Anda di halaman 1dari 51

 1.

BAB II KONSEP TEORI KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF


TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATANI. Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan A. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan
kesehatan Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang
dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan
keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal
yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam
kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit,
nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam
memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada
semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka
budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok
dengan latar budaya beraneka ragam. Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada
6 fenomena kultural yang dipertimbangkan, yaitu : 1. Komunikasi : verbal, non verbal
bahasa utama 2. Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata 3. Organisasi
sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi internal, kepercayaan
keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga. 4. Waktu : cara mengkaji waktu,
konsep waktu 5. Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol 6.
Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis
Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas bukan
realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk berkembang
(Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk menyiapkan praktisi
untuk masa depan (Andrews,1992) 1. Lingkungan Praktis klinis Diperlukan program
pendidikan yang berkelanjutan guna menyadarkan perawat akan nilai, kepercayaan
dan praktek yang berlandaskan kepada budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar
pengetahuan tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu serta praktek orang
lain yang akan di jumpai. 2. Lingkungan Akademis Program sarjana muda dan sarjana
mengalami kemajuan menandakan konsep budaya dalam kurikulum keperawatan,
pengajaran harus difokuskan pada pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam
kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam komunikasi, kepercayaan
beragama, nutrisi, aspek perawatan dan sebagainya, memadukan konsep budaya
dalam kurikulum

 2. mencakup permainan simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan untuk


membangkitkan kesadaran dan pengalaman. 3. Bidang Penelitian Dibutuhkan studi
lintas budaya di bidang penelitian dasar dan penelitian terapan, lembaga penyandang
dana dan yayasan harus di dorong untuk mendukung studi lingkungan budaya yang
menekankan metode penelitian kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan
kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai hasil optimal.B.
Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam
Transcultural Nursing 1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota
kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan. 2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau
tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu
waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3. Perbedaan budaya, dalam
asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). 4. Etnosentris
adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. 5. Etnis,
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim 6. .Ras adalah perbedaan macam-macam
manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia 7. Etnografi adalah
ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia. 9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia. 10. Cultural Care. berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung

 3. atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk


mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.11. Culturtal imposition,
berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki
oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Paradigma Transcultural Nursing
Konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai denganlatar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: (Andrew
andBoyle, 1995).1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).2. Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).3. Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang
berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan
simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.4. Asuhan keperawatan adalah
suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien
(Leininger, 1991). Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural1. Culture care
preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat
kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.

 4. 2. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi


atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan
klien. 3. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau
mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah
yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health
and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan
pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara- cara yang bermakna guna
mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.C. Pengkajian Asuhan
Keperawatan Budaya Perawat harus memulai pengkajian dengan melihat latar budaya
cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang
dimilikinya. Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit
dan masalah klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang
lebih dominan di bandingkan dengan budayanya yang modern. Sebelum memulai
pengkajian perawat harusnya : 1. Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu
dengan klien 2. Mengidentifikasi bahasa yang digunakan 3. Mempelajari pola
komunikasi kien dengan mengobservasi kemampuan verbal dan nonverbalnya, contoh
prilaku nonverbal dengan sentuhan, kontak mata 4. Mempelajari prilaku bermakna
yang dimiliki klien – perawat dalam berinteraksiD. Beberapa Instrumen Pengkajian
Budaya Pengkajian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan komprehensif
dari nilai – nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga dan
komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang
signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan
budaya. Salah satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan
untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif etnik klien dan interpretasi informasi
selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan mengunakan pertanyaan terbuka,
terfokus, dan kontras. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan
nilai – nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak
disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Pertanyaan berorientasi budaya
pada dasarnya bersifat luas dan membutuhkan lebih banyak penjelasan. Sebaliknya
pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu serta membutuhkan
hubungan saling percaya antara sesama partisipan. Komunikasi yang kurang biasanya
terjadi pada hubungan interkultural. Hal ini disebabkan

 5. perbedaan bahasa dan komunikasi di antara partisipan. Keterampilan manajemen


impresi penting bagi perawat. Hal ini didasarkan pada kemampuan perawat dalam
memahami sikap klien sesuai dengan konteks berpikirnya sehingga perawat dapat
bereaksi dalam konteks budaya yang sama. Manajemen impresi membutuhkan
keahlian berbahasa, interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien,
mendengarkan, dan keterampilan melakukan pengamatan. Pada saat pengkajian, nilai
dan dengarkan bahasa yang klien gunakan saat berbicara dan menulis serta putuskan
jika klien memerlukan seorang ahli bahasa. Perawat mempelajari berbagai
keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pengkajian budaya yang akurat dan
komprehensif sepanjang waktu. Gbr. Transkultural Assessment Model ( Giger &
Davidhizar’s ) ____Ruang____ _________ ___Komunikasi__ Observasi tingkat 
Bahasa lisan ___Pengkajian Keperawatan___ kenyamanan (dlm  Kualitas
berkomunikasi) Mendapatkan Kesimpulan Data suara Kedekatan dgn yg lain 
Pengucapan  Penggunaan Gerakan tubuh keheningan Persepsi ruang  nonverbal
__Keunikan Budaya Individu__ _______Orientasi Sosial_____  mengIndentifikasi
Ras & Budaya  Kultur Klien  Ras  tempat lahir  Etnik  waktu di Negara 
Fungsi peran keluarga  PekerjaanVariasi biologis Warna kulit  Waktu luang 
Gereja  Struktur tubuh  Warna rambut  teman  Dimensi fisik lain  Keadaan
genetic & enzim pd populasi Waktu penyakit khusus  Kerentanan terhadap sakit &
penyakit  Pengunaannya  Kekurangan nutrisi  Penghitungan  Karakteristik
psikologi,koping dan social  Definisi support  Waktu bersosial  Waktu bekerja
Kontrol Lingkungan  orientasi waktu (kemarin, sekarang, akan datang)  Praktik
kesehatan Cutural yang berhasil, netral, disfungsional, tdk jelas  Nilai  Definisi
dari sehat & Sakit

 6. Contoh Instrumen Pengkajian Warisan Budaya1. Dimana ibu Anda lahir ? ______2.
Dimana ayah Anda lahir ? ______3. Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______ a.
Ibu dari Ibu Anda ? ______ b. Ayah dari Ibu Anda ? ______ c. Ibu dari Ayah Anda ?
______ d. Ayah dari Ayah Anda ? ______4. Berapa saudara laki – laki ______ dan
perempuan ______5. Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____ Kota ______ Pinggir
Kota ______6. Dimana orang tua Anda dibesarkan ? Ayah ______ Ibu ______7.
Berapa usia Anda ketika datang ke Indonesia ? ______8. Berapa usia orang tua Anda
ketika datang ke Indonesia ? ______9. Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal
dengan Anda ? ______ Keluarga Inti ______ atau Keluarga Besar ______10. Apakah
Anda mempertahankan kontak dengan : a. Bibi, Paman, Sepupu ? ( 1 ) Ya ______
( 2 ) Tidak ______ b. Saudara Laki – Laki dan Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 )
Tidak ______ c. Orang Tua ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ d. Anak Anda Sendiri (
1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______11. Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu
Anda tinggal dekat rumah Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______12. Kira – kira
seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah
Anda ? ( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap Bulan ______ (
4 ) Hanya Liburan Khusus ______ ( 5 ) Tidak Pernah ______13. Apakah nama asli
keluarga Anda di ganti ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______14. Apakah kepercayaan
Anda ? ( 1 ) Katolik ______ ( 2 ) Islam ______ ( 3 ) Protestan ______ Denominasi
______ ( 4 ) Lain – Lain ______ ( 5 ) Tidak Ada ______15. Apakah pasangan Anda
mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak
______16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan
Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______17. Anda sekolah dimana ? ( 1 ) Pemerintah
______ ( 2 ) Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______18. Sebagai seorang
dewasa, apakah Anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan
latar belakang yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______19.
Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______20.
Dapatkah Anda mengambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? ( 1 ) Ya
______ ( 2 ) Tidak ______21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan
Anda ? ( 1 ) Lebih dari satu minggu ______ ( 2 ) Setiap minggu ______

