Nama:Abdi Rhamanda
Nim:020419217
Prodi: D3Keperawatan
Dosen: ibu Ice Marini
ANTROPOLOGI DAN KONSEP KEBUDAYAAN
DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
BAB 1
A. PENDAHULUAN
Seorang filsuf China; Lao Chai, pernah berkata bahwa suatu perjalanan yangbermil-mil
jauhnya dimulai dengan hanya satu langkah. Pembaca dari materi ini juga baru memulai
suatu langkah kedalam lapangan dari suatu bidangilmu yang disebut dengan Antropologi.
Banyak orang berpikir bahwa para ahli Antropologi adalah ilmuwan yanghanya tertarik pada
peninggalan-peninggalan masa lalu; Antroplogi bekerjamenggali sisa-sisa kehidupan masa
lalu untuk mendapatkan pecahan guciguci tua, peralatan –peralatan dari batu dan kemudian
mencoba memberi artidari apa yang ditemukannya itu.
Dalam kenyataannya, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah hidup
pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk manusia ini
hanyalah satu dari sekian banyak bentuk mahluk hidup yang ada di bumi ini yang
diperkirakan muncul lebih dari 4milyar tahun yang lalu.
Antropologi bukanlah satu satunya ilmu yang mempelajari manusia. Ilmuilmu lain seperti
ilmu Politik yang mempelajari kehidupan politik manusia,ilmu Ekonomi yang mempelajari
ekonomi manusia atau ilmu Fisiologi yang mempelajari tubuh manusia dan masih banyak
lagi ilmuilmu lain, juga mempelajari manusia.
Antropologi berusaha untuk melihat segala aspek dari diri mahluk manusia pada semua
waktul.
C. PENGERTIAN TRANSKULTURAL
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan
dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia emua tempat
D. KONSEP KEBUDAYAAN
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi. Secara
pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini. Seniman
seperti penari atau pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini,
bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini memang sangat sering
digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja
atau meneliti apa yang sering disebut dengan kebudayaan.
Antropologi Sosial-Budaya
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia tidak
diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis. Hal ini perlu ditegaskan
untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku
mahluk lain yang tingkahlakunya digerakan oleh insting. Ketika baru dilahirkan, semua
tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut digerakkan olen insting dan naluri. Insting atau
naluri ini tidak termasuk dalam kebudayaan, tetapi mempengaruhi kebudayaan.
Agar dapat dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan seorang individu harus
dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia. Para ahli Antropologi membatasi diri untuk
berpendapat suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para warganya memiliki secara
bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses
belajar. Burke menjelaskan bahwa antropologi budaya berfokus pada kebudayaan manusia
atau cara hidup manusia dalam masyarakat. Antropologi budaya merupakan studi mengenai
praktek-praktek sosial, bentuk ekspresif dan penggunaan bahasa. Antropologi budaya
memiliki tiga sub bidang yang berdekatan, yaitu :
Prehistori
Prehistori merupakan salah satu sub bidang antropologi budaya mempelajari sejarah
perkembangan, penyebaran dan terjadinya aneka kebudayaan manusia sebelum mengenal
tulisan.
Etnolinguistik
Etnologi
KESIMPULAN:
Sistem pengobatan tradisional bukan sekedar sebagai fenomena medis dan ekonomi,namun
lebih luas lagi yaitu fenomena sosial budaya.Sistem ini menyangkut kesehatan invidu ataupun
masyarakat.
PENGEMBANGAN PENELITIAN MASALAH
KESEHATAN SOSIAL
I. PENDAHULUAN
Kesehatan (Health) adalah salah satu kebutuhan pokok (basic need) di samping pangan,
sandang, pa pan, pendapatan dengan jam ke rja yang relevan (upah/ lapangan pekerjaan),
pendidikan, perabotan minim rumah tangga, ketersediaan air bersih, jaminan hari tua
(saving ),
Khusus bidang kesehatan yang perl u digapai itu sebogoimana terbaca pada ruang lingkup
definisi dari World Health Organization (WHO) sbb : Health is a state of complete physical,
mental, sosial, spiritual and emotional wellbeing and not merely the absence of diseases or
infimity ". (Sehat adalah terdapatnya kondisi prima yang lengkap dari raga, jiwa, kemasyaro
kata n, spiritual don perasoan serta tidak se ked a r lepasnya seseorang dori penyakit maupun
kelemahan.
Adapun pranata atau kelembagaan kesehatan yang meliputi P3 K, Posya ndu, Balai
Kesehatan, Klinik, Puskesmas don Rumah Sakit, Poska Kesehatan Tanggap Dar u rat don
sejenisnya, mewadahi variasi program yang rentangan fungsinya; edukasi/ko nstruktif
(pembangunan), prevensi (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitasi (penataposisian
pasca pengobatan) don preservasi (mempertahankan kondisi yang telah kondusi)
2. DEFINISI SATUAN KESEHATAN
Jika diperhatikan komponen yang mesti sehat tadi ado 4 komponen yaitu sehat physic,mental,
sosial, emosi, don spiritual. Satu sama lainnya lainnya seyagyanya memiliki kualitas
kesehatan yang saling mempengaruhi dan disanggah oleh sejumlah indikator sebagai berikut:
Sehat fisik adalah terdapatnya kondisi yang prima dari organ, pertumbuhan, metabolisme,
sirkulasi kimiawi, pelaksanaan tugas rutin dengan kuat, terhindar dari bakteri (terdapat anti
bodi).
Sehat mental adalah tercapainya perkembangan optimal dari pemikiran, emosi, pemohomon,
pengenalan, pertimbangan, fantasi, kreatif/cipta, prestasi, motif pemenuhan instink biologi,
pemenuhan kebutuhan instink beragama/mencari Tuhan, sosial, harga diri, dan pengambilan
keputusan.’
2) perilaku komunikasi manusia biasanya dapat mempengaruhi kesehatan sosial dan emosi
Kesehatan sebagai kebutuhan pokok, meliputi tubuh, jiwa, kenzasyarakatan, perasaan dan
keagamaan. Guncangan dan ketidakseimbangan dalam penzenuhan kebutuhan masing-
masing unsur dapat menyebabkan keabnormalan atau penyakit. omponen ini ada pada setiap
orang dan berbeda kondisinya pada setiap suku bangsa dan negara. Masyarakat dengan
budaya yang jadi acuan hidup mereka selalu melakukan upaya penumbuhan, pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan, rehabilitasi hingga pelestarian kondisi kesehatan warganya
yang disebut dengan pengobatan tradisional.
4. Perkembangan sarana-sarana kesehatan
a. Puskesmas
Sampai dengan akhir Repelita I telah terbentuk lebih darI 2.000 buah Puskesmas yang
berarti bahwa belum semua keca-matan di Indonesia telah mempunyai Puskesmas. Di
daerah¬-daerah Jawa dan Bali setiap Puskesmas rata-rata melayani sekitar 50.000
penduduk.
Pada permulaan Repelita I terdapat 5.300 buah BKIA dan kemudian berkembang
menjadi 6.719 buah pada akhir Repe lita I. Walaupun jumlahnya dua kali jumlah
kecamatan, tetapi karena penyebarannya yang tidak merata, beberapa buah ke-camatan
ternyata masih belum mempunyai BKIA.
c. Balai-balai Pengobatan
Pada akhir Repelita I telah terdapat 2.760 buah Balai Peng-obatan, 1.500 buah di
antaranya telah diintegrasikan ke dalam Puskesmas. Setiap Balai Pengobatan rata-rata
melayani 25.600 orang penduduk. Kunjungan penduduk kepada Balai Peng¬- obatan
rata-rata 2.500 orang setiap tahun.
d. Rumah-rumah sakit
Dalam masa Repelita I tercatat 588 buah rumah sakit yang berada dalam tanggung
jawab lembaga-lembaga pemerintah. Penderita yang datang ke rumah sakit pada
umumnya adalah mereka yang berasal dari daerah lingkungan sekitar 5 km dari masing-
masing rumahnsakit yang bersangkutan. Kecuali itu ternyata pula bahwa paling banyak
85% dari tempat tidur rumah sakit propinsi 55% tempat tidur rumah sakit kabupaten, dan
70% tempat tidur rumah-rumah sakit khusus yang dipergunakan oleh penduduk. Hal ini
terutama disebabkan oleh karena :
(2) sarana rumah sakit yang belum memadai, khususnya per lengkapan kedokteran,
air, listrik, dan lain-lain;
(3) jarak tempat tinggal penduduk yang cukup jauh denganrumah sakit, serta
sarana hubungan masih belum berjalanbaik;
(4) pelayanan terhadap masyarakaat oleh rumah sakit yang masih sangat
memerlukan perbaikan;
(5) tingkat kehidupan sosial ekonomi yang relatip masih belum memadai.
e Laboratorium kesehatan
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/view/759
http://eprints.ums.ac.id/16097/3/BAB_I.pdf