan di dalam pola kebudayaan di mana penemuan itu timbul.

2) Difusi Kebudayaan

Difusi kebudayaan dapat dikatakan sebagai proses pen suatu individu ke individu lain,
dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Proses yang disebut pertama yaitu penyebaran dari
individu ke individu lain dalam batas satu masyarakat disebut

1
difusi intramasyarakat atau intradiffusion, dan proses yang kedua ialah penyebaran dari
masyarakat ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat atau interdiffusion.

Seluruh anggota masyarakat yang sehat pikirannya telah menerima ide, kebiasaan dan
respon emosi yang dikondisikan maka unsur perubahan ini disebut universals. Jika unsur
perubahan tersebut hanya didukung oleh sebagian saja masyarakat, maka disebut alternatif,
apabila pendukung unsur kebudayaan yang baru itu lebih kecil lagi maka unsur ini disebut
specialistis dan jika ide tingkah laku dan sikap yang lain itu tidak mempunyai nilai sosial,
melainkan menjadi milik atau sifat atau ciri perorangan secara individual, maka unsur
kebudayaan semacam itu disebut individual peculirieties.

Difusi mengandung tiga proses yang dibeda-bedakan :

1) Proses penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat.


2) Penerimaan unsur baru.
3) Proses integrasi

3) Akulturasi (Aculturation)

Dalam pasal mengenai akulturasi ini akan dibicarakan mengenai :

a) Definisi akulturasi
Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok
manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan
kontak secara langsung terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam
pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya. Dalam
definisi ini, akulturasi adalah satu aspek dari culture change dan asimilasi adalah satu fase
dari akulturasi, sedang disusi adalah satu aspek dari akulturasi.
Kroeber mengatakan, bahwa akulturasi meliputi berbagai perubahan dalam kebudayaan
yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan lain, yang akhirnya
menghasilkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.
b) Timbulnya perhatian terhadap studi mengenai akulturasi
Studi mengenai akulturasi telah dirintis pada akhir abad ke-19, akan tetapi pad
apermulaan abad ke-20 perhatian mengani studi tentang akulturasi itu menurun dan baru

1
timbul kemali antara tahun 1920-1925 dan perhatian itu memuncak pada tahun 19-35-
1940.
Studi mengenai akulturasi terutama di Amerika Serikat merupakan reaksi terhadap studi
tentang “memory” culture, yaitu kebudayaan yang dianggap asli, yang tidak mengalami
perubahan yang sudah mulai hilang dan tidak dapat diselidiki lagi. Di Inggris, studi
mengenai masyarakat dan kebudayaan yang primitif dilakukan dengan pendekatan
fungsionalisme, sedang studi mengenai culture contact, istilah untuk akulturasi di Inggris,
timbul dari kebutuhan praktis, yaitu dalam rangka kebijaksanaan di daerah jajahan.
Perhatian terhadap penyelidikan tentang kontak kebudayaan di Inggris itu juga
merupakan satu reaksi terhadap teori fungsioonalisme yang dirasakan mengadung
baanyak limitasi.
c) Bentuk kontak kebudayaan
1) Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, atau antara bagian-bagian saja
dari masyarakat,malahan dapat pula terjadi semata-mata antara individu-individu
dari dua kelompok.
2) Kontak dapat pula diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan
yang bermusuhan.
3) Kontak dapat pula timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat
yang dikuasai, secara politik atau ekonomi.
4) Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnya dan
berbeda besarnya.
5) Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek yang material dan yang
nonmaterial dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang kompleks,
dan antara kebudayaan yang kompleks dengan yang kompleks pula.
d) Akibat akulturasi
Karena akulturasi adalah suatu proses antara akomodasi dan asimilasi dengan sendirinya
kesuliatan dalam penyesuaian adalah merupakan masalah pokok bagi orang-orang yang
terlibat dalam proses akulturasi. Dilihat dari sudut pengaruh akulturasi pada kebudayaan,
jika yang bertemu itu kebudayaan yang sama kuatnya, maka dalam suatu proses seleksi
masing-masing akan saling mempengaruhi. Yang mengalami perubahan atau pergantian
biasanya adalah unsur yang tidak penting dari masing-masing kebudayaan. Sistem

1
kekerabatan, kebiasaan yang diperoleh dengan proses enkulturasi sejak kecil, seperti
sistem kepercayaan dan pandangan hidup, dalam proses akulturasi tidak banyak
mengalami perubahan.

