Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TRANSKULTURE KEPERAWATAN

BUDAYA NILAI YANG TERKAIT DI NEGARA EROPA


AMERIKA DAN MIDL EAST

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NILA ARSITA DEWI

NIM: G0A017008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KEPERAWATAN DA KESEHATAN UIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARAG 2018?2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berbagai fenomena yang terjadi di tatanan praktek pelayanan keperawatan klinik dan
komunitas menuntut pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk diterapkan dalam
berbagai situasi dan kondisi. Hal ini tentunya memerlukan teori dan model yang sesuai
dengan mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat, khususnya
perubahan sosial, budaya, dan sistem nilai yang terjadi di masyarakat.

Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah untuk membentuk kesadaran dan
apresiasi terhadap perbedaan kultur. Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan
kultur yang universal. Perbedaan kultur tersebut dapat menjadi sumber informasi dalam
melaksanakan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
knowledge yang kuat, dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan. Transcultural nursing ini berasal dari disiplin ilmu antropologi yang
dikembangkan ke dalam konteks keperawatan. Konsep keperawatan transkultural ini didasari
oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat.

Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya


dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami
oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan
klien, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi pada klien.

Melakukan komunikasi dengan komunitas di lingkungannya untuk mengenal budaya


setempat dan menghormatinya Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan,
kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap
penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah,
yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan
penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan
konteks budaya dan sosial masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi budaya ?
2. Apa saja karakteristik Budaya ?
3. Bagaimana Perilaku Budaya Kesehatan ?
4. Apa definisi Keperawatan Transkultural ?
5. Apa konsep Utama Keperawatan Transkultural ?
6. Apa Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat?
7. Apa Definisi Keperawatan Komunitas ?
8. Bagaimana Aplikasi Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan Komunitas ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi budaya
2. Menjelaskan karakteristik Budaya
3. Menjelaskan Perilaku Budaya Kesehatan
4. Menjelaskan definisi Keperawatan Transkultural
5. Menjelaskan konsep Utama Keperawatan Transkultural
6. Menjelaskan Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat
7. Mejelaskan Definisi Keperawatan Komunitas
8. Menjelaskan Aplikasi Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan Komunitas
BAB II
PEMBAHASAN

a) Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan
dari suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olah raga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda-beda, perilaku tersebut akan
membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan
berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat tersebut dalam
menangani masalah. Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari,
budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh
antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan
manusia sebagai anggota masyarakat. ( Brunner dan Suddart, 2001 ). Sedangkan petter
(1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap dan adat yang terbagi
dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya akan
dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman dari wktu ke waktu tanpa
memikirkan rasionalisasinya. The American Herritage Dictionary mengertikan kebudayaan
adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola prilaku yang dikirimkan melalui kerja dan
pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Zanden (1990) menjelaskan bahwa istilah kultur mengacu pada warisan sosial masyarakat
yang mempelajari pola berpikir, merasa, dan bertindak yang ditularkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya termasuk penggunaan pola-pola tersebut dalam sesuatu yang bersifat
materi. Sementara itu samovar dan poter (1995) mengutip pernyataan Adamsom dan Frost
yang mengatakan bahwa kultur merupakan pola tingkah laku yang dipelajari yang merupakan
satu kesatuan system yang bukan hasil dari keturunan. Dari semua definisi diatas jelaslah
bahwa kultur atau memiliki karakteristik sendiri. Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
b) Karakteristik Budaya

Dincker (1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan
empat ciri esensial budaya yaitu : pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang
mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir. Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-
anggota kelompok yang sama membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar,
perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya.

Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada
sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya. Adaptasi budaya pada
negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses
yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya
tentang partisipasi wanita dan sebagainya. Penelitian batak Toba di Indonesia yang
beradaptasi dengan suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri
dengan budaya setempat.

Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :

1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup
di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis
anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh
orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak
hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi sebelum kita
mengejarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacra penguburan placenta pada
masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti prilaku
nenek moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang memerlukan
simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi
sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya adalah kalung
pada suku dayak, manik-manik, gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya
tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan
adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok
masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern
tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat memepengaruhi prilaku
seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar,
apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi pada
kelompok suku yang lain.
Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu membedakannya
dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat
yang tidak sesuai dengan norma kelompok. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara
kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan sekumpulan
harapan realistikTetapi, hanya belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga
tenaga medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).

c) Perilaku Budaya Kesehatan

Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara lainnya
termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana
tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam
menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang
dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku
keluarga dalam menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan
sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.

Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan di mana


berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humoral
medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan mempunyai norma,
perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari penyembuhan yang terkait
dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia terdapat
kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.

d) Definisi Keperawatan Transkultural

Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam cross-cultural atau
lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural atau banyak budaya
(Andrews,1999). Leininger merupakan ahli antropologi keperawatan sejak pertengahan lima
puluhan yang merencanakan bahwa transkultural nursing merupaer mendefinisikan
“transkultural Nursing"kan area formal yang harus diaplikasikan dalam praktik keperawatan
(leininger,1999;McFarland,2002).

Leininger mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan


yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur
dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola
tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk
kultur yang spesifik dan kultur yang universasl dalam keperawatan (Andrews and
Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002). Tujuan dari transkultural dalam keperawatan
adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga terbentuk
praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal (leininger,1978).
E. Konsep Utama Keperawatan Transkultural

Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari hasil
penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai pedoman untuk
mencari culture care yang akan diaplikasikan.

1. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak
lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanan sampai dikala
meninggal.
3. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena transkultural
dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain.
4. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan ontology
sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi
tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan yang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya
bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8. Perbedaan kultur dalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau simbol
dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau
untuk kematian.
9. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka percaya bahwa ide mereka
lebih tinggi dari pada kelompok lain.
F. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyaraka

Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social
seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan
dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Penyebabnya bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh.
Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu karena pengaruh gejala
alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia, makanan yang diklasifikasikan ke
dalam makanan panas dan dingin, supranatural seperti roh, guna-guna, setan.

Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah, contohnya konsep
sakit menurut budaya ,

1. dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar merasakan pusing dan tidak mampu
menjalankan aktifitas. Begitu pula di daerah jawa, dikatakan sakit apabila masyarakat
sekitar tidak mampu melakukan aktifitas seperti biasanya, sedangkan dikatakan sehat
apabila masyarakat sekitar mampu berjalan, berfikir, dan dapat menjalankan aktifitas
sehari-hari tanpa ada hambatan atau kendala.PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Adat
kebiasaan merupakan praktek hidup budaya Tiap suku atau daerah memiliki adat
kebiasaan berbeda, termasuk dalam hal kesehatan, dan menghadapi kematian Bendel
(2003), di Indonesia terdapat pluralism system pengobatan, al elemen magis.
2. PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Amerika, India : menyembuhkan kecanduan
alcohol menggunakan ritual komunitas Navajo Jawa Sukoharjo : Wanita hamil dilarang
kerokan bila masuk angin bayi bermuka loreng atau banyak bintik merahnya. Jawa
Sukoharjo : Ibu yang telah melahirkan tidak boleh minum yang panas bayi sariawan Jawa
umum : Penyebab sakit adalah masuk angina banyak minum air hangat untuk
menyeimbangkan unsur tubuh
3. PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Swasono (1998) :Perilaku ibu pada kehamilan,
persalinan, nifas berbeda-beda implikasi terhadap janin Jawa : menjelang persalinan
dianjurkan minum minyak Sunda dan Aceh : menjelang persalinan minum air rendaman
rumput Fatima Batak : sesudah melahirkan, ibu dihangatkan sampai satu minggu tidak
terkena dingin agar cepat sembuh
4. PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Budaya makanan : Jawa : yang harus makan hati
ayam adalah Bapak karena sebagai pencari nafkah Sunda : gadis tidak boleh makan nanas
Implikasi penolakan makanan di rumah sakit, perlu dikaji
5. PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Clark (1970), Kebudayaan Amerika, seseorang
menolak mandi selama sakit dan pantang makan sayur dan buah setelah melahirkan
berbahaya % penduduk di Sukoharjo membuang ari-ari (placenta) dengan cara
penguburan, pelarungan di sungai 25-50%.
6. PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL Paradigma : cara pandang dari
profesi untuk melihat suatu kondisi dan fenomena yang terkait secara langsung dengan
aktivitas yang terjadi dalam profesi tersebut Paradigma : cara pandang yang mendasar
atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi, dan memilih tindakan
terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan
7. MANUSIA SEBAGAI KLIEN Manusia makhluk unik dan utuh Manusia selalu
berusaha, belajar, adaptasi Manusia bagian dari keluarga Manusia, keluarga, dan
masyarakat dalam perspektif transcultural adalah individu atau kelompok yang memiliki
nilai dan norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan (Leininger, 1984).
8. MANUSIA SEBAGAI KLIEN Nilai, norma dalam kelompok dan keluarga sangat terkait
dengan individu. Leininger (1984), manusia baik di dalam keluarga ataupun di suatu
kelompok masyarakat memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada. Pandangan tentang manusia sangat dipengaruhi oleh
falsafah dan kebudayaan bangsa. Rusia, penduduk asli dan tradisional atheism
mempengaruhi konsep penciptaan manusia.
9. MANUSIA SEBAGAI KLIEN Manusia factor penting penentuan sehat sakit Kulit hitam
hipertensi Kepribadian agresif, ambisius, histeris penyakit jantung koroner
10. KESEHATAN / SEHAT - SAKIT Sehat tidak hanya bebas dari penyakit; keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, social produktif social dan ekonomi Seluruh aktivitas manusia
selalu berada dalam rentan sehat-sakit Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas seharihari (Andrew & Boyle,
1995). Stuart dan Laraia (2000), sehat sakit dalam rentang adaptif dan maladaptive.
11. KESEHATAN / SEHAT - SAKIT Kesehatan dalam perspektif transcultural nursing
diartikan sebagai pandangan masyarakat tentang kesehatan yang bergantung pada
kelompok kebudayaannya. Penerimaan terhadap pelayanan kesehatan berteknologi atau
tidak berteknologi yang diterima bergantung pada budaya nilai dan kepercayaan yang
dianutnya. Persepsi sehat sakit ini meliputi persepsi individu maupun kelompok
12. KESEHATAN / SEHAT - SAKIT Persepsi sakit sebagai hukuman karena kesalahan
manusia, misalnya makan sambal Persepsi sakit karena daya tahan tubuh yang turun
kemudian kuman menyerangnya Persepsi sehat sakit di komunitas, terjadi wabah diare
karena ada anggota masyarakat yang menebang pohon di hutan larangan
13. KESEHATAN / SEHAT - SAKIT Pasien/anggota keluarga yang sakit adalah individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang memiliki kebutuhan fisik, psikologi, atau
sosial dalam konteks kebudayaannya yang berbedabeda dalam pemenuhan asuhan
keperawatan Pelayanan kesehatan/keperawatan diberikan melalui proses asuhan sesuai
budaya yang spesifik (nilai, keyakinan, praktek kebudayaan) untuk meningkatkan atau
mempertahankan kondisi sehat
14. KESEHATAN / SEHAT - SAKIT Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu
ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat sakit yang adaptif (Leininger,
1978) Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan meningkatkan kemampuan klien
memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya yang dicapai melalui
belajar dengan lingkungannya Sehat yang dicapai adalah kesehatan yang holistic dan
humanistic, karena melibatkan peran serta klien yang lebih dominan
15. LINGKUNGAN Lingkungan masyarakat meliputi lingkungan fisik, psikologis, social
budaya dan spiritual Lingkungan dalam perspektif budaya : keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan, dan perilaku klien. (Andrew & Boyle,
1995).
16. LINGKUNGAN Lingkungan fisik membentuk budaya misalnya bentuk rumah, dll
Lingkungan social mencakup 4 unsur pokok : system norma, organisasi ekonomi, alat-
alat dan lembaga/petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama),
organisasi kekuatan (politik). Lingkungan simbolik : keseluruhan bentuk atau symbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti music, seni, riwayat
hidup, bahasa, atau atribut yang digunakan.
17. KEPERAWATAN Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktekerawatan yang diberikan kepada klien sesuai latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan untuk kemandirian pasien sesuai latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan diberikan sesuai dengan karakteristik ruang lingkup
keperawatan dikelola secara professional dalam konteks budaya klien dan kebutuhan
asuhan keperawatan.
18. KEPERAWATAN Strategi yang digunakan adalah perlindungan/mempertahankan
budaya, mengakomodasi/menegosiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien
(Leininger, 1984). Mempertahankan budaya adalah strategi yang dilakukan bila budaya
pasien tidak bertentangan dengan kesehatan; perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya.
19. KEPERAWATAN Negosiasi budaya merupakan strategi yang kedua yaitu intervensi dan
implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan

G. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional

Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota


masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa
penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat
mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu
disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan
sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan
sakit.

Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang
yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Cara yang
digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka
menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya
yang sakit.

Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari
kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit
tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihir dan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhent i
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke
dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka Shaman
akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.

H. Keyakinan Tradisional Tentang Kesehatan Dan Penyakit

Ketika keyakinan dan praktik kesehatan dibicarakan karena hal ini berkaitan dengan klutur,
etnisitas, dan agama. Rentang definisi sehat dan sakit, keyakinan, dan pratiknya adalah
infinitive, dan terdapat perbedaan didalam dan diantara kelompok. Namun demikian, terdapat
perbedaan umum yang jelas. Perawat harus mengingat bahwa penting halnya untuk selalu
secara konstan mengkaji dan berkomunikasi dengan klien untuk mengklarifikasi keyakinan
mereka tentang kesehatan dan penyakit.

a) Keyakinan Tradisional. Keyakinan rakyat yang didasari oleh kultur sering menentukan
definisi tentang kesehatan dan penyakit bagi orang yang mempunyai system keyakinan
tradisional. Pencegahan dan pengobatan suatu penyakit tergantung pada pemahaman
tentang penyebabnya. Keyhakinan kesehatan tradisional tentang penyebab dari suatu
penyakit dapat sangat berbeda dengan model epidemiologi orang barat. Itulah sebabya,
penting artinya untuk memahami epidemiologi tradisioanal, atau penyebab penyakit
didalam system keyakinan.
b) Praktik Tradisional. Banyak praktik tradisional digunakan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit; praktik ini termasuk penggunaan benda, bahan, dan praktik keagamaan, yang
juga dikenal sebagai folk-medicine(pengobatan rakyat). Tepatnya, pengobatan rakyat
yang berhubungan dengan tipe praktik pengobatan lain dimasyarakat. Salah satu contoh
dari hal ini adalah adanya popularitas tentang pengobatan alternative dan penggunaan
ramuan homeopatik. Pengobatan rakyat terus ada, sejalan dengan tekanan yang terus
meningkat dari pengobatan modern dan yang telah diturunkan dari sekolah kedokteran
dari generasi sebelumnya. Praktik rakyat pada masa lalu hanya memilki bagian yang telah
diabaikan oleh sistem keyakianan perawatan kesehatan modern. Berikut ini adalah
keragaman dari pengobatan rakyat tradisional (Yoder, 199972).
 Pengobatan rakyat alamiah adalah salah satu dari masyarakat yang pertama
menggunakan lingkungan alamiah dan menggunakan herbal, dan subtansi hewan
untuk mencegah dan mengatai penyakit.
 Pengobatan rakyat magisoreligius menggunakan kata-kata yang ramah, suci, dan
tindakan suci untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit.
c) Pengobatan Rakyat Alamiah. Pengobatan rakyat alamiah banyak dilakukan di Amerika
Serikat dan di Negara lain. Umumnya, bentuk pencegahan dan pengobatan ini ditemukan
pada ramuan tradisional dan obat-obat rumah tangga. Ramuan ini telah diwariskan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya, dan banyak hingga sekarang masih digunakan.
Banyak dari ramuan ini adalah herbal, dan adat serta ritual yang berkaitan dengan
penggunaan herbal ini beragam di antara kelompok etnik. Aspek umum dari penggunaan
herbal adalah pengetahuan bahwa segala yang terdapat di alam dapat di gunakan sebagai
sumber terapi. Cara dimana obat-obatan ini dikumpulkan dan penggunaan spesifik dapat
beragam sesuai dengan kelompok dan agama. Secara umum, trdadisi pengobatan rakyat
menggambarkan tahun dimana herbal tersebut dipetik; cara herbal tersebut dikeringkan
disiapkan; dan metoda, jumlah, dan frekuensi penggunaan.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari pengobatan rakyat tradisional:
- Seorang yang asal budayanya dari Jamaika mungkin menggunakan teh cerasee untuk
menjaga “sistem” tetap bersih.
- Seseorang yang asal budayanya dari Italia mungkin menggunakan bawang putih
untuk mencegah mata setan.
- Seseorang yang asal budayanya dari Jerman mungkin menggunakan kentang untuk
mengatasi kutil.
- Seseorang yang asal budayanya dari Yunani mungkin menggunakan the
chamomileuntuk engatasi gangguan lambung.
- Seseorang yang asal budayanya dari Cina mungkin menggunakan teh dari beras
yang dibakar untuk mengatasi diare.
d) Pengobatan Rakyat Magisoreligius. Pengobatan rakyat magireligius, juga, telah ada sejak
manusia mencari penyembuhan dari penyakit mereka. Tipe pengobatan ini sekarang
disebut oleh sebagian orang sebagai ”superstition”, namun bagi penganutnya, jenis
pengobatan ini merupakan praktik keagamaan yang berkaitan dengan penyembuhan.
Salah satu contoh dari pengobatan ini adalah bentuk penyembuhan keagamaan tidak
resmi yang dikenal sebagai powwowing, charming, atau conjuring. Dalam praktik ini,
lues jimat, air suci, seperti air dari Lourdes, manipulasi fisik digunakan dalam upaya
menyembuhkan penyakit.
e) Penggunaan Makanan. Makanan dicerna dalam cara atau jumlah tertentu. Praktik ini
menggunakan diet dan terdiri atas banyak ibadat yang berbeda. Banyak orang percaya
bahwa sistem tubuh terjaga keseimbangan atau dalam harmoni dengan memakan dengan
tipe makanan tertentu, sehingga terdapat banyak makanan dan kombinasi makanananggap
tabu. Sebagai contoh, dipercaya bahwa beberapa bahan makanan dapat dimakan untuk
mencegah penyakit. Orang dari banyak latar belakang etnik memakan bawang putih atau
bawang mentah, memakannya ditubuh mereka, atau mengantungnya dirumah untuk
tujuan ini. Peran halal yang dipraktikan diantara oaring Yahudi melarang daging babi dan
kerang untuk dimakan. Mereka memperbolehkan makan ikan yang bertulang dan bersirip
dan hanya potongan tertentu daging dari hewan dengan jari berlebah yang memamah
biak(lembu dan domba). Orang Yahudi juga percaya susu dan daging tidak boleh
diletakkan pada tempat yang sama atau dimakan pada makan. Muslim juga mematuhi
banyak praktik diet, seperti diet halal. Misalnya, muslim tidak makan daging babi.
Penyuluhan keagamaan dapat menyebabkan klien tidak menerima produk perawatan
kesehatan, seperti insulin yang dibuat dari penkreasbabi untuk mengobati diabetes.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan berbagai macam dan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu
kebudayaan material dan nonmaterial. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan aplikasi
keperawatan transkulturalPada dasarnya kebanyakan orang awam yang masih mempercayai
dengan adanya kekuatan dukun ketimbang dengan kekuatan dokter profesional, dan
kebanyakan orang menganggap dukun mendapatkan anugerah dari tuhan yang bisa
menyembuhkan berbagai jenis penyakit yang diderita manusia. Dan mereka memilih ke
dukun karena obat-obatan yang digunakan adalah obat herbal ketimbang obat-obatan dari
dokter professional.

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang


difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku
sehat sesuai dengan latar belakang budaya

2. Saran

Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu:

danya informasi dari makalah ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian
keperawatan transkultural dengan cara yang benar. Sebaiknya teori dan konsep yang telah
diketahui oleh seorang perawat dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Dan
berfungsi sebagaimana mestinya untuk diamalkan kepada masyarakat, pasien yang
membutuhkan. Terutama dalam hal yang menyangkut dengan keanekaragaman budaya dan
spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Ringkasan Materi : Unit 2 Keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan.
Sudiharto.2007.Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural .Jakarta
Akhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)".
http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/FIK.pdf (14-04-2014, 19.15 WIB)
http://ayipsyarifudinnur.blogspot.com/2012/11/makalah-transkultural-nursing.html (14-
04-2014, 19.15 WIB)
http://www.dimensionsofculture.com/2011/06/key-determinants-of-heritage-consistency-
in-cross-cultural-patient-care/ (15-04-2014, 09.29 WIB)
http://www.ieneproject.eu/glossary-term.php?termID=34 (15-04-2014, 09.29 WIB)

Anda mungkin juga menyukai