Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Made Puriasih

Kelas : 3A S.Tr Keperawatan

NIM : P07120219013

Mata Kuliah : Transkultural Nursing

Resume Materi Teori Model Keperawatan Lintas Budaya

A. Pengertian dan Tujuan Keperawatan Lintas Budaya


Keperawatan Lintas Budaya (transcultural nursing) adalah suatu area/wilayah
keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku
caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan.
Tujuan dari keperawatan lintas budaya adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan
transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan.
Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring
diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring
merupakan fenomena universal dimana, ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya
B. Teori Model Keperawatan Lintas Budaya
1. Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality)
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality,
atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya, Leininger
memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian
dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula disadarinya
dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya yang berbeda.
Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik keperawatan yang telah
diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya. Bahasan yang khusus dalam teori Leininger,
antara lain adalah :
a. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma,
cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk
berfikir, membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
b. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan
nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu,
menfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk
mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan,
menangani penyakit, cacat, atau kematian.
c. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat
kesehatan, serta asuhan keperawatan.
d. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat
dan asuhan keperawatan.
e. Worldview
Cara seseorang memandang dunianya
f. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya,
lembaga, terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia
dalam sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu.

Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka


Leininger menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah
peta kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam
menyajikan faktor penting teorinya secara holistik.

2. Teori Keperawatan Lintas Budaya Giger & Davidhizar


Menurut Giger dan Davidhizar (1995) keperawatan transkultural dipandang
sebagai bahan untuk melatih secara kompeten menilai budaya yang berpusat pada
klien. Meskipun keperawatan transkultural dipandang sebagai berpusat pada klien,
penting bagi perawat untuk mengingat budaya yang dapat dan tidak mampengaruhi
bagaimana klien dilihat dan bagaimana perawatan yang diberikan. Perawat harus
berhati-hati untuk menghindari memproyeksikan pada klien mereka sendiri
keunikan budaya dan pandangan dunia, sehingga culture care harus disediakan.
Dalam memberikan culture care, perawat harus ingat bahwa setiap individu adalah
unik dan produk dari pengalaman masa lalu, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah
dipelajari dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan. Pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
a. Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan, intonasi dan kualitas suara, pengucapan
(pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan 'diam'.
Komunikasi-miskomunikasi merupakan masalah yang sering terjadi di rumah
sakit. Perselisihan dapat timbul dari berbagai situasi. Contoh yang paling jelas
adalah ketika pasien dan staf rumah sakit tidak berbicara bahasa yang sama,
maka perlaku non verbal dan lain-lain. Mengetahui norma dalam budaya akan
memfasilitasi pemahaman dan mengurangi miskomunikasi.
b. Ruang gerak (space)
• Tingkat rasa nyaman yang berkaitan dengan ruang pribadi.
• Kenyamanan dalam percakapan, hubungan kedekatan dengan orang
lain, persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.
• Kontak mata, ruang, dan praktek sentuhan mungkin sangat berbeda
dengan lingkungan antara klien dan perawat.
c. Orientasi sosial (social orientation)
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu Iuang,
persahabatan dan kegiatan sosial keagamaan. Pola perilaku budaya belajar
melalui enkulturasi, proses sosial melalui manusia sebagai makhluk yang
bernalar, punya daya refleksi dan inteligensia, belajar memahami dan
mengadaptasi pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan sekelompok manusia
lain. Mengakui dan menerima bahwa individu-individu cari latar belakang
budaya yang berbeda-beda ke dalam budaya yang dorninan. Faktor-faktor siklus
hidup harus diperhatikan dalam interaksi dengan individu dan keluarga
(misalnya nilai tinggi ditempatkan pada keputusan orang tertua, peran orang
tua-ayah atau ibu dalam keluarga, atau peran dan harapan anak-anak dalam
keluarga). Budaya tidak hanya ditentukan oleh etnisitas terapi oleh faktor
seperti geografi, usia, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan status sosial
ekonomi. Memahami faktor usia dan siklus hidup harus diperhatikan dalam
interaksi dergan semua individu dan keluarga.
d. Waktu (time)
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan
menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini masa lalu dan yang akan
datang.
e. Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan
sehat-sakit. Kemampuan seseorang untuk mengendalikan alam lingkungan.
Praktek kesehatan, nilai-nilai, definisi kesehatan dan penyakit.
f. Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti, eksistensi
enzim dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi terntentu, kerentanan
terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik
psikologis, koping dan dukungan sosial
3. Teori Keperawatan Lintas Budaya menurut Andrew & Boyle
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkutural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategl yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesual dengan latar belakang budava klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan
dalam keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995) yaltu :
a. Cultural care preservation'maintenance
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilal-nilal yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klen dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
b. Cultural carea comodation /negotiation
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan, Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein bewani yang lain
c. Cultural care reparteningre construction
Restrukrurisast budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
blasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesual dengan keyakinan yang dianut.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhimya akan memperkaya budaya budaya mereka, Bila perawat tidak memabami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu Iskandar, Ners,
M.Kep. Diperoleh, 01 Agustus 2021, dari,
https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger .

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Diakses, 01 Agustus 2021, dari
https://books.google.co.id/books?id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover&hl=id#v=
onepage&q&f=false.

Janes, Sharyn & Karen Saucier Lundy. 2009. Community Health Nursing-Caring for the
Public’s Health-Third Edition. United States: Jones & Barklett Learning. Diakses, 01
Agustus 2021, dari
https://books.google.co.id/books?id=OYAmBgAAQBAJ&pg=PA286&dq=sunrise+md
el&hl=d&sa=X&ei=nMbqVIHPK4eLuATx1oKwCw&redir_esc=y#v=onepage&q=sun
rise%20model&f=false.
Sagar, Priscilla Limbo. 2014.Transculural Nursing Education Strategies. United States:
Spinger Publishing Company.

Sumijatun, 2011, membudayakan etika dalam praktik keperawatan, Salemba medika, jakarta

Anda mungkin juga menyukai