NIM : 01716144990
Prodi : Matekstosi 2C
A. Pengertian Kebudayaan
Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “akal.” Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “hal-
hal yang berkaitan dengan budi atau akal.” Istilah culture merupakan istilah bahasa asing yang
sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” artinya adalah “mengolah atau
mengerjakan.” Kata culture diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.”
Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979). l. Wujud kebudayaan sebagai ide,
gagasan, nilai, atau norma.
1. Wujud pertama berbentuk abstrak, sehingga tak dapat dilihat dengan indra penglihatan.
Wujud ini terdapat dalam pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama
dengan masyarakat.
2. Wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat.
Wujud kebudayaan yang kedua disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial dijelaskan
Koentjaraningrat sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia
yang berinteraksi dengan manusia lainnya.
Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan
ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan,
aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.
Pada dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu
adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Individu-individu sangat cenderung
menerima dan mempercayai
apa yang dikatakan budaya mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat
di mana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan
penanaman budaya ini pada dirinya.
Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau menolak apa yang bertentangan dengan
“kebenaran” kultural atau bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang
seringkali merupakan landasan bagi prasangka yang tumbuh diantara anggota-anggota kelompok
lain, bagi penolakan untuk berubah ketika gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi
tantangan.
Setiap budaya memberi identitas kepada sekolompok orang tertentu sehingga jika kita
ingin lebih mudah memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam msaing-masing budaya
tersebut paling tidak kita harus mampu untuk mengidentifikasi identitas dari masing-masing
budaya tersebut yang antara lain terlihat pada:
Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok
lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal di seluruh dunia ini demikian pula bahasa
nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal) sering dianggap bersifat universal namun
perwujudannya sering berbeda secara lokal.
Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang
cenderung berbeda secara kultural.
Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara
budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari
perspektif ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum teh wanita, dan
restoran vegetarian.
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian
orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode
memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-
bentuk lain penyelesaian tugas.
VI. Hubungan-hubungan
Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya menentukan norma-norma perilaku
bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari
etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak.
VIII. Rasa Diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara berbeda oleh
masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara budaya
lainnya lebih lentur dan informal.
Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga
orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir
dan belajar.
Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-
norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat
lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya
menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.
Martin dan Nakayama (2003) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi
proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat
selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap
realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan
realitas budaya dari suatu komunitas.
Porter dan Samovar (1993) menyatakan bahwa hubungan recipro(21 (timbal balik) antara
budaya dan komunikasi penting untuk dipahami bila ingin mempelajari komunikasi antarbudaya
secara mendalam. Hal ini terjadi karena melalui budayalah orang-orang dapat belajar
berkomunikasi.
Selanjutnya Porter dan Samovar kembali menegaskan, kemiripan budaya dalam persepsi
akan memungkinkan pemberian makna yang cenderung mirip pula terhadap suatu realitas sosial
atau peristiwa tertentu. Sebagaimana kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda
maka dengan sendirinya akan mempengaruhi cara dan praktek berkomunikasi kita.
Banyak aspek/ unsur dari budaya yang dapat mempengaruhi perilaku komunikasi
seseorang. Pengaruh tersebut muncul melalui suatu proses persepsi dan perriaknaan suatu
realitas. Berikut kita akan membicarakan beberapa unsur sosial budaya sebagai bagian dari
komunikasi antarbudaya, yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap makna-makna yang
kita bangun dalam persepsi kita sehingga mempengaruhi perilaku komunikasi kita (Porter dan
Samovar, 2003).
1. Sistem Kepercayaan (Belief), Nilai (Values), dan Sikap (Attitude). Kepercayaan dalam
pandangan Mulyana (2004) adalah suatu persepsi pribadi. Kepercayaan merujuk pada pandangan
dimana sesuatu memiliki ciri-ciri atau kualitas tertentu, tidak peduli apakah sesuatu itu dapat
dibuktikan secara empiris atau tidak. Berikut contohnya:
- Menabrak kucing hitam akan membawa kemalangan. I Angka 9 adalah angka keberuntungan,
dan sebagainya.
Hal senada juga disampaikan Porter dan Samovar, kepercayaan merupakan kemungkinan-
kemungkinan subjektif yang diyakini individu bahwa suatu objek atau peristiwa memiliki
karakteristikkarakteristik tertentu.
Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa
terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu.
Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas
(kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas tertentu). Dan pada akhirnya, komunikasi yang
dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik misalnya hasil karya seperti sebuah
bangunan. Bukankah bangunan didirikan karena ada konsep, gagasan, kemudian didiskusikan
(dengan keluarga, pekerja atau arsitek) dan berdirilah sebuah rumah.
Maka komunikasi, nyata menjadi sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata lain,
komunikasi bisa disebut sebagai proses budaya dalam masyarakat. Jika ditinjau secara lebih
konkret, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas, berikut
penjelasannya:
5. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari
komunikasi. Bukti bahwa masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian, gaya,
pengetahuan yang dimiliki menunjukkan realitas tersebut.
- Stewart L Tubbs
- Hamid Mowlana
- Fred E. ]andt
Komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka antara orangorang yang berbeda
budayanya.
Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya
sebagai kelompok.
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antar subjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses
pemberian makna yang sama.
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena
mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok hingga kita bisa membedakan diri dari kelompok
lain dan mengidentifikasi dengan berbagai cara.
1 . Enkulturasi
Enkulrurasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan
melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga
keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama di bidang kultur.
Enkulturasi terjadi melalui mereka.
2. Akulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau
pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam
di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan
rumah ini.
A. Fungsi Pribadi
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur.
3. Menambah Pengetahuan
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau
mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu
kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan
hubungan yang simetris
2. Fungsi Sosial
1. Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya diantara
komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi.
Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan “perkembangan" tentang lingkungan.
2. Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara
dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka.
3. Sosialisasi Nilai
4. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya
menonton tarian hula-hula dan “Hawaiian” di taman kota yang terletak di depan
Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan
antarbudaya.
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak
disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan di sepanjang tahun
1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif. Dan karena
bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya,
tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda
juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. I Bahasa Sebagai
Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar perbedaan
komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan
antara budaya (dan karenanya makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit
2. Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita
dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya
untuk mengurangi ketidak pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
barangkali membuat kita lebih waspada. lni mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin
terasa tidak peka atau tidak patut. Ncgatifnya, ini membuat kita terlalu hati hati, tidak spontan,
kurang percaya diri, dan lain sebagainya.
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentingannya ketika bubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi
kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar
dalam situasi komunikasi antarbudaya.
Dalam komunikasi antarbudaya, seperti dalam semua komunikasi, kita berusaha memaksimalkan
hasil interaksifl'tga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi
yang penting bagi komunikasi antarbudaya, yaitu:
b. Bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan
komunikasi kita.
c. Kita membuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif dalam
komunikasi, Anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang Anda
ambil, perilaku nonverbal yang Anda tunjukkan, dan sebagainya.