1 TEORI M LEININGER
A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya
misalnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan
material dan nonmaterial. Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak
disadari,budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali
didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang
termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain
yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.( Brunner dan Suddart, 2001 ).
Andrews dan Boyle (2003) mendefinisikan budaya dari Leininger (1978) bahwa
budaya adalah pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan dengan nilai, kepercayaan,
aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok tertentu
dalam berpikir dan bertindak dengan cara yang terpola.
B. Karakteristik Budaya
Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu
pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka
sendiri sejak lahir. Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang
sama membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok
merupakan bagian dari identitas budayanya. Ketiga, budaya adalah adaptasi pada
lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada sekelompok manusia seperti bentuk
rumah, alat-alat dan sebagainya.Adaptasi budaya pada negara maju diadopsi sesuai
dengan tehnologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses yang selalu berubah dan
dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi
wanita dan sebagainya.Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan suku
Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan
hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara
otomatis anak itu dapat berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses
pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui
banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya, karena generasi
sebelum kita mengajarkan kita tentang hal budaya tersebut. Contohnya upacara
penguburan pla centa bada masyarakat jawa, sehingga banyak masyarakat yang
mengikuti adat istiadat seperti itu.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan
symbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan
komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikan
budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik, gelang, yang semua itu
menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis
dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada
sekelompok masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,
pada zaman modern tradisi tersebut berubah menjadi kue ulang tahun untuk
merayakan hari kelahirannya.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-
elemen budaya yang lain.
6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang
benar,apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi
pada kelompok suku yang lain. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika
memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi,hanya belajar tentang individu
atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat memahami dalam hal apa
pola kelompok bermakna (Leininger 2000).
C. Perilaku Budaya Kesehatan
Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan
negara lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku
dan daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang
berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku
manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait dengan
budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi kematian,
D. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,
Trans berarti luar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia; Transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang mempunyai
efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain, Pertemuan kedua nilai–
nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial. Menurut Leininger (1991),
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya yang mempengaruhi pada seorang
perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien.
E. Konsep Transkultural
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan
klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
2.6 Tahap Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
BAB III
GAMBARAN KASUS
3.1 Kasus
Ny.Y umur 23 tahun, agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,
klien menikah dengan Tn. S 26 tahun, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta
(penjaga toko), suku Sunda dan tinggal bersama mertuanya. Kehamilan ini merupakan
kehamilan yang pertama. Usia kehamilan 8 minggu. Ny.Y mendapat informasi tentang
kehamilan dari mertuanya. Ny.Y merasa pusing, lemas dan pucat selama 3 hari. Kemudian Ny.Y
memeriksakan keadaan dan kehamilannnya di rumah sakit. Setelah diperiksa keadaannnya,
seperti tensi, berat badan, tinggi badan, lingkar panggul, USG dan lain-lain. Lalu, dokter
memberi advis untuk cek darah yang dapat menunjang diagnosis ny.Y. Dari hasil, pemeriksaan
tersebut didapatkan bahwa kadar Hemoglobin (Hb)nya 8 mg/dl dan dari hasil USG tersebut
didapatkan bahwa bayi ny.Y adalah seorang perempuan dan sungsang. Dokter menyimpulkan
bahwa Ny.Y menderita anemia. Kemudian Dokter mengkaji pola makan, istirahat, pola aktivitas
dan lain-lainnya.
Dari hasil pengkajian tersebut, di daerahnya masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
Pada saat istrinya hamil, suaminya maupun semua anggota keluarganya tidak boleh membunuh
binatang yang mengakibatkan nantinya anaknya lahir cacat dan didapatkan pantangan makanan
pada ibu hamil yang di yakini di daerahnya yaitu ibu hamil tidak boleh makan ikan laut karena
bisa menyebabkan Asinya menjadi Asin. Ny.Y sering mengkonsumsi jamu yang dianjurkan
mertuanya agar setelah bayinya lahir tidak amis. Kepercayaan tersebut diyakini dan dipatuhi oleh
mertua dan semua anggota keluarganya dari pihak laki-laki. Dokter menganjurkan Ny.Y untuk
mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga (jalan-jalan), dianjurkan untuk
melakukan senam hamil, istirahat yang cukup dan diberi obat/ vitamin penambah darah (Zat
Besi). Dari hasil USG menyatakan bahwa bayi ny.Y sungsang kemudian ny.Y dan mertuanya
membawa ke dukun bayi untuk dipijatkan perutnya. Setelah beberapa hari, keadaan ny.Y tidak
membaik karena ny.Y tidak bisa atau jarang minum obat yang diberikan oleh dokter. Akhirnya,
ibu di rawat inap di RS. S.
5. Faktor politik
Kebijakan dan peraturan RS, yaitu:
a. Alasan mereka datang ke RS
Karena pasien mengeluh pusing, lemas, dan pucat selama 3 hari.
b. Kebijakan yang didapat di RS
Klien di periksa keadaannnya seperti tensi, berat badan, tinggi badan, lingkar
panggul, USG, cek darah dan disuruh untuk mengurangi aktivitas yang
berlebihan, sering berolahraga (jalan-jalan), dianjurkan untuk melakukan
senam hamil, istirahat yang cukup dan diberi obat/ vitamin penambah darah
(Zat Besi).
6. Faktor ekonomi
a. Pekerjaan
Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga
b. Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk persalinan klien
c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien.
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin
7. Faktor pendidikan
a. Pendidikan Ny.Y adalah SMP dan suaminya adalah SMA. Pekerjaan Ny.Y
adalah sebagai ibu rumah tangga dan suaminya sebagai wiraswasta (penjaga
toko).
b. Setelah di diagnosis anemia dan keadaan bayinya sungsang. Klien tidak
menerima dan merencanakan akan pergi ke dukun bayi. Kemampuan klien
masih minim karena masih percaya hal-hal gaib daripada medis.
B. ANALISA DATA
No. Data Masalah keperawatan
1. DS : Ketidakpatuhan dalam pengobatan
Klien mengatakan bahwa klien
lebih memilih untuk pergi ke
dukun bayi dan minum jamu
daripada minum obat setelah
disarankan untuk minum
vitamin secara teratur,
mengurangi aktivitas yang berat,
mengikuti senam hamil. Ny.Y
menganggap bahwa minum jamu
itu agar anaknya tidak bau amis
dan pergi ke dukun bayi untuk
membenahi perutnya agar anaknya
tidak sungsang.
DO : -
2. DS : Gangguan interaksi sosial
Klien mendapat informasi
tentang kehamilan dari
mertuanya.
Klien percaya ibunya
melanggar pantangan dalam
sesaji.
Hubungan kekerabatan yang
C. Diagnosa Keperawatan
NO Diagnosa
1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultur
3. Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem nilai yang dianut
klien tentang kehamilan.
D. Rencana Keperawatan
NO Dx Tujuan Rencana Kegiatan
1. 1 Setelah diberikan asuhan Melakukan pendekatan dengan cara
keperawatan selama (1x24 jam) Cultural Care Preserventation/
diharapkan klien mau patuh dalam Maintenance :
mengikuti pengobatan, dengan Memelihara komunikasi yang sedang
Kriteria Hasil: terjalin dengan baik (tanpa ada
Klien bersedia untuk minum masalah karena budaya) antara klien
vitamin, makan yang dengan perawat maupun klien dengan
mengandung zat besi seperti dokter atau klien dengan tenaga
ikan laut. kesehatan lain.
Klien menerima diagnosa Identifikasi perbedaan konsep antara
anemia dan letak sungsang oleh perawat dan Ny. Y tersebut
dokter. Perbedaan konsep perawat dan Ny.Y
terletak pada kepercayaan Ny.Y yang
masih percaya pada sihir dan hal-hal
gaib.
Perawat harus tenang dan tidak
terburu- buru berinteraksi dengan
Ny.Y. Perawat bisa perlahan-lahan
untuk berkomunikasi dengan Ny.Y.
Lalu perawat bisa mendiskusikan
perbedaan budaya yang dimilikinya
dengan Ny.Y yang masih percaya
kepada dukun serta sihir dan hal-hal
gaib.
2. 2 Setelah diberikan asuhan Melakukan pendekatan dengan cara
keperawatan selama (1x24 jam) Cultural Care Accomodation/ Negotiation :
diharapkan Klien tidak mengalami Bersikap tenang dan tidak terburu-
gangguan interaksi sosial. Dengan buru saat interaksi dengan klien,
Kriteria Hasil : mencoba memahami kebudayaan klien
Klien dan keluarga tidak sepanjang tidak memperburuk proses
mengalami kesalahpahaman intra natal klien.
dalam hal kepercayaan. Perawat bisa menggunakan bahasa
Klien dan keluarganya dapat yang mudah di pahami oleh Ny.Y
memahami perbedaan seperti bahasa sehari-harinya.
persepsi yang mendukung Kemudian dalam perencanaan
kesehatan klien. perawatan, perawat bisa melibatkan
keluarga Ny.Y seperti suami,ibunya
atau mertua Ny.Y.
Jika konflik tidak terselesaikan,
lakukanlah negosiasi dengan Ny.Y
berdasarkan pengetahuan biomedis
perawat tersebut. Misalnya :
a. Ikan Laut yang kaya akan Zat besi
yang berguna untuk pembentukan
myoglobin, yang membawa
oksigen ke jaringan otot dan
hemoglobin yang memberi
oksigen ke darah dan
menjaga asupan yang cukup.
b. Pergi ke dukun bayi, hal ini tidak
di benarkan karena memijat perut
pada saat kehamilan dapat
mengakibatkan hal yang
membahayakan bayi yang ada di
dalam perutnya.
c. Minum jamu, hal ini tidak
dibenarkan karena jamu
mengandung campuran- campuran
/ ramuan-ramuan yang berbahaya
yang bisa mengakibatkan bayi
menjadi kuning bahkan
meninggal dalam kandungan
3 3 Setelah diberikan asuhan Melakukan pendekatan dengan cara
keperawatan selama (1x24jam) Cultural Care Repartening /
diharapkan klien memahami tentang Reconstruction:
penyakit yang dialaminya dan cara
Memberikan informasi mengenai
penanganannya.
kondisi klien dengan membantu klien
Kriteria Hasil :
memilih serta menyarankan hal-hal
Klien bersedia dilakukan
yang dapat meningkatkan derajat
tinndakan kuretase. kesehatan klien. Sebagai contoh klien
Klien mengetahui danmengerti mempunyai pantangan untuk
jenis makanan yang dapat mengkonsumsi makanan ikan laut
meningkatkan kondisi dimana ikan laut itu sangat baik
kesehatannya. dikonsumsi karena mengandng zat
besi yang dibutuhkan oleh wanita
hamil. Kita bisa menyarankan klien
untuk lebih banyak makan daging,
buncis, sayuran hijau, kacang, kerang
dan produk padi yang diperkaya zat
besi. Sedangkan jamu bisa kita ganti
dengan vitamin dari buah-buahan
maupun resep dokter.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap peningkatan pemahaman klien tentang:
1. Ibu post partum yang tidak ingin makan ikan, mampu melakukan dengan makan
daging, buncis, sayuran hijau, kacang, kerang dan produk padi yang diperkaya zat
besi. Sedangkan jamu bisa kita ganti dengan vitamin dari buah-buahan maupun
resep dokter.
4.1 Kesimpulan
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan perilaku sehat sesuai
dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan biologis sebelumnya,
kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan dan perencanaan prose keperawatan
transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada klien sebelum perawat memahami,
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah
diperlukan dalam aplikasi keperawatan traanskultural