ANTROPOLOGI BUDAYA
DOSEN FASILITATOR:
Rahmadaniar Aditya Putri, S.Kep.,Ns, M.Tr.Kep
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Antropologi
Budaya”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal,
baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
2.2. Respon Sakit/Nyeri Pasien dalam Keperawatan yang Peka Budaya ...... 4
2.3. Faktor yang Berpengaruh dalam Keperawatan yang Peka Budaya ........ 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang relatif homogen bangsa Indonesia terdiri atas beraneka warna suku
bangsa serta merupakan suatu bangsa multietnik yang bhineka, maka dapat
dipahami mengapa ilmu antropologi itu menjadi sangat penting dan strategis
untuk dipelajari (Dewi & Nunung, 2018).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud Antropologi Budaya
1.2.2. Bagaimana Respon Sakit/Nyeri Pasien dalam Keperawatan yang
Peka Budaya
1.2.3. Faktor apa yang Berpengaruh dalam Keperawatan yang Peka Budaya
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk Mengetahui tentang Antropologi Budaya
1.3.2. Untuk Mengetahui Respon Sakit/Nyeri Pasien dalam Keperawatan
yang Peka Budaya
1.3.3. Untuk Mengetahui Faktor yang Berpengaruh dalam Keperawatan
yang Peka Budaya
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
umumnya dan kebudayaan diberbagai bangsa diseluruh dunia pada
khususnya. Antropologi umum menyelidki bagaimana manusia itu mampu
berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman.
Antropologi budaya mencoba memberi jawaban mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan denggan manusia sebagai makhluk social atau
sebagai makhluk yang hidup dalam kelompok masyarakat. Antropologi
budaya mempelajari segala keanekaragaman kebudayaan manusia serta
mencoba memberi jawaban mengenai pertanyaan mengenai mengapa suatu
bangsa itu : cara hidupnya, adat istiadat, sitem kepecayaan, system ekonomi
dan system hukumnya, keseniaannya system moral dan faham keindahannya
berdeda dari bangsa satu dengan bangsa yang lain.
Perbandingan dimaksud tidak untuk menilai tentang tinggi
rendahnya atau baik burknya suatu budaya, karena tugas menilai bukan
menjadi kajian ilmu Antropologi Budaya, melainkan melalui pengenalan
terhadap berbagai budaya, akan diperoleh pandangan mengenai nilai-nilai
budaya yang berbeda dari yang dianutnya sendiri (Suharta, 2020).
Menurut (Suharta, 2020) ada tiga tujuan umum mempelajari
Antropologi Budaya, yaitu :
1. Kita sangat kaya dengan aneka ragam suku bangsa dan kebudayaan,
dengan kita belajar antropologi budaya kita tahu aneka ragam suku
bangsa dan kebudayaanya.
2. Kita adalah bangsa yang sangat kaya dengan aneka ragam agama dan
keyakinan/kepercayaan, dengan mempelajari antropologi budaya kita
sadar bahwa kita hidup diantara keyakinan yang berbeda.
3. Kita sering tidak mampu memahami dan menerima dengan terbuka
beraneka ragam suku bangsa, kebudayaan, agama dan
keyakinan/kepercayaan, dengan belajar antropologi budaya kita
berupaya untuk memahami, menerima dan terbuka terhadap keyakinan
yang berbeda.
2.2. Respon Sakit/Nyeri Pasien dalam Keperawatan yang Peka Budaya
Respon sakit dan nyeri adalah indikasi paling sederhana dan paling
mudah dikenali, yang menunjukkan adanya ‘masalah’ pada tubuh manusia
4
ini juga berarti bahwa kesehatan dan keselamatan manusia/individu dalam
penderitaan/masalah terancam (Dias, 2020). The International Association
For The Study of Pain memberikan definisi yang paling banyak dijadikan
acuan yaitu berdasarkan factor yang berkaitan dengan waktu dan kesesuaian
dengan penyakit, nyeri meupakan sensasi yang rumit, unik dan universal.
