LINGKUNGAN MASYARAKAT
DI SUSUN OLEH :
1. YULIA AYU PUJI L
2. NITA ASTRI
3. LAILATUL LABIYBAH A
4. ZAHROTUL AULIA
5. LULU TRISKA A
6. FETY KURNIATI
PRODI : D3 KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah bahasa Indonesia tentang ‘Jenis-Jenis Majas, Pengertian Majas dan Contoh
Majas’ ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-
rekan siswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Majas yang merupakan salah
satu bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bilamana
terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap
adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problematika kebudayaan yang penting lainnya adalah adanya kemungkinan punahnya suatu
bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah “terkontaminasi” oleh
pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di
daerah ini sering kali kita temukan percampuran bahasa yang biasanya dituturkan oleh anak
muda di Sumater Barat, seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam percakapan
sehari-hari (kama lu?, gak tau gua do, dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam eksistensi
bahasa di suatu daerah yang jika dibiarkan berlanjut terlalu lama akan mengubah
kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
2. Problematika kebudayaan
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin penulis sampaikan dalam makalah ini diantaranya adalah:
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
pembaca mengenai manusia dan kebudayaan terkhusus pada pembahasan pengaruh dan
problematika kebudayaan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Budaya Tehadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berpengaruh terhadap lingkungan dimana
tempat kebudayaan itu berkembang. Dengan menganalisis pengaruh budaya terhadap
lingkungan, kita dapat mengetahui mengapa setiap daerah itu mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda yang akan menghasilkan keragaman kebudayaan.
1. Physical Environment
Out Carries Product adalah permasalahan kebudayaan yang meliputi hasil tindakan
manusia pada presepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap
masyarakat dalam hubungan social.
2. Corak reaksi yang sama sekali anti terhadap kebudayaan barat. Corak kebudayaan
ini menganggap budaya barat hanya melahirkan manusia yang buas dan kejam,
dan kebudayaan timur yang lebih ungggul.
B. Problematika Kebudayaan
1) Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan
hidup dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan
sekelompok orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia
luar dan tidak mau menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang
baru ini lebih baik daripada pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa
orang jawa tidak mau meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup
sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2) Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah
yang salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena
masyarakat beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam
sering mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa ditempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup
mereka ditempat yang lama.
4) Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
6) Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang
beraneka ragam yang berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang
menimbulkan sikap etnosentris yang dapat menimbulkan perpecahan.
7) Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering disalah gunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan untuk melestarikan suatu generasi, dan obat-obatan yang diciptakan untuk
kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu
kesehatan manusia.
8) Pewarisan kebudayaan.
Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara lain, sesuai atau tidaknya
budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi
sesuai dengan budaya warisan. Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak
budaya yang hendak diwariskan oleh pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi
sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang
dengan nilai-nilai budaya yang baru diterima sekarang ini.
9) Perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah antara lain perubahan
akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan
progress (kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika
dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
10) Penyebaran kebudayaan.
Masyarakat Kota ialah sekumpulan orang tinggal atau berdiam diri dikota-kota suatu
Negara. Sedangkan masyarakat desa ialah sekumpulan orang yang mendiami wilayah-
wilayah di pinggiran kota atau daerah terpencil disuatu Negara.[2] Antara masyarakat kota
dan masyarakat desa memiliki perbedaan-perbedaan yang dapat terlihat atau dirasakan.
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada
akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan
melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya. Perbedaan masyarakat pedesaan dan
masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam
memecahkan suata permasalahan.
Kita juga dapat membedakan masyarakat desa dan masyarakat kota dari karakteristiknya
masing-masing. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial,
struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
“berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara
singkat sebagai berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang
kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk
adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan
sambilan saja. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan
informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri
karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat
umum :
1. Sederhana
2. Mudah curiga
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap
sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan. Berbeda dengan karakteristik
masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama
dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai
urban community.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang
lain
3. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik
dan agama dan sebagainya.
5. Interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada
kepentingan umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya
terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan
berbeda dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
B. Saran
Melalui makalah ini penulis menyarankan agar pembaca tidak berhenti sampai disini saja
menggali ilmu tentang pengaruh dan problematika kebudayaan di Indonesia. Penulis
berharap agar pembaca terus menggali ilmu dan mengetahui problematika kebudayaan
sehingga Bangsa Indonesia bijak dalam menghadapi kebudayaan-kebudayaan baru yang
datang dari luar.
DAFTAR PUSTAKA