Kep
Antropologi kesehatan
Orpa
Selvi ayuandini
Wenmas
Puji serta Syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan nikmat
iman, dan nikmat sehat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni
pada makalah ini. Oleh karna itu kami mengharapkan agar pembaca
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini
Pendahuluan
A. Latar Belakang
berarti “manusia”, dan “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah
mengobati penyakit medis dan non medis (akibat gangguan makhluk halus
berupa jin dan setan) dengan cara-cara tradisional berupa doa-doa, air putih
tradisional perlu terus dilestarikan karena merupakan salah satu kearifan lokal.
B. Tujuan
Tinjauan pustaka
1. Antropologi
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang
istilah ini. Seniman seperti penari atau pelukis dan lain-lain juga memakai
istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga
tidakhanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih
kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
Siregar)
Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan,
3. Masyarakat
dengan hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama, mendiami suatu
4. Rumah sakit
dewasa ini bekerja di luar dunia akademik. Masalah pokok dalam antropologi
yang lebih primitif menjadi manusia yang lebih berkembang dan beradab.
Kendati menurut pandangan ini masih ada sejumlah populasi ‘primitif’, yang
sifatnya lebih dekat dengan primata yang menjadi nenek moyang manusia.
dan agama totemic ‘primitif. Mereka amat mirip dengan nenek moyang
manusia yang hidup sekian abad yang silam. (Ahmad Rivai Harahap)
dalam artikel tentang pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini
memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan berkaitan
Makassar
dukun. Mereka berasal dari bermacam status sosial ekonomi. Ada yang
berasal dari golongan bawah, menengah atas, laki-laki, perempuan, tua, muda,
rumah dukun didatangi oleh orang-orang yang akan berobat (pasien) dari
berbagai macam latar sosial ekonomi itu. Mereka yang berobat itu bukanlah
orang yang pertama kali datang. Malah, ada yang berkali-kali berobat ke
dukun bersangkutan. Penyakit yang diobati dukun, antara lain, paddaukang,
kapinawangngang, poso, haid tidak lancar, usus turun, dan batuk menahun.
Salah satu ciri pengobatan dukun adalah penggunaan doa-doa atau bacaan-
bacaan, air putih yang diisi rapalan doa-doa, dan ramuan dari tumbuh-
tumbuhan (Agoes, 2014). Pada masyarakat Bugis dan Makassar, orang yang
ahli mengobati penyakit secara tradisional dipanggil sanro, yang juga berarti
dukun dan praktik perdukunan merupakan local beliefs yang tertanam dalam
praktik perdukunan) tak bisa dinilai dari sudut pandang rasionalitas ilmu
karena punya nalar dan logika sendiri yang disebut rationality behind
kekuatan supranatural itu tidak mengenal batasan sosial, seperti yang dia teliti
masih menjadi sesuatu yang integral dan sulit terpisahkan dari kehidupan
dukun telah membudaya dan ada yang menjadikan sebagai sebuah tradisi
dalam lingkungan keluarga mereka. Pengobatan dukun dengan cara-cara
mengobati orang dukun banyak mengutip doa-doa yang bersumber dari ayat-
ayat Al-Quran. Selain itu, komunikasi dengan dukun juga terkesan santai,
semua anak mewarisi keahlian pengobatan dari orang tua dan nenek
anak, namun tidak semua anak itu akan mengikuti jejak orang tuanya sebagai
dukun karena hanya ada satu anak yang terpilih. Dalam penentuan “anak
pilihan” ini, tidak berlaku yang namanya penunjukan langsung dari orang tua
orang ketika ibunya meninggal. Ibunya dulu seorang dukun dan punya banyak
ibunya hidup, Daeng Tommi tidak pernah belajar dan diajar mengenai
Misalkan, seorang pasien, Aswan (44 tahun, nama samaran, pegawai negeri
sipil), yang mengeluhkan tiga hari tangan kirinya sulit digerakkan. Dia lalu
Daeng Tommi, Aswan menderita paddaukang, yakni masuk angin atau gejala
stroke akibat gangguan makhluk halus (jin atau setan). Orang yang terkena
membuat peredaran darah tidak lancar. “Angin jahat” itu masuk lewat uraturat
air putih itu dijampe-jampe dan diminta untuk dihabiskan sebagai obat. Dua
penyakit yang menyerang tubuh manusia itu ada yang disebabkan oleh
intervensi makhluk halus (jin dan setan). Dan penyakit seperti itu mereka
percaya hanya mampu disembuhkan oleh dukun. Karena itu, ketika merasakan
ada juga orang atau keluarga yang tidak tergantung kepada sistem perawatan
tidak terlalu parah, mereka hanya pergi ke apotik atau ke toko obat untuk
membeli obat sesuai sakit yang mereka rasakan. Akan tetapi, setelah sakitnya
derita itu hanya mampu disembuhkan oleh dukun. Kalau tidak sembuh,
antara pengobatan dukun dan dokter, yakni minum obat yang diberikan dokter
penyakit atau obat yang tepat buat pasien, dukun biasa melaksanakan ritual
seperti Shalat Hajat dan Tahajjud. Tujuannya, untuk meminta petunjuk dan
pertolongan Tuhan atas penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dukun juga
akrab, meski baru pertama kali bertemu dan diobati. Dukun juga sering
pasien kadang tidak menyangka kalau dirinya sedang sakit dan diobati karena
dukun biasa menyelingi dengan tertawa kecil atau tersenyum. Kalau pasien
Insya Allah lekas sembuh, ya!” Apabila penyakit pasien dianggap belum
sembuh pada hari itu, dukun datang lagi ke rumah pasien keesokan hari atau
sembuh. Komunikasi dukun dengan pasien juga terkesan santai, informal, dan
Pentup
A. KESIMPULAN
tetap ada dan bertahan di Kota Makassar hingga kini. Oleh karena itu, meski
sejumlah rumah sakit milik pemerintah maupun swasta, serta dokter praktik
dukun perlu terus dilestarikan karena merupakan salah satu kearifan lokal.
Rahma, Said . Dukun. Suatu Kajian Sosial Budaya tentang Fungsi Dukun
Aksara, 2017.