Dalam banyak literatur yang menyebutkan bahwa adanya definisi
nyeri yang berbeda-beda dan hal ini merefleksikan bahwa sifat nyeri yang
subyektif sehingga ada keragaman dalam cara memahami dan
mengategorikan pengalaman manusia yang kompleks ini. Nyeri memiliki
konstruk multidimensional yaitu hubungan antara penyakit dan rasa sakit
sehingga sangat sulit untuk menguraikannya dengan jelas, pengekspresian
rasa nyeri atau respon terhadap rasa nyeri itu sendiri merupakan fenomena
yang bersifat kompleks dan melibatkan sensorik, perilaku atau motoric,
emosi (Eviyanti, 2020).
Rasa sakit/nyeri ini bisa saja terjadi hanya pada satu titik atau
bagian tertentu saja, tapi bisa juga berada pada lebih dari satu titik/bagian
tubuh. Contohnya adalah demam. Demam tidak terjadi hanya pada bagian
tubuh tertentu, seperti kaki. Tapi, demam terjadi pada seluruh bagian tubuh.
Demam yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh terjadi pada seluruh
permukaan tubuh manusia. Demam juga dapat disertai dengan nyeri kepala,
yang hanya terjadi pada satu bagian saja yaitu bagian kepala (Misalkan
hanya bagian frontal atau temporal saja). Rasa nyeri dan keadaan sakit
adalah indicator yang paling jelas bahwa ada sesuatu yang bermasalah pada
diri individu, dan untuk alasan ini, individu bergerak mencari pertolongan
untuk mengurangi rasa nyeri, dan mencapai kenyamanan (kembali pada
keadaan normalnya lagi).
Ilmu antropologi melihat keadaan nyeri dan sakit sebagai sesuatu
yang kompleks dan memiliki banyak arti. Perawat atau petugas Kesehatan
pada umumnya diharapkan untuk ‘memahami’ dan tidak sembarang
memberikan penilaian atau secara langsung memblok pemahaman pasien
akan rasa sakit dan nyeri yang Ia alami. Nyeri dan sakit itu bersifat subjektif,
dan perawat diharapkan kembali untuk melakukan pengkajian dan re-check
5
tentang kedua hal ini kepada pasien yang merasakan secara nyata
perasaan/pengalaman sakit dan nyeri (Dias, 2020).
2.3. Faktor yang Berpengaruh dalam Keperawatan yang Peka Budaya
Sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat Indonesia terdiri dari
banyak suku bangsa dengan latar belakang budaya bernekaragam.
Lingkungan budaya itu sangat mempengaruhi tingkah laku masyarakat
pemilik budaya. Karenanya, keanekaragaman budaya mampu menimbulkan
beragam variasi perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam peilaku
kesehatan. Maka dari itu factor yang berpengaruh menurut (Dewi &
Nunung, 2018) :
2.3.1. Keturunan
Secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi dalam beberaa
penyebab. Salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh
factor gen. penyakit ini disebut juga sebagai penyakit herediter atau
keturunan. Contohnya antara lain diabetes mellitus, albino dan
penyakit Wilson (penyakit kerusakan hati akibat penumpukan zat
tembaga).
2.3.2. Layanan Kesehatan
Beberapa layanan kesehatan yang dapat memengaruhi status
kesehatan individu pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
adalah :
1. Tempat layanan kesehatan
Letak geografis tempat layanan kesehatan dapat memengaruhi
keterjangkauan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Hal itu
juga berdampak pada keterjangkauan petugas kesehatan dalam
memberikan layanan kepada masyarakat, terutama petugas
puskesmas. Jika letak tempat layanan kesehatan jauh dari
permukiman penduduk, kemungkinan masyarakat akan sulit
menjangkaunya. Terlebih jika sarana transportasi didaerah
tersebut tidak memadai. Kondisi ini tentunya akan menghambat
upaya pertolongan, akibatnya kondisi orang tersebut dapat
bertambah parah atau bahkan berujung pada kematian.
6
2. Petugas kesehatan
Klien meurpakan individu yang berada dalam posisi
ketergantungan karena sangat membutuhkan pertolongan dari
petugas kesahatan bagi kesembuhannya. Dalam kondisi sakit,
klien cenderung pasrah terhadap apapun tindakan kesehatan dari
petugas kesehatan. Jika petugas kesehatan tidak memiliki
kompetensi berkualitas, alih-alih kesembuhan yang didapat, klien
justru bisa lebih menderita. Karenanya, kualitas petugas
kesehatan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan individu
maupun masyarakat.
3. Biaya kesehatan
Tinggnya biaya pengobatan menyebabkan tidak semua orang
mampu memanfaatkkan layanan kesehatan keluarga dari
golongan ekonomi lemah atau miskin tentu tidak mungkin
mampu menjangkau layanan kesehatan. Golongan masyarakat
miskin biasanya akan berpikir berulang kali untuk mengeluarkan
biaya kesehatan. Namun pentingnya kesehatan masyarakat bagi
kesejahteraan negara membuat setiap pemerintah negara,
termasuk Indonesia memiliki beragam program khusus bagi
wwarga miskin untuk mendapatkan layanan kesehatan. Misalnya,
program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas).
4. System Layanan Kesehatan
System layanan kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap
derajat kesehatan individu dan masyarakat. Layanan kesehatan
terdepan bukan semata-mata berfokus pad pengobatan, tetapi
juga pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
2.3.3. Lingkungan
Lingkungan, termasuk social budaya memberi pengaruh besar
terhadap status kesehatan individu. Lingkungan adalah kombinasi
antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam serta
flora dan fauna yang hidup di atas tanah maupun di dalam lautan.
7
Contohnya, ketersediaan air bersih, lingkungan hijau yang cukup,
udara yang sehat, dan bebas polusi.
2.3.4. Perilaku
Perilaku yang mempengaruhi status kesehatan. Artinya, kondisi sehat
atau sakit pada individu, keluarga dan masyarakat sehat, maka
kondisinya dapat dipastikan sehat pula, begitu juga sebaliknya.
Perilku manusia bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti pendidikan, adat istiadat,
kepercayaan, kebiasaan, social, ekonomi dan sebagainya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Antropologi Budaya adalah cabang besar dari antropologi umum,
yang menyelidiki kebudayaan pada umumnya dan kebudayaan diberbagai
bangsa diseluruh dunia pada khususnya. Tujuan umum kita mempelajari
Antropologi Budaya yaitu kita tahu aneka ragam suku bangsa dan
kebudayaanya, kita sadar bahwa kita hidup diantara keyakinan yang berbeda
dan kita berupaya untuk memahami, menerima dan terbuka terhadap
keyakinan yang berbeda.
Respon sakit dan nyeri adalah indikasi paling sederhana dan paling
mudah dikenali, yang menunjukkan adanya ‘masalah’ pada tubuh manusia
ini juga berarti bahwa kesehatan dan keselamatan manusia/individu dalam
penderitaan/masalah terancam. Nyeri dan sakit itu bersifat subjektif, dan
perawat diharapkan kembali untuk melakukan pengkajian dan re-check
tentang kedua hal ini kepada pasien yang merasakan secara nyata
perasaan/pengalaman sakit dan nyeri.
Factor yang berpengaruh dalam keperawatan yang peka budaya,
yaitu :
3.1.1. Keturunan
3.1.2. Layanan Kesehatan
3.1.3. Lingkungan
3.1.4. Perilaku
3.2. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, M. P., & Nunung, R. (2018). Konsep dan Aplikasi Antropologi dalam
Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
10