Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“FAKTOR BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PASIEN DALAM


PERSEKTIF ANTROPOLOGI DALAM KEPERAWATAN YANG PEKA
BUDAYA KEPADA PASIEN”

Disusun oleh :
Nama : Anita Pattiasina
NPM : 1420121016
Semester : III (Tiga)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang saat ini masih
memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami diberi kesempatan yang luar
biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “FAKTOR
BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PASIEN DALAM PERSEKTIF ANTROPOLOGI
DALAM KEPERAWATAN YANG PEKA BUDAYA KEPADA PASIEN”
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait Faktor Budaya
Yang Mempengaruhi Pasien Dalam Persektif Antropologi Dalam Keperawatan Yang Peka
Budaya Kepada Pasien, serta sekaligus menambah ilmunya dalam mempelajari hal ini.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti
kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya,
sebab sekali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran
yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap
pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Penulis

ANITA PATTIASINA
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang …………………………………………………………1.1
1.2. Rumusan masalah...……………………………………………………1.2
1.3. Tujuan……………………………………………………………….....1.3

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Budaya Masyarakat
2.2. Konsep Budaya Rumah Sakit
2.3. Faktor Budaya Yang Mempengaruhi Pasien Dalam Persektif Antropologi
Dalam Keperawatan Yang Peka Budaya Kepada Pasien

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan……………………………………………………………..3.1
3.2. Saran……………………………………………………………………3.2

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah “antropologi” berasal dari bahasa Yunanai asal kata “anthropos” berarti
“manusia”, dan “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah “antropologi” berarti
ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa
antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian
ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Jadi antropologi
merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang mahluk
manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya.
Secara makro ilmu antropologi dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni antropologi fisik
dan budaya. Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang
melacak perkembangan manusia menurut evolusinya, dan menyelidiki variasi biologisnya
dalam berbagai jenis (species).Keistimewaan apapun yang dianggap melekat ada pada dirinya
yang dimiliki manusia, mereka digolongkan dalam “binatang menyusui” khususnya primat.
Dengan demikian para antropolog umumnya mempunyai anggapan bahwa nenek moyang
manusia itu pada dasarnya adalah sama dengan primat lainnya, khususnya kera dan monyet.
Melalui aktivitas analisisnya yang mendalam terhadap fosil-fosil dan pengamatannya pada
primat-primat yang hidup, para ahli antrolpologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis
manusia untuk mengetahui bagaimana, kapan, dan mengapa kita menjadi mahkluk seperti
sekarang ini. Sedangkan antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan
manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Havland (1999: 12) cabang
antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni; arkeologi, antropologi
linguistik, dan etnologi. Untuk memahami pekerjaan para ahli antropologi budaya, kita harus
tahu tentang; (1) hakikat kebudayaan yang menyangkut tentang konsep kebudayaan dan
karakteristik-karakteristiknya, (2) bahasa dan komunikasi, menyangkut; hakikat bahasa,
bahasa dalam kerangka kebudayaan, serta (3) kebudayaan dan kepribadian.
Antropologi budaya mengkaji tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan
penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan masyarakat.
Istilah ini biasanya dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan antropologi di Amerika.
Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk
ekspresif, dan penggunaan bahasa, di mana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan
oleh masyarakat manusia.
Antropologi pada hakikatnya mendokumentasikan kondisi manusia, masa lampau dan
masa kini. Perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat eksotis, masa prasejarah,
bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang aneh. Akan tetapi ini sematamata adalah cara
antropolog mengungkapkan perhatian terhadap tempat-tempat dan saat ini, dan cara yang
ditempuh antropolig ini memberikan sumbangan unik kepada pengetahuan kita tentang apa
yang sedang terjadi di dunia. Kita tidak bisa memahami diri sendiri lepas dari pemahaman
kita tentang budaya. Tidak peduli betapa primitif, betapa kuno, atau betapapun remeh
kelihatannya. Semenjak tersingkapkan oleh suatu peradaban Eropa yang sedang berekspansi,
bangsa-bangsa primitif terus menerus melayang mengambang di benak orangorang pemikir
bak arwah nenek moyang, senantiasa memancingmancing kuriositas antropologis ini.
“Kembali ke yang primitif” hanya demi (kembali ke) yang primitif itu sendiri, akan
merupakan kedunguan; mereka yang masih berperadaban rendah (savage) bukanlah para
bangsawan alam dan keberadaan hidup mereka tidak juga
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,
perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi
perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak
terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah
yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di
lingkungan yang tepat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Konsep Kebudayaan Masyarakat Rumah Sakit
2. Faktor Budaya Yang Mempengaruhi Pasien Dalam Persektif Antropologi
Dalam Keperawatan Yang Peka Budaya Kepada Pasien

1.3. Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai
“Faktor Budaya Yang Mempengaruhi Pasien Dalam Persektif Antropologi Dalam
Keperawatan Yang Peka Budaya Kepada Pasien” sehingga akan memungkinkan kita dapat
menyelesaikan soal-soal yang nanti dosen akan diberikan
.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kebudayaan Masyarakat Rumah Sakit


2.1.1 Pengertian Kebudayaan Dan Rumah Sakit
a) Konsep Kebudayaan
Konsep budaya telah menjadi arus utama dalam bidang antropologi
sejak awal mula dan memperoleh perhatian dalam perkembangan awal
studi perilaku organisasi. Bagaimanapun juga, barubaru ini saja konsep
budaya timbul ke permukaan sebagai suatu dimensi utama dalam
memahami perilaku organisasi (Hofstede 1986). Schein (1984)
mengungkapkan bahwa banyak karya akhir-akhir ini berpendapat tentang
peran kunci budaya organisasi untuk mencapai keunggulan organisasi.
Mengingat keberadaan budaya organisasi mulai diakui arti pentingnya,
maka telaah terhadap konsep ini perlu dilakukan terutama atas berbagai isi
yang dikandungnya. Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering
dikaitkan dengan Antropologi. Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai
hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini. Seniman seperti penari atau
pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini,
bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini
memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar
kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa yang
sering disebut dengan kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh
Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli
Antropolgi mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut.
Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkan definisi yang
pernah dibuat mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yang dibuat
oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada
suatu persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi tentang arti dari
istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam Antropologi dibuat
seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defenisi kebudayaan
yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari :
“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak
hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi
dan lebih diinginkan”. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek
kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan
dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk
suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
b) Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli
kesehatan lainnya. Berikut ini ialah beberapa jenisjenis rumah sakit yang
akan dijelaskan untuk memberikan gambaran mengenai Kebudayaan rumah
sakit.
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui
di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan
intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi
dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan
sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai
kemampuan penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat
kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern. Sebagian besar
rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa
menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat
beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit. Rumah sakit
terspesialisasi Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah
sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti
psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lainlain. Rumah
sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan. Kebanyakan
mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu.
Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.
Rumah sakit penelitian/pendidikan Rumah sakit penelitian/pendidikan
adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan
pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga
pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-
dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan
baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan
tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma
perguruan tinggi.
Rumah sakit lembaga/perusahaan Rumah sakit yang didirikan oleh
suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan
anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian
bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut
(misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan
sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan
yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit
lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan
menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
Klinik Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan
tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau
dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya
hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik
yang disebut poliklinik.
2.1.2 Kebudayaan Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia
merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta
fungsifungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan
mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Di
samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit
juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997).
Para ahli perilaku umumnya memandang rumah sakit sebagai suatu
masyarakat kecil dengan kebudayaannya sendiri yang sangat mirip dengan
suatu desa petani atau suatu masyarakat rumpun kecil dengan suatu
kebudayaan. Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua
institusi. Pertama adalah pemerintah dengan maksud untuk menyediakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum terutama yang tidak mampu.
Kedua adalah institusi keagamaan yang membangun rumah sakit nirlaba untuk
melayani masyarakat miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Hal yang
menarik akhir-akhir ini adalah adanya perubahan orientasi pemerintah tentang
manajemen rumah sakit dimana kini rumah sakit pemerintah digalakkan untuk
mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep Rumah Sakit Swadana
dimana investasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun biaya
operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan kesehatannya
(Rijadi 1994). Dengan demikian, kini rumah sakit mulai memainkan peran
ganda, yaitu tetap melakukan pelayanan publik sekaligus memperoleh
penghasilan (laba ?) atas operasionalisasi pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat.

2.2. Faktor Budaya Yang Mempengaruhi Pasien Dalam Persektif Antropologi


Dalam Keperawatan Yang Peka Budaya Kepada Pasien
Dalam melaksanakan prakti kkeperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.Budaya yang
telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural, melalui
3 strategi utama mempertahankan, bernegosiasi dan intervensi, yaitu merestrukturisasi
budaya.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi acuan
perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama
dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses intemalisasi dari suatu nilai-
nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural
nursing approach)
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan sosial,
praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan
masing-masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub-kultur. Subkultur adalah
kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur
yang lebih besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan
dengan kebiasaan cultural.
Nilai-nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur
masih kental dengan pengaruh kultur terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Dalam tahun-
tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pelayanan perawatan. Perawatan
Transkultural merupakan bidang yang relative baru; ia berfokus pada studi perbandingan
nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya.
Leininger (1991) mengatakan bahwa transkultural nursing merupakan suatu area kajian
ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya
yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien). Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya
yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kombinasi karakteristik dari asumsi dasar memunculkan budaya organisasi yang bersifat
integral. Kombinasi ini bisa dikategorikan sebagai budaya adaptif sehingga mampu
mendukung organisasi memenangkan adaptasi eksternal. Pada saat yang sama konfigurasi
atas asumsi dasar juga menunjukkan tipologi budaya organisasi yang kuat. Dengan demikian
memudahkan organisasi mencapai integrasi internal jika terdapat kesesuaian antara
karakteristik budaya dengan praktek manajemen.

3.2. Saran
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu serta berkualitas penting dalam
pembangunan karena akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang prima sehingga kepuasan
dapat dirasakan oleh setiap masyarakat olehnya itu pelayanan kesehatan harus dikelola secara
maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/makalah-kebudayaan-rumah-sakit-pdf-free.html
https://www.academia.edu/31345091/
KONSEP_BUDAYA_DAN_ANTROPOLOGI_KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai