TRANSKULTURAL
Pengertian Transkultural
Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan
studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan transkultural
adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit
secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Pelayanan keperawatan
transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Dari beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat ilmu antropologi
bagi dunia kesehatan adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi baik
petugas kesehatan dengan pasien, atau dengan keluarga pasien dan dengan sesama profesi
kesehatan dengan memperhatikan aspek tingkah laku, kebudayaan dan sifat masing-masing
individu, keluarga dan masyarakat
B. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalm mengisi kehidupanya,
yang terletak pada rentang sehat sakit (Leininger , 1978).Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilaI, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang atau sehat, yang dapat diamati dalam aktivitas sehari-hari
(Andrew & Boyle, 1995). Kesehatan menjadi fokus dalam interaksi antara perawat dan klien.
Menurut Depkes (1999), sehat adalah keadaan yang memungkinkan seorang produktif.
Klien yang sehat adalah yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan produktif.
Produktif bermakna dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidup secara optimal.
Klien memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan diri sebaik mungkin di
tempat ia berada.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama ,yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger, 1978). Asuhan keperawatan yang
diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih secara aktif budaya yang
sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan
status kesehatannya, klien harus mempelajari lingkunganya. Sehat yang akan dicapai adalah
kesehatan yang holistik dan humanistik karena melibatkan peran serta klien yang lebih
dominan.
C. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan
,keyakina,dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehiduapan klien
dan budayanya.Ada tiga bentuk lingkungan yaitu lingkungan fisik ,sosial, dan simbolik
(Andrew & Boyle, 1995). Ketiga bentuk lingkungan tersebut berinteraksi dengan diri
manusia membentuk budaya tertentu.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh manusia,
seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim tropis (Andrew &
Boyle, 1995). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu, misalnya bentuk rumah di
daerah panas yang mempunyai banyak lubang, berbeda dengan bentuk rumah orang Eskimo
yang hampir tertutup rapat (Andrew & Boyle, 1995). Daerah pedesaan atau perkotaan dapat
menimbulkan pola penyakit tertentu, seperti infeksi saluran pernafasan akut pada balita di
Indonesia lebih tinggi di daerah perkotaan (Depkes, 1999). Bring (1984 dalam Kozier & Erb,
1995) menyatakan bahwa respon klien terhadap lingkungan baru, misalnya rumah sakit
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini klien.
D. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan
berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan keperawatan adalah
suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien
sesuai latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan sesuai
dengan budaya klien. Asuhan keperawatan diberikan sesuai dengan karakteristik ruang
lingkup keperawatan, dikelola secara profesional dalam konteks budaya klien dan kebutuhan
asuhan keperawatan Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan atau mempertahankan budaya, mengakomodasi atau menegosiasi budaya dan
mengubah atau mengganti budaya klien (Leininger, 1984).
a. Cara 1 : Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
b. Cara 2 : Negosiasi budaya yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien yang sedang hamil mempunyai pantangan makan
yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara 3 : Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatannya. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang
sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih
baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.