Maku:psikososial budaya
Semester:5
Prodi:s1 keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menentukan cara pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi berdasarkan teori transkultural.
2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian berdasarkan cultural nursing yang
meliputi :
1) Mahasiswa mengetahui faktor tekhnologi
2) Mahasiswa dapat mengetahui faktor agama dan fisiologi
3) Mahasiswa dapat mengetahui social dan ikatan kekerabatan
4) Mahasiswa dapat mengetahui nilai budaya dan gaya hidup
5) Mahasiswa dapat mengetahui faktor kebijakan dan hokum
6) Mahasiswa dapat mengetahui faktor ekonomi
7) Mahasiswa dapat mengetahui faktor pendidikan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika
dan hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah
secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses
pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui
banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi
sebelum kita mengejarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacra
penguburan placenta pada masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar
secara formal tetapi mengikuti prilaku nenek moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang
memerlukan simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar
pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contoh beberapa simbol yang
mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik,
gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis
dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada
sekelompok masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,
pada zaman modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi
elemen-elemen budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat
memepengaruhi prilaku seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang
benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini
terjadi pada kelompok suku yang lain. Meskipun tiap kelompok memiliki pola
yang dapat dilihat yang membantu membedakannya dengan kelompok lain,
sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang tidak
sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu
aspek dan sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang
menjadi lebih tradisional dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada
variasi signifikan dengan dan antara kelompok. Pengetahuan tentang kelompok
juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya
belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat
memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia,
dan negara lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai
berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat
kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya di
masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan
penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam
menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat
(1990), dari hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap
manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi
maut.
1. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada
manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanan
sampai dikala meninggal.
3. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena
transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain.
4. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan
ontology sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
terjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan
yang diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana
biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8. Perbedaan kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau
simbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian.
9. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan
dan prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biayadari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan
yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi
sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-bIuru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4)Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
A. KASUS
Tn. Ali Anyang berusia 21 tahun tinggal di Barito Raya-kalimantan
keturunan suku Bakumpai merupakan Sub suku dayak. Saat ini berada di ruang
perawatan interna dengan diagnosa medis ulkus peptikum. Klien masuk dirumah
sakit dengan keluhan nyeri di ulu hati, demam, hematemesis-melena, mual, dan
kurang nafsu makan. Saat ini Tn. A di jaga oleh ibunya. Keluarga Tn. A
menggunakan daun sawang untuk diusapkan dan di urutkan ke sekujur tubuh Tn.
A, mereka percaya daun sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh jahat
yang bersemayam dalam tubuh Tn. A. Klien dan keluarga percaya bahwa sakit
yang didapat dan tidak bisa sembuh merupakan hukuman para dewa. Keluarga
Tn. A juga membaca mantra tiap pagi kepada Tn. A dan meletakkan beberapa
sesajen di dekat tempat tidur Tn. A seperti kemenyam, minyak ikan, mayang
pinang, beras kuning, kelapa tua, kelapa muda, banyu gula, serta piduduk (beras,
gula merah, telur ayam, dan kelapa). Mereka percaya sesajen ini di sukai oleh
dewa kemudian mempercepat penyembuhan penyakit.
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital maka di dapat hasil TD :
90/50 mmHg, N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan S : 380C.
Dari penampilan klien Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik),
Rambut: ikal, Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah: bulat
B. PENGKAJIAN
a. Data Demografi
Nama lengkap: Tn. Ali anyang
Nama panggilan: Tn. A
Nama keluarga: Tn. A
Alamat: Barito raya
Jenis kelamin: laki-laki
Tempat lahir : Barito raya
Dignosis medis : Ulkus peptikum
b. Data Biologis/variasi biokultural
Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik)
Rambut: ikal
Struktur tubuh: kurus
Bentuk wajah: bulat
TTV:
TD : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
P : 20 x/menit
S : 380C
Faktor Teknologi
• Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas perahu kayu untuk menyeberangi desa
kemudian menggunakan transportasi darat untuk sampai ke RS.
• Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat dan kadang juga
menggunakan bahasa Indonesia
• Keluarga klien kurang meyakini tindakan kesehatan yang diberikan kepada klien
yang tidak sesuai dengan keyakinannya
• Keluarga tn. A mempercayai tentang adanya Tuhan yang maha kuasa yang
dianggap sebagai para dewa
• Pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita karena merupakan
hukuman dari para dewa
• Yang dilakukan klien dan keluarganya untuk berusaha menyembuhkan klien
adalah membaca mantra, menyajikan sesajen, dan menggunakan daun sawang
• Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit:
mengusapkan daun sawang pada tubuh yang sakit
• Masyarakat suku bakumpai-dayak dibariton apabila ada keluarga yang sakit dan
tidak dapat disembuhkan menurut keluarga klien mangatakan bahwa sakit
tersebut merupakan hukuman dari dewa. Sehingga biasanya dilakukan upacara
badewa yang dilakukan secara alternative pengobatan sebagaimana lazimnya para
penganut animism dalam melakukan pemujaan para dewa dengan membuat
sesajen untuk dipersembahkan kepada dewa yang dimaksud. Untuk mempercepat
datangnya roh gaib, diperlukan sarana penunjang berupa seperangkat gamelan.
Upacara ini biasanya dilakukan oleh seorang dalang atau pembaca mantra.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Tn.A biasanya di tunggu dengan kedua orang tua atau keluarga yang lain.
Faktor ekonomi (economical factors)
Tn.A berkerja serabutan( tidak tentu), biaya pengobatan dari tabungan keluarga
dan bantuan dar pemerintahan atau bantuan dari tempat Tn.A tinggal, Tn.A tidak
memeliki asuransi kesehatan .
Faktor Pendidikan
• Klien hanya sampai pada tingkat sekolah menengah, sementara orang tua klien
tidak sekolah
• Sehat menurut klien dan keluarga jika seseorang mampu bekerja dan beraktivitas
seperti biasa tanpa hambatan
• Sakit menurut klien dan keluarga jika mendapat hukuman dari yang maha kuasa
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa
• Jenis penyakit yang sering diderita oleh keluarga klien adalah nyeri pada ulu hati
• Pemahaman sakit menurut klien dan keluarga adalah klien sedang mendapat
hukuman dari dewa sehingga klien perlu memberikan sesajen dan didalam tubuh
klien terdapat roh jahat yang hanya mampu diusir dengan mengusap daun sawang
pada tubuh klien.
• Klien dan keluarga berharap agar petugas kesehatan mampu memberikan
pertolongan dalam membantu penyembuhan klien
e. Intervensi
salah satu dari diagnosa keperawatan yang paling memberi pengaruh kepada
petugas kesehatan, klien, dan keluarga, serta kebudayaan suku:
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://tulisanwarno.blogspot.com/2016/01/askep-transkultural.html