 7. ( 3 ) Setiap bulan ______ ( 4 ) Sekali setahun atau kurang ______ ( 5 ) Tidak


pernah ______22. Apakah Anda mempraktikkan keagamaan Anda di rumah? ( 1 ) Ya
______ (2) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Berdoa ______
( 4 ) Membaca Kitab Suci ______ (5 ) Diet ______ ( 6 ) Merayakan hari besar
keagamaan ______23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik
Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______24. Apakah Anda berpartisipasi dalam
aktivitas etnik ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya )
______ ( 3 ) Bernyanyi _____ ( 4 ) Perayaan Hari Besar _____ ( 5 ) Berdansa
______( 6 ) Festival ______ ( 7 ) Adat Istiadat ______ ( 8 ) Lain – Lain ______25.
Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda? ( 1 )
Ya ______ ( 2 ) Tidak ______26. Apakah teman Anda dari latar belakang etnik yang
sama dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______27. Apakah bahasa asli Anda ?
( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa
tersebut ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______29. Apakah Anda membaca dalam
bahasa asli Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______Makin besar jumlah jawaban
Ya, makin kuat klien memiliki keturunan tradisional.Contoh Lain Instrumen
Pengkajian Keperawatan Terbuka 1. Menurut Anda apa yang menyebabkan penyakit
Anda ? 2. Seperti apa kami dapat memecahkan masalah Anda ?Terfokus 1. Apakah
Anda pernah mengalami masalah ini sebelumnya ? 2. Apakah ada seseorang yang
Anda ingin agar kami bicara dengannya mengenai perawatan Anda?Kontras 1.
Bagaimana perbedaan masalah ini dengan masalah sebelumnya ? 2. Apa perbedaan
antara apa yang perawat kerjakan dengan apa yang Anda pikirkan bagaimana perawat
lakukan untuk Anda ?Riwayat Etnik 1. Berapa lama Anda / orang tua Anda tinggal di
negara ini ? 2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur Anda ? 3. Seberapa kuat
budaya mempengaruhi Anda ? 4. Ceritakan alasan Anda meninggalkan tanah air Anda
?Organisasi Sosial 1. Siapa yang tinggal dengan Anda ? 2. Siapa yang Anda anggap
sebagai anggota keluarga Anda ? 3. Dimana anggota keluarga Anda yang lain
tinggal ? 4. Siapa yang membuat keputusan untuk Anda atau keluarga Anda ? 5. Siapa
yang Anda cari saat memerlukan bantuan untuk keluarga Anda ? 6. Apa harapan Anda
terhadap anggota keluarga yang pria, wanita, tua, atau muda ?

 8. Status Sosioekonomi 1. Apa yang Anda lakukan untuk kehidupan ? 2. Bagaimana


perbedaan kehidupan Anda di sini dibandingkan tempat asal? Ekologi Biokultural dan
Risiko Kesehatan 1. Apa penyebab masalah Anda ? 2. Bagaimana masalah
mempengaruhi Anda atau bagaimana masalah itu mempengaruhi kehidupan Anda dan
keluarga Anda ? 3. Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut di rumah ? 4. Apa
masalah lain yang Anda hadapi ? Bahasa dan Komunikasi 1. Apa bahasa yang Anda
gunakan di rumah ? 2. Apa bahasa yang Anda gunakan untuk membaca dan menulis ?
3. Bagaimana perawat harus berbicara atau memanggil Anda ? 4. Apa jenis
komunikasi yang menggangu Anda ? Kepercayaan dan Praktik Pelayanan 1. Apa yang
Anda lakukan untuk menjaga kesehatan Anda ? 2. Apa yang Anda lakukan untk
menunjukkan kepedulian Anda ? 3. Bagaimana Anda merawat anggota keluarga yang
sakit? 4. Pemberi layanan mana yang Anda cari saat Anda sedang sakit ? 5.
Bagaimana perbedaan yang perawat lakukan dengan yang dilakukan keluarga Anda
saat Anda sedang sakit ?II. Komunikasi Transkultural A. Nilai dan Norma Budaya
dalam Berkomunikasi Ketika dua atau lebih orang berbeda budaya berkomunikasi,
seringkali ditemukan kesalahan interpretasi pesan yang disampaikan. Dalam hal
mengurangi dan menghindari hal tersebut pantaslah kita mempelajari nilai dan norma
budaya dalam berkomunikasi. Sebelum itu kita harus memahami dulu apa itu budaya :
Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi
bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia
mengajukan interpretasi terhadap makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan :
1. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia 2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki
oleh individu dari kelompoknya 3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai 4.
Abstraksi dan perilaku 5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang
cara-cara di mana sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya 6. Sebuah
gudang pusat pembelajaran 7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi
pelbagai masalah yang berulang-ulang 8. Perilaku yang dipelajari 9. Sebuah
mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku 10. Kesimpulan teknik untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang lain 11. Lapisan atau endapan
dari sejarah manusia 12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku

 9. Budaya adalah “Metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata yang


diucapkanyang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto
&Matsumoto,1989)Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai,
dan lembaga-lembagaras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001)Budaya
adalah : Segala sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan individu
dankelompoknya.Wujud kebudayaan1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal
dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada
didalam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Dikenal dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.2. Wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat,
disebut juga sistem social. Sistem social ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi, berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat social tata kelakuan.
Sistem social ini bersifat konkrit, serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa
diobservasi, di lihat dan didokumentasikan.3. Wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan
penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya
semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi,
computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju.Nilai : Nilai merupakan unsur
penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusiauntuk menentukan sesuatu itu
boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dannilai membentuk sikap kita
tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral,baik atau buruk, benar atau
salah, dan indah atau buruk.Norma : Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya
meliputi penilaian tentang baikburuknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi,
sedangkan norma lebih merupakanstandart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai
budaya yang merupakan standarkelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok,
jika nilai memperkenalkan kitabagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara
khusus menggariskan kontrolterhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang
mengatur tentang hukuman atauganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi
posisi sosial orang dalam relasiantar manusia. Semua tindakan manusia memiliki
akibat tertentu dan norma secarakhusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang
melangar aturan tersebut, Bentuk-bentuk norma antara lain :
 10. 1. Cara Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang
lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya : Menghirup kopi panas
dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa. 2. Kebiasaan Menurut Sumnner
kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat dalam belbagai situasi, namun
tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya : Bercakap-cakap sebelum rapat, hal
ini juga tidak melangar apa-apa 3. Tata Kelakuan Tata kelakuan berisi perintah dan
larangan sehingga anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata
kelakuan tersebut. Contohnya : Perihal antara hubungan pria dan wanita 4. Adat
Istiadat Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang
keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat sanksi
yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut. Nilai dan norma diperlukan
sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.B. Prinsip-prinsip dalam
Komunikasi Komunikasi berasal dari kata kerja “communicâre”, dalam bahasa Latin
yang berarti menjadikan lazim/umum, membagi, berpartisipasi (mengikutsertakan)
atau menanamkan. (Guralnik, 1989). Akan tetapi komunikasi melampaui definisi
tersebut, dimana komunikasi mencakup keseluruhan bidang interaksi dan tingkah laku
manusia. Semua tingkah laku, baik verbal mapun nonverbal yang ditampilkan oleh
individu disebut sebagai komunikasi. (Potter & Perry, 2005; Watzlawick, Beavin, &
Jackson, 1967). Komunikasi merupakan keterampilan dasar dalam semua interaksi
keperawatan. Dalam komunikasi terkandung sistem tingkah laku yang terpola dan
teratur yang memungkinkan terjadinya seluruh interaksi antara perawat dan klien. Di
dalamnya terdapat pertukaran pesan yang memiliki arti. Komunikasi dan budaya
sangat erat berhubungan. Komunikasi merupakan alat/cara bagaimana budaya
ditransmisikan dan dipelihara/dipertahankan. (Delgado, 1983). Budaya
mempengaruhi bagaimana perasaan diekspresikan serta ekspresi verbal dan nonverbal
apa yang tepat untuk digunakan. Contohnya, orang Amerika lebih suka menutupi
perasaannya dan secara umum jarang menggunakan bahasa sentuhan, sebaliknya
budaya ketimuran lebih terbuka dalam mengekspresikan perkabungan / duka,
kemarahan, atau kegembiraan serta lebih banyak menggunakan sentuhan. (Davidhizar
& Giger, 2002; Hall,1966; Thayer,1988). Variabel – variabel budaya lainnya, seperti
persepsi terhadap waktu, kontak fisik dan hak – hak wilayah juga mempengaruhi
komunikasi. Komunikasi membentuk rasa kebersamaan dengan orang lain dan
memungkinkan pertukaran/sharing informasi, isyarat atau pesan – pesan dalam bentuk
ide – ide dan perasaan. Melalui komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain
melalui tulisan atau bahasa, gerak isyarat (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh,
space (jarak) atau simbol – simbol lainnya. Dalam komunikasi yang efektif terdapat
saling pengertian terhadap arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan.
Komunikasi yang efektif mengenai informasi pelayanan kesehatan memotivasi klien
untuk bekerjasama dengan perawat dalam mengelola kesehatannya. (Giorgianni,
2000).

 11. Untuk meningkatkan komunikasi transkultural yang efektif, perawat


harusmenghindari penggunaan istilah – istilah teknis yang khusus, logat/ucapan
yangpopuler, ucapan sehari – hari, singkatan, dan istilah – istilah medis yang
berlebihan.Lipson dan Steigner (1996) menyarankan strategi dalam tiga domain, yaitu
afektif,kognitif, dan behaviour untuk komunikasi transkultural yang efektif. Dalam
domainafektif meliputi rasa hormat, penghargaan dan perasaan nyaman terhadap
perbedaanbudaya, rasa senang untuk mempelajari budaya yang berbeda, kemampuan
untukmengobservasi tingkah laku tanpa menghakimi, kesadaran akan nilai – nilai
budayadan kepercayaan. Dalam domain kognitif ditekankan adanya pengetahuan
tentangperbedaan budaya, kemampuan untuk mengenali adanya penjelasan budaya
terhadappermasalahan interpersonal, pemahaman tentang adanya perbedaan makna
satuterhadap yang lain, dan pemahaman akan sistem sosial politik untuk
menghargaipengobatan terhadap kaum minoritas. Dalam domain behaviour
(keterampilanberkomunikasi), adanya fleksibilitas dalam gaya komunikasi baik verbal
maupunnonverbal, kemampuan untuk berbicara dengan perlahan, dan jelas tanpa
istilah –istilah yang berlebihan, kemampuan untuk memberi dorongan pada klien
untukmengekspresikan dirinya, kemampuan untuk berkomunikasi secara menarik
danempati, sabar, serta mengenali apabila ada kesalahpahaman yang terjadi.Pedoman
Dalam Berhubungan Dengan Klien dengan Budaya yang Berbeda :1. Kaji nilai – nilai
kepercayaan pribadi anda terhadap budaya yang berbeda. Review kembali
pengalaman pribadi Singkirkan nilai – nilai, bias, ide – ide dan tingkah laku yang
berpengaruh negatif terhadap perawatan.2. Kaji variabel – variabel komunikasi dari
perspektif budaya Tentukan identits etnis pasien Gunakan pasien sebagai sumbernya
(apabila memungkinkan). Kaji faktor – faktor kultural yang dapat mempengaruhi
hubungan perawat dan klien kemudian beresponlah dengan tepat.3. Rencanakan
perawatan sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan latar belakang budaya. Pelajari
sebanyak mungkin tentang budaya dan kepercayaan klien. Dorong pasien untuk
menyatakan persepsinya terhadap kesehatan, sakit dan pelayanan kesehatan. Rasa
sensitif terhadap keunikan pasien. Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien. Evaluasi
efektifitas tindakan keperawatn dan modifikasi apabila diperlukan.4. Modifikasi
pendekatan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan budaya. Perhatikan tanda – tanda
rasa takut, kecemasan dan kebingungan klien Beri respon yang menenangkan hati
dengan mempertahankan budaya klien.5. Pahami bahwa penghargaan terhadap klien
merupakan hubungan yang terapeutik. Berkomunikasi dengan hormat menggunakan
pendekatan pendekatan yang baik dan menenangkan hati. Gunakan teknik mendengar
yang sesuai.6. Berkomunikasi tanpa cara – cara yang kelihatan mengancam. Lakukan
wawancara tanpa terburu – buru Ramah tamah

 12. Tanyakan pertanyaan yang umum selama mengumpulkan informasi. Bersikap


sabar apabila respon klien tidak sesuai dengan persoalan kesehatan klien. Ciptakan
hubungan saling percaya dengan mendengar secara teliti, dan berikan waktu serta
perhatian penuh pada klien. 7. Gunakan teknik validasi dalam komunikasi. Sadar akan
fedback / respon klien yang tidak mengerti. Jangan membuat asumsi pengertian tanpa
distorsi. 8. Pahami adanya keengganan untuk membicarakan masalah yang
berhubungan dengan seksualitas. Sadari bahwa dalam beberapa budaya permasalahan
seksual tidak dapat dibicarakan secara leluasa dengan perawat / orang dengan jenis
kelamin yang berbeda. 9. Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara dengan
bahasa yang berbeda. Gunakan intonasi suara dan ekspresi wajah yang perhatian
untuk membantu mengurangi ketakutan klien. Bicara dengan perlahan dan jelas,
namun tidak keras. Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran untuk
membantu pemahaman klien. Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan.
Perhatikan kata – kata yang dipahami klien dan gunakan itu sesering mungkin.
Pertahankan pesan yang sederhana dan ulangi terus menerus Hindari penggunaan
istilah medis dan singkatan yang tidak dipahami klien. Gunakan kamus bahasa yang
tepat. 10. Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatkan komunikasi. Minta
interpreter untuk menerjemahkan pesan, tidak hanya kata – kata pribadi. Dapatkan
fedback untuk mengkonfirmasi pemahaman. Gunakan interpreter yang sensitif
terhadap budaya.C. Bentuk Komunikasi Transkultural Tujuan dari keperawatan
transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan
pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik
dalam pemberian asuhan keperawatan. Transkultural nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang
focus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercaayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Komunikasi antara perawat dan klien
merupakan, komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya dapat dimulai
melalaui proses diskusi dan bila perlu dapat dilakukan identifikasi melalui bagaimana
cara masyarakat dari berbagai budaya diindonesia berkomunikasi ,misalnya di suku
jawa, betawi, sunda, padang, Bengkulu, osing, tengger, dan sebagainya.

 13. Komunikasi lintas budaya dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa


Indonesia sebagai bahasa pengantar atau menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa
ibu. Bila tidak memahami bahasa klien, perawat dapat menggunakan penerjemah.
Dalam komunikasi lintas budaya, perawat dapat menjumpai suatu hal yang pada
budaya tertentu bermakna positif tetapi di budaya lain bermakna negative. Hal ini
harus di pahami oleh perawat sehingga tidak menyebabkan terputusnya
komunikasi.D. Media Komunikasi Transkultural Komunikasi dan budaya saling
berkaitan erat. Melalui komunikasi, budaya ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, dan pengetahuan tentang budaya ditransmisikan dalam kelompok
dan untuk orang-orang diluar kelompok. Berkomunikasi dengan klien dari latar
belakang etnis dan budaya sangat pentung untuk memberikan perawatan yang
kompeten secra budaya. Ada variasi budaya dalam komunikasi baik verbal maupun
nonverbal. 1. Komunikasi verbal Perbedaan budaya yang paling jelas adalah dalam
komunikasi verbal : kosa kata, struktur tata bahasa, kualitas suara, intonasi, ritme,
kecepatan, pronaunsiasi dan keheningan. Komunikasi verbal menjadi sulit ketika
melibatkan interaksi orang-orang yang berbeda bahasa. Klien memungkinkan untuk
berkomunikasi verbal dengan yang lain. Untuk klien dengan bahasanya tidak sama
dengan pelaku kesehatan, perantara mungkin diperlukan. Seorang translator
mengubah bahan tertulis (seperti pamphlet pendidikan pasien) dari satu bahasa ke
bahasa yang lain. Seorang penerjemah adalah seorang individu yang menengahi
komunikasi antara orang-orang yang beda bahasa tanpa menambah dan mengurangi
arti atau pemaknaan. 2. Komunikasi nonverbal Untuk berkomunikasi secara efektif
dengan klien yang berbeda budaya. Perawat perlu menyadari 2 aspek dari perilaku
nonverbal komunikasi: 1). Apa perilaku nonverbal yang berarti kepada klien. 2).
Perilaku nonverbal dalam kebudayaan klien. Nonverbal komunikasi dapat mencakup
penggunaan keheningan, gerakan mata, ekspresi wajah, postur tubuh. Beberapa
kebudayaan memerlukan keheningan dalam komunikasi. Memberikan kesempatan
untuk berbicara, atau memberikan privasi kepada orang lain. Beberapa kebudayaan
mengambarkan keheningan itu sebagai tanda hormat dan setuju. Ekspresi wajah bisa
berbeda-beda diantara kebudayaan. Giger and Davidhizar (1999) mengatakan Italia,
Yahudi, Afrika, Amerika, dan Spanyol lebih cepat tersenyum dan menggunakan
ekspresi wajah. Lebih tertutup dalam mengkomunikasikan perasaannya khususnya
kepada orang lain. Komunikasi nonverbal acapkali menjadi lebih bermakana
dibanding komunikasi nonverbal meliputi mimic wajah, sorot mata, bentuk bibir,
jarak, gerakan anggota tubuh dan posisi tubuh, tekanan suara, objek yang selalu di
perhatikan , serta sentuhan. Mimic wajah dapat menunjukkan sikap bersahabat atau
marah. Untuk dapat memahami bahasa nonverbal, perawat harus berlatih secara
optimal. (Ferry Efend, Makhfudli)
 14. E. Hambatan – hambatan dalam Proses Komunikasi 1. Hambatan Fisik Dapat
berupa hambatan jarak komunikasi yang sering kali mengganggu proses komunikasi,
ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir hambatan jarak tersebut.
2. Hambatan Teknis Yang bersifat teknis seperti gangguan pada alat komunikasi,
media, teknologi dan sebagainya. 3. Hambatan Semantik Hambatan yang berasal dari
pengunaan bahasa karena : Perbedaan bahasa Perbedaan persepsi Penggunaan istilah
yang berlebihan Ketidak mampuan memilih kata atau kalimat 4. Hambatan Psikologis
Situasi dan kondisi psikis yang terdapat / dimiliki oleh komunikan dan komunikator.
Misalnya cemas, malu, takut dan sebagainya. 5. Hambatan Status Situasi dan kondisi
psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali menjadi hambatan yang dapat
mengurangi pencapaian tujuan komunikasi.misalnya ketika seorang dosen muda harus
memberi kuliah didepan mahasiswa pasca sarjana yang ternyata sebagian besar adalah
atasan didepartemen tersebut. 6. Hambatan Budaya Perbedaan budaya (nilai, norma,
kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor yang sering membuat tujuan komunikasi
terhambat. Karena budaya yang dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil
internalisasi individu terhadap nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal
selama bertahun tahun, maka kita mengenal ada yang namanya : Akulturisasi,
Asimilasi. 7. Hambatan Kerangka berfikir Komunikasi yang efektif dapat terjadi
ketika terjadi himpitan kepentingan (over lapping of interest) / kesamaan persepsi
antara komunikator dengan komunikan.kesamaan ini dapat terwujud jika ada
perbedaaan yang mencolok dalam kerangka berpikir komunikan dan komunikator. 8.
Hambatan Kebutuhan dan Ketertarikan 9. Hambatan Lingkungan

 15. BAB III PEMBAHASAN KASUS Kasus I (Unit Perspektif Transkultural)


Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah rumah
sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga mengalami
perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi. Pasien
dalam status NPO ( nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah seorang
keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris. Perawat
berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh minum. Pasien tidak
dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang perawatan tersebut tidak
ada perawat yang lancar berbahasa Inggris. 1. Bagaimana peran perawat bila
dihadapkan pada situasi di atas ? Menunjukan peranan Independent dari perawat
dengan :  Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)  Mengenal
etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa) 2. Apa yang sebaiknya dilakukan
perawat untuk membantu pasien ? Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar
budaya cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa
yang dimilikinya. Dengan cara :  Perawat harus bersikap terbuka dengan cara
menerima pasien sesuai dengan perbedaan budayanya  Memanggil dengan nama
belakang klien / nama lengkap  Ciptakan hubungan saling percaya  Dengan
menggunakan bahasa yang sederhana , verbal & non verbal (isyarat & tulisan) 
Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa Indonesia
 Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak ada
keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :  Jenis kelamin yang sama  Umurnya
lebih dewasa  Mempunyai status social yang sama dengan klien  Yang mempunyai
pemahaman tentang budaya India  Mengerti tentang kesehatan Ini diperlukan dalam
mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien. Tindakan
keperawatan yang diberikan klien ada 3 :1. Cultur care preservation : Prinsip
membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Contohnya
memberitahukan bahwa Ia tidak boleh minum dengan bahasa verbal maupun non
verbal (Gambar/tulisan dan isyarat)

 16. 2. Cultur care accomodation : Prinsip membantu, memfasilitasi atau


memperhatikan fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau
klien. Contohnya: meletakan peralatan yang dibutuhkan klien (tisu, pulpen, kertas
dll)3. Cultur care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk
membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih
baik. Contohnya Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan post
operasi laparatomy eksplorasi

 17. BAB II TINJAUAN TEORII. PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM


KEPERAWATAN A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan
Kesehatan Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita
ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system
gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam
rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986) Wujud-wujud kebudayaan
antara lain : 1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan 2. Kompleks
aktivitas atau tindakan 3. Benda-benda hasil karya manusia Keperawatan sebagai
profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan dan
diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan
berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.
Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam
masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya.

 18. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang
difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transcultural nursing adalah
untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman
keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan
keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku
caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring
merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara
kultur satu tempat dengan tempat lainnya.B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan
Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural nursing adalah : 1) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2) Nilai
budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang optimal
dalam pemberian asuhan keperawatan

 19. 4) EtnosentrisBudaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki individumenganggap budayanya adalah yang terbaik5) EtnisBerkaitan
dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkanmenurut cirri-
ciri dan kebiasaan yang lazim6) RasPerbedaan macam-macam manusia didasarkan
pada mendiskreditkan asal muasalmanusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid,
negroid,mongoloid.Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau
diajarkan manusia kepadagenerasi berikutnya (taylor,1989)7) Etnografi: Ilmu
budayaPendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat
untukmengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu.8) CareFenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan
perilaku padaindividu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhanbaik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupanmanusia9) CaringTindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengarahkanindividu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhanuntuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia10) Culture careKemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi digunakanuntuk membimbing, mendukung atau member
kesempatan individu, keluarga atau

 20. kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan


hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai 11) Cultural
imposition Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek
dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang
sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu : Manusia
Individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna menetapkan pilihan dan melakukan pilihan Konsep sehat sakit
Sehat adalah kesuksesan beradaptasi mempertahankan intergritas terhadap perubahan
lingkungan sedangkan sakit adalah suatu keadaan kegagalan dalam beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan Lingkungan Perubahan dinamis yang mempengaruhi
individu yang meliputi lingkungan internal dan eksternal KeperawatanC. Pengkajian
Asuhan Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan
sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.

 21. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip


asuhankeperawatan yaitu:1. Culture care preservation / maintenanceYaitu prinsip
membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya gunamembantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan2. Culture care
accommodation / negotiationYaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena
buadaya yang ada, yangmerefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi /
mempertimbangkan kondisikesehatan dan gaya hidup klien3. Culture care
repatterning / restructuringYaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk
membantu memperbaiki kondisikesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih
baikModel konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhankeperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(SunriseModel). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
olehperawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari
mulaitahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalahkesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and
Davidhizar,1995).Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada
pada”Sunrise Model”yaitu:1. Faktor teknologi (technological factors)Teknologi
kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaranmenyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: Persepsisehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencaribantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan
persepsi klien

 22. tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi


permasalahankesehatan ini.2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and
philosophical factors )Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan
yang amat realistis bagipara pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat
kuat untuk mendapatkankebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yangharus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandangklien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.3. Faktos sosial dan
keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )Perawat pada tahap ini harus
mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,umur dan tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilankeputusan dalam keluarga dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural
value and life ways )Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganutbudaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma
budaya adalah suatu kaidahyang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perlu dikaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga,bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisisakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaanmembersihkan diri.5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
(political and legal factors )Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yangmempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya (Andrewand Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan
dan kebijakanyang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
bolehmenunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

 23. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya:
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang
pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi
saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya
untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak
terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi.
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang
Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai
perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f.
Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.D. Instrumen Pengkajian Budaya
Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh
beberapa ahli, diantaranya:

 24. 1. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: a. Faktor teknbologi
(Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih
pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam
mengatasi masalah kesehatan b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious &
Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status pernikahan - Cara pandang
terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif
terhadap kesehatan c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social
Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin -
Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga - Pengambilan keputusan dalam
keluarga d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi /
jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan -
Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan

 25. - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-
hari e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi: -
Peraturan dan kebijakan jam berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu - Cara pembayaran f. Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan -
Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ;
penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anggota keluarga g. Faktor
Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan -
Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang sehat-sakit2.
Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu
dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan
transkultural model ini meliputi:

 26. a. Komunikasi (Communication) Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas


suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan
„diam‟ b. Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan
orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh. c. Orientasi social
(social orientastion) Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi
keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan. d.
Waktu (time) Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja
dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan
datang. e. Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya,definisi
tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. f. Variasi biologis
(Biological variation) Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya
seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi
terntentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan
karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.3. Keperawatan transkultural
model Andrew & Boyle Komponen-komponenya meliputi: a. Identitas budaya b.
Ethnohistory c. Nilai-nilai budaya

 27. d. Hubungan kekeluargaan e. Kepercayaan agama dan spiritual f. Kode etik dan
moral g. Pendidikan h. Politik i. Status ekonomi dan social j. Kebiasaan dan gaya
hidup k. Faktor/sifat-sifat bawaan l. Kecenderungan individu m. Profesi dan
organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self
assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi
transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.Aplikasi konsep
dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia (perawatan
danpengasuhan anak). Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang sehat dan
sakit, kesejahteraan dankesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang anak
mengharuskan perawatmengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya
berkontribusi padaperkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya
mempengaruhi praktikpengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan.
Budaya adalah pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar
membentuk/ membimbing pandangn dan keputusan secara kelompok masyarakat
(Buchwald dkk, 1994). Ras adalah suatu pembagian sifat yang dimiliki makhluk
hidup yang dapat diwariskan melalui keturunan, misal; kaukasia (putih), negro
(hitam), dan Mongol (kuning). Etnisitas yaitu afiliasi dari sekelompok individu yang
mempunyai keturunan budaya, sosial dan bahasa yang unik. Sosialisasi yaitu proses
ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat tertentu untuk
dapat berfungsi dalam kelompok tertentu.