4) Asimilasi

Asimilasi adalah suatu proses sosial yang telah lanjut yang ditandai oleh makin
kurangnya perbedaan antara individu-individu dan antara kelompok-kelompok, dan makin
eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan
tujuan yang sama.

Faktor yang memudahkan asimilasi :

a) Faktor toleransi
b) Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi.
c) Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain
d) Faktor perkawinan campuran

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karyaseni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.

Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu

1) Mendorong perubahan kebudayaan


a. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,
terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
b. Adanya individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan
kebudayaan, terutama generasi muda.
c. Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.

1
2) Menghambat perubahan kebudayaan
a. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar
berubah seperti :adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non
material)
b. Adanya individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan
terutama generasi tua yang kolot.
c. Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :

A. Faktor intern
• Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan
terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan
penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
• Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat.
c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah
transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam
program pembangunan bersama-sama para transmigran.
• Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir,
longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru,
disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga
terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
• Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang
membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk
tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan
mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.

2. Faktor ekstern
• Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa
Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain
1
berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat
sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
• Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran
agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat
melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
• Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk
peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke
Indonesia

Bentuk-bentuk Proses perubahan kebudayaan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Difusi,yaitu penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain, dari orang ke orang
lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Contoh: Pada masyarakat tani tradisional pengolahan lahan
pertanian masih menggunakan tenaga hewan dan tenaga manusia. Dengan adanya hubungan dengan
masyarakat lain mereka mengenal mesin traktor yang ternyata lebih praktis dan lebih cepat
dalammengolah lahan. Pada akhirnya mereka menggunakan traktor dalam mengolah lahan pertanian
menggantikan tenaga hewan dan tenaga manusia.

Manusia dapat menghimpun pengetahuan baru dari hasil penemuan-penemuan. Tipe difusi:

a) Difusi intra masyarakat

(1) Pengakuan bahwa penemuan baru bermanfaat bagi masyarakat

(2) Ada tidaknya unsur kebudayaan yang mempengaruhi (untuk diterima/ditolak)

(3) Unsur berlawanan dengan fungsi unsur lama, akan ditolak

(4) Kedudukan penemu unsur baru ikut menentukan penerimaan

(5) Ada tidaknya batasan dari pemerintah

2) Akulturasi (cultural contact), yaitu suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan denganunsur-unsur
kebudayaan asing, yang lambat laun unsur kebudayaan asing tersebut melebur atau menyatu ke dalam
kebudayaansendiri(asli), tetapitidak menghilangkancirikebudayaan lama. Hal yang terjadi dalam
akulturasi adalah:

1
a) Substitusi, unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti, melibatkan perubahan struktural yang
kecil sekali.

b) Sinkretisme, unsur-unsur lama bercampur denganyang baru dan membentuk sebuah sistem baru.

c) Adisi, unsur-unsur baru ditambahkan pada unsur yang lama.

d) Dekulturasi, hilangnya bagian substansial sebuah kebudayaan.

e) Orijinasi, tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi yang berubah.

f) Rejection (penolakan), perubahan yang sangat cepat sehingga sejumlah besar orang tidak dapat
menerimanya, menyebabkan penolakan, pemberontakan, gerakan kebangkitan.

3) Asimilasi, yaitu proses penyesuaian (seseorang/kelompok orang asing) terhadap kebudayaan setempat.
Dengan asimilasi kedua kelompok baik asli maupun pendatang lebur dalam satu kesatuan kebudayaan.
Penyebab asimilasi antara lain: toleransi, rasa simpati, kesamaan

4) Penetrasi, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan
lama yang di datangi. Apabila kebudayaan baru seimbang dengan kebudayaan setempat, masing-
masing kebudayaan hampir tidak mengalami perubahan atau tidak saling mempengaruhi, disebut
hubungan sym- biotic.

5) Invasi, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan setempat dengan
peperangan (penaklukan) bangsa asing terhadap bangsa lain. Masuknya Belanda ke Indonesia pada
masa perjanjiandahulu membawa serta unsur-unsur budaya yang sebagian diterapkanpada
masyarakatdaerahjajahannyasepertibahasa,agama dan sistem hukum yang sebagian masih digunakan
dalam sistem hukum/perundang-undnagan di negara Indonesia.

6) Hibridisasi, yaitu perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuranantara orang
asing dengan penduduksetempat. Orang asing yang kawin dengan penduduk pribumi akan membawa
pengaruh budaya aslinya dalam kehidupan rumah tangganya yang lambat laun akan mempengaruhi
budaya masyarakat yang ada di sekitarnya.

7) Milenarisme, yaitu salah satu bentuk kebangkitan, yang berusaha mengangkat golongan masyarakat
bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang rendah. Masyarakat
pedalaman yang memiliki sumber daya alam yang melimpah namun selama ini tidak bisa mengolah
sumber daya alam itu karena telah dieksploitasi orang asing, sekarang iniberusaha untuk bisa
mengolah kekayaan alam mereka sendiri, seperti masyarakat Papua termasuk contoh Milenarisme

1
8) Adaptasi, yaitu proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organismepada lingkungannya
danperubahan yang ditimbulkan oleh lingkunganpada organisme(penyesuaiandua arah). Masyarakat
yang tinggal di daerah pantai dan sepanjang hidup mereka bekerja sebagai nelayan, mereka harus
menyesuaikan diri dengan kondisi pegunungan ketika terjadi tsunami yang melanda daerah pantai
mereka. Mereka tidak lagi mencari ikan, namun menjadi petani atau berkebun dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

9) Imitasi, yaitu proses peniruan kebudayaan lain tanpa mengubah kebudayaan yang ditiru. Imitasi ini
sering dijumpai pada sebagian besar anak remaja di negara kita. Jika ada tokoh yang mereka idolakan,
segala hal yang melekat dari tokoh tersebut mereka tiru, seperti mode pakaian, gaya rambut, bahkan
perilaku.

3.4. KLASIFIKASI PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Perubahan itu bisa berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya,
maka bentuk perubahansosial dapat dibedakan menjadi:

1. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress). Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan
perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat
diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada
manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih
sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang memberikan
berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa
kemajuan. Jadi, pembangunandalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan
(progress).Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat
transportasi, dan penemuan alat-alatkomunikasi. Masuknya jaringan listrik membuat
kebutuhanmanusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat
2. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress). Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah
kemajuan selalu berjalan sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun
muncul dan bisa menimbulkan masalah baru.Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan
bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuahkemunduran.

Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan kemudahan dalam


komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun masih bisa berkomunikasi langsung
dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi
disisi lain telah mengurangi komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi

1
telah menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atau
individu.

Jika dilihat dari segi cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahancepat)


Evolusi adalah perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur
masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana,namun karena
masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah
menjadi kompleks.Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi
diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat,ketegangan-ketegangan
tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya
proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:

a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.

b. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpinmasyarakat tersebut.

c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakanrevolusi.

d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkankepada rakyat.

e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan,serta menegaskan rasa tidak puas


masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arahgerakan
revolusi. Contoh perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim Soeharto),
peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).

2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah
perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.Perubahan besar adalah perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi

2
masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak
industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

3. Perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan
atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan dimasyarakat.
Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change,yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapatkepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebihlembaga-lembaga kemasyarakatan
yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah
pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata
pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak
dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan. Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya
berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan
peralihantatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.

2
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
 Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan
yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
 Unsur – unsure kebudayaan meliputi :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
2. Mata pencaharian hidup dan system – system ekonomi
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Religi

SARAN

Kebudayaan daerah tumbuh dan berkembang adalah hasil dari pengalaman dan aspirasi
lingkungan tertentu oleh karena itu marilah kita hargai budaya yang ada sebagai budaya yang
menjadi milik kita bersama dan menjadi kekayaan bangsa yang harus kita hargai dan hormati.
Kebudayaan merupakan kekayaan dan milik manusia yang dihasilkan melalui karya akal dan
jasmani manusia yang dipadukan dalam mencari kesejahteraan dan kepuasan hidup. Oleh karenya
kita jangan serta merta menggapnya salah dan tidak benar akan tetapi mari kita melihatnya secara
lebih obyektif dan simpatik terhadap semua itu.

DAFTAR PUSTAKA
Wiranata, I. Gede AB, and MH SH. Antropologi budaya. Citra Aditya Bakti, 2011.

Wiranata, I. G. A., & SH, M. (2011). Antropologi budaya. Citra Aditya Bakti.

ISO 690

WIRANATA, I. Gede AB; SH, M. H. Antropologi budaya. Citra Aditya Bakti, 2011.

2
2

Anda mungkin juga menyukai