Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK KOMUNIKASI BERDASARKAN TINGKAT USIA

A. Definisi komunikasi intercultural


Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural
Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya
(intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus
dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari
budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya
merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh
beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13).
Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural
communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2
(dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses
komunikasi.
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Hafied
Cangara)
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E. B
Taylor)
Berikut ini adalah beberapa, definisi komuniksi antarbudaya ;
1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan
Richard E. porter, Intercultural Communication Reader- komuniksi anatarbudaya
adalah komuniksi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara
suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial.
2. Samovar dan Porter juga mengatkan bahwa komunikasi anatarbudaya terjadi di
antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya
berbeda.
3. Lustig dan Koester dalam Intercultural Communication Competence ,
mendefinisikan komunikais antarbudaya sebagai suatu proses komuniksi simbolik,
interpretif, transaksioanl, kontestual yangh dilakuakn oleh sejumlah orang- yang
karena memiliki perbedaan derajat keprntingan tertentu – memberikan interpretasi
dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku
tertentu sebagai makan yang dipertukarkan (Liliweri, 2004:10-11).
Adapun definisi lain tentang komunikasi lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai :
1. Komunikasi yang dilakukan oleh dua kebudayaan atau lebih,
2. Komunikasi yang dilakukan sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur
kebudayaan itu sendiri, seperti komunikasi antar masyarakatnya.
Jika kita gabungkan dari kedua pengertian tentang Komunikasidan kebudayaan
(budaya) maka akan mendapatkan pengertian sebagai berikut :
“Komunikasi Lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan
suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa
antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi
satu sama lainnya, baik itu untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk
menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses
akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan
yang baru).”
B. Konsep hubungan
Dalam konsep hubungan manusia, dikenal konsep 3P, yakni penerimaan,
persetujuan, dan penghargaan. :

Pertama, seseorang akan menyadari potensi dirinya jika keberadaannya di suatu


lingkungan diterima secara optimal. Penerimaan dari lingkungan terhadap seseorang
ternyata dapat membuat orang tersebut merasa dirinya berharga di tengah
lingkungannya.
Menerima seseorang berarti menerima apa adanya tanpa syarat karena
demikianlah adanya. Sang Pencipta menerima kedatangan hamba – Nya dalam doa –
doa dan ibadah. Menerima orang lain dimulai dari penerimaan terhadap dirinya sendiri,
menerima kekurangan dan kelemahannya, serta mampu bangkit untuk meraih yang
terbaik.
Seseorang akan mampu menerima orang lain pada saat ia mampu bersahabat dengan
dirinya sendiri.
Kedua, persetujuan. Kesulitan seseorang adalah langsung menyetujui pendapat
orang lain yang berbeda dengan dirinya sendiri. Sekalipun berbeda, mungkin cara
terbaikadalah dengan menyetujuinya terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan.
Prinsip yang digunakan disini adalah prinsip mengeluarkan air yang masuk
ke telinga. Untuk mengelurakan air dari telinga, terlebih dahulu dengan memasukan
air ke telinga untuk selanjutnya dikeluiarkan secara bersama – sama.
Keinginan untuk mengubah pendapat orang lain agar sama dengan kita, adalah
dengan terlebih dahulu menyetujui apa yang menjadi pendapatnya dan bersama – sama
mengarahkannya pada saat yang tepat dan efektif.
Ketiga, penerimaan dan persetujuan akan menghasilkan hubungan
antarmanusia yang kuat ketika tiap – tiap orang mampu memberikan penghargaan
yang setinggi- tingginya, apa pun keadaannnya. Itulah sebabnya, manusia  yang
menghargai hidup tidak akan jemu-jemunya berbuat kebaikan. Bahkan, berbuat baik
kepada orang yang memusuhi kita sekalipun ibarat kita sudah meletakkan bara api
diatas kepala kita sendiri.

C. Karakteristik Budaya
Karakteristik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu berasal dari
kata character. Arti character sendiri adalah watak, sifat, dan peran. Karakter bisa
diartikan sebagai suatu sifat ataupun cirri-ciri yang khusus (yang membedakannya
dengan yang lain). Characteristic adalah sifat yang khas, yaitu sebuah keistimewaan
atau ciri kahas yang membantu dalam mengenal seseuatu, memisahkannya dengan yang
lain, atau mendeskripsikan secara jelas dan nyata; sebuah tanda yang berbeda.
Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dalam masyarakat
dimana terjadi interaksi antar individu/kelompok dengan idnividu/kelompok lain
sehingga menimbulkan suatu pola tertentu, kemudian menjadi sebuah kesepakatan
bersama (baik langsung ataupun tidak langsung).
Implikasi Karakteristik Kebudayaan
Karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat ditukar
dan dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan interaksi antarmanusia dalam
bentuk komunikasi antarpribadi maupun antarkelompok budaya yang terus menerus.
Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi;
komunikasi adalah budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas
total dari seluruh pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk
mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha yang selalu berurusan dengan orang lain.
Disini Edward T. Hall menegaskan bahwa hanya manusialah yang memiliki
kebudayaan, sedengakan biantang tidak.Karaktersitik dari kebudayaan membentuk
perilaku –perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam konsep subkultur.
Subkultur adalah kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas
dalam satu kebudayaan makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi mempunyai
kebudayaan khsus, apakah itu dari segi pakaian, makanan, istilah, atau bahasa yang
digunakan sehari-hari.
Dalam mempelajari kebudayaan tedapat beberapa pendekatan: materi,
behaviorisme, dan ideasional. Pendekatan materi yakni memandang kebudayaan
sebagai materi: pada produk yang dihasilkan sehingga bisa diobservasi. Pendekatan
behavirosime kebudayaan dipandang sebagai suatu pola tindakan dan perilaku atau
sebagai suatu sistem adaptif. Sedangakan pada pendekatan ideasional kebudayaan
dipandang sebagai suatu ide, yaitu keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan
prosuk dan perilaku ditampakkan.
Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik
kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh
melalui belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan
universal.
Adapun karakteristik budaya itu sendiri antara lain adalah :
1. Kebudayaan itu bisa di pelajari.
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara
belajar. Dia tidak diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur
genetis. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang
digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku mahluk lain yang tingkahlakunya
digerakan oleh insting. Sebaliknya kelakuan yang didorong oleh insting tidak
dipelajari. Semut yang dikatakan bersifat sosial tidak dikatakan memiliki
kebudayaan, walaupun mereka mempunyai tingkahlaku yang teratur. Mereka
membagi pekerjaannya, membuat sarang dan mempunyai pasukan penyerbu
yang semuanya dilakukan tanpa pernah diajari atau tanpa pernah meniru dari
semut yang lain. Pola kelakuan seperti ini diwarisi secara genetis. Sehubungan
dengan itu, proporsi dari kelakuannya manusia yang di peroleh melalui proses
belajar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan binatang-binatang lain.
Manusia mempunyai masa kanak-kanak yang paling panjang dari semua
makhluk hidup. Mengenai jumlah dan rumitnya pola-pola kelakukan yang di
pelajari dan diteruskannya kepada anaknya dengan cara yang unik untuk
meneruskannya kebudayaan yaitu melalui bahasa.

2. Kebudayaan itu bersifat logis.


Artinya suatu kebudayaan dikatakan logis manakala kebudayaan itu
merupakan hasil pikiran yang masuk akal dan dapat diterima dengan akal sehat
manusia. Sehubungan dengan itu hendaknya suatu kebudayaan dalam
sosialisasinya atau prakteknya dalam kehidupan bermasyarakat haruslah tidak
bertentangan dengan pikiran manusia. Sebab kebudayaan inilah yang akan
memberikan gambaran tentang sistem sosial masyarakat yang bersangkutan.

3. Kebudayaan merupakan dasar dari identitas pribadi dan masyarakat


Dalam kehidupan bermasyarakat sikap dan tingkahlaku seseorang
maupun masyarakat itu sendiri dapat di lihat dari kebudayaannya karena setiap
tingkahlaku dan tutur kata atau cara-cara berlaku seseorang atau masyarakat
mencerminkan kebudayaannya masing-masing. Pada dasarnya dalam suatu
kebudayaan terdapat suatu sistem simbolik yang nantinya menjadi identitas
pribadi bagi masyarakat atau etnis tertentu. Setiap interaksi yang dilakukan
seseorang tidak akan lepas dari pola-pola kebudayaannya karena sejak kecil
manusia telah mempelajari kebudayaannya. Olehnya itu kebudayaan suatu
masyarakat dapat menjadi identitas tersendiri baik secara individu maupun
kelompok.

4. Kebudayaan menggabungkan yang tampak dan tidak tampak.


Jika kita berada dalam lingkungan suatu masyarakat atau etnis tertentu
banyak hal yang kita jumpai dalam kehidupan keseharian mereka yang mungkin
jarang kita jumpai dalam kehidupan keseharian kita baik itu sistem sosialnya
maupun sistem kepercayaannya. Kaitannya dengan konsep kebudayaan yang
salah satu karakteristiknya yaitu mampu menggabungkan sesuatu yang tampak
dan tidak tampat. Yang tampak seperti wujud kebudayaan berupa artefak yaitu
hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sedangkan yang tidak tampak seperti wujud kebudayaan
berupa gagasan (wujud ideal) seperti ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
disentuh. Kedua wujud kebudayaan ini tergabung menjadi satu dalam suatu
konsep kebudayaan masyarakat tertentu.

5. Kebudayaan itu bersifat dinamis


Benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukan
kedalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada
kebudayaan itu. Tetapi harus dingat bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis,
ia selalu berubah atau bersifat dinamis. Tanpa adanya “gangguan” dari
kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan berlalunya waktu. Bila
tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang
akan memperkenalkan variasi -variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya
akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari
kebudayaannya. Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungan
kebudayaan tersebut mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat
kebudayaan tersebut secara lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi tersebut. Jelas bahwa kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang
timbul atau yang bersifat sederhana.
Tiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari
kebudayaan masyarakat lain dan kebudayaan itu merupakan suatu kumpulan
yang berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama dan kebudayaan
yang bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkkungan
tertentu.

D. Elemen komunikasi lintas budaya


Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita
perhatikan yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message),
bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan
(receiver), dan umpan balik (feedback). Kelima hal inilah yang diuraikan dengan amat
menarik melalui penggalan-penggalan frase dari karya-karya Shakespeare tersebut.
Seperti penggalan syair berikut yang diucapkan oleh tokoh karakter Ulysses yang
diambil dari karya Shakespeare yang berjudul Troilus and Cressida yang berbunyi:
“No man is the lord of anything, Though in and of him there be much
consisting, Till he communicate his parts to others”.
E. Komunikasi Yang Efektif
kemudian yang dimaksud dengan komunikasi yang efektif lainnya yaitu
Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan perasaan dengan cara
yang baik dalam kontak sosial yang baik pula.
Ada lima prinsip dalam berkomunikasi yang efektif. Dan lima prinsip ini
disingkat dengan REACH. Sesuai dengan singkatannya, komunikasi efektif
dimaksudkan agar tersampaikannya atau teraihnya pesan atau isi dari komunikasi itu.
Kelima prinsip dari REACH itu adalah: Respect, Empathy, Audible, Care, dan Humble.
1. Reach berarti rasa hormat dan saling menghargai orang lain. Pada prinsipnya,
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik
atau memarahi seseorang, maka lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri
dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan
sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergi. Selanjutnya, hal ini akan meningkatkan efektifitas
kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
2. Empathy adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain.Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih
dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
3. Audible bermakna antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan. Dalam komunikasi personal, hal ini berarti bahwa
pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima
pesan.
4. Care berarti perhatian akan apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga
membuat pembicara merasa diperhatikan . Care berarti juga menyimak secara
seksama apa isi pembicaraan dari lawan bicara.
5. Humble berarti rendah hati. Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang
efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan
prinsip pertama. Untuk membangun rasa menghargai orang lain biasanya didasari
oleh sikap rendah hati yang kita miliki.
Demikianlah lima prinsip dalam berkomunikasi yang efektif. Setelah
mengetahui hal ini, ada hal yang perlu Anda ketahui dalam bagaimana menjadi
pendengar yang baik. Menurut Imam Ghazali, untuk menjadi pembicara yang baik
haruslah menjadi pendengar yang baik. dan dalam berkomunikasi yang efektif, menjadi
pendenagr yang baik itu ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Hal ini dikarenakan
kita harus mengenal lebih dalam suasana hati sang pembicara. Dan dalam
berkomunikasi yang efektif ini Anda harus mengetahui ragam menjadi pendengar. Ada
lima ragam pendengar, yaitu:
•1. Menasehati dan Mengevaluasi
•2. Menganalisis dan Menginterpretasi
•3. Memperkuat dan Mendukung
•4. Bertanya dan Probing
•5. Mengerti dan Paraphasing
Poin penting dalam komunikasi efektif ialah respons dari komunikan Ketika
komunikan memahami pesan yang disampaikan. responsnya pun akan sesuai dengan
tujuan dan harapan komunikator. Namun, dalam praktiknya pesan kerap kali menjadi
aspek penting atau dalam pepatah berarti -the medium is the message' Ide atau gagasan
(content) acap kali gagal sampai manakala sarana komunikasinya salah sasaran.
Berikut ini cara-cara dalam melakukan komunikasi yang efektif.
1. Menguasai ragam komunikasi.
Mulai dari menulis sampai berbicara Teknik komunikasi yang dipakai
bergantung pada siapa yang dihadapi Penguasaan ragam komunikasi
meminimalisasi terjadinya ketidaktepatan memakai cara komunikasi.
2. Bersikap empati
Memposisikan diri Anda dalam situasi yang dialami orang lain Dengan cara ini
kita mampu lebih bersikap objektif dalam berkomunikasi.
3. Terbuka
Dalam artian bersedia untuk dikoreksi kalau itu memang keliru Siap meminta
maaf jika terbukti salah
4. Fleksibel
Anda tidak harus melulu serius dengan pembawaan gaya yang formal dan kaku.
Anda sekali-kali memakai gaya informal dengan selipan rasa humor agar terlihat
santai dan fresh
5. Lugas dan ringkas
Pergunakan kata yang to the point dan diringkas sepadat mungkin dalam
susunan kata yang pendek Pemakaian kata yang bertele-tele membuat
komunikasi menjadi membosankan.
6. Memahami komunikasi nonverbal.
Anda perlu tahu gestur tubuh dari komunikan. Terkadang. bahasa tubuh lebih
bermakana ketimbangan bahasa verbal karena sulit dimanipulasi.
7. Pendengar yang baik Apakah Anda menyimak dengan saksama ketika rekan
Anda berbicara? Pastikan Anda bisa melakukan hal tersebut
8. Konsisten
Tidak plin plan dan mengubah begitu saja apa yang sudah diucapkannya “saiki
dele, sesok tempe, (sekarang kedelai. besok tempe) kata orang Jawa.
9. Egaliter
menghilangkan sekat-sekat pembatas yang mungkin muncul Mulai dari struktur
formal (atasan-bawahan) hingga aspek cultural

F. Teknik komunikasi berdasarkan tingkat usia


faktor kematangan sangat  mempengaruhi kemampuan individu dalam
berkomunikasi .
1. Kematangan ini di dukung oleh kesempurnaan indra
2. Kesempurnaan dan kematangan otak
3. Kematangan psikologi

Komunikasi dalaam berbagai tingkat usia di bagi dalam 6 tingkat , yaitu :


1. komunikasi pada bayi
2. komunikasi pada prasekola
3. komunikasi pada usia skola
4. komunikasi pada usia remaja
5. komunikasi pada usia dewasa
6. komunikasi pada usia lansia

1. komunikasi pada bayi


Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons
untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut
dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat
objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara
yang asing bagi dirinya
Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal
seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap
panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam
buku.
Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang
spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat
cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi
non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan
lain-lain.
Usia 3 bulan kemampuan koordinasi mata meningkat,mampu melhat objek dengan jelas
dalam jarak relative jauh.
Usia 4 bulan :bayi mampu mengenali objek dan mengikuti gerakannya
Usia 6 bulan: mampu mengidentifikasi warna

Tujuan Komunikasi pada bayi :


 memberi rasa aman kepada bayi
 memenuhi kebtuhan bayi akan kasih sayang
 melatih bayi mengembangkan bicara,mendengar dan menrima rangsangan
2. Komunikasi Usia Pra Sekolah
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang
lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan
kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan
dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin
tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada
usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi
tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh
alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika
tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan
sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas
saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah
diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur
jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung,
duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi
dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa
disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan
fikiran anak si saat melakukan komunikasi
Tujuan komunikasi pra sekolah :
 melatih keterampilan penggunaan panca indra
 melatih keterampilan kognitif psikomotor dan afektif
 sebagai bentuk pemblajaran dan permainan dalam melakukan dengan orang lain
 mengembangkan konsep diri.
Merupakan unsur  yang sangat penting untuk membangun efektifitas dalam proses
komunikasi. Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier dan Erb tahun 1983
menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang harus dilakukan dalam
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang dapat meliputi :
1. Sikap berhadapan
Merupakan bentuk sikap dimana seseorang langsung bertatap muka atau
berhadapan langsung dengan anak, sikap ini mempunyai arti bahwa
komunikator siap berkomunikasi
2. Sikap mempertahankan kontak
Bertujuan mengahargai klien dan mengatakan adanya keinginan untuk
tetap berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang
diinformasikan atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang dapat
mengalihkan perhatian dengan lainnya

3. Sikap membungkuk ke arah pasien


Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi yang
menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan cara
membungkuk sedikit ke arah klien.
4. Sikap terbuka
Merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat,
tangan menunjukkan keerbukaan untuk berkomunikasi yang dilakukan selama
dalam proses komunikasi.
5. Sikap tetap relaks
Merupakan sikap yang menunjukkan keseimbangan antara ketegangan
dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien selama komunikasi. Sikap ini
diperlukan sehingga saling memberikan berbagai informasi yang diharapkan
tanpa adanya sebuah paksaan.
6. Gerakan mata untuk memberikan perhatian pada anak
7. Ekspresi muka merupakan ekpresi nonverbal yang banyak dipengaruhi oleh
budaya
8. Sentuhan
Merupakan cara interaksi yang mendasar karena dengan setuhan dapat
memperhatikan perasaan menerima dan mengahargai. Sentuhan merupakan
elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan dan kemandirian. Sentuhan
sangat penting karena sebagai alat komunikasi dalam memperlihatkan
kehangatan, kasih saying yang pada kemudian hari (dewasa) dapat
mengembangakannya.

Cara Komunikasi Dengan Anak


Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak antara lain:
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara komunikasi  ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dan
melibatkan orang tua yang duduk di sampingnya
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang ingin disampaikan kepada anak akan mudah
diterima, tetapi cerita yang disamapikan hendaknya sesuai dengan pesan yang
ingin disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan dan gambar.
3. Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan tetapi anak harus diberikan respon terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negative yang menunjukkan kesan yang jelek buat
anak.
4. Biblioterapi
Dengan pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku yang sesuai dengan
pesan yang disampaikan.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Hal ini penting untuk mengetahui keluhan anak dan keinginan tersebut
dapat menunjukkan perasaan dan fikiran pada saat itu
6. Pilihan pro dan Kontra
Penting untuk menentukan atau mengetahui perasaan dan fikiran anak,
dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negative
sesuai pendapat anak
7. Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak, seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan sakitnya
8. Menulis
Melalui ini anak mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel,
marah dan diam. Dilakukan jika anak sudah mempunyai kemampuan untuk
menulis.
9. Menggambar
Seperti halnya menulis, dapat digunakan untuk mengekspresikan,
perasaan jengkel marah bisanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak
akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang
maksudnya.
10. Bermain
Sebagai alat yang efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi.
Melalui ini  hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang sekitarnya
dapat terjalin dan pesan-pesan dapat disampaikan.
3. Komunikasi  Pada Usia Sekolah
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah
mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak
atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional
dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan
prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan
menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.
Komunikasi pada masa sekolah ini di kembangkan dalam bentuk verbal dan non
verbal, sebagai upaya untuk mengembangkan pelajaran tentang aktifitas mandri,
tanggung jawab,dan konsep abstrak
4. Komunikasi Pada Usia Remaja
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah
mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan
tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir
sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat
masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Berbagai masalah remaja yang muncul saat ini, baik yang berhubungan dengan
perilaku seks, kecanduan obat, dan kenakalan remaja lainnya disebabkan antara lain
oleh kurangnya perhatian dan bekal yang diterima remaja dari orang tuanya atau orang
dewasa yang berada di sekitarnya. Semuanya ini berawal dari masalah komunikasi
orang tua dan orang dewasa dengan remaja itu sendiri. Berkomunikasi dengan remaja
membutuhkan ketrampilan tersendiri yang berbeda dengan ketrampilan berkomunikasi
dengan anak-anak ataupun orang dewasa.
Paling tidak ada lima tujuan dilakukannya komunikasi efektif dengan remaja:
a) Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
b) Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar
c) Membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah
d) Membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan orang dewasa
saat mereka berbicara
e) Membantu remaja menyelesaikan masalah
Dalam berkomunikasi, orang tua dan orang dewasa biasanya ingin segera
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi remaja, sehingga cenderung :
a) Lebih banyak bicara daripada mendengar
b) Merasa tahu lebih banyak
c) Cenderung memberi arahan dan nasihat
d) Tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang
dialami para remaja
e) Tidak memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat
f) Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya
g) Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan terhadap remaja
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan
rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya
kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya merupakan salah
satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber
rangsangan untuk membentuk kepribadian anak. Apabila komunikasi antara orang tua
dan anak dapat berlangsung dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling
memberi dan menerima informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa
yang diinginkan, dan konflikpun dapat dihindari. Keterbukaan melalui komunikasi ini
akan menumbuh kembangkan bahwa anak dapat diterima dan dihargai sebagai
manusia. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan
kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan. Dari penelitian diperoleh bukti
adanya kecenderungan psikopatologi pada anak, disebabkan karena adanya hambatan
dalam proses komunikasi antara anak orang tua, terutama ibunya.
Dalam proses perkembangan kepribadian anak, orang tua juga berperan sebagai
pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan
menjadi landasan yang kuat bagi bagi tumbuhnya jiwa dan pribadi anak. Keluarga
merupakan wahana bagi anak untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui pola
asuh orang tua anak mengenal nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan yang
buruk sebelum ia mengembangkan interaksi sosial di luar lingkungan keluarganya.
Keberhasilan orang tua dalam mengembangkan nilai-nilai moral bukan disebabkan
karena otoritasnya tetapi lebih pada bagaimana mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya.
Kenyataannya banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan
anaknya, terutama dengan remaja. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon
(verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan dalam
berkomunikasi.
Respon yang sering diutarakan orang tua pada anaknya yang menyebabkan
terputusnya komunikasi, antara lain adalah: memerintah; mengancam-memperingatkan;
mendesak-memberi kotbah; menasehati-menyelesaikan masalah; memberi kuliah-
mengajari; menilai-mengkritik-tidak setuju-menyalahkan; mencemooh-membuat malu;
menyelidiki-mengusut; menghindar-mengalihkan perhatian-menertawakan; dan
memuji-menyetujui;
Ungkapan-ungkapan tersebut diatas membuat anak: menghentikan
pembicaraaan; mempertahankan diri; menyerang-berdebat; merasa rendah diri; benci
dan marah; merasa bersalah; merasa diperlakukan seperti anak kecil; merasa tidak
dimengerti; merasa perasaan-perasaannya tidak dibenarkan; merasa sedang
diinterogasi. Rasanya semua kriteria tersebut sering dilakukan orang tua dalam
otoritasnya sebagai orang yang harus dipatuhi.

Agar komunikasi dengan anak tidak terputus perlu kiranya orang tua memahami
cara berkomunikasi yang efektif, antara lain:

1. Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk
membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk mendekat dan
mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting menumbuhkan pada anak rasa
diterima dan dihargai

2. Mendengar Aktif, kemampuan orang tua untuk menguraikan perasaan anak


dengan tepat, jadi orang tua mengerti perasaan anak, yang dikirim anak
lewat bahasa verbal maupun nonverbalnya. Keuntungan dari mendengar
aktif, anatara lain: mendorong terjadinya katarasis; menolong anak tidak
takut terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan hubungan yang
sangat dengan orang tua; memudahkan anak memecahkan
3. Komunikasi dengan empatik, prinsip Komunikasi Empatik: “Berusaha
mengerti lebih dahulu, baru dimengerti” . Dalam mendengarkan empatik,
kita sebagai orang tua berusaha masuk ke dalam kerangka pikiran, perasaan
anak remaja kita. Kita sebagai orang tua, tidak hanya mendengar dengan
telinga, tapi dengan mata dan hati. Hati kita merasakan, memahami,
menyelami dan berintuisi dengan permasalahan yang sedang dialami oleh
anak remaja kita. Mata kita mengamati pesan-pesan nonverbal yang
diekspresikan oleh anak kita. Kita menggunakan otak kanan sekaligus otak
kiri. Mendengar Empatik adalah mendengar untuk mengerti baik secara
emosional sekaligus intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab,
mengendalikan atau memanipulasi orang lain.

5. Komunikasi Pada Usia Dewasa


Pada usia ini terjadi puncak kematang fisik mental dan social.teknik komunikasi
yang di kembangkan pada masa dewasa dengan mengembangkan komunikasi sebagai
media transfer informasi
materi komunikasi pada masa ini adalah:
 pekerjaan dan tugas
 kegiatan kerumahtanggaan
 kegiatan propesional
 kegiatan social
6.Komunikasi Pada Usia Lansia
komunikasi pada lansia berbeda dengan komunikasi dengan individu lain karena
lansia itu pada dasarnya adalah unik.
lansia itu unik pada nilai, kepercayaan, persepsi, budaya dan pemahaman serta
lingkungan sosial yang berbeda. perbedaan tersebut dapat menghasilkan komunikasi
yang tidak efektif antara perawat dengan lansia
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia antara lain:
1. perubahan fisik lansia, seperti penurunan pendengaran
2. normal agging process
3. perubahan sosial
4. pengalaman hidup dan latar belakang budaya.

Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain


pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan/perawat
juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat
berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat terapkan antara lain:
1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi dapat
dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika komunikasi. Sikap ini
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang
terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsive
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera
menanyakan tentang perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan, “apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini? Apa yang bisa saya
bantu?”. Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan
dari klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengunggkapkan pertanyaan-
pertaanyaan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan
untuk kepentingan petugan kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis
secara terhadap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara.
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuan.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu
dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan
dipersepsikan sama oleh klien.

6. Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan
perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak
terapeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional
dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai