Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN

Disusun oleh :

Kelompok 1

WULANDARI (P00320022062)

ASRID (P00320022056)

SINDI SAFITRI (P00320022064)

MITRA YUNITA (P00320022078)

EKA JUNIASTRI DARIUS (P00320022052)

EVI YOLANDA SAPUTRI (P00320022099)

SUCI ANUGRAH (P00320022095)

PARHAN (P00320022091)

RISWAN (P00320022076)

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena  atas  limpahan 
rahmat  dan  karunia – Nya lah  sehingga kami  dapa tmenyelesaikan Makalah konsep
Antropologi Sosial dan Kesehatan ini dengan baik. 
            Selama dalam menyusun makalah dengan judul “Konsep Antropologi Sosial dan
Kesehatan”, penulis senantiasa mendapat inspirasi dan dorongan moril maupun materil dari
berbagai pihak terutama dari Dosen Antropologi, Akhmad, SST., M.Kes.yang telah memberikan
saran serta petunjuk kepada kami kelompok 1
            Kami menyadari akan keterbatasan dan kekurangan baik isi maupun redaksi. Oleh
karena itu di dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari berbagai pihak, maka
kami menyampaikan terimakasih banyak. Kritik dan saran yang bersifat membangun, kami
nantikan. Semogakaryainibergunadanbermanfaatbagisiapasaja yang membacanya.

Kendari, 21 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1-3
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
C. Tujuan............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Antropologi Sosial.............................................................................. 5-6
B.  Sejarah Antropologi Sosial.............................................................................. 7-8
C.  Definisi Antropologi Kesehatan...................................................................... 8-9
D. Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan................................................10-11
E. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN MANUSIA................................12-13
1. HUBUNGAN MANUSIA  DAN  KEBUDAYAAN....................................... 14
2. HUBUNGAN MANUSIA  DAN  SOSIAL..................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 17

iii
BAB I 

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti
ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang
mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak
akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana manusia
pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri
fisik manusia. Para ahliantropolgi juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu
masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.
Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan
pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti
sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan bahkan dapat
digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan sastra.
Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan permasalahan manusia,
tentu tidak akan merasa senang bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi.
Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih
lama dari antropologi, dan masing-masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk
menjadi berbeda dari yang lain.

Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi.

Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat


fase, yaitu:
a. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika,
Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad.
Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum
nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah

1
perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka
kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri
fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa.

b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)

Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa
karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat
evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap
"primitiv" yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah
dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat
evolusi.

c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)

Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi
menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.
Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa ternyata
makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa
Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan
menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.

d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)

Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya.
Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa
primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika)
setelahPerang Dunia II.

Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena


itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-
suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan

2
Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan
symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup
antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.

Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:

1.  Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya,
masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan

Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli
antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah
maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing –
masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk
mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam antropologi. Dengan
demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli
antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup
manusia secara lebih banyak.

3
B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan rumusan masalahnya
sebagai berikut:

1.    Apakah definisi antropologi sosial?


2.    Bagaimana sejarah antropologi sosial?
3.  Apakah definisi antropologi kesehatan?
4.  Bagaimana sejarah antropologi kesehatan?
5. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
6. Bagaimana hubungan manusia dengan sosial?

C.  Tujuan

Dalam penyusunan makalah berjudul “Sejarah Antropologi Sosial dan Kesehatan” ini,
penulis berharap dapat memeberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca dan
masyarakat luas.

Adapun tujuan berikut adalah sebagai berikut:

  Bagi Penulis
1.   Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi yang di bimbing oleh
IbuYosinaAtanai.
2.  Makalah ini dibuat agar kita lebih memahami mengenai konsep antropologi sosial dan
kesehatan.

Bagi Pembaca
1.      Memahami pengertian dan sejarah antropologi.
2.      Mengetahui sejarah antropologi sosial dan kesehatan...

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.     Definisi Antropologi Sosial.

Antropologi social adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari


tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. mempelajari
seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang  menghadirkan orang lain baik secara
nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan tertentu.

B.     Sejarah Antropologi Sosial

Setelah itu muncul D’Alembert,Condercet,Turgot,pengikut Encyclopaedist dan Phisiocrat


hingga kepada Saint Simon ( 1760-1825 ).Saint Simon sebagai anggota Elightment menyarankan
bahwa ilmuan harus menganalisa fakta bukan konsep dalam kajian.

Selanjutnya Auguste Comte ( 1798 -1857 ) merupakan pengikut Simon namun berbeda
pendapat dengannya.Comte ahli fikir yang lebih sistematis namun tetap menanamkan disiplin
ilmu kemasyarakatan yang dirancang sebagai “sosilogi”.Jadi aliran rasionalisme falsafah
perancis mempengaruhi bidang antropologi inggris dengan kuat,terutama melalui penulisan
Durkheim dan para pengikutnya serta Levy-Bruhl yang mempunyai pemikiran sama dengan
Simon.Dua orang penulis yang telah menarik perhatian para antropolog sosial berkenaan dengan
analiasa mengenai fungsi ialah Hubert Spencer dan Emile Durkheim.

Keduanya mencoba merangkum seluruh pengetahuan manusia dan dalam mereka


mencoba membentuk suatu ilmu kemasyarakatan yang lengkap dan disebut Super organic
( manusia merupakan suatu evolusi alami dan merupakan lanjutan evolusi organic yang tidak
dapat dihindarkan ).

Penulisan Emile Durkheim menimbulkan pengaruh lebih tepat dan mendalam terhadap
antropologi sosial Karena teori-teori sosiologi umum yang dikemukakan dalam pengkajian
mengenai masyarakat primitive secara menyakinkan.(contoh karya ).pendapat Durkheim ; Fakta-
fakta sosial tidak dapat diterangkan dari segi psikologi individu kalau ia berada di luar dan

5
terpisah dari pemikiran individu tersebut.misalnya bahasa yang merupakan sui generis.Fakta-
fakta dicirikan dengan bentuk yang umum,dapat diturunkan dan beberapa paksaan.Semua
anggota masyarakat umumnya mempunyai kebiasaan,adat istiadat,bahasa dan moral yang
sama.mereka juga takhluk pada suatu kerangka institusi politik,hukum dan ekonomi.Semua hal
tersebut membentuk suatu struktur yang dapat dikatakan stabil karena dibutuhkan dalam jangkau
yang lama dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Profesor Radcliffe-Brown telah menyatakan konsep bahwa konsep fungsi yang


digunakan bagi masyarakat manusia adalah kepada analogi antara kehidupan sosial dan
organic.Penekanan antropologi fungsional terhadap konsep system sosial dan selanjutnya
mengenai pentingnya pengkajian yang sistematis tentang kehidupan sosial masyarakat primitive
yang ada sekarang bukan saja telah mimisahkan disiplin antropologi sosial dari etnografi bahkan
menggabungkan pengkajian teorikal mengenai institusi dengan pengkajian bercorak penelitian
lapangan mengenai kehidupan sosial masyarakat primitive.Pada masa sekarang antropolog sosial
mengkaji masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang bersejarah.apa yang dilakukan seorang
antropologi sosial dapat dibagi tiga tingkat:

Tingkat pertama: Sebagai seorang ahli etnografi dia  tinggal bersama dalam suatu
masyarakat primitive dan mempelajari cara hidup mereka.Dia mempelajari tutur kata masyarakat
itu,berfikir dari segi konsep mereka,dan merasakan apa yang mereka rasakan.Kemudian dia akan
menghidupkan kembali pengalaman secara kritis dan menguraikan dari segi kategori konsep dan
nilai budaya dan menurut pengertian umum disiplin ilmiahnya.Dengan kata lain dai
mengartikannya dari kebudayaan kepada kebudayaan yang lain.

Tingkat Kedua: Dia akan mencoba untuk melampaui garis literary dan impressionistic
untuk mengetahi struktur masyarakat untuk menyelidiki system fonologi dan tat bahasa
tersebut.Jadi seorang sntropolog sosial tidak ajkan merasa puas hanya dengan memperhatikan
dan menerangkan kehidupan sosial suatu masyarakat primitive itu saja tetapi akn mencoba
mengungkapkan struktur dasar masyarakat itu.

Tingkat Ketiga: Membandingkan pola-pola tadi dengan pola-pola masyarakat


lainnya.Dengan ini antropolg sosial akan dapat  memperluas pengetahuannya tentang dasar
struktur tipologi mengenai bentuk masyrakat,menentukan cirri-ciri utamanya dan sebab-sebab
mengapa terjadinya perbedaan di antara masyarakat itu.

6
Ketiga tingkatan tersebut berpedoman pada antropologi sosial mengkaji masyarakat
sebagai system moral atau simbolik bukan sebagai sistem alami.

Tokoh-Tokoh  Perkembangan Antropologi Sosial

EDWARD B TYLOR
Edward B Tylor ( 1832-1917 ) adalah orang inggris yang mendapatkan pendidikan dalam
kesusaatraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,dan baru kemudian tertarik akan ilmu
arkeologi.Karena ia mendapat kesempatan untuk turut dengan keluarganya berkelana ke Afrika
dan Asia,ia tertarik untuk membaca etnografi.Buku pertama Tylor adalah Anahuac,or Mexico
and the Mexicans,Ancient and Modern ( 1861 ).Ia diangkat menjadi gurubesar di Universitas
Oxford tahun 1883.evolusionismenya dituangkan dalam bukunya yang berjudul Researches into
the Early History of Mankind.Diantara beratus-ratus buku karyanya ada dua jilid Primitive
Culture: Researches into the Devolopment of Mythology,Philosofy,Religion,Language,Art and
Custom yang ia teliti sendiri (1874 )menjelaskan dua hal,pertama perbedaan yang tampak pada
manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati dan kedua tentang peristiwa mimpi.

LEWIS HENRY MORGAN


Lewis Henry Morgan ( 1818-1881 ) adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di
antar suku-suku  bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai St. Lawrence dan di sebelah
selatan danau-danau besar Ontario dan erie ( Negara bagian New York ) sebagai pengacara bagi
orang-orang Indian dalam soal-soal tanah.Karangan etnografi yang pertama terbit tahun 1851
berjudul League of the Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois.Morgan percaya kepada konsep evolusi
masyarakat,melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society ( 1877 ) mencoba melukiskan
evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat.evolusi yang universal ( zaman liar
tua,zaman liar madya,zaman liar muda,zaman barbar tua,zaman barbar madya,zaman barbar
muda,zaman peradaban purba,zaman peradaban masakini ).

FRANZ BOAS
Franz Boas ( 1858-1942 ) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari jerman.Boas
melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa Eskimo di pantai Pulau Baffinland
dalam tahun 1883 hingga 1884.Bahan etnografi yang dikumpulkannya dipakai untuk mengisi
buku The Central Eskimo ( 1888 ).Fanz Boas menjadi dosen ilmu antropologi di Universitas

7
Columbia di New York dan dikenal sebagai Bapak Antropologi.Boas mempunyai konsep
marginal survival yaitu pertumbuhan kebudayaan menyebabkan unsu-unsur baru yang akan
mendesak unsure-unsur lam kearah pinggir.Sehingga apabila ingin mencari unsur-unsur kuno
maka tempat untuk mendapatkannya adalah di daerah-daerah pinggir.

EMILE DURKHEIM
Emile Durkheim ( 1858-1917 ) adalah seorang perancis yang belajar mengenai teologi
untuk menjadi rabbi atau pendeta Yahudi,kemudia pindah belajar kesusastraan perancis di suatu
Lycee di Paris.Tahun 1887 ia menjadi dosen ilmu sosiologi di Universitas Bordeaux,dan menulis
buku tentang pembagian kerja dalam masyarakat yang berjudul De la Divisison du Travall Social
( 1893 ),tentang masalah aturan-aturan metode sosiologi yang berjudul Les Regles de la Methode
Sociologique ( 1895 ),tentang gejala bunuh diri yang berjudul Le Suicide.Landasan dari seluruh
car berpikir dukheim adalah pandangan mengenai suatu masyarakat yang hidup.Manusia-
manusianya disebut individu sedangkan tingkha laku mereka disebut gejala atau fakta individual.

C.     Definisi Antropologi Kesehatan.


Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis
dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia.

Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat


yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)


2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun
supernatural atau penyihir
3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau 'penyakit' tidak secara individual,
terutama "illness dansickness" pada keluarga ataupun masyarakat.

Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi


kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi

8
terhadap "ill" dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui
mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam
memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi,
antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan
variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan
dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat
tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur
ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu


kesehatan lain sebagai berikut:

1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk


individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang
tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar
kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativi
sme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.

2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial
budaya bidang kesehatan.

3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu
pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi
yang ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara


lain:

9
(1) Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh,
variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya,
migrasi dan urbanisasi.

(2) Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang
masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus
dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.

(3) Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan
dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang
tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.

(4) Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan antropologi
untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

D.    Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan

         Tahun 1849 Rudolf Virchow, menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang
sehatmaupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukumsebagai dasar
struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inherendalam manusia itu sendiri sehingga
kedokteran dapat melihat struktur sosialyang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka
kedokteran dapatditetapkan sebagai antropologi.

         Tahun 1953, Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat
pada tulisan yang ditulis berjudul “Appied Anthopology”. Tulisan ini merupakan tour the force
yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah
menciptakan suatu subdisiplin baru.

         Tahun 1963, Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai
implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.

         Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya
tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul Medical Behaviour Sciene yang berorientasi

10
antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak
diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

Perhatian Ekologis Dari Para Ahli Antropologi

         Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, tingkah laku, penyakit dan cara-cara dimana
tingkah laku dan penyakit mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpan balik.

         Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosbud, semua kelompok harus berdaptasi dengan
lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk kehidupan
dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri dan dimana mereka
hidup.

        Manusia menderita penyakit selain karena patologinya juga karena sosial psikologi dan faktor
budayanya.

Paleopatologi
Merupakan studi mengenai penyakit manusia purba, yang menjelaskan bagaimana
manusia dulu dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup dan mengenai cara
hidup.Misalnya: Kerangka pada kuburan Anglo-Saxonditemuka fraktur pada tulang betis oleh
karena sering jatuh (tanah keras dan bukit terjal), sedangkan pada suku Nubia di zaman Mesir
kuno ditemukan patah yang sering pada lengan diperkirakan karena menahan pukulan
(karakteristik suku yang gampang marah dan suka memukul.

Penyakit dan Evolusi


Penyakit infeksi merupakan faktor penting dalam evolusi manusia melalui proses evolusi
dari proteksi genetik, makanya nenek moyang kita dapat mengatasi ancaman penyakit dalam
kehidupan individu dan kelompok.
Misalnya : adanya gen anti malaria (sel darah merah berbentuk sabit pada penduduk
Afrika Barat). Pada penduduk kulit hitam di Amerika sel sabit menimbulkan Penyakit Anemia
sel sabit (Sickle-cell Anemia)
E.      HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN MANUSIA

1.       HUBUNGAN MANUSIA  DAN  KEBUDAYAAN

11
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat
kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat
beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.

Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari
kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan
terhadap kebudayaan yaitu, sebagai:

1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan,
4) pencipta kebudayaan.

Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang


meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu
memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal
yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam
menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu
sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

2.   HUBUNGAN MANUSIA  DAN  SOSIAL

12
Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON
POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh
karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial artinya
bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya
menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan makhluk hidup lain
dibumi ini.

Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi


bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah kemunduran.
Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga
membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat
terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian,
sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi atau keyakinan.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan
budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. 

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain
itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak
akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara,
dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

13
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena
beberapa alasan, yaitu:

a.       Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


b.      Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia

Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang


senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya
manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya.

Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang
ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian
menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan
integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan atau bekerja dengan
baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan dibakukan bahwa setiap anggota organisasi
harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
dalam organisasi.
Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu
kesatuan.
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap

14
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan berbeda
kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula. 

Ruang lingkup sosial budaya

Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang
berhubungan dengan sistem hidup bersama dalam masyarakat. Budaya atau kebudayaan adalah
cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Jadi,
sosial budaya adalah sekelompok masyarakat yang bekerja bersama-sama dan saling mendukung
untuk mencapai tujuan hidup dalam bermasyarakat.

Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial budaya, artinya keseluruhan dari unsur-
unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan bekerja sama saling
mendukung untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat.

Manusia adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Keduanya
tidak dapat dipisahkan dan merupakan dwitunggal. Tak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan
juga sebaliknya.

Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai anggota masyarakat.
Sebagai makhluk sosial maka kita menjadi bagian dalam sebuah sistem kemasyarakatan yang
mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.

Saat kita hidup bermasyarakat maka akan menghasilkan sebuah kebudayaan. Masyarakat
dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa
kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Dalam sebuah kebudayaan dikenal dengan nama unsur-unsur kebudayaan, sebagai berikut:

a.       Peralatan dan perlengkapan hidup manusia. d. Kesenian


b.      Mata pencarian e. Sistem pengetahuan
c.       Bahasa f. Religi

15
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan. Para
ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang umat
manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam
bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya,

Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima subilmu yang mempelajari:

1.      Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.


2.      Masalah terjadinya aneka ragam fisik manusia.
3.      Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaan manusia.
4.  Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yangdiucapkan
seluruh dunia.
5.     Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.

B. SARAN

Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada pembaca


agar :Kepada generasi muda dapat mengetahui sejarah antropologi sosial dan kesehatan. Selain
itu, untuk menghindari ethnosentrisme yang sempit karena dengan mempelajari anthropologi kita
mampu memahami berbagai perbedaan ras dam ethnic yang berbeda sehingga menghindari
kesalahpahaman antar budaya yang berbeda.

16
DAFTAR PUSTAKA

         http://kimdinirinjani.blogspot.com/2012/12/antropologi-sosial.html
         http://awalbarri.wordpress.com/2009/03/16/1-definisipengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-
cabang-ilmu-antropologi/
dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/02/antropologi-kesehatan.html

         http://aryaniwidhiastuti.blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-antropologi-semest.html
Diposkan oleh efiika elyariza di 09.02

17

Anda mungkin juga menyukai