Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANTROPOLOGI KESEHATAN
“KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN”

Dosen Pengampu :
Edi Purwanto, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1

Ismi Fania Nurhasanah P07220222021


Hevy Rimadhana P07220222026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, rahmat dan ridho-Nya kepada kita semua sehingga makalah Mata Kuliah Antropologi
Kesehatan yang berjudul “Konsep Antropologi Sosial dan Kesehatan” ini dapat terselesaikan.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas dorongan yang diberikan kepada kami
dalam proses penyelesaian makalah ini, Bapak dosen mata kuliah yang telah membimbing
kami dalam proses penyelesaian makalah ini dan berbagai arahan yang telah diberikan demi
tersusunnya makalah ini, juga tak lupa orang tua kami yang selalu senantiasa mendoakan kami.
Kepada Bapak dosen dan para pembaca, kami tak lupa mengharapkan kritik yang bersifat
membangun bilamana terdapat kesalahan dan kekeliruan demi perbaikan makalah ini karena
bagaimanapun juga, manusia itu tidak lepas dari kekurangan, sebagaimana tiada gading yang
tak retak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupu
inspirasi untuk pembaca.

Samarinda, 22 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi .................................................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan ........................................................... 4
C. Definisi Antropologi Kesehatan .................................................................................. 5
D. Konsep Dasar Individu ............................................................................................... 5
E. Konsep Dasar Masyarakat ............................................................................................ 6
F. Manusia dan Kebudayaan ........................................................................................... 7
G. Hubungan Manusia dan Sosial ................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Selama
bertahun-tahun, penelitian di bidang kesehatan lebih fokus pada aspek medis dan
biologis, seperti penyakit, obat-obatan, dan teknologi medis. Namun, semakin jelas
bahwa kesehatan manusia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, dan lingkungan.

Antropologi sosial, sebagai salah satu cabang ilmu antropologi, menawarkan


pendekatan yang kaya dan komprehensif dalam memahami kesehatan manusia.
Antropologi sosial berfokus pada studi tentang manusia sebagai makhluk sosial yang
berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dengan memahami kesehatan dalam
konteks sosial dan budaya, antropologi sosial membantu mengungkapkan kompleksitas
hubungan antara kesehatan, masyarakat, dan lingkungan.

Salah satu aspek utama yang menarik perhatian dalam kajian antropologi sosial
dan kesehatan adalah peran penting faktor-faktor sosial dalam menentukan status
kesehatan individu maupun kelompok. Adanya ketidaksetaraan kesehatan antara
kelompok sosial tertentu menjadi perhatian serius yang mengharuskan pemahaman
lebih mendalam tentang peran struktur sosial, status ekonomi, akses terhadap layanan
kesehatan, dan lingkungan fisik dalam membentuk pola kesehatan.

Perubahan sosial yang terjadi di era globalisasi juga turut memengaruhi


kesehatan masyarakat. Urbanisasi, migrasi, dan pertukaran budaya menyebabkan
pergeseran pola penyakit dan tantangan kesehatan baru. Studi antropologi sosial
membantu melacak dan mengidentifikasi dampak perubahan sosial ini pada kesehatan
dan memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat beradaptasi dengan
perubahan tersebut.

Dalam konteks ini, makalah tentang konsep antropologi sosial dan kesehatan
menjadi relevan untuk menyajikan gambaran yang komprehensif tentang kesehatan
manusia. Dengan menerapkan perspektif antropologi sosial dalam bidang kesehatan,
diharapkan kita dapat merancang kebijakan dan program kesehatan yang lebih efektif,

1
2

inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan dan realitas sosial masyarakat yang
beragam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu antropologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu antropologi kesehatan?
3. Apa definisi antropologi kesehatan?
4. Apa konsep dasar individu?
5. Apa konsep dasar masyarakat?
6. Apa definisi dari manusia dan kebudayaan?
7. Bagaimana hubungan manusia dan sosial?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu antropologi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu antropologi
kesehatan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi antropologi kesehatan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar individu.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar masyarakat.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi manusia dan kebudayaan.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hubungan manusia dan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi


Antropologi merupakan salah satu displin ilmu yang berkembang sebagai dampak
penjajahan bangsa Eropa di seluruh dunia. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial
yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi muncul
berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-cirii fisik, adat-istiadat,
budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Banyak ahli Antrpologi berpendapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang
ilmu yang jelas batasannya pada sekitar abad ke 19. Antropologi pada abad ke 19 sampai
abad ke 20 berkembang ke arah yang lebih sistemastik dan menggunakan metodologi
ilmiah.
Koentjaraningrat menyusun perkembangan antropologi menjadi 4 fase:
1. Fase pertama (sebelum tahun. 1800-an)
Pada akhir abad ke 15,.bangsa Eropa mulai menjelajah ke berbagai benua seperti
Asia, Afrika, dan Amerika. Dari para penjelajah tersebut terkumpul buku-buku kisah
perjalanan, yang berisi bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat istiadat,
susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik dari bermacam-macam suku bangsa di
Asia, Afrika, Oseania, dan Amerika. Kemudian bahan pengetahuan tadi disebut bahan
etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
2. Fase Kedua (Tahun 1800-an)
Pada fase ini, muncul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. Pada fase kedua ini
perkembangan antropologi bertujuan akademis, yaitu mempelajari masyarakt,
kebudayaan, dan masyarakat primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal tahun 1900-an)
Pada fase ini, antropologi menjadi ilmu praktis dengan tujuan mempelajari
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan
pemerintah kolonial dan untuk memahami kebudayaan masyarakat modern yang
kompleks.
4. Fase Keempat (tahun 1930-an)

3
4

Pada masa ini Antropologi mengalami masa perkembangan yang paling pesat
karena terjadi perubahan yang besar. kebudayaan asli bangsa-bangsa pribumi hilang
akibat pengaruh kebudayaan Eropa. Selain itu, setelah perang dunia ke II muncul
kebencian terhadap negara-negara penjajah. proses-proses tersebut menyebabkan
perhatian ilmu antropoogi tidk lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa,
tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedesaan Eropa.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan


Uraian sejarah muncul dan perkembangan antropologi kesehatan dibuat menurut
urutan waktu cetusannya, yakni sebagai berikut :
 Tahun 1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis
apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka
apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran
dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka
kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat
dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi
Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan
inspirasi yang cemerlang.
 Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat
pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan
ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
 Tahun 1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan
Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai
kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika
benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan
penyakit bagi ilmu antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour
5

Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar
dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis
bagi Antropologi.

C. Definisi Antropologi Kesehatan


Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya
terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono,
1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri
tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa
ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).
Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan
konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti
disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan
mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu
kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin
yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986; 1-3).

D. Konsep Dasar Individu


Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata
individu merupakan sebutanyang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan
yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga
dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah
lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini
berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki perananperanan
yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta
pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung
menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik
6

dengan tingkah laku masa. Karakteristik Manusia Sebagai Mahluk Individu Setiap insan
yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi dirinya sendiri,
sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya individulitas itu
setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan
yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang
sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.
Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan individualitas
setiap insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut :
1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.
3. Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian

E. Konsep Dasar Masyarakat


 Menurut Kontjaraningrat (1990),
Masyarakat adalan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah
lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia vang berinteraksi menurut suatu
sistem dat istiadat tertentu vang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
 Menurut Soerdjono Soekanto (1982),
Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu,
dimana yang menjadi dasarya adalah interaksi yang lebih bear dari anggota-
anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
 Menurut Mac laver (1957),
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami territorial tertentu dan
adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian kerja dan kebudayaan
bersama.
 Menurut Linton (1936)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir tentang dirinya
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
7

F. Manusia dan Kebudayaan


1. Pengertian Manusia
Manusia dalam bahasa inggris disebut man. Arti dasar dari kata ini tidak jelas
tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin) yang berarti "ada yang
berfikir". Demikian halnya arti kata anthropos (yunani) tidak begitu jelas. Semula
anthropos berarti "seseorang yang melihat ke atas". Sekarang kata ini di pakai untuk
mengartikan "wajah manusia". Dan akhirnya homo bahasa latin yang artinya "orang
yang dilahirkan di atas bumi".
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya
mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut Effendi,
adalah berasal dari kata “in” dan “divided”. Dalam bahasa Inggris “in” mengandung
pengertian tidak, sedangkan “divided” artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk
individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis,
apabila kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-
masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik
mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan
banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan
kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungannya. Lebih lanjut, dalam pandangan humanistik, manusia memiliki potensi
lebih banyak daripada apa yang mereka capai. Lebih lanjut dijelaskan bahwa apabila
dapat melepaskan potensi itu, maka setiap individu dapat mencapai keadaan eksistensi
yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orang yang mengaktualisasikan diri.
Menurut Nursid Sumaatmadja dalam Effendi, kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hail interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal
(fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat
rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut
berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang. Secara normal,
setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat
dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu
8

(sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality), (4)
dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin menemukan sendiri
(sense of discovery). Potensi in berkembang jika adanya rangsangan, wadah dan
suasana kondusit. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi
mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin
memenuhi kebutuhan dan kehendaknva masing masing. ingin merealisasikan dan
mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Setiap individu akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan yang lainnya,
tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap ingin menjadi
dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan keindividualitasnya. Menurut Zanti Arbi
dan Syahrun dalam Sadulloh, menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas
dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul-betul
manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang
mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya
sendiri.

2. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologi kata Kebudayaan dari akar budaya yang berasal dari bahasa
sansekerta. Dari akar kata Buddhi-tunggal-, jamaknya adalah buddhayah yang diartikan
budi, atau akal, atau akal budi atau pikiran. Setelah mendapat awalan ke- dan akhiran -
an menjadi “kebudayaan” yang berarti hal ihwal tentang alam pikiran manusia. Adapun
istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan
kebududayaan berasal dari kata Latin colore. Artinya mengolah atau mengajarkan ,
yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colore dan culture,
diartikan sebagai segala dava dan Kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.
Menurut Sir Edward B. Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk menunjuk
"keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu vang dihasilkan manusia dalam
pengalaman historinya". Termasuk disini ialah "pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Menurut Robert H. Lowie, kebudayaan adalah "segala
sesuatu yang diperoleh oleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat-
9

istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena
kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang dapat melalui
pendidikan formal atau informal. Menurut Clyde Kluckhohn, mendefisikan
kebudayaan sebagai "total dari cara hidup suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh
individu dari grupnya". Gillin beranggapan bahwa kebudayaan terdiri dari kebiasaan-
kebiasaan yang terbola dan secara Tunesiona salineo bertautan dengan individu tertentu
vane membentuk grup-grup atau kategori sosial tertentu. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat. Kebudavaan adalah keseluruhan system gagasan , tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.

Kebudayaan tidak diwariskan secara biologis, melainkan hanya mungkin


aperoleh dengan cara belajar dan kebudayaan tersebut diperoleh manusia sebagai
anggota masvarakat. Mampir semua tindakan manusia adalah kebudavaan. Luasnya
bidang kebudavaan menimbulkan adanva telahan mengenai apa sebenarnva isi dari
kebudavaan itu. Pandangan para ahli tentang kebudayqan berbeda-beda, namun sama-
sama memahami bahwa Kebudayaan adalah suatu Keseluruhan yang terintegrasi.
Unsur-unsur kebudavaan terdapat pada setiap kebudavaan dari semua manusia
dimanapun berada.

G. Hubungan Manusia dan Sosial


Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan
individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar
individu maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial.
Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-
hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan
membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses
sosial.
Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan
tertib dan lancar, karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam
karakteristik. Demikian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang
merupakan wujud dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman hubungan sosial itu
tampak nyata dalam struktur sosial masyarakat yang majemuk, contohnya seperti
Indonesia. Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi karena masing-
masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan dalam satu suku
10

bangsa pun memiliki perbedaan. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada itu adalah suatu
gejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial. Berdasarkan hal itulah maka didapatkan
suatu pengertian tentang Keragaman hubungan sostal, yang merupakan suatu pereaulan
hidup manusia dari berbagai tipe kelompok yang terbentuk melalui interaksi sosial yang
berbeda dalam kehidupan masvarakat.
Keragaman hubungan sosial dapat menimbulkan ketidakharmonisan, pertentangan,
pertikaian antar suku bangsa maupun intern suku bangsa. Jika keselarasan tidak ditanamkan
sejak dini, terutama dalam masarakat majemuk seperti Indonesia yang memiliki keragaman
hubungan sosial, maka dampak negatif tersebut akan menjadi kenyataan. Sebaliknya jika
keselarasan dipupuk terutama dalam masyarakat majemuk, maka dampak negatif tersebut
tidak akan terjadi, bahkan keragaman kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan
menjadi suatu aset budaya yang tak ternilai harganya. Sebagai seorang individu yang hidup
dalam bangsa yang terdiri dari beragam suku bangsa dan memiliki keaneragaman budaya,
pasti akan mengalami keragaman hubungan sosial.
Dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keragaman hubungan sosial tersebut, ada
beberapa hal yang perlu kita sikapi dan terapkan agar keselarasan dalam keragaman
hubungan sosial dapat terwujud, antara lain:

1. Mematuhi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana kita hidup
2. Beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam perkataan dan tindakan kita dengan nilai dan
norma yang berlaku.
3. Mengikuti aturan yang berlaku agar terjadi keselarasan sosial di dalam keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara.
4. Saling menghargai antara sesama teman merupakan tindakan yang dapat mencegah kita
dari pertentangan, terutama di tengah keragaman hubungan sosial dalam masyarakat
kita yang majemuk.
5. Berusaha untuk mengerti dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat untuk menghindari terjadinya pertentangan yang tidak mendatangkan
manfaat apapun juga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropologi berkembang sebagai dampak penjajahan bangsa Eropa di seluruh dunia.
Munculnya antropologi berawal dari ketertarikan orang Eropa terhadap ciri-ciri fisik, adat-
istiadat, dan budaya masyarakat suku bangsa di luar Eropa. Antropologi mengalami
perkembangan yang lebih sistematis dan menggunakan metodologi ilmiah pada abad ke-
19 hingga abad ke-20.
Antropologi kesehatan merupakan subdisiplin antropologi yang mempelajari
pengaruh unsur budaya terhadap persepsi masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.
Perkembangan antropologi kesehatan dimulai pada abad ke-19 dan mengalami pengakuan
lebih lanjut pada abad ke-20. Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur
budaya terhadap persepsi masyarakat tentang penyakit dan kesehatan. Bidang ini mengkaji
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda, yaitu kutub biologi dan kutub
sosial budaya.
Individu merujuk pada manusia sebagai kesatuan terkecil dan terbatas. Setiap
individu memiliki ciri khas, kepribadian, dan kecakapan yang berbeda-beda. Manusia
sebagai individu memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensinya.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul dan berinteraksi, memiliki
sistem norma dan nilai bersama, serta memiliki identitas bersama.
Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok dan memiliki keragaman budaya. Manusia
merupakan makhluk individu yang unik, memiliki kepribadian, potensi, dan kemauan
untuk mengembangkan diri. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang diwariskan melalui pembelajaran.
Manusia selalu melakukan interaksi sosial dan membentuk hubungan sosial dalam
masyarakat. Keragaman hubungan sosial dalam masyarakat majemuk perlu disikapi
dengan saling menghormati, menghargai, dan beradaptasi dengan nilai dan norma yang
berlaku untuk menciptakan keselarasan sosial.

11
12

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca dapat
melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya dan dapat di
pertanggungjawabkan.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R. S., Lisyawati, N., & Fahrani, F. (2020, Februari). Pengantar Antropologi
Kesehatan. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/340032849_Pengantar_Antropologi_Keseha
tan
Environmental Sanitation. (2012, Agustus 12). SEJARAH PERKEMBANGAN
ANTROPOLOGI KESEHATAN. Retrieved from
https://environmentalsanitation.wordpress.com/2012/08/12/sejarah-perkembangan-
antropologi-kesehatan/
Maulidah, N. (2017, Oktober 23). Materi Antropologi Kelas X : Sejarah Kelahiran
Antropologi. Retrieved from https://blog.unnes.ac.id/maulida12/2017/10/23/materi-
antropologi-kelas-x-sejarah-kelahiran-
antropologi/#:~:text=Antropologi%20muncul%20berawal%20dari%20ketertarikan,pa
da%20sekitar%20abad%20ke%2019
Nasrullah, D. (2019, Juni 27). Modul Kuliah Antropologi Kesehatan. Retrieved from
https://repository.um-surabaya.ac.id/5024/1/Modul_Antropologi_Kesehatan.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai