Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan kepulauan, dimana Indonesia dikenal

memiliki berbagai macam suku, ras, budaya serta adat istiadat yang
berbeda dengna bahasa yang berbeda pula. Begitu halnya dengan
rumah sakit yang merupakan tempat umum, sehingga siapa saja dapat
berkunjung tanpa adanya batasan ras ataupun budaya yang dianutnya.
Seorang perawat tentunya pasti juga akan mneghadapi klien yang
memiliki budaya berbeda dengannya, terlebih dirumah sakit kota
besar.
Menghadapi situasi demikian tentunya tidak mudah, karena
perawat tidak mengetahui bagaimana kebiasaan budaya klien, apakah
kebiasaan yang dilakukan perawat dalam menghadapi klien sesuai
dengan harapan klien, apakah akan tercipta hubungan yang saling
percaya jika antara perawata dan klien memiliki budaya yang berbeda.
1.2

Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Transkultural?
2. Apakah yang dimaksud dengan Paradigma Transkultural
Nursing?
3. Apakah yang

dimaksud

dengan

Prinsip

pada

Praktik

Keperawatan?
4. Bagaimanakah yang dimaksud dengan Model Pengkajian
Transkultural?
5. Apakah yang

dimaksud

Internasional dan Lokal?


6. Apakah
yang
dimaksud

dengan

Pemahaman

dengan

Pedoman

Budaya
dalam

Berhubungan dengan Klien yang Berbeda Budaya?

1.3

Tujuan
a. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk


mengetahui definisi dari budaya.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui
bagaimana
yang

dimaksud

dengan

Keperawatan Transkultural
2. Mengetahui bagaimana Paradigma Transkultural Nursing
3. Mengetahui
bagaimana
Prinsip
pada
Praktik
Keperawatan
4. Mengetahui bagaimana Model Pengkajian Transkultural
5. Mengetahui
bagaimana
Pemahaman
Budaya
Internasional dan Lokal
6. Mengetahui bagaimana Pedoman dalam Berhubungan
dengan Klien yang Berbeda Budaya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Keperawatan transkultural

2.1.1 Konsep Budaya


Kebudayaan berasal dari bahasa Latin colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari
konsep ini berkembanglah pengertian kebudayaan yaitu segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau
dari

sudut

bahasa

Indonesia,

kebudayaan

berasal

dari

bahasa

Sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi, yang berarti


budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal-hal yang
bersangkutan dengan akal.
Kebudayaan

adalah

keseluruhan

yang

kompleks

yang

didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,


moral, hokum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain yang di dapat
manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor dan Wiranata, 2002).
Menurut Koentjaningrat kebudayaan adalah seluruh system gagasan
tindakan

dan

hasil

karya

manusia

dalam

rangka

kehidupan

bermasyarakat yang didapat dengan belajar dan dijadikan milik


manusia sendiri (Syafrudin, 2009).
Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan komponen atau
unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut :
J.H. Melville (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki empat
unsur pkok yaitu alat-alat teknologis , sistem ekonomi, keluarga dan
kekuasaan politik. Sedangkan, M. Bronislaw (2007) mengatakan ada
empat unsur poko yang meliputi:
a. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat dan lembaga (petugas) untuk pendidikan (keluarga
merupakan lembaga pendidikan utama).
d. Organisasi kekuatan (politik).
2.1.2 Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Pertama, gagasan wujud ideal yaitu berbentuk kumpulan ide,
nilai, norma dan peraturan aktivitas, dan artefak.

b. Kedua, aktivitas atau disebut juga dengan sistem sosial yaitu


terdiri dari aktivitas, interaksi, yang mempunyai pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
c. Ketiga, artefak (karya) yaitu wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia
dalam masyarakat (Syafrudin, 2009).
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan

yang

kebudayaan

yang

satu
lain.

tidak

bisa

dipisahkan

Berdasarkan

dari

wujudnya

wujud

tersebut,

kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu:


Kebudayaan material dan kebudayaan non material.
a. Kebudayaan

material

masyarakat

yang

kebudayaan

material

mengacu

nyata

dan

ini

pada

konkrit.

adalah

semua

ciptaan

Termasuk

dalam

temuan-temuan

yang

dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi yaitu mangkuk


tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat

terbang,

stadion

olahraga,

pakaian,

gedung

pencakar langit, dan mesin cuci.


b. Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng,

cerita

rakyat,

lagu

dan

tarian

tradisional

(Syafrudin. 2009).
2.1.3 Ciri-Ciri Kebudayaan
Ciri-ciri khas kebudayaan yaitu pertama, bersifat historis yaitu
manusia membuat sejarah yang bergerak dinamis dan selalu maju
yang diwariskan secara turun-temurun (Syafrudin, 2009). Kedua,
bersifat geografis yaitu kebudayaan manusia tidak selalu berjalan
seragam, ada yang berkembang pesat dan ada yang lamban, serta ada
pula yang stagnan yang nyaris berhenti kemajuannya. Dalam interaksi
dengan lingkungan, kebudayaan tersebut berkembang pada komunitas
tertentu lalu meluas dalam kesukuan dan kebangsaan/ras,
Selanjutnya
kebudayaan
itu
meluas
dan

mencakup

wilayah/regional, serta makin meluas ke seluruh penjuru belahan bumi.


Puncaknya adalah kebudayaan kosmo (duniawi) dalam era informasi di

mana

terjadi

saling

melebur

dan

berinteraksinya

kebudayaan-

kebudayaan. Ketiga, bersifat perwujudan nilai-nilai tertentu yaitu


dalam perjalanan kebudayaan, manusia selalu berusaha melampaui
(batas) keterbatasannya.
2.1.4 Aspek Budaya dalam Keperawatan
Menurut Leininger (Tomey & Alligood, 2006) transcultural
nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan
sakit didasarkan
tindakan,

dan

keperawatan

pada nilai

ilmu

ini

khususnya

budaya

digunakan
budaya

atau

manusia,
untuk

kepercayaan

memberikan

keutuhan

dan

asuhan

budaya

kepada

manusia.
Menurut

Giger

dan

Davidhizar

(1995)

keperawatan

transkultural dipandang sebagai bahan untuk melatih secara kompeten


menilai budaya yang berpusat pada klien. Meskipun keperawatan
transkultural dipandang sebagai berpusat pada klien, penting bagi
perawat untuk mengingat budaya yang dapat dan tidak mempengaruhi
bagaimana klien dilihat dan perawatan yang diberikan.
Perawat harus berhati-hati untuk menghindari memproyeksikan
pada klien mereka sendiri keunikan budaya dan pandangan dunia,
sehingga culture care harus disediakan. Dalam memberikan culture
care, perawat harus ingat bahwa setiap individu adalah unik dan
produk dari pengalaman masa lalu, keyakinan, dan nilai-nilai yang
telah dipelajari dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Teori keperawatan kultural menurut Leininger yaitu cultur care
diversity dan cultural care universality (Tomey & Alligood, 2006).
a. Cultur care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan
keperawatan) merupakan bentuk yang optimal dari pemberian
asuhan

keperawatan,

mengacu

pada

kemungkinan

variasi

pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan


asuhan

budaya

kepercayaan

dan

yang

menghargai

tindakan

nilai

termasuk

budaya

kepekaan

individu,
terhadap

lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin


kembali lagi.
b. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural)
mengacu

kepada

suatu

pengertian

umum

yang

memiliki

kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola,


nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan
diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian
bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang
memungkinkan

untuk

menolong

orang

lain

(terminology

universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau


suatu temuan statistik yang signifikan.
2.2

Paradigma Transcultural Nursing


Leininger mengartikan paradigma keperawatan transkultural

sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam


terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia,
sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew & Boyle dalam Geiger
and Davidhizar, 1995).
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada

setiap

saat

dimanapun

dia

berada

(Geiger

and

Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai
tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam

rentang

sehat-sakit

yang

adaptif

(Geiger

and

Davidhizar, 1995).

c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu :
1.

Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan


oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,

2.

pemukiman padat dan iklim.


Lingkungan social adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan

3.

aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.


Lingkungan simbolikadalah keseluruhan bentuk
simbol

yang

menyebabkan

individu

atau

dan

kelompok

merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa


dan atribut yang digunakan (Geiger and Davidhizar,
1995).
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/

mempertahankan

budaya,

mengakomodasi/

negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti budaya klien


(Geiger and Davidhizar, 1995).
1. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan

dengan

kesehatan.

Perencanaan

dan

implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai


yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
2. Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini


dilakukan

untuk

membantu

klien

beradaptasi

terhadap

budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.


Perawat

membantu

klien

agar

dapat

memilih

dan

menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan


kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani lain.
3. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Menurut Brunner &

Suddarth

(2002)

istilah

dan

defenisi lain yang memberikan tilikan lebih lanjut ke dalam


asuhan kultur dan kesehatan meliputi:
1.
Akulturasi yaitu proses dimana anggota kelompok
cultural
2.

dan

belajar

bagaimana

memperlakukan kelompok lain.


Kebutaan cultural yaitu ketidakmampuan
untuk
mereka

3.

beradaptasi

individu

mengenali

nilai,

kepercayaan

dan

praktik

sendiri

dan

kelompok

lain

akibat

kecenderungan etnosentris yang kuat.


Imposisi cultural yaitu kecenderungan memaksakan
keyakinan, nilai-nilai, dan pola perilaku seseorang atau

4.

kelompok orang dari kultur yang berbeda.


Tabu kultural yaitu aktvitas yang diatur oleh peraturan
perilaku yang dihindari, dilarang atau yang tidak
diizinkan oleh kelompok cultural tertentu.
Asuhan

keperawatan

yang

cakap

atau

kongruen

secara kultural mengacu kepada integrasi kompleks sikap,


pengetahuan,
pengambilan

dan

keterampilan

keputusan,

(termasuk

penilaian,

berfikir

pengkajian,
kritis

dan

evaluasi) yang memungkinkan perawat untuk memberikan

asuhan dengan cara yang peka secara kultural (Brunner &


Suddarth, 2002).
Kebijakan yang meningkatkan asuhan yang kongruen
secara kultural membuat regulasi fleksibel sehingga dapat
disesuaikan dengan pengunjung (pengunjung, frekuensi, dan
lama kunjungan), dengan memperhitungkan peran dukun
dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan,
menyediakan pelayanan penerjemahan bagi pasien yang
tidak bisa berbahasa Indonesia, mengetahui kebutuhan diet
khusus bagi pasien dari kelompok kultur tertentu dan
menciptakan lingkungan yang mendukung praktik spiritual
dan religious pasien (Brunner & Suddarth, 2002).
Model

asuhan

transkultural

dapat

memperluas

hubungan teraupetik antara perawat dan pasien jika mereka


menggunakan cara yang dianjurkan untuk berkembangnya
sikap saling menguntungkan dan rasa menilai masingmasing individu dari budaya lain. Keadaan ini akan dapat
bekerjasama

dengan

mitra

secara

lebih

baik

dan

menemukan solusi yang baik terhadap masalah kesehatan.


Walaupun

tujuannya

untuk

mengembangkan

dan

keseimbangan dan hubungan timbal balik (Basford &


Slevin, 2006).
2.3

Prinsip pada Praktik Keperawatan


Menurut J.N Giger dan Davidhizar, ada 10 konsep dan prinsip

dalam asuhan keperawatan, antara lain :


a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan.
b. Cultural
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu
dari budaya, gaya hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin
adalah anak yang dilahirkan dari pasangan suku sunda dan
batak.
c. Diversity

Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang


ideal dari asuhan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya individu, kepercayaan, dan
tindakan.
d. Etnosentris
Persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya
yang dimiliki oleh orang lain.
e. Ras
Perbedaan manusia didasarkan pada asal muasal manusia.
f. Cultural shock
Suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya

dan

kepercayaan.

Hal

ini

dapat menyebabkan

munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan


beberapa mengalami disorientasi.
g. Diskriminasi
Perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan
ras, etnik, jenis kelamin, social, dan lain sebagainya.
h. Sterotyping
Anggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua
anggota

dari

kelompok

perawat

beranggapan

budaya
bahwa

adalah

semua

sama.

Seperti,

orang

Indonesia

membangun

identitas

menyukai nasi.
i. Assimilation
Suatu proses
kebudayaannya,

individu
sehingga

untuk
akan

menghilangkan

budaya

kelompoknya dan memperoleh budaya baru.


j. Perjudice
Adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para
pemimpin lebih suka untuk menghukum terlebih dahulu
suatu anggota.
2.4

Model Pengkajian Transkultural


Transcultural Nursing adalh suatu area atau wilayah keilmuwan

budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus


memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini diguanakan untuk

10

memeberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan


budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan
dari
keperawatan
transkultural

adalah

untuk

mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman


keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang
spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku caring. Caring
adalah esensi

dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta

memepersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan


sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh. Perilsku caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring
secara umu dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring
merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya betvariasi diantara kuktur satu tempat dengan tempat lainnya.
2.4.1 Konsep dalam Transkultural Nursing
a. Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok
yang dieplajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam
berfikir,

bertindak

merupakan

sesuatu

dan

mengambil

yang

kompleks

keputusan.
yang

Budaya

mengandung

pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan


kecakapan lain yang merupakan kebaisaan manusia sebagai
anggota

komunitas

setempat.

Sedangkan

kebudaaan

merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang


harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil
budi damn karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan
kegiatan tertentu (Leininger, 1991).
Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984),
karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
1.

Budaya

adalah

pengalaman

yang

bersifat

universalsehingga tidak ada dua budaya yang sama


persis,

11

2.

Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena


budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya

3.

sehingga mengalami perubahan,


Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya

sendiri tanpa disadari.


b. Nilai Budaya
Adalah keinginan individu

atau

tindakan

yang

lebih

diinginkan atau sesuatu yang tindakan yang dipertajankan


pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
c. Perbedaan Budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan
keperawatan,
pendekatan

mengacu
keperawatan

pada
yang

kemungkinan

variasi

dibutuhkan

nutuk

memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya


individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan
terhadap lingkungan dari individuyang datang dan individu
yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budayabudaya yang dimiliki oleh orang lain.
e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau
kelompok budaya yang digolongkan menurut menurut ciri-ciri
dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat kondisi
spesifik yang dimilki oleh kelompok tertentu (kelompok
etnik). Sekelompok etnik adalah sekelompok individu yang
mempunyai

budaya

mennurunkannya

ke

dan

sosial

genenerasi

yang

berikutnya

unik

serta

(Handerson,

1981).
f. Ras Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan
pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Ras merupakan
system pengklasifikan manusia berdasarkan karakteristik
fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada
tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras umumnya yang
dikenal yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid. Budaya adalah
keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).

12

g. Etnografi

adalah

Endekatan

ilmu

metodologi

yang

memepelajari

budaya.

pada

penelitian

etnografi

memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran


yang

tinggi

pada

perbedaan

budaya

setiap

individu,

menjelaskan dasar observasi untuk memepelajari lingkungan


orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara
keduanya.
h. Care adalah
bimbingan,
keluarga,

fenomena

bantuan,
kelompok

yang

dukungan
dengan

berhubungan
perilaku

adanya

pada

dengan
individu,

kejadian

memenuhi kebutuhan baik actual maupun

untuk

potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.


i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,

mendukung

dan

mengarahkan

individu,

keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau


antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
j. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai, kepercayaaan dan pola ekspresi yang
digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan

individu,

mempertahankan

keluarga

kesehatan,

atau
sehat,

kelompok

untuk

berkembang

dan

bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai


kematian dengan damai.
k. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan
tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan , praktik
dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide
yang dimilki oelh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.

2.5

Pemahaman Budaya Internasional dan Lokal

2.5.1 Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar


Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari
suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini
meliputi:

13

a. Komunikasi (Communication)
Bahasa

yang

digunakan,

intonasi

dan

kualitas

suara,

pengucapan (pronounciation), penggunaan bahasa non verbal,


penggunaan

diam

Komunikasi-miskomunikasi

merupakan

masalah yang sering terjadi di rumah sakit. Perselisihan dapat


timbul dari berbagai situasi. Contoh yang paling jelas adalah
ketika pasien dan staf rumah sakit tidak berbicara bahasa yang
sama, maka perilaku non verbal dan lain-lain. Mengetahui norma
dalam budaya akan memfasilitasi pemahaman dan mengurangi
miskomunikasi.
b. Space (ruang gerak)
1.
Tingkat rasa nyaman yang berkaitan dengan ruang pribadi.
2.
Kenyamanan dalam percakapan,hubungan kedekatan dengan
orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan
3.

tubuh.
Kontak mata, ruang, dan praktek sentuhan mungkin sangat

berbeda dengan lingkungan antara klien dan perawat.


c. Orientasi social (social orientastion)
Budaya, etnisitas, tempat, peran, dan fungsi keluarga,
pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan kegiatan social
keagamaan. Pola perilaku budaya belajar melalui enkulturasi,
proses social melalui mana manusia sebagai makhluk yang
bernalar,

punya

daya

refleksi

dan

inteligensia,

belajar

memahami dan mengadptasi pola piker, pengetahuan, dan


kebudayaan sekelompok manusia lain.
Mengakui dan menerima bahwa individu-individu dari latar
belakang budaya yang berbeda-beda ke dalam budaya yang
dominan. Faktor-faktor siklus hidup harus diperhatikan dalam
interaksi dengan individu dan keluarga (misalnya nilai tinggi
ditempatkan pada keputusan orang tertua,peran orang tua
ayah atau ibu dalam keluraga, atau peran dan harapan anakanak dalam keluarga). Budaya tidak hanya ditentukan oleh
etnisitas terapi oleh faktor seperti geografi, usia, agama, jenis
kelamin,

orientasi

seksual,

dan

status

sosial

ekonomi.

Memahami faktor usia dan siklus hidup haruss diperhatikan


dalam interaksi dengan semua individu dan keluarga.
d. Waktu (time)

14

Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk


bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat
ini,masa lalu dan yang akan datang.
e. Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya

yang

berkaitan dengan sehat-sakit. Kemampuan seseorang untuk


mengendalikan alam lingkungan. Praktek kesehatan, nilai-nilai,
definisi kesehatan dan penyakit.
f. Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya
seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik
pada

populasi

terntentu,kerentanan

tertentu,kecenderungan

pola

makan

terhadap
dan

penyakit

karakteristik

psikologis,koping dan dukungan social


Pengkajian keperawatan.
Komunikasi
Ruang
Mendapatkan kesimpulan data
Bahasa lisan
Observasi tingkat kenyamanan (dlm berkomunikasi)
KualitasKedekatan
suara
dgn yg lain
Pengucapan
Gerakan tubuh
Penggunaan
Persepsi
keheningan
ruang
Non verbal

Keunikan budaya individu


Mengidentifikasi Ras & budaya klien
Tempat lahir
Waktu di negara

Orientasi social
Kultur
Ras
Etnik
Fungsi peran keluarga
Pekerjaan
Waktu luang

Variasi biologis
Warna kulit
Waktu
Warna rambut
Penggunaannya
Dimensi fisik lain
Perhitungannya
Keadaan genetic & enzim pd populasi penyakit khusus
Definisi
Kontrol
lingkungan
Kerentanan terhadap
sakit&penyakit
Karakteristik psikologis
koping
dan
sosial
Waktu
berssosial
praktik kesehatan cultural yang berhasil,
netral,
disfungsional, tdk jelas

Waktu bekerja
Orientasi waktu (kemarin, sekarang, akan
2.5.2 Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
nilai

Komponen-komponennya meliputi:
a. Identitas budaya
b. Ethnohistory
c. Nilai-nilai budaya

15

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Hubungan kekeluargaan
Kepercayaan agama dan spiritual
Kode etik dan moral
Pendidikan
Politik
Status ekonomi dan social
Kebiasaan dan gaya hidup
Faktor/sifat-sifat bawaan
Kecenderungan individu
Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self


assessment) dan pada klien, kemudian perawat mengkomunikasikan
kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal &
teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan
dan kesejahteraan klien.
Riwayat etnik
a.
b.
c.
d.

Berapa lama anda / orang tua anda tinggal dinegara ini?


Apa latar belakang etnik atau asal leluhur anda?
Seberapa kuat budaya mempengaruhi anda?
Ceritakan alsan anda meninggalkan tanah air anda?

Organisasi sosial
a. Siapa yang tinggal dengan anda?
b. Siapa yang anda anggap sebagai anggota keluarga
anda?
c. Dimana anggota keluarga anda yang lain tinggal?
d. Siapa yang membuat keputusan untuk anda

dan

keluarga anda?
e. Siapa yang anda cari saat memerlukan bantuan untuk
f.

keluarga anda?
Apa harapan anda terhadap anggota keluarga yang pria,
wanita, tua, atau muda?

Sosioekonomi
a. Apa yang anda lakukan untuk kehidupan?
b. Bagaimana
perbedaan
kehidupan
anda

disini

dibandingkan tempat asal?


Ekologi biokultural dan Risiko Kesehatan
a. Apa penyebab masalah anda?
b. Apa bahasa yang anda gunakan untuk membaca dan
menulis?
c. Bagaimana perawat harus berbicara dan memanggil
anda?

16

d. Apa jenis komunikasi yang mengganggu anda?


Kepercayaan dan Praktik Pelayanan
a. Apa yang anda lakukan untuk menjaga kesehatan anda?
b. Apa yang anda lakukan untuk menunjukkan kepedulian
anda?
c. Bagaimana anda merawat anggota keluarga yang sakit?
d. Pemberi layanan mana yang anda cari saat anda sedang
sakit?
e. Bagaimana perbedaan yang perawat lakukan dengan
2.6

yang dilakukan keluarga anda saat anda sedang sakit?


Pedoman dalam Berhubungan dengan Klien yang

Berbeda Budaya
a. Kaji nilai kepercayaan pribadi anda terhadap budaya y
ang berbeda
1. Review kembali pengalaman pribadi
2. Singkirkan nilai-nilai biasa, ide-ide dan tingkah laku
yangberpengaruh negatif terhadap perawatan
b. Kaji variabel-variabel komunikasi dari perspektif bud
aya
1. Tentukan identitas etnis pasien
2. Gunakan pasien sebagai sumbernya
memungkinkan).
3. Kaji faktor-faktor
hubunganperawat

kulturalyang
dan

klien

(apabila

dapat

mempengaruhi

kemudian

beresponlah

dengan tepat.
c. Rencanakan perawatan sesuai dengan kebutuhan kom
unikasi danlatar belakang budaya.
1. Pelajari sebanyak mungkin tentang

budaya

dan

kepercayaanklien.
2. Dorong pasien untuk menyatakan persepsinya terhadapk
esehatan, sakit, dan pelayanan kesehatan.
3. Rasa sensitif terhadap keunikan pasien.
4. Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien.
5. Evaluasi efektifitas tindakan keperawatan dan modifikasi
apabila diperlukan.
d. Modifikasi pendekatan komunikasi untuk memenuhi k
ebutuhanbudaya.
1. Perhatikan
tanda-tanda rasa
dan kebingunganklien.
2. Beri
respon
yang

takut,

menenangkan

kecemasan
hati

dengan

mempertahankanbudaya klien.

17

e. Pahami bahwa penghargaan terhadap klien merupaka


n hubunganyang terapeutik.
1. Berkomunikasi
denagan hormat menggunakan
pendekatan-pendekatan yang baik dan menenangkan
hati.
2. Gunakan teknik mendengar yang sesuai.
f. Berkomunikasi
tanpa
cara-cara
yang

kelihatan

mengancam
1. Lakukan wawancara tanpa terburu-buru
2. Ramah tamah
3.
Tanyakan
pertanyaan
yang
umum

selama

mengumpulakn informasi
4. Bersikap sabar apabila respon klien tidak sesuai dengan
persoalan kesehatan klien.
5. Ciptakan hubungan saling percaya denagan mendengar
secara teliti, dan berikan waktu serta perhatian penuh
pada klien.
g. Gunakan teknik validasi dalam komunikasi
1. Sadar akan feedback/respon klien tidak mengerti
2. Jangan membuat asumsi pengertian tanpa distorsi
h. Pahami adanya keengganan untuk membicarakan mas
alah yang berhubungan dengan seksualitas.
Sadari

bahwa

seksualtidak

dalam

dapat

beberapa

dibicarakan

budaya
secara

permasalahan

leluasa

dengan

perawat/orangdengan jenis kelamin yang berbeda.


i. Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara
denaganbahasa yang berbeda.
1. Gunakan
intonasi suara
dan ekspresi

wajah yang

perhatian untuk kmembantu mengurangi ketakutan klien.


2. Bicara dengan perlahan dan jelas, namun tidak keras.
3. Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran
untukmembantu pemahan klien.
4. Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan.
5. Perhatikan kata-kata yang dipahami klien dan guankan
itusesering mungkin.
6. Pertahankan
pesan

yang

sederhan

dan ulangi

terus menerus.
7. Hindari penggunaan istialh medis dan singkatan yang
tidakdipahami klien.
8. Gunakan kamus bahasa yang tepat.
j. Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatka
n komunikasi.

18

1. Minta

interpreter

untuk

menerjemahkan

pesan,

tidak hanya kata-kata pribadi.


2. Dapatkan feedback untuk mengkonfirmasi pemahaman.
3. Gunakan interpreter yang sensitif terhadap budaya.

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan
didalamnya

adalah

terkandung

keseluruhan
ilmu

yang

kompleks

pengetahuan,

yang

kepercayaan,

kesenian, moral, hokum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain


yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama yaitu: Kebudayaan material dan kebudayaan
non material.
Model asuhan transkultural dapat memperluas hubungan
teraupetik antara perawat dan pasien jika mereka menggunakan
cara

yang

dianjurkan

untuk

berkembangnya

sikap

saling

menguntungkan dan rasa menilai masing-masing individu dari


budaya lain. Keadaan ini akan dapat bekerjasama dengan mitra
secara lebih baik dan menemukan solusi yang baik terhadap
masalah kesehatan. Walaupun tujuannya untuk mengembangkan
dan keseimbangan dan hubungan timbal balik (Basford &
Slevin, 2006).
3.2 Saran
Perawat

harus

berhati-hati

untuk

menghindari

memproyeksikan pada klien mereka sendiri keunikan budaya dan


pandangan dunia, sehingga culture care harus disediakan. Dalam
memberikan culture care, perawat harus ingat bahwa setiap
individu adalah unik dan produk dari pengalaman masa lalu,
keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dipelajari dan diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.

20

DAFTAR PUSTAKA

Andrew. M & Bole. J.S. 1995. Transcultural Concepts in Nursing Care.

2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company


Efendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas:

teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


Giger. J.J & Davidhizar. R.E. 1995. Transcultural Nursing: Assessment

and Intervention, 2nd Ed, Missouri, Mosby Year Book Inc


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Politeknik Kesehatan

Surabaya. Prodi Keperawatan Sutopo. 2011.


Leininger. M & McFarland. M.R. 2002. Transcultural Nursing:
Concepts, Theories, Research and Practice. 3rd Ed, USA, Mc-Graw
Hill Companies

21

Anda mungkin juga menyukai