Anda di halaman 1dari 14

Nama : Juwilda

Nim : 202001100

Kelas : R1 C Keperawatan

Mereview dari sumber bacaan atau referensi yang dirujuk :

1. Konsep Antropologi dan Sosiologi Kesehatan

Editor : Maman Saputra, SKM

Antropologi pada hakikatnya mendokumentasikan kondisi manusia, masa lampau


damasa kini. Perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat eksotis, masa
prasejarah, bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang aneh. Akan tetapi ini semata-mata
adalah cara antropolog mengungkapkan perhatian terhadap tempat-tempat dan saat ini,
dan cara yang ditempuh antropolig ini memberikan sumbangan unik kepada pengetahuan
kita tentang apa yang sedang terjadi di dunia. Kita tidak bisa memahami diri sendiri lepas
dari pemahaman kita tentang budaya.

Budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan antropologi. Secara pasti,
antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini. Seniman
seperti penari atau pelukis dan lain-lain juga memakai istilah ini atau diasosiasikan
dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini
memang sangat sering digunakan oleh antropologi dan telah tersebar ke masyarakat luas
bahwa antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering disebut dengan kebudayaan.
Seringnya istilah ini digunakan oleh antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan
berarti para ahli antropolgi mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut.

Tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara
para ahli antropologi tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan
dalam antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defInisi
kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari
“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidakhanya mengenai
sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggidan lebih diinginkan”. Jadi,
kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara
berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikapsikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

Kebudayaan mempunyai sifat yang tidak statis, berarti dapat berubah cepat atau
lambat karena adanya kontak-kontak kebudayaan atau adanya gagasan baru dari luar
yang dapat mempercepat proses perubahan. Hal ini berarti bahwa terjadi proses interaksi
antara pranata dasar dari kebudayaan penyandangnya dengan pranata ilmu pengetahuan
yang baru akan menghasilkan pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung yang
mengakibatkan terjadinya perubahan gagasan budaya dan pola perilaku dalam
masyarakat secara menyeluruh atau tidak menyeluruh. Ini berarti bahwa, persepsi warga
masyarakat penyandang kebudayaan mereka masing-masing akan menghasilkan suatu
pandangan atau persepsi yang berbeda tentang suatu pengertian yang sama dan tidak
sama dalam konteks penyakit, sehat, sakit. Dengan demikian, nampaknya ada kelompok
yang lebih menekankan pada terapi adikodrati (personalistik), sedangkan lainnya pada
naturalistic berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan tubuh. Hal ini berarti masyarakat
ada yang menekankan pada penjelasan sehat-sakit berdasarkan pemahaman mereka
secara etnik pada konsep personalistik maupun naturalistik.

Kebudayaan dipandang sebagai bagian dari warisan manusia yang lebih banyak
diwariskan melalui proses belajar daripada proses bawaan biologis. Akan tetapi terdapat
dua pandangan yang amat berlainan tentang kebudayaan tersebut. E.B. Taylor dan para
penulis evolusionis, biasanya memperlakukan kebudayaan sebagai sebagai atribut
manusia yang bersifat tunggal dan kumulatif: perkembangan suatu komunitas sebenarnya
terjadi sekedar karena mereka menikmati ‘kultur’ yang lebih baik daripada yang lainnya.
Para antropolog Boasnian amat kritis terhadap spekulasi-spekulasi para evolusionis
tersebut dan mereka lebih berminat pada masalah-masalah perbedaan di antara berbagai
ragam budaya itu.

Kebudayaan yang ideal datang dari pembentukan manusia itu sendiri dan berasal
dari kebutuhan masyarakat. Anggota masyarakat berasal dari organisasi masyarakat
sehingga anggota masyarakat harus mengikuti kebudayaan yang dimiliki oleh organisasi
masyarakat itu. Sebagai contoh disini digambarkan bahwa kebudayaan yang timbul yang
terbentuk oleh golongan kecil adalah masyarakat kapitalis yang berasal dari kebutuhan
ekonomi yang akhirnya menciptakan ideologi bisnis, dan filsafat pemerintah yang kemudian
membentuk kesatuan nasional. Ide kebudayaan besar timbul dari kebutuhan masyarakat.
Walaupun demikian di dalam pembentukan kebudayaan selalu timbul ketidakcocokan
diantara ide yang satu dengan ide lainnya. Meskipun terjadi ketidaksesuaian hal ini tidak
selalu menjadi besar tanpa adanya konflik dan kekerasan dari masyarakat yang ingin
membentuk suatu kesamaan kebudayaan. Sebagai konsekuensinya ide-ide kebudayaan
selalu saja timbul pada masyarakat kolektif.

Kajian ’antropologi budaya’ maka ’kebudayaan’ seharusnya tidak sekedar


menekankan pada aspek estetik atau humanis, melainkan juga aspek politik sebagaimana
dituliskan John Fiske dalam Bristish Cultural Studies and Television. Jadi obyek studi ini
bukanlah kebudayaan dalam pengertian yang sempit (yang sering dikacaukan dengan
istilah kesenian atau kegiatan-kegiatan intelektual dan spiritual), namun kebudayaan
dalam pengertian seperti dirumuskan dalam oleh Raymond Williamss dalam The Long
Revolution (1961), yakni sebagai cara hidup tertentu bagi sekelompok orang yang
berlaku pada suatu periode tertentu. Dengan dengan demikian meskipun studi
kebudayaan tidak bisa atau tidak perlu direduksi menjadi studi budaya populer, namun
studi populer tersebut menjadi inti proyek penelitian dalam kajian-kajian antropologi
budaya.

Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia
tidak diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis. Hal ini perlu
ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan
dengan perilaku mahluk lain yang tingkah lakunya digerakan oleh insting. Ketika baru
dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut digerakkan olen insting
dan naluri. Insting atau naluri ini tidak termasuk dalam kebudayaan, tetapi mempengaruhi
kebudayaan. Contohnya adalah kebutuhan akan makan. Makan adalah kebutuhan dasar
yang tidak termasuk dalam kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan itu dipenuhi; apa
yang dimakan, bagaimana cara memakan adalah bagian dari kebudayaan.
2. Konsep Sehat dan Sakit

Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan
bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal
di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk
kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita
amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan
pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-
keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga
beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu
pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor
subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai
konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh
badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang
Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”,
World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu
“keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari
penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan
sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal,
dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas
secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik
yaitu :
• Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
• Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
• Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
• Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan
merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan
proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka
tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
• Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental,
dan sosial

Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik (badan),


mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa
sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi
normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:
• Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara
logis (masuk akal) atau berpikir runtut
• Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat
dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang
sesuai dengan norma-norma masyarakat.
• Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya atau pengendalian diri yang baik.
Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-
bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik

Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari
aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara
social.

Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit
adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh
tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada
dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika
tubuhnya mampu beradaptasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada
dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa
penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru secara lengkap
melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan
bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.

Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui dan tidak
berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut menurut pola
gejalanya yang khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau dapat
sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi sebagian lainnya menjadi
kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh.
Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan pada
metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan munculnya tanda
dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi),
hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis
(seperti kejang).
Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap :
o Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran
o Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau
gejala
o Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)
o Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan kemungkinan
menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase akut subklinis)
o Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya akan
diikuti oleh fase akut lain)
o Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah
perjalanan berhenti)
o Kesembuhan (recovery) pada kondisi ini pasien kembali sehat dan tubuhnya
sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau gejala penyakit
yang tersisa.
3. Konsep Perilaku Sehat

Pengertian Perilaku Sehat Menurut World Health Organization (WHO) sehat


keadaan sempurna meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual. Menurut
UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Secara luas
sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana individu dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan internal (seperti psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan
lingkungan eksternal (seperti lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam
mempertahankan kesehatannya (Saam & Wahyuni, 2012).
Menurut Lukaningsing (2011) pada kesehatan fisik seringkali dipengaruhi oleh
pikiran atau non-fisik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sehat secara fisik maka non-
fisik harus mendukung. Dengan demikian sehat adalah kesejahteraan individu meliputi
fisik, psikis, sosial dan spiritual. Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku sehat adalah
perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari penyakit dan
mencegah atau menghindari penyebab datangnya penyakit atau masalah kesehatan
(preventif), serta perilaku dalam mengupayakan, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan (promotif). Berbeda dengan perilaku sakit yang 12 mencakup respon individu
terhadap sakit dan penyakit. Perilaku sehat merupakan perilaku preventif dan promotif.
Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) perilaku sehat adalah
perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku tersebut mencakup; menu
seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba,
istirahat cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, perilaku sehat adalah perilaku individu yang berkaitan
dengan upaya mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab masalah kesehatan
(preventif), dan perilaku dalam mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan (promotif). Perilaku tersebut mencakup, makan dengan menu seimbang,
olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat
cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan, misalnya menjaga kebersihan lingkungan.
Domain Perilaku Sehat Skinner (dalam Marmi & Margiyati, 2013) memiliki
rumus perilaku yaitu S-O-R atau Stimulus mempengaruhi organisme, kemudian
organisme tersebut menghasilkan respon. Berdasarkan teori S-O-R tersebut, Skinner
mengelompokan perilaku menjadi dua, yakni:
a. Perilaku Tertutup (covert behaviour) Perilaku tertutup terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain secara jelas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup
adalah pengetahuan dan sikap.
b. Perilaku Terbuka (overt behaviour) Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat
diamati atau dapat diobservasi. Perilaku ini terjadi bila respons terhadap
stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang
lain.
Secara lebih operasional, menurut Becker (dalam Notoatmodjo, 2014), perilaku
sehat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan. Berikut ini penjelasannya:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan didapatkan dari
indera penglihatan dan pendengaran. Terkait kesehatan, pengetahuan kesehatan
meliputi apa yang diketahui individu terkait cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang
terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap
Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap
terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Seperti sikap terhadap penyakit menular
dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sikap
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktik
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang
dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan
tidak menular, tindakan terhadap faktorfaktor yang terkait dan atau memengaruhi
kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, juga tindakan untuk
menghindari kecelakaan. 15 Ketiga domain tersebut akan dijadikan alat ukur di dalam
penelitian ini. Sebagaimana menurut Notoatmodjo (2014), untuk pengukuran perilaku
sehat yaitu mencangkup ketiga domain di atas. Menurutnya, apabila perilaku terbuka
didasari oleh perilaku tertutup, jika itu bernilai positif bagi individu maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng. Oleh karena itu ranah atau
domain perilaku di atas akan dikaitkan dengan bentukbentuk perilaku sehat
hipertensi.
4. Konsep Gizi dan Makanan Tabu
Penulis : La Banudi Imanuddin

Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yg berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa
berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam bahasa Inggris, food menyatakan
makanan, pangan dan bahan makanan.
Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan. Sedangkan Gizi (Nutrition) adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri
organ-organ, serta menghasilkan energy.
Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsurunsur/
ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila
dimasukkan ke dalam tubuh. Dan Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan
mentah. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu:
Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam
tubuh). Sedangkan Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi
ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan
belajar, produktivitas kerja.
Ruang lingkup ilmu gizi cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan,
perubahan pascapanen (penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi
makanan serta cara pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit). Ilmu gizi
berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal,
biologi molekular dan kedokteran. Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang
meliputi gizi individu, keluarga dan masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga.
Perkembangan gizi klinis adalah sebagai berikut: Anamnesis dan pengkajian status
nutrisi pasien. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan defisiensi zat besi.
Pemeriksaan antropometris dan tindak lanjut terhadap gangguannya. Pemeriksaan
radiologi dan tes laboratorium dengan status nutrisi pasien. Suplementasi oral, enteral
dan parenteral. Interaksi timbal balik antara nutrien dan obat-obatan. Bahan
tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis serta bahan-bahan kontaminan).
Penyebab Gangguan Gizi
a. Faktor primer yaitu : Susunan hidangan yang salah dalam kuantitas dan kualitas
penyebabnya :
• Kurangnya penyediaan pangan
• Kurang baiknya distribusi pangan
• Kemiskinan
• Ketidaktahuan
• Kebiasaan makan salah
b. Faktor sekunder yaitu : Gangguan saluran pencernaan :
• Gigi geligi yang tidak baik
• Kelainan struktur saluran pencernaan dan kekurangan enzim
Status Gizi
• Status gizi baik
Terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi cukup dan digunakan secara
efisien.
• Status gizi kurang
Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
essensiil.
• Status gizi lebih
Terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebih
sehingga menimbulkan efek toksik dan membahayakan tubuh.
Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan
1. Zat gizi makro
• Karbohidrat, memegang peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber
• energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah.
Semua
• karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan.
• Lipida, istilah lipida meliputi senyawa senyawa heterogen, termasuk
lemak dan
• minyak yang umum di kenal dalam makanan, malam, posfolipida, sterol,
daan
• ikatan lain yang sejenis terdapat dalam makanan dan tubuh manusia.
• Protein, istilah protein berasal dari bahasa yunani Proteos, yang berarti
yang
• utama atau yang di dahulukan.
2. Zat Mikro
1) Vitamin, funk dalam bukunya the etiology of deficiency disease yang
diterbitkan pada tahun 1912 mengusulkan nama vitamine untuk fakto-faktor
zat aktif tersebut. Vita berarti esensial untuk kehidupan, sedangkan faktor anti
beri yang di duga berperang tersebut adalah suatu ikatan amine.
a. Vitamin larut lemak
• Vitamin A, adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara
luas, vitamin A merupakan nama ginerik yang menyataka semua retinoid
dan prekursour/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktifitas
biologis sebagai retinol.
• Vitamin D, yaitu mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit
dimana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi.
• Vitamin E, yaitu berbagi biji bijan merupakan sumber kaya vitamin E.
• Vitamin K, yaitu sumber utama vitamin K adalah Hati, sayuran daun
berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli.
b. Vitamin larut Air
• Vitamin C, pada umumnya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur
dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya,
gandaria, dan tomat, Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran,
daun-daun nan dan jenis kol
5. Konsep Kesehatan Reproduksi Dalam Antropologi

Masalah kesehatan reproduksi yang selama ini merupakan salah satu bidang
kajian dari pakar di bidang kedokteran dan ilmu kesehatan sebenarnya juga telah sejak
lama menjadi perhatian dari para pakar di bidang ilmu-ilmu sosial, khususnya ahli
antropologi. Dalam kajian antropologi kesehatan ditemukan banyak kasus yang
menunjukkan bahwa prilaku reproduksi seseorang dipengaruhi oleh pandangan atau
konsep yang dimilikinya mengenai organ reproduksi, dan pengetahuan tersebut berasal
dari lingkungan budayanya, yang diwariskan warga masyarakatnya secara turun temurun.
Pandangan emik masyarakat mengenai kesehatan reproduksi menyangkut hal hal
seperti kemampuan seseorang untuk melakukan hubungan seksual dengan rasa aman dan
penentuan jumlah dan waktu kelahiran sesuai dengan perencanaan. Dengan batasan ini
terlihat aspek penting kesehatan reproduksi yang meliputi pandangan masyarakat
mengenai keluarga berencana, keamanan ibu pada saat hamil dan melahirkan serta cara-
cara budaya tentang upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi
dan penyakit-penyakit akibat hubungan seksual (Nadapdap, 1998). Sejauh ini masalah
kesehatan reproduksi lebih banyak didekati dari aspek klinis sehingga berkembang
anggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanya dapat dipelajari dan dipecahkan
oleh ahli- ahli kedokteran. Sementara itu, terdapat banyak bukti bahwa inti persoalan
kesehatan reproduksi sesungguhnya terletak pada konteks sosial, ekonomi dan
kebudayaan yang sangat kompleks.
Kesehatan reproduksi dipengaruhi dan mempengaruhi sistem politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan dan gender. Misalnya hubungan antara peran sosial laki-laki dan
peran sosial perempuan dalam suatu masyarakat (gender) mempengaruhi usia perkawinan
dan pengendalian kehamilan yang pada gilirannya mempengaruhi kesehatan repoduksi
perempuan (intelek wordpress. com, 2013). Faktor sosial budaya (norma budaya) yang
berkaitan dengan perbedaan jender dan hubungan seksual ternyata dapat meningkatkan
risiko kesehatan reproduksi remaja.
Simaklah beberapa fakta berikut ini.
1) Di beberapa negara, seperti India, praktik perkawinan yang diatur orang tua pada
gadis di bawah usia 14 tahun masih sangat umum.
2) Hubungan seksual terjadi pada gadis 9 sampai 12 tahun karena banyak pria
dewasa mencari gadis muda sebagai pasangan seksual untuk melindungi diri
mereka sendiri terhadap penularan penyakit PMS/ HIV.
3) Di beberapa budaya, pria muda diharapkan untuk memperoleh hubungan seks
pertama kalinya dengan pekerja seks komersial (PSK).
4) Remaja, terutama putri sering kali dipaksa untuk berhubungan seks.
5) Di Sub-Sahara Afrika, pengalaman berhubungan seks pertama bagi beberapa
remaja putri adalah dengan ”Om Senang” yang memberikan pakaian, biaya
sekolah, dan buku sebagai imbalan atas jasa seks yang diberikan.
6) berkembang, di antara jutaan anak yang hidup dan bekerja di jalanan banyak
terlibat dalam survival sex (seks demi bertahan hidup). Mereka menukar seks
dengan makanan, uang, jaminan keamanan, ataupun obat-obat terlarang.
Contohnya, di kota Guatemala, ditemukan 40% dari 143 anak jalanan yang diteliti
melakukan hubungan seks pertama dengan orang yang tidak dikenal; semua
berhubungan seks demi uang; semua pernah dianiaya secara seksual; dan 93%
pernah terinfeksi PMS.
7) Di Thailand, diperkirakan 800 ribu PSK masih berusia di bawah 20 tahun (200
ribu di antaranya berusia di bawah 14 tahun). Beberapa di antara mereka ”dijual”
sebagai PSK oleh orang tuanya guna menghidupi anggota keluarga yang lain

Anda mungkin juga menyukai