 28. Budaya dan sub budaya mempengaruhi keunikan anak dalam cara yang tidak
jelasdan pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai
dan praktikmereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin
dianggap ”menyimpang”atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa
kanak-kanak cenderung mencirikankarakteristik dan perilaku anak terhadap hidup,
membimbing mereka untuk berjuangsepanjang hidup dan memantau keinginan
impulsif mereka yang berentang pendek.Karenanya setiap masyarakat terus menerus
mensosialisasikan setiap generasi pada warisanbudayanya. Budaya mengembangkan
dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat dandiinginkan; budaya berupaya
menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai dengannorma budaya.
Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka; budayalain
lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong kecerdikan
dankompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat kelompok.
Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia
dalamketerampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara
budaya. Dalambeberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis
kelamin yang sama, dibudaya lain bermain dalam jenis kelamin campuran. Pada
beberapa budaya, perbaikan timlebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan
dibatasi pada permainan individual.D. Studi KasusSeorang klien perempuan berusia
25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakankehamilannya yang pertama. Klien
tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminyaberasal dari Tapanuli. Mereka
saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil,suami klien berusaha
untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan memintaorang tua (ibu)
klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketatmengikuti
adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klienmerasa
tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari
suami,orang tua, dan mertuanya.Pertanyaan:Analisa kasus tersebut berdasarkan
konsep budaya dan transkultural yang telah saudarapelajari. Bagaimana peran perawat
bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk
membantu klien dan keluarganya?

 29. Budaya Tapanuli Budaya Sunda Tidak boleh keluar rumah Tidak boleh keluar
rumah sembarangan, sembarangan, terutama sore hari terutama sore hari Ibu hamil
harus makan makanan adat Hanya memakan sayuran (dianggap Batak berupa ikan
batak, jenis ikan baik), sedangkan ikan, daging, dan buah- Mahseer buahan dianggap
tidak baik untuk bayi Harus menggunakan ulos Tondi (kain Tidak boleh melilitkan
anduk/ kain di khusus), agar ibu dan bayinya sehat leher ibu hamil, agar bayi tidak
terlilit pada waktu melahirkan kelak tali pusat Tidak boleh minum air terlalu banyak
karena bila melahirkan nantinya akan terlalu banyak air atau anak kembar Pantang
makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit
Dianjurkan minum air kelapa muda Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring
dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 9 bulan Dilarang
menucapkan beberapa kata- kata pantanganPeran Perawat pada kasus tersebut:1.
Mengkaji tingkat stress klien2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli
dan Sunda ) dari pasien dan keluarga serta mencarinya di literatur3. Menkaji faktor-
faktor budaya yang bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat stress klien4.
Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga

 30. 5. Perawat bersama dengan keluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan
atau dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien dan mertua)6. Menjelaskan
pada keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan7. Melibatkan
keluarga untuk bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan faktor
budaya

 31. BAB II TINJAUAN TEORITISPERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM


KEPERAWATAN a) Pengertian Transkultural adalah sub bidang keperawatan yang
difokuskan pada studi komperatif dan analisis dari berbagai kultur dan subkultural
dengan mempertimbangkan perilaku kasih sayang mereka;asuhan keperawatan,dan
nilai- nilai sehat sakit,keyakinan dan pola-pola perilaku(Leininger 1978) b) Tujuan
Mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal(Leininger
1978) Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain,sedangkan kebudayaan yang universal
adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir
semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk memperbaiki kesehatan.Sangat
penting untuk perawat yang bekerja dengan individu,kelompok,keluarga atau
komunitas dengan keyakinan nilai dan praktik budaya yang unik.Keperawatan
transkultural mencakup pengintegritasian pandangan,pengetahuan,dan pengalaman
budaya dalam semua area proses keperawatan ;walau demikian model ini tidak
memberikan panduan untuk mengkaji klien,individu,kelompok atau komunitas juga
tidak memadu diagnosis,perencanaan,dan intervensi keperawatan.Model itu menjadi
pedoman untuk membangkitkan teori-teori bagi praktik keperawatan dalam budaya
khusus. Negosiasi budaya atau intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya.Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan,misalnya jika

 32. klien sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau
amis seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein
nabati yang lain. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan
implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya
dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat
kompleks dan sistematis secara ilmiah yang secara konstektal melibatkan banyak
hal,seperti bahasa yang digunakan,tradisi,nilai historis yang teraktualisasikan,serta
ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami
perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas termasuk organisasi
pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah pantai,pegunungan
atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk system nilai yang
diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanisI. KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21 termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin besar. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat, yang dapat dilambangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan.Perkembangan teori keperawatanx terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan practice
theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah
Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan

 33. dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep


keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.II.
KONSEP DAN PRINSIP DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL i. Konsep dalam asuhan keperawatan traskultural 1) Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya
adalah suatu komplek yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral,
hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai
aggota komunitas setempat. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya
tang sama persis. Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis, karena budaya
tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari. 2)
Nilai budaya Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan
dan keputusan. 3) Perbedaan budaya

 34. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dari pemberian asuhan keperawatan.4) Etnosentris Adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-
budaya yang dimiliki oleh orang lain.5) Etnis Etnis berkaitan dengan manusia dari ras
tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan
yang lazim.6) Ras Merupakan system pengklarifikasian manusia
berdasarkankarakteristik fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada
tubuh dan bentuk kapala. Ada 3 (tiga) jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu
kaukasoid, negroid dan mongoloid.7) Etnografi Adalah ilmu yang mempelajari
budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan
saling timbal balik diantara keduanya.8) Care Adalah fenomena yang berhubungan
dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok.9)
Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan yang nyata.10)
Cultural care Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kamatian dengan damai.

 35. 11) Cultural imposition Berkenaan dengan kecendrungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. ii. Prinsip
dalam asuhan keperawatan transcultural 1. Culture care preservation/maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan 2.
Culture care accumodation/negotiation Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan
klien. 3. Culture care reppatterning/restiueturing Yaitu prinsip merekontruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien kearah yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan
transcultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing
care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang
bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.III.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYAA. Pengkajian Asuhan
Keperawatan Budaya Asuhan keperawatan sebagai suatu proses atau rangkaian
kegiatan kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesui dengan
latar belakang budayanya. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalahkesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien.

 36. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “sunrisemodel”


yaitu 1. Technological factor ( faktor teknologi ) Perawat perlu mengkaji : persepsi
klien tentang sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatife dan persepsi
klien tentang penggunaan data dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini. Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih dampak positif atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. 2. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan
falsafah hidup) Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
penobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya. 3. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga ) Pada
tahap ini perawat harus mengkaji faktor – faktor : nama lengkap, nama panggilan,
umur, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Cultural
value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup ) Nilai – nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik
atau buruk. Norma – norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang menjadi pantangan dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari – hari dan kebiasaan membersihkan
diri.

 37. 5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan indivudu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.6. Economical factors ( faktor ekonomi ) Klien
yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber – sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.7. Educational factors ( faktor
pendidikan ) Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan
klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi
saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya. Beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian budaya adalah : a. Tidak
menggunakan asumsi b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik,
misalnya orang batak galak, orang padang pelit
 38. c. Menerima dan memahami metode komunikasi d. Menghargai perbedaan
individual e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu f. Tidak boleh
membeda – bedakan keyakinan klien g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan
pribadiIV. BEBERAPA INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA Keragaman Budaya
Dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Alat Pengkajian Warisan Budaya1.
Dimana ibu Anda lahir?2. Dimana ayah Anda lahir?3. Dimana kakek –nenek Anda
lahir? a. Ibu dari ibu Anda? b.Ayah dari ibu Anda? c. Ibu dari ayah Anda? d. Ayah dari
ayah Anda?4. Berapa saudara laki-laki . . . . . dan perempuan . . . .5. Dimana Anda
dibesarkan? Desa . . . . Kota. . . .Pinggir kota . . . .6. Dimana orang tua Anda
dibesarkan? Ayah . . . . Ibu . . . .7. Berapa usia Anda ketika datang ke Amerika
Serikat?8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Amerika Serikat? Ayah . . . .
Ibu . . . .9. Ketika Anda dibesarkan ,siapa yang tinggal dengan Anda? Keluarga
inti . . . . atau . . . . Keluarga besar . . . .10. Apakah Anda mempertahankan
dengan . . . . . a. Bibi,paman,sepupu Ya Tidak b. Saudara laki-laki dan perempuan Ya
Tidak

 39. c. Orang tua Ya Tidak d. Anak Anda sendiri Ya Tidak11. Apakah kebanyakan dari
bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? 1. Ya 2. Tidak12. Kira-kira
seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah
Anda? 1. Setiap hari . . . . 2. Setiap minggu . . . . 3. Setiap bulan . . . . . . 4. Hanya
liburan khusus . . . . 5. Tidak pernah . . . . .13. Apakah nama asli keluarga Anda
diganti? 1. Ya 2. Tidak14. Apakah kepercayaan Anda? 1. Katolik 4.Lain-lain 2. Islam
5.Tidak ada 3. Protestan . . . . Deromilasi . . . .15. Apakah pasangan Anda mempunyai
kepercayaan yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .16. Apakah pasangan
Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .17.
Anda sekolah di mana? 1. Pemerintah . . . . 2. Swasta . . . . . 3. Seminar/pesantren . . . .
18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di daerah di mana tetangga
mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2.
Tidak . . . .19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .
20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? 1.
Ya . . . . 2.Tidak . . . .21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda?

 40. 1. Lebih dari satu minggu . . . . 4. Sekali setahun/kurang . . . . 2. Setiap minggu . . .


. 5. Tidak pernah . . . . 3. Setiap bulan . . . . .22. Apakah Anda mempraktekkan
keagaman Anda di rumah? 1. Ya . . . .(bila ya sebutkan tempatnya) 4. Membaca kitab
suci . . . . 2. Tidak . . . . 5. Diet . . . . 3. Berdoa . . . . 6. Merayakan hari
besarkeagamaan . . . .23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang
etnik Anda? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktifitas
etnik? 1. Ya . . . . (bila ya,sebutkan tempatnya) 5. Berdansa . . . . 2. Tidak . . . . 6.
Festival . . . . . . 3. Bernyanyi . . . . 7. Adat istiadat . . . 4. Perayaan hari besar . . . . 8.
Lain-lain . . . . . . .25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama
dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .26. Apakah teman Anda dari latar belakang
yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .27. Apakah bahasa asli Anda?28.
Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut? 1. Terutama . . . . 2. Kadang-kadang .
. . . 3. Jarang . . . .29. Apakah Anda membaca dalam bahasan asli Anda? 1. Ya . . . . 2.
Tidak . . . . Makin besar jumlah jawaban ya,makin kuat klien memiliki keturunan
tradisional (satu jawaban tidak,Yang menunjukkan identitas keturunan adalah
“Apakah nama Anda diganti?” Tahun 1920,populasi ini percampuran luas orang dari
banyak negara,berbicara bahwa yang berbeda dan memandang dengan pandangan
yang sangat beragam tentang keyakinan dan praktik kesehatan sensus tahun 1980
adalah upaya pertama yang

 41. dilakukan untuk membagi-bagi populasi berdasarkan negara asal.Kelompok


terbesar adalah Jerman,Inggris,Irlandia dan Perancis. Ini adalah sketsa Demografi
singkat tentang populasi :  Usia rerata dari populasi ini pada tahun 1990 adalah 34,4
tahun.  74,6% dari anggota populasi yang berusia lebih dari 25 tahun telah
menyelesaikan pendidikan Sekolah tinggi.  Pendapatkan pribadi bagi individu yang
bekerja purna waktu pada tahun 1989 rata-rata $ 31,419.  8,8% dari individu yang
berusia lebih dari 25 tahun dalam kelompok ini berada di bawah garis ke miskinan
pada tahun 1991. Penyebab Dan Pencegahan Penyakit Bagi suku Eropa –
Amerika,keyakinan tradisional tentang penyebab penyakit adalah banyak dan
beragam. Contoh: melanggar peraturan keagamaan,pemajanan terhadap faktor
penyebab seperti hukuman dari Tuhan,kutukan,perubahan iklim,penyalahgunaan
tubuh. Metode untuk pencegahan penyakit yang ditemukan diantara suku Eropa
Amerika termasuk diet ,olah raga,ritual keagamaan dan mengenakan jimat. Ramuan
Ini adalah ramuan yang dilaporkan diantara suku Eropa-Amerika Malocchio adalah
semacam terompet dari Itali yang dikenakan untuk mencegah mata setan. The
Hunchbacked Man Gobo yang di pasangkan pada terompet memberikan perlindungan
ekstra,ia mengenakan sepatu tapal kuda untuk Keberuntungan pada tangan kanannya.
Menjulurkan jari telunjuk dan jari kelingking dari tangan kanannya untuk mengusir
setan. Sirup Black Draught digunakan sebagai laksatif dibeli dengan bebas.Sloans
Liniment membantu dalam peredaan semantara nyeri ringan yang diakibatkan oleh
artritis dan penyakit lainnya. Olbas dan magentropfen adalah obat yang dijual di
Jerman untuk mengobati sakit tenggorok dan kurang nafsu makan.Alat Pengkajian
Organisasi Sosial Etnokultural

 42.  Data demografik meliputi :  Ukuran populasi total dalam kota/desa  Dibagi-
bagi berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target  Dibagi-bagi
berdasarkan usia  Pendidikan  Pekerjaan  Pendapatan  Keyakinan tentang
kesehatan tradisional dan penyakit yang ditemukan dalam kelompok target.  Praktek
kesehatan tradisional dan terhadap penyakit dalam kelompok target.  Penggunaan
dan sumber pengobatan di rumah.  Identitas penyembuh tradisional (dukun).Faktor
Kultural Dan Proses Keperawatan Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien
dari latar belakang yang berbeda- beda harus was Pada dan sensitif terhadap keunikan
warisan budaya dan tradisi kesehatan mereka sendiri dan kemudian terhadap latar
belakang sosio-kultural klien. Mereka harus mengkaji dan mendengarkan dengan
cermat terhadap praktek dan keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses
keperawatan memberdayakan perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat
individual dan dapat diterima untuk memberikan asuhan yang sensitif secara kultural.
V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA A. Perawatan Lansia. Masa dewasa tua
(lansia ) dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun. Petugas kesehatan lebih
banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan kesehatan karena itu
merka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi kebutuhan khususnya.
Asuhan keperawatan pada lansia adalah proses kompleks dan menantang yang harus
memperhitungkan hal –hal berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia
( Lueckenotte 1994).
 43. 1. Pengkajian. Keperwatan Gerontologis memberikan pendekatan kreatif
unutukmemaksimalkan potensi klien lansia. Dengan pengkajian informasi
komperehensiptentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat
menidentifikasikebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat
memprtahankankemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan
psikososial danspritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk
terikat secaraaktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan
informasipenting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada
perkembanganfisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang
perubahan iniuntuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka
beradaptasiterhadap perubahan. Perawat juga harus mempertimbangkan kemungkinan
perubahansensori yang dapat mempengaruhi problem data. Perawat juga
harusmempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat
pendengarankarena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak
memahami isyaratvisual atau pendengaran, pengkajian mungkin tidak akurat. Misalny
a jika klienmengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak
tepat dapatmenyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien
lansia mungkinmengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami
beberapa perubahan,Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien
tergantung pada kesehatan,gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan.2. Diagnosa
Keperawatan. Data secara sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian
adalah halyang esensial dalam keperawatan gerontologis, karena status klien sering
beubahBeberapa diagnosa keperawatan mempunyai beberapa faktor yang
berhubunganIndentifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin
untuk setiapdiagnosa memberikan arahan dalam mengembangkan intervensi
keperawatan,.Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan
penyebabnya adalahlebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data
memerlukan pertimbanganterhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga
presepsi klien lansia tentangstatus kesehatannya. Validasi data dari keluarga,
kolega,perwat, profesi kesehatan laindan catatan rekam medis mungkin diperlukan.
Pengkajian data yang terdiri dari

 44. karakteristik subjek dan objektif penting untuk validasi diagnosa


keperawatan.Pengkajian yang akurat esensial karena perawatan dibuat atas dasar
tersebut.3. Perencanaan. Rencana Keperawatan pada lansia pada kegiatan mencegah,
meningkatkan,mengurangi atau menghilangkan masalah . Prioritas ditetapkan, tujuan
klien dan hasilyang diharapkan dan intervensi yang cocok dipilh. Hal tersebut
dilakukan denganpartisipasi klien sehingga intervensi dapat dimengerti dan masalah
dalam melakukanintervensi dapat dihindari. Pertimbangan perwat tentang pengalaman
hidup serta nilaidan pola sosial kultural dikembangkan, harus bertindak sebagai dasar
rencanaperawtan individu. Tujuan penetapan perawatan pada lansia harus
mencerminkan pertimbanganfaktor yang mempengaruhi pertambahan usia normal,
memelihara kemandirian sebisamunkin , dan memudahkan tingkat kenyamanan dan
koping optimal. Meskipun kadang–kadang membutuhkan waktu yang lebih banyak
dan sulit , melibatkan klien lansiadalam proses perencanaan keperawatan memberi
kebebasan maksimal pada aktivitasmerawat diri endiri dapat meningkatkan kesehatan
fisik dan psikososial. Dalam kasusdimana keadaan kognitif klien menghambat
keikutsertaanya dalam menetapkan tujuanhasil serta intrervensi perencanaan, keluarga
harus ada didalamnya. Keluarga danteman adalah sumber data ketika
mengembangkan rencana perawatan individu karenamerka mengetahui klien sebelum
terjadi kelemahan. Mereka dapat memberikan tentangprilaku klien dan mengusulkan
metode penatalaksaanya.4. Implementasi. Implementasi keperawatan pada lansia
dapat mencangkup peningkatan danpemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial ,
keadaan rumah, ;pengobatan mandiri,penyesuaian, dan penghematan. Hal tersebut
penting untuk dimaksukkandidalamkegiatan rutinitas atau ritual klien jika mungkin.
Intervensi secara umumdiitunjukkan pada memfasilitasi kemandirian dan mendukung
kemampuan perawatandiri. Aktivitas perawatan membutuhkan lebih banyak waktu
karena respons yang lebihlambat, banyak masalah, dan hubungan yang dekat antara
aspek fisik dan psikososialpenuaan.

 45. 5. Evaluasi Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam
memenuhi hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi
dan perubahan apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan
dapat direvisi atau dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin
terpengaruh sesuai perubahan tujuan. Klien dan keluarga termasuk dalam
pengembangan rencana keperawatan, masukan dari mereka dalam mengevaluasi
hhasil perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada lansia sangat individual.
Perubahan seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi mungkin jarang
atau sering dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan intervensi
menentukan frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari
komplikasi kulit karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika
intervensinya penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu.
Perawat memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam
mengevaluasi rencana intrevensi dan kemajuan.VI. PERAWATAN MENJELANG
DAN SAAT KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang
sangat penting bagi keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat
harus dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal
untuk meningkatkan kualitas hidup. Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu
proses yang progresi menuju kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan
fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasian caring pada
klien menjelang ajal berupa:A. Peningkatan kenyamanan Kenyamanan bagi klien
menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology society and the
American Nurses Association,1974) Hal hal yang harus diperhatikan dalam
peningkatan kenyamanan

 46. 1. Kontrol nyeri Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu
klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi
kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis. 2. Ketakutan
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa
ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang
setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu. 3. Pemberian terapi dan
pengendalian gejala penyakit. Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat
mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian
terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran
penyakit. 4. Higiene personal Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang
harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman.B. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat
perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar
klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. Dalam
pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada
juga perawatan dirumah atau perawatan hospice. 1. pemeliharaan kemandirian di
rumah sakit Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit
diberikan kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat dalam pemeliharaan
kemandirian di rumah sakit : o Perawat harus mengimformasikan klien tentang
pilihan o Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien

 47. o Perawat tidak boleh memaksakan bantuan o Perawat memberikan dorongan


kepada keluarga untuk memberikan kebebasan klien membuat keputusan. 2.
pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice) Adalah perawatan yang
berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien sakit terminal untuk
dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin
sepanjang proses menjelang ajal. Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen
perawatan hospice sebagai berikut : o Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan
pelayanan rawat jalan dibawah administrasi rumah sakit o Kontrol gejala
(fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ). o Pelayanan yang diarahkan dokter o
Perawtan interdisiplin ilmu o Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang
waktu o Klien dan keluarga sebagai unit perawatan o Tindak lanjut kehilangan karena
kematian o Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim o Penerimaan
kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada
kemampuan untuk membayar.C. Pencegahan Kesepian dan isolasi Untuk mencegah
kesepian dan penyimpangan sensori perawat menintervensi kualitas lingkungan. Hal-
hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi 1. Tempatkan pasien pada
ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak perlu ruangan tersendiri, kecuali
pada keadaan kritis atau tidak sadar. 2. libatkan klien dalam program perawatan sesuai
kemampuan klien, agar klien merasa diperhatikan.

 48. 3. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulus yang
bermakna. 4. memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau
surat dari anggota keluarga. 5. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian 6.
Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani klien.
D. Peningkatan ketenangan spiritual Memberikan ketenangan spiritual mempunyai
arti lebih besar dari sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memberikan dukungan
kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat,
klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan keyakinan yang
berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien
dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan
keyakinan, perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan
klien. E. Dukungan untuk keluarga yang berduka dukungan diberikan agar keluarga
dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi duka berkepanjangan. Hal-hal
yang dilakukan perawat, perhatikan 1. perawat harus mengenali nilai anggota
keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien
menjelang ajal. 2. mengembangkan hubungan suportif. 3. menghilangkan ansietas dan
ketakutan keluarga 4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin
dilibatkan.PERAWATAN SETELAH KEMATIAN

 49. perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah
kematiankarena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase
sakit. Dengandemikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien
dengan martabat dansensitivitas.Peran perawat : 1. perawat menyiapkan tubuh klien
dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin 2. perawat
memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien 3. perawat
memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien 4. perawat
harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu keluarga yang berduka

 50. BAB III TINJAUAN KASUSKASUS PEMICU 3 : seorang pasien laki-laki


berusia 67 thn mendapat serangan stroke nonhoemoragic dan dirawat diruang
perawatan jenis semi intensif sebuah rumah sakit. Kesadaranpasien baik, namun
pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah kanan tubuhnya dan mengalamikesulitan
bicara. Pasien seringkali menolak bantuan perawat untuk pemenuhan
perawatanhariannya. Pasien meminta supaya istrinya yang merawat dan
menemaninya. Kebijakan rumahsakit melarang anggota keluarga menunggu di dalam
ruangan perawtan isteri pasien hanyaboleh menemani pasien pada saat waktu
kunjungan. Isteri pasien selalu menunggu di ruangperawatan dan ingin membantu
merawat suaminya. Pertanyaan : analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya
dan transkultural yangtelah saudara pelajari bagaimana perawat bila dihadapi pada
situasi diatas, apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk membnatu pasien dan
keluarga.Jawaban kasus Tn. : Konflik : Peraturan Rumah sakit dengan nilai yang
dianut oleh pasien. Peraturan RS ; Tidak membolehkan keluarga menunggu didalam
ruangan Seluruh kebutuhan pasien dipenuhi oleh perawat (ADL) Nilai yang dianut
pasien : Ingin didampingi dan dirawat oleh istrinya Menurut kelompok,dipandang dari
konsep keperawatan transcultural ; berdasarkan teori model transkultural ( sunrise
model ) 1. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga )
Dihubungkan dengan kasus didapatkan bahwa klien adalah seorang kepala keluarga
sebagai pengambil keputusan. 2. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya
dan gaya hidup )

 51. Dilihat dari segi kebudayaan klien masih menganut kebiasaan timur dimana
seorang istri menjadi keharusan melakukan kewajiban melayani suami sebagai kepala
keluarga 3. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup)
Dipandang dari segi agama klien masih menganut kepercayaan yang kuat terhadap
norma agama. Contoh : tidak boleh bersentuhan dengan wanita selain istri dan
anaknya. 4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )
Sebagai kepala keluarga klien memegang budaya yang menganggap bahwa sudah
seharusnya seorang istri mendampingi seorang suami dalam keadaan sakit, klien
beranggapan budaya ini adalah budaya yang baik. 5. Political and Legal factors
( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku Dalam kasus ini peraturan rumah sakit
melarang keluarga untuk menunggu klien yang sedang dirawat diruang semi intensif.
Yang merupakan hasil kebijakan rumah sakit. Kelompok mengambil suatu
kesimpulan kebijakan RS berdasarkan suatu standar perawatan untuk mencegah
infeksi nosokomial. Dalam kasus ini kelompok berpendapat dipandang dari konsep
perawatantranskultural dan perawatan usia lanjut, perawat mengambil kebijakan
denganmembolehkankan istrinya ada didalam ruangan pada saat kebutuhan ADL
seperti pada saateliminasi bab dan bak,makan,minum obat oral,memandikan atau
kebutuhan lain dimanamemang kehadiran istri sangat dibutuhka.Diluar itu
istri/keluarga dpersilahkan menunggudiluar.ruangan. .

 52. BAB II ISI DAN TEORIII.A.Perspektif transkultural dalam keperawatan.


II.A.1.Pengertian Transkultural Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal
dari kata trans dan culture, Trans berarti alur perpindahan , jalan lintas atau
penghubung. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang ,
melintas , menembus , melalui.Cultur berarti budaya menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kultur berarti : kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.sedangkan
Kepercayaan, nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok
dan diteruskan pada generasi berikutnya ,sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat
istiadat. dan kebudayaan berarti : Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi )
manusia seperti kepercayaan ,kesenian dan adat istiadat.serta keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunya Jadi ,transkultural dapat diartikan sebagai : lintas budaya
yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain -
Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial -
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras ,
yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien)Leininger ( 1991 ). A.a. Peran dan Fungsi TranskulturalBudaya
mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , pentingbagi
perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnyakebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri ,
pekerjaan , pergaulansocial , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan ,
hubungan kekeluargaaan ,peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga
terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak
seluruhnya menganut pandangankelompok kultur yang lebih besar atau memberi
makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga

 53. saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.Nilai – nilai budaya Timur ,


menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanandari dokter pria .
Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari
dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih
kentaldengan hal – hal yang dianggap tabu.Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin
ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadappelayanan perawatan . Perawatan
Transkultural merupakan bidang yang relatipe baru , iaberfokus pada studi
perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan danhubungannya
dengan perawatannya .Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik
budaya yang ditujukan untukpemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) .
II.A.1.keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan II.A.2
Konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural1. Budaya adalah norma
atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dandibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.2. Nilai budaya adalah
keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dankeputusan.3.
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
daeipemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai
nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yangdatang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggap bahwabudayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain.5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau
kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri- ciri dan kebiasaan yang lazim.6.
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan
asalmuasal manusia7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologi pada penelitian

 54. Etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi


pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajarilingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhanbaik aktual maupunpotensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.9. Caring adalah tindakan
langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu,
keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.10.Cultural Care berkenaan dengan
kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang
digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberikesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembangdan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.11.
Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untukmemaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yangdimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Prinsip-prinsip : a. Jangan gunakan asumsi. b. Jangan membuat streotip bisa terjadi
konflik misalnya : orang padang pelit, orang jawa halus. c. Menerima dan memahami
metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Menghargai kebutuhan
personal dari setiap individu. f. Tidak privasi terkait kebutuhan pribadi. II.A.3.
Pengkajian asuhan keperawatan dalam transkultural.

 55. Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan kliensesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar,1995). Pengkajiandirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
SUNRISE MODEL, yaitu : 1. Faktor tehnologi (tecnological factors) Tehnologi
kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji :
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat, atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi permasalan
kesehatan saat ini. 2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factor) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistik bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan. 3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors) Pada tahap ini yang harus dikaji perawat adalah : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin status, tipe keluarga, pengambil
keputusan dalam keluarga,dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Nilai-nilai
budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik
dan buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Pada faktor ini yang perlu dikaji
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan,makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktifitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle,
1995). Pada tahap ini yang perlu dikaji adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien
yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
adalah: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain seperti ansuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluaraga. 7. Faktor pendidikan (educational factor) Latar
belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien mka

 56. keyakinannya didukung oleh bukti=bukti ilmiyah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.II.A.3.Beberapa instrument
pengkajian budaya. A.3.1 Nurse Client Negotiations Model Pegkajian kultural dan
perencanaan keperawatan bsgi mereka yang berasal berasal dari latar belakang budaya
berlainan. Mengakui perbedaan gagasan perawat dan klien tentang kesehatan,
penyakit dan pengobatan. Menurut Kleinman 1978 :  Arena populer , konteks
keluarga tentang penyakit, perawatan jaringan soaial dan perspektif masyarakat. 
Arena profesional, pengobatan ilmiah dan tradisi sehat.  Arena rakyat, peran ahli
pengobatan/penyembuhan yang tidak profesional(dukun). 3.1a. Enam fenomena
kultural : a) Komunikasi Verbal, bahasa utama dan non verbal. b) Ruang pribadi
Tindakan lebih menonjol daripada kata-kata. c) Organisasi sosial Prilaku didapat,
cirikhas budaya, nilai berorientasi internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan
keputusan bersama keluarga. d) Waktu Bagaimana cara mengkaji waktu, konsep
waktu. e) Kendali lingkungan Lokus kontrol, cara mengevaluasi sistem kesehatan. f)
Variasi biologis Struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik dan psikologis.
Menurut Anderson ( 1990 ) alat untuk memahami perspektif dari sudut pandang
klien : a. Menurut anda, apa yang menjadi penyebab masalah ini? b. Menurut anda,
mengapa mulai ada masalah ini? c. Apa akibat penyakit itu bagi anda, bagaimana bisa
begitu? d. Separah apa sakit anda? Apakah anda akan sakit lama / sebentar? e.
Pengobatan apa yang anda pikir sebenarnya anda terima? f. Hasil terpenting apa yang
anda harap dapat diperoleh dari pengobatan ini? g. Masalah besar apakah yang
dibutuhkan penyakit anda? h. Apa yang paling anda takutkan dari penyakit anda?
3.1.b.Pendekatan atau langkah – langkah untuk memberikan yang peka budaya : 1)
Memadukan pengajaran klien berdasarkan data dari langkah terdahulu. 2)
Mengidentifikasi adaptasi yang dilakukan klien. 3) Membiasakan diri dengan budaya
klien.

 57. 4) Mengkaji budaya perorangan. A.3.2.Culturally Competent Model of Care


Menurut Campiata-Bacode ( 1995 ) ; kompetensi kultural yang terdiri atas
seperangkat perilaku, sikap dan kebijakan yang kompeten memungkinkan sistem,
lembaga/proffesional bekerja secara efektif dalam lingkungan dan lintas budaya.
Kompetensi melibatkan 4 komponen ;  Kesadaran kultural / cultural awarenes
Mengkaji etnik / latar budaya lain.  Pengetahuan kultural / cultural knowledge
Memperoleh pendidikan dan cara pandang dalam kebudayaan.  Keterampilan
kultural / cultural skill Cara melakukan pengkajian yang akurat.  Pertemuan kultural
/ cultural encounter Interaksi dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam.
A.3.3.Proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latarlatar belakang budaya klien ( Biger and
Davidhizar,1995 ). Pengkajian dirancang berdasarkan tujuhkomponen ( sunrise model
), yaitu ;1. Faktor tehnologi / tecnological factors Perawat mengkaji ; persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat / mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif, persepsi klien tentang
pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi masalah kesehatan.2. Faktor agama dan
falsafah hidup / religous and philodophical factors Yang dikaji perawat ; agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.3.
Faktor sosial dan keterikatan keluarga /kinship and social factors Hal yang dikaji ;
nama lengkap, nama panggilan, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup / cultural value and life ways Yang
perlu dikaji ; posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku / political and legal factors
Meliputi ; pengkajian peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu dan cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.6. Faktor ekonomi / econnomical factors

 58. Hal yang dikaji ; pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki keluarga,(biaya dari sumber lain ( asuransi, penggantian biaya dari kantor,
patungan antar anggota keluarga).7. Faktor pendidikan / educational factor Hal yang
dikaji ; tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan / tingkat kemampuan untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.II.B.Aplikasi transkultural pada beberapa masalah kesehatan. II.B.1.Aplikasi
transkultural pada masalah penyakit kronis. II.B.2.Aplikasi transkultural pada
gangguan nyeri. B.2.1. Definisi nyeriAdalah cukup beragam,sebagian karena rasa
sakit kompleks dan sebagian karena banyakpandangan yang berbeda dari rasa nyeri.
Nyeri adalah sensasi rasa dengan kerusakan jaringanyang nyata atau potensial
melibatkan gangguan kimia di sepanjang jalur neurologis.Kompetensi cultural
perawat dalam merawat klien dengan nyeri.Identifikasi sikap personal.- Bina
hubungan efektif Perawat – klien.- Bangun kompetensi perawat.- Kaji nyeri.-
Management nyeri.- Tanggung jawab yang jelas.Kompetensi perawat pada perbedaan
budaya dengan klien respon nyeri.Ekspresi rasa sakit bervariasi dari budaya ke
budaya dan dapat bervariasi dari orang keorang dalam suatu budaya.sebagai contoh:-
America AfricaBeberapa orang percaya rasa sakit dan penderitaan adalah bagian dari
kehidupan dan akanbertahan.Beberapa percaya bahwa doa menengadahkan tangan
akan bebas dari penderitaan dari rasasakit.Beberapa orang mungkin menolak atau
menghindari berurusan dengan rasa sakit sampai iamenjadi tak tertahankan.- Meksiko
AmericaCenderung untuk melihat rasa sakit sebagai bagian dari kehidupan dan
sebagai indicator darikeseriusan penyakit.Beberapa percaya bahwa rasa sakit yang
abadi adalah tanda kekuatan.

 59. Banyak cenderung keras dan vocal dalam ekspresi nyeri mereka. Ini adalah cara
belajaruntuk mengatasi sosial dan penting untuk perawat tidak menghakimi atau
menolak.- Asia AmericaNilai – nilai budaya cina diam akibatnya beberapa klien
tenang ketika sakit karena merekatidak ingin menