Anda di halaman 1dari 15

MATERI

BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM


KEPERAWATAN

PENDAHULUAN

Konsep budaya dalam keperawatan di kemukakan oleh tokoh dan model transcultural
nursing oleh madeleine Leininger

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Sebagai salah satu
tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of
knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada
masyarakat langsung.

Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan budaya dan keyakinan


yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan oleh teori model Madeleine Leininger
bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi klien pelayanan spesifik
secara kultural. Untuk memberikan asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana perawatan.

Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang lebih
dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus culture,
culture care, diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.
Teori Leininger, antara lain adalah :

1. Culture

Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, cara hidup
dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuat keputusan,
serta motif tindakan yang diambil.

2. Culture care

Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai yang
diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, memfasilitasi atau
memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan kesejahteraannya,
memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.

3. Diversity

Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan, serta
asuhan keperawatan.

4. Universality

Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan asuhan
keperawatan.

6. Ethnohistory

Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga, terutama
sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah budaya dalam jangka
waktu tertentu.

Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan:

1. Riset (Research)

Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam berbagai budaya.
Teori transcultural nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara
spesifik tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Edukasi (Education)

Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing dalam
sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan langsung dengan klien,
mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai budaya yang sama dengan dirinya.
Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien yag berasal dari luar negara Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)

Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan memerlukan


suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya klien. Hal ini akan
sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf kesehatan
yang lainnya.

4. Pemberi Perawatan (Care Giver)

Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural


Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh klien
pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.

TUJUAN:
Mampu menerapkan konsep transkultural dalam menganalisis fenomena budaya kesehatan
pasien

Intisari konsep transcultural nursing :

- perspektif transkultural dalam keperawatan


a. keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
b. konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural
c. pengkajian asuhan keperawatan budaya
d. beberapa instrumen pengkajian budaya

- komunikasi transkultural
a. nilai dan norma budaya dalam komunikasi
b. prinsip-prinsip dalam komunikasi
c. bentuk komunikasi transkultural
d. media komunikasi translultural
e. hambatan-hambatan dalam proses komunikasi

- aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia


a. perawatan kehamilan dan kelahiran
b. perawatan dan pengasuhan anak
c. perawatan pada lanjut usia
d. perawatan menjelang dan saat kematian

- aplikasi transkultural pada beberapa masalah kesehatan


a. penyakit kronik
b. gangguan nyeri
c. gangguan kesehatan mental

- pengaruh budaya terhadap pengobatan dan makanan/etnofarmakologi dan


nutrisi
Isi m a t e r i :
- pengertian kebudayaan
- perspektif transkultural dalam keperawatan
keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan konsep dan
prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural asuhan keperawatan budaya

Transkultural
Lintas budaya, budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain

Transkultural nursing dipelajari karena:

- Semua asuhan keperawatan bersifat lintas budaya.


- Perawat punya kompetensi budaya berdiskusi dengan klien dan tidak menyebabkan
konflik.
- Kompetensi perawat yang masih di pertanyakan berkaitan dengan pengetahuan,
sikap, ketrampilan

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan


pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma spesifik
yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal
adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur seperti
budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh
sehat (Leininger, 1978). Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis,
perawat perlu memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.
Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan
transkultural, melalui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan
merestrukturisasi budaya.

Pengertian kebudayaan
Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan
cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan itu
ada tiga wujudnya, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai,
norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan, Sifatnya
abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Letaknya ada di dalam pikiran warga
masyarakat di mana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal dengan adat
istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil karya para penulis
warga masyarakat bersangkutan, Saat ini kebudayaan ideal banyak
tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer,
silinder dan pita komputer.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola


dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yanbg berinteraksi, berhubungan,
bergaul yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial itu bersifat konkret,
terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasi.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut


kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan. Merupakan seluruh total
dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat.
Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yangdapat diraba,
dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal,
batik sampai kancing baju dsb.

Komunitas
Adalah sekelompok orang yang tinggal dalam wilayah yang sama terikat pada norma-
norma yang sama, berinterkasi secara terus menerus dan memiliki sentimen kebersamaan
(merasa tempat mengabdi, berkarya, rasa kebersamaan, berusaha meringankan beban.
Contoh:
Rumah sakit, Universitas Indonesia, komunitas Depok, komunitas wilayah (aturan ronda,
kebersihan, norma sopan santun) dll.

Masyarakat
Mastarakat Islam, masyarakat Jawa, sunda dsb. Walaupun saya disini, teman saya disana,
yang beragama Islam ada dimana-mana tetap disebit masyarakat Islam

Sosialisasi
Proses belajar memainkan peranan seorang individu di dalam masyarakat sesuai dengan
peranan yang diharapkan. Sosialisasi sifatnya seumur hidup. Profesi perawat memainkan
peranan sebagai perawat, berbeda dengan tukang nyuntik ayam tiren, berbeda dengan
peragawati, dll.

Enkulturasi
Tahapan-tahapan kehidupan yang hasus disosialisasikan atau pembudayaan (penanaman
nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya seumur hidup
Contoh:
Tidak hanya berupa kata-kata, ucapan-ucapan, nasehat-nasehat, permainan anak
(menunjukkan suportivitas, disiplin diri, menghargai prestasi, perilaku, dan bisa berupa
cerita-cerita rakyat seperti: Malin Kundang, Ande-ande lumut, Sangkuriang Menikah juga
disosialisasikan Budaya barat berbeda dengan budaya Indonesia, budaya barat: tangan kiri
dan tangankanan sama, tidak ada dikotomi, budaya Indonesia: pakai tangan kanan nak, nah
baru anak manis dan contoh-contoh yang lain
Contoh Sosialisasi: praktek di laboratorium

Contoh Enkulturasi: penanaman nilai-nilai budaya dari generasi yang satu ke generasi
berikutnya: pengajaran teori-teori di kelas, pengalaman-pengalaman dosen Kebudayaan
Rumah Sakit

Mempunyai premis budaya rumah sakit, Kesehatan itu sangat penting, nyawa sangat
berharga, perlu berbagai upaya yang harus dilakukan oleh Rumah sakit untuk
menyelamatkan nyawa pasien, Contoh: rumah sakit berbau karbol, pakaian putih-putih,
bersih

Sub kebudayaan
- pasien:
- tidak enak menjadi pasien, harus bayar, tidak gratis sama sekali ,Etiologi penyakit:
- naturalistik, memerangi penyakit ke dokter ke rumah sakit
- personalistik, disebabkan oleh roh-roh jahat, ke dukun dulu Di luar negeri:
Lebih enak menjadi pasien, sambil dirawat dapat makan teratur, tempat rekreasi, dibayar
asuransi

Persepsi tentang sehat dan sakit


Public pain/ menyatakan sakit dan Private pain/menyembunyikan sakit
- Profesional
Tenga kesehatan yang profesional, sekolah mahal
- Birokrat rumah sakit

Perspektif transkultural dalam keperawatan

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakinbesar. Dengan adanya
globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan
sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan
serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan
terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range
theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya
rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh
yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau
negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis
pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien
tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau
memintanya berdoa atau malahmemarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan.

PENGERTIAN

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).

Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti


dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan
yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya
adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum,
kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas
setempat.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan
kegiatan tertentu (Leininger, 1991).
Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan
sebagai berikut :
(1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang
sama persis,
(2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan,
(3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang
dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan
individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi
berikutnya (Handerson, 1981).

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal


muasal manusia
Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik
pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis
ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (Taylor, 1989).

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan


perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian
dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk


memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa
ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia,
sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur
dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

Proses keperawatan Transcultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991)menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap
kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau
buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)


Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:


- jangan menggunakan asumsi
- jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang pelit, orang jawa
halus
- menerima dan memahami metode komunikasi
- menghargai perbedaan individual
- mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu
- tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien
- menyediakn ptivacy terkait kebutuhan pribadi

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan
dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya Mempertahankan


budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation /Negosiasi budaya


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya


klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya
mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Budaya
- visible/easily seen
- invisible/less observable

Contoh:
a sikh Man ----------- artifacts that he wears
Leininger ------------ trancultural nursing

Perawatan kompeten yang berbudaya


- memerlukan pengetahuan yang spesifik, ketrampilan dan sikap
- kemampuan untuk menjembatani gap budaya dalam caring, bekerja dengan
perbedaan budaya

Cultural awareness
- menyadari diri secara mendalam
- mengenali bias dan prasangka-prasangka, asumsi tentang orang lain

Cultural knowledge
pengetahuan tentang nilai-nilai, kepercayaan, kesehatan, praktek keperawatan, wordview
dan ekologi biocultural

Cultural skill
pengkajian sosial budaya, faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi pengobatan dan
perawatan klien

Cultural desire
Motivasi dan komitmen untuk merawat klien, menggerakkan individu untuk belajar dari
yang lain

Cultural care nursing


- Culturally sensitive
perawat mempunyai pengetahuan dasar dan sikap terhadap kesehatan tradisional
yang diobservasi pada beberapa grup
- Culturally approriate
perawat menggunakan pengetahuan yang mendasar yangsesuai terhadap pasien
- Culturally competence
proses mendapatkan pengetahuaan, ketrampilan dan sikap yang menjamin
pemberian pelayanan
Diversity/aneka ragam
- Race
- Gender
- Orientasi sexual
- Religion
- Akulturasi
- Proses saat orang beradaptasi/meminjam karakter dari budaya lain
- Proses adaptasi dan mengadopsi suatu budaya yang baru

Asimilasi
Proses dimana individu mengembangkan identitas kebudayaan baru Proses asimilasi
meliputi beberapa aspek:
- perilaku
- perkawinan
- identifikasi
- kewarganegaraan

Beberapa faktor untuk pertimbangan budaya termasuk:


- ras
- prejudice
- streotyping
- diskriminasi
- culture syok

Ras
Orang-orang dalam satu ras mempunyai karakteristik yang umum:
- warna kulit
- struktur tulang
- texture rambut
- type darah

Prejudice/prasangka-prasangka
Kepercayaan yang salah, menggeneralisasikan tentang grup/kelompok dan cenderung
menghukum sebelum memeriksa/ada bukti-bukti yang mendukung

Streotyping
Mengasumsikan bahwa seluruh anggota-anggota sebuah budaya/grup etnik mirip/sama

Diskriminasi
Membedakan perlakuan terhadap individu berdasarkan kategori:
- ras
- etnik
- gender
- class social

Culture syok
Penyimpangan yang terjadi akibat respon terhadap transisi/perubahan dari setting budaya
yang satu ke setting budaya yang lain. Ekspresi dari culture syok bisa berupa silence dan
immobility sampai agitasi, marah-marah dan mengamuk
Contoh: pasien masuk ke hospital dan harus beradaptasi terhadap situasi hospital yang asing
Etnosentris
Merasa budayanya yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain

Multiculturalism-Biculturalism
Proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya

Enkulturasi
Penanaman nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya

Ethnicity
Identitas berhubungan dengan keturunan, budaya dan sosial seperti:
- nilai-nilai
- bahasa
- ruang geografi
- karakteristik ras

Contoh: klasifikasi ras termasuk kulit hitam dan kulit putih

Daftar Pustaka

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. (2005). Theory and Reasoning in Nursing. Virginia:
Wolters Kluwer

Sagar, Priscilla Limbo. (2014). Transculural Nursing Education Strategies. United States:
Spinger Publishing Company.

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Gunawijaya, J ( 2010), Kuliah umum tentang budaya dan perspektif transkulturaldalam


keperawatan Mata ajar KDK II 2010, semester genap FIK-UI

Iskandar, R ( 2010), Aplikasi teori trancultural nursing dalam proses keperawatan

Koentjaraningrat (1990), Pengantar ilmu antropologi, Jakarta: Rineka cipta

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,


Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Companies

Sya’diyah (2010), Aplikasi asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatantranskultural.

Anda mungkin juga menyukai