Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANTROPOLOGI DISELURUH DUNIA

DI

Oleh:

NAMA : SARIFAH HANUM

TINGKAT : 2A

DOSEN : Elfida, SKM, M. Kes

POLTEKKES KEMENKES ACEH

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT karna berkat limpahan rahmatnya sehingga kami telah
menyelesaikan makalah kami berjudul “Antropologi diseluruh Dunia” untuk memnuhi tugas
mata kuliah Antropologi Kesehatan program studi DIII-Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Aceh (Langsa). Adapun penyelesaian makalah ini tak luput dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:

- Elfida, SKM, M. Kes selaku dosen mata kuliah Antropologi Kesehatan yang telah
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
- Rekan rekan mahasiswa DIII-Keperawatan Poltekkes Kemenkes Aceh

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.sehingga saran dan kritik yg
membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan terutama bagi pembaca,penulis dan mahasiswa lainnya.

Langsa, 04 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Definisi Antropologi.............................................................................................................2
B. Sejarah Perkembangan Antropologi...................................................................................2
C. Perkembangan Antropologi di Berbagai Negara................................................................4
D. Macam-macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Antropologi.................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara teoritis dan praktis, antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu
sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi
sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau
bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan,
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas
kesehatan saat ini.
Sejarah keilmuan yang sedang dipelajari bermula dari filsafat sebagai “mother of science”
dalam ilmu yang mempelajari manusia terdiri dari: sosiologi, antropologi dan psikologi.
Dalam perkembangan dan penerapan keilmuan selanjutnya ketiga ilmu ini dikategorikan
sebagai ilmu perilaku. Secara khusus, sosiologi dan antropologi mempelajari manusia,
dengan titik berat sebagai mahluk bermasyarakat. Sedangkan, psikologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang aspek-aspek kepribadian individu (lebih ke arah sosok manusia itu
sendiri) dalam berinteraksi dengan masyarakatnya.
Perkembangan antropologi kesehatan sehubungan dengan fenomena konsep sehat dan
sakit dapat dilihat dari faktor berikut:
1. Biologis dan ekologis, disebut, sebagai kutub biologi dengan mengamati pertumbuhan
dan perkembangan manusia maupun penyakit perkembangan penyakit dalam evolusi
ekologis. Kajian ini didukung ilmu-ilmu lain seperti genetika, anatomi, serologi,
biokimia;
2. Psikologis dan sosial budaya, disebut sebagai kutub sosial mengamati perilaku sakit pada
pasien, mempelajari etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme, hubungan
perawat-dokter-pasien-petugas farmasi. Kajian ini didukung ilmu-ilmu seperti psikologi,
sosiologi, administrasi, politik, komunikasi, bahasa, kesehatan masyarakat, pendidikan
kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi antropologi?
2. bagaimana sejarah perkembangan antropologi?
3. Bagaimana perkembangan antropologi di berbagai negara?
4. Apa saja macam-macam jenis cabang disiplin ilmu antropologi?

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda
dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti
ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
1. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
3. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi,
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi


Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-
tahapan dalam perkembangannya.Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu
Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

3
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi. Sekitar abad ke-15-16,
bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika,
Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-
hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah
petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal
perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing
tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.Bahan etnografi itu menarik
perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa
Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan
bahan etnografi.

2. Fase Kedua (tahun 1800-an)


Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap
bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan
akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)


Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni
tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-
pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukkannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari
kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

4
4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku
bangsa asli yang dijajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa
Eropa.Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan,
kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul
semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu
penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah
mereka selama bertahun-tahun.Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian
ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga
kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

C. Perkembangan Antropologi di Berbagai Negara


1. Perkembangan Anthropology di Inggris
E. B. Taylor (1832 October 2–1917 January 2) dan James George Frazer (1854 January 1
– 1941 May 7) dipandang sebagai perintis anthropologi sosial budaya modern di Inggris
Taylor melakukan penjelajahan di Mexico, kemudian bersama sama dengan Frazer
melakukan studi banding atas hasil penelitian mereka masing-masing dengan rujukan
berbagai teks klasik atas sejarah dan kesusasteraan Romawi dan Yunani, berbagai naskah
tentang cerita rakyat Bangsa Eropa, laporan perjalanan kuam misionaris, pengembara serta
berbagai tulisan dari kaum ethnolog kontemporer.Taylor amat mendukung unilinealisme dan
menyetujui sebuah bentuk ”keseragaman budaya”. Taylor secara khusus meletakkan dasar
teori difusi kebudayaan. Menurut Taylor, terdapat tiga jalan berbagai kelompok / suku bangsa
dapat memiliki bentuk budaya ataupun teknologi yang serupa yakni melalui : penemuan
independent, warisan dari kaum penjajah di daerah yang berbeda, dan transmisi dari satu ras/
suku bangsa menuju ras / suku bangsa lainnya.
Taylor memformulasikan suatu konsep culture /budaya yang masih dipergunakan sampai
sekarang. Menurutnya culture / budaya adalah : "sekumpulan konsep yang cukup kompleks,
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, serta berbagai keahlian
dan kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.”
Talyor mengkhususkan kajiannya tentang deskripsi dan pemetaan berbagai elemen dari
kebudayaan, bukan membahas fungsi-fungsinya secara lebih luas. Perkembangan kebudayaan

5
secara multilineal kemudian diteruskan oleh para antropolog penerusnya. Taylor juga
mengeluarkan teori tentang asal muasal perasaan keagamaan di dalam peradaban manusia,
dengan mengungkapkan teori animisme di masa purba, menurutnya animisme memiliki
beberapa komponen yang terpenting adalah kepercayaan atas kekuatan supranatural, dan hal
ini dipandang kontradiktif dengan sistem moral, dan kosmologi. James George Frazer,
seorang ilmuwan Scotlandia yang memiliki pengetahuan luas tentang kesusasteraan juga
mengkhususkan dirinya untuk mempelajari kepercayaan, mitos dan magis. Studi
komparasinya sangat berpengaruh terhadap ilmuwan selanjutnya, dan terkumpul di dalam
jurnal The Golden Bough, tulisannya kebanyakan menganalisis berbagai kepercayaan dan
simbol simbol yang terdapat di berbagai penjuru dunia.
Baik Taylor maupun Frazer hanya melakukan kerja penelitian secara terpisah, belum
sampai kepada tahapan menempatkan berbagai elemen kebudayan dan kelembagaan secara
bersama-sama. Beberapa ilmuwan muda Inggris yang penuh semangat dan ambisi berusaha
untuk menganalisa bagaimana masyarakat hidup berkelompok mereka lebih menekankan
analisa sinkronis, bukan analisa sejarah atau analisa diakronis. Selain itu mereka juga
melakukan analisa jangka panjang selama bertahun-tahun di suatu area kerja Universitas
Cambridge mendanai sebuah ekspedi multidisipliner ke pulau-pulau yang terletak di jalur
Torres pada tahun 1898 diorganisir oleh Alfred Court Haddon, melibatkan seorang
anthropolog fisik, W. H. R. Rivers, juga seorang ahli linguistik, tumbuh tumbuhan, serta
bebagai spesialis lainnya. Berbagai penemuan dari ekspedisi ini menetapkan beberapa standar
baru dalam deskripsi ethnologi.
Satu dekade kemudian , Bronisław Malinowski, seorang anthropolog kelahiran Polandia
(1884-1942) mulai melakukan pengumulan atas berbagai item kebudayaan, ketika PD I
berlangsung, karena Imperium Austro Hongarian berada di dalam kekuasaan Inggris Raya,
maka dia justru tertahan di Papua Nugini untuk melanjutkan penelitiannya, karangannya di
dalam ethnografi klasik adalah Argonauts of the Western Pacific, (1922) mendukung sebuah
pendekatan ke arah studi lapangan haruslah menjadi standart di bidang antropologi, guna
mendapatkan suatu sudut pandang yang asli melalui observasi partisipant. Secara teoritis dia
mendukung sebuah interpretasi fungsionalist yang memeriksa bagaimanakah kelembagaan
sosal berfungsi untuk memenuhi kebutuhan individu. Anthropolog Inggris lainnya pada masa
diantara Dua Perang Dunia adalah Meyer Fortes
A. R. Radcliffe-Brown juga mempublikasikan sebuah hasil kerja seminal di tahun 1922.
Dia menjalankan studi lapangan di kepulauan Andaman dengan metode rekosntruksi sejarah.
Setelah mempelajari hasil kerja sosiolog Perancis Émile Durkheim dan Marcel Mauss, maka

6
Radcliffe-Brown mempublikasikan sebuah catatan riset berjudul The Andaman Islanders,
menguraikan tentang makna dan tujuan upacara ritual dan mitos. Selanjutnya dia
mengembangkan sebuah pendekatan yang dikenal dengan mana structural-functionalism,
dimana pendekatan baru ini berfokus kepada bagaimanakah kelembagaan bekerja untuk
menyeimbangkan system social sehingga mampu berfungsi secara harmonis (hal ini
bertentangan dengan pendekatan fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski, juga
amat jauh berbeda dengan berbagai pemikir structuralism dari Perancis – dimana para ilmu
Perancis ini lebih memeriksa konsep struktur di dalam bahasa dan symbol Radcliffe-
Brown, juga mengembangkan anthropologi social dan mengampu mata kuliah tersebut di
dalam wilayah Commonwealth Inggris mulai dari akhir tahun 1930an sampai dengan priode
Pasca Perang Dunia. Dia mengeluarkan banyak tulisan, dan monografi serta mengelola Jurnal
ilmiah yang yang menjadi dasar paradigma British Social Anthropology (BSA). Di dalam
jurnal asuhannya banyak tulisan tentang ethnografi yang terkenal seperti The Nuer, oleh
Edward Evan Evans-Pritchard, dan The Dynamics of Clanship Among the Tallensi, oleh
Meyer Fortes; beberapa tulisan serial yang dikemas di dalam terbitan khusus mencakup
African Systems of Kinship and Marriage and African Political Systems.
Max Gluckman, bersama-sama dengan koleganya di Rhodes-Livingstone Institute dan
beberapa mahasiswanya di Manchester University, kemudian terkenal dengan nama mazhab
Manchester, membawa BSA ke dalam arah baru dengan mengenalkan theori Marxist
khususnya penekanan pada konflik dan resolusi konflik, serta cara bagaimana individu
bernegoisasi dan menggunakan berbagai structur social untuk menyelesaikan konflik. Pada
tahun 1960s dan 1970s, Edmund Leach dan para mahasiswanya diantaranya adalah Mary
Douglas and Nur Yalman, mengenalkan strukturalisme Perancis dengan gaya Lévi-Strauss;
sementara anthropology versi Inggris terus berlanjut untuk menekankan studi pada organisasi
social dan ekonomi melalui studi atas symbol –simbol dan topik –topik yang terdapat di
dalam kesusasteraan.
Perbedaan antara Anthropologi Sosial Budaya Inggris, Perancis, dan Amerika menjadi
semakin terlihat di dalam theori dan methodenya. Di Inggris Anthropologi sosial telah
menggunakan berbagai teori dari cabang ilmu sosial lainnya serta memiliki banyak cabang
ilmu pengetahuan . Namun di wilayah Commonwealth Inggris (bekas jajahan Inggris)
Anthropologi Sosial seringkali secara kelembagaan terpisah dari anthropologi fisik dan
primatologi- yang terakhir ini lebih banyak dikaitkan dengan cabang –cabang dalam ilmu
biologi ataupun zoology. Sementara archeologi dikaitkan dengan kesusasteraan Kuno /
Klasik dan Egyptology. Di Negara-negara lain, khususnya di beberapa universitas kecil di

7
Inggris dan Amerika Utara, para Antropolog juga menemukan bahwa diri mereka secara
kelembagaan terkait dengan para ilmuwan dari bidang kesusateraan, studi museum, geografi
manusia sosiologi, hubungan sosial, studi ethnic, studi budaya dan kerja sosial

2. Perkembangan Anthropology di Amerika Serikat 1800s to 1940s


Mulai permulaan abad 19 sampai dengan abad 20, anthropologi di Amerika Serikat
terpengaruh oleh kehadiran masyarakat Indian (sebagai suku bangsa asli Benua Amerika).
Penguasa Koloni disana : Inggris , Perancis, Spanyol dan Portugis berusaha melibatkan ilmu
ini untuk usaha pembinaan kebangsaan atau civilization sehingga suku bangsa India bersedia
membaur dengan mereka. Konflik kepentingan muncul antara keinginan untuk menggunakan
anthropologi hanya untuk kepentingan ilmiah semata dengan menggunakannya sebagai alat
kolonialisme yang cenderung bersifat pemaksaan, dan eksploitasi membuat para anthropolog
sebagai sumber kritikan ataupun kecaman Karena dianggap sebagai antek kolonialisme.
Anthropologi Boasian
Franz Boas, adalah salah seorang pioner anthropologi modern dan disebut sebagai
“Bapak Anthropologi Amerika”. Anthropologi Budaya di Amerika Serikat sangat
terpengaruh obyeknya yakni Masyarakat Indian. Bidang ini dipelopori oleh staff Bureau of
Indian Affairs dan lembaga Ethnologi Amerika . Para anthropolog seperti John Wesley
Powell, Frank Hamilton Cushing, serta Lewis Henry Morgan (1818-1881), seorang ahli
hukum dari Rochester, New York, menjadi pendukung perkembangannya, Antrolopologi
Sosial di Amerika cenderung menjadi Anthropologi Politik- Obyeknya tidak hanya suku
bangsa Indian melainkan juga kaum Imigran. Studi Morgan, terutama tentang kinship, amat
berpengaruh dalam perkembangan cabang anthropologi jenis ini Morgan
mengargumentasikan bahwa : Masyarakat manusia seharusnya diklasifikasikan ke dalam
kategori evolusi budaya dalam skala mulai dari tahap buas / barbar menuju tahap peradaban,
umumnya Morgan menggunakan Indikator teknologi , seperti pembuatan busur dan anak
panah untuk menentukan posisi suatu suku bangsa ke dalam skala miliknya.
Franz Boas membawa para akademisi anthropologi di Amerika Serikat untuk menentang
theori evolusi. Kaum Anthropolog Boasian secara politis sangat didikte oleh Pemerintah AS
dan Kaum Kapitalist, sifatnya sangat empiris dan skeptis dalam usahanya untuk menetapkan
berbagai hukum hukum yang bersifat universal. Boas pernah mempelajari anak-anak dari
kaum Imigran untuk menunjukkan bahwa ras biologis tidaklah kebal dan generasi manusia
terbentuk oleh makanan dan interaksi bukan oleh gen nenek moyangnya Terpengaruh oleh
tradisi Jerman, Boas mengargumentasikan bahwa dunia penuh dengan berbagai budaya yang

8
berbeda dan evolusi tidak dapat diukur dari seberapa besar mereka memasuki tahap
peradaban. Boas percaya bahwa setiap budaya harus dipelajari secara khusus dan generasi
lintas budaya akan muncul membentuk suatu budaya baru. Boas berjuang melawan
diskriminasi terhadap kaum imigram khususnya yang berasal dari Benua Afrika, dan juga
diskriminasi terhadap suku bangsa Indian sebagai penduduk asli Bangsa Amerika. Banyak
Anthropolog Amerika mengambil berbagai agenda kegiatan penelitinnya dalam rangka
reformasi sosial, dan berbagai teorinya tentang ras berlanjut dipergunakan sampai sekarang,
bahkan empat Ruang Lingkup Antropologi yang dipergunakan sekarang, sebenarnya berasal
dari Kaum Boasian : empat ruang lingkup tersebut adalah Anhtropologi sosial budaya,
Antropologi Biologi, Lingusitik dan archeologi / antropologi pra sejarah
Boas menggunakan posisinya di Universitas Columbia dan American Museum of
Natural History untuk melatih dan mengembangkan generasi ilmuwan baru. Generasi
pertama dari mahasiswanya antara lain : Alfred Kroeber, Robert Lowie, Edward Sapir dan
Ruth Benedict, semuanya secara produktif menulis tentang budaya asli Amerika Utara dan
menentang teori evolusi tunggal / linear.
Publikasi berbagai buku teks dari Alfred Kroeber, Anthropology, menandai sebuah titik
peralihan menuju suatu generalisasi. 'Culture and Personality' buku yang ditulis oleh
Margaret Mead dan Ruth Benedict., umumnya sangat terpengaruh oleh psikolog bidang psiko
analistis seperti Sigmund Freud dan Carl Jung, buku ini berusaha untuk mencari pemahaman
tentang berbagai personalitas setiap individu khususnya terkait dengan kekuatan sosial
budaya dari lingkungan.

3. Perkembangan Anthropology di Canada


Athropology di Canada sama seperti di belahan bumi lain adalah sebagai bagian dari
dunia kolonial, data yang dipergunakan adalah berbagai catatan kaum pengembara dan
misionaris seperti pendeta – pendeta dari gereja LeClercq, Le Jeune dan Sagard. Usaha yang
serius mulai dilakukan ketika pemerintah menetapkan Divisi Anthropologi di dalam Survey
Geologis pada tahun 1910. Para Anthropolog umumnya diambil dari Inggris dan AS,
umumnya adalah kaum Boasian dan para ahli bahasa dari Oxford seperti Marius Barbeau and
Diamond Jenness.
Posisi Akademik yang pertama di bidang Anthropologi, diberikan kepada Thomas
McIlwraith di University of Toronto pada tahun 1925. Beberapa universitas seperti UBC dan
McGill, pada tahun 1947 mulai mempekerjakan para anthropolog he next universities to hire
anthropologists, dan PhD pertama di bidang Anthropologi diraih di tahun 1956, hanya dalam

9
waktu yang singkat beberapa Universitas di Canada mampu menghasilkan lulusan Ph D
lainnya sampai dengan akhir tahun 1960an. Tahun 1970an merupakan puncak perkembangan
universitas dan profesi sebagai Anthropolog di Canada, smapai dengan tahun 1980 sudah
dihasilkan 400 doktordi bidang Anthropologi dan dipekerjakan di Canada, disamping lulusan
Master. Harry Hawthorne mendirikan departemen Anthropologi di UBC dan menetapkan
standart riset anthropologi sebagai tuntunan kebijakan public bagai Pemerintah Federal
Canada, penyusunannya dibantu oleh M.-A. Tremblay, buku petunjuk tersebut berjudul "A
Survey of the Contemporary Indians of Canada" (1966, 1967).
Anthropologi di Canada memiliki karakterisik perpaduan antara type Boasian di AS,
Inggris dgn penekanan atas fungsi dan proses sosial, dan Francophone merintis riset di area
pedesaan dan suku bangsa terpencil. Isu kesenjangan sosial, kesinambungan, perubahan,
ekonomi politik, lingkungan, dan ekologi budaya, personalitas, budaya dan simbol-simbolnya
mendominasi wacana anthropologi di Canada sejak PDI sampai dengan Perang Vietnam.

4. Perkembangan Anthropology Di Perancis


Anthropology di Perancis kurang memiliki asal muasal yang jelas jika dibandingkan
dengan Inggris dan Amerika Serikat, karena banyak ilmuwan Perancis yang meneliti
Anthropologi umumnya sudah memiliki latar belakang sosiologi, ataupun filsafat Marcel
Mauss (1872-1950), keponakan dari Sosiolog Émile Durkheim dipandang sebagai perintis
Ilmu Anthropologi di Perancis. Mauss menjadi anggota dari kelompok Année Sociologique
yang didirikan oleh Durkheim dan selagi Durkheim serta yang lainnya meneliti masyarakat
modern maka Mauss dan rekanannya seperti Henri Hubert dan Robert Hertz mengambil
spesialisasi ethnography dan philology (ilmu bahasa-bahasa) untuk menganalisa berbagai
masyarakat yang dipandang berbeda dari bangsa Eropa. Hasil karya Mauss yang terkenal dan
masih memiliki relevansi sampai sekarang adalah Essay on the Gift sebuah analisa seminal
tentang perdagangan dan system barter.
Berbeda dengan di Inggris di Perancis tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
ethnologi, anthropologi sosial dan anthropologi budaya. Di sepanjang waktu Antara Dua
Perang Dunia, Ketertarikan akademisi anthropologi cenderung ke arah gerakan kebudayaan
ke arah yang lebih luas, menjurus ke arah pengaruh surrealism and primitivism di dalam
ethnografi. Marcel Griaule dan Michel Leiris contoh ilmuwan yang kemudian bergabung
dengan para pelopor anthropology versi Perancis. Pada saat itu apa yang diketahui tentang
ethnologi hanya terbatas kepada museum saja, dan anthropologi memiliki hubungan yang erat
dengan studi tentang cerita rakyat.

10
Claude Lévi-Strauss membantu melembagakan anthropology di Perancis dengan
menambahkan pengaruh structuralism sehingga meluas melewati batas –batas multi
disipliner, Lévi-Strauss menetapkan ikatan dengan Anthropologi Inggris dan Ameriks
Serikat. Pada saat yang sama dia mendirikan pusat kajian dan laboratorium di Perancis untuk
menyediakan sebuah konteks kelembagaan di dalam anthropology dan sebagai sarana untuk
melatih para mahasiswa yang kelak akan menjadi ilmuwan berpengaruh seperti Maurice
Godelier dan Françoise Héritier.
Banyaknya karakter yang Berbeda dari Anthropolgi Perancis sekarang adalah hasil dari
fakta bahwa kebanyakan riset Anthropologi didanai oleh pemerintah melalui CNRS atau
laboratorium Riset Nasional, bukan oleh Universitas Anthropolog lain yang terkenal di tahun
1970an adalah Pierre Clastres, yang melakukan penelitiana atas suku bangsa Guayaki di
Paraguay, dimana suku bangsa primitive tersebut secara aktif menentang kebijakan
Pemerintah Paraguay. Meskipun primitive, suku bangsa tersebut memiliki lembaga
pemegang kekuasaan bersifat terpisah dari masyarakatnya yang berperan sebagai juru bicara
dan negoisator dengan kelompok lain.
Ilmuwan lainnya di bidang Anthropologi yang terpenting setelah jaman Foucault dan
Lévi-Strauss adalah Pierre Bourdieu, sebelumnya dia mendalami filsafat dan sosiologidan
pernah menjabat Kepala Departemen Sosiologi di Collège de France. Seperti Mauss dan yang
lainnya dia mengelaborasikan kedua ilmu baik sosiologi maupun anthropologi. Risetnya yang
terkenal adalah tentang suku bangsa Kabyles di Aljazair mampu mengukuhkan namanya
sebagai Anthropolog Eropa, selain itu analisanya tentang fungsi dan reproduksi pakaian dan
Kapitalisme Kebudayaan di Dalam masyarakat Eropa mampu mengukuhkan namanya di
jajaran Sosiolog Eropa.

5. Di Negara –Negara Lain


Anthropology di Yunani dan Portugis sangat terpengaruh oleh Anthropologi Inggris Di
Yunani, Anthropologi sudah ada sejak Abad 19 sebagai ilmu cerita rakyat yang dikenal
dengan nama laographia (laography), di dalam bentuk sebuah ilmu interior, yang lemah
sekali teoritisnya, tetapi konotasi dari bidang ini berubah pesat setelah PD II, ketika muncul
gelombang Anthropolog Anglo-Amerika, mengenalkan sebuah ilmu tentang dunia luar –
yakni tentang suku bangsa yang dianggap terbelakang. Di Italia perkembangan Ethnografi
tidak menunjukkan perkembangan yang pesat, bahkan di Jerman dan Norwegia muncul
konflik antar ilmuwan yang berfokus kepada isu sosial budaya domestic dengan sosial

11
budaya asing

D. Macam-macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Antropologi


1. Antropologi Fisik
a. Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan evolusi
manusia dengan meneliti fosil
b. Somatologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan cirri-ciri
fisik.
2. Antropologi budaya
a. Prehistori, yaitu ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan
budaya manusia mengenai tulisan
b. Etnolinguistik antrologi, yaitu ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada
di dunia
c. Etnologi, yaitu ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam
kehidupan masyarakat suku bangsa yang ada di dunia
d. Etnopsikologi, yaitu yang mempelajari kepribadian bangsa seta peranan individu
kepada bangsa dalam proses perubahan adapt-istiadat dan nilai universal dengan
berpegang pada konsep psikologi.
3. Antorpologi terapan, seperti antropologi politik, antropologi kesehatan, antropologi
ekonomi, dan sebagainya

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Demikian laporan ini saya buat, untuk itu saya menyampaikan kesimpulan ilmu
antropologi terdiri dari antropologi fisik, budaya dan terapan.. Adapun manfaat Antropologi
Kesehatan yaitu:
1. Manfaat Umum, yakni manfaat yang kita peroleh dalam mempelajari Anthropology
sebagai manusia umum yakni :
a. Lebih mengakui Kebesaran Allah Sang pencipta, karena kita mampu mendalami
ciptaanNya yang paling sempurna
b. Menghindari ethnosentrisme yang sempit karena dengan mempelajari anthropologi
kita mampu memahami berbagai perbedaan ras dam ethnic yang berbeda sehingga
menghindari kesalahpahaman antar budaya yang berbeda
2. Manfaat Khusus, yakni manfaat yang kita peroleh sebagai mahasiswa Ilmu politik, dalam
mempelajari Anthropology : yakni memperoleh metodologi penelitian yang sangat tepat,
lengkap dan terperinci yakni metode deskriptif historis kualitatif dengan teknik
participant dan studi lapangan. Meskipun hal ini dirasa cukup memakan waktu dan biaya,
namun diakui sebagai metodologi yang paling tepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.


Paul Benyamin D. 1963. Anthropology Perspectives on Medicine and Public Health. Dalam
Medicine and Society.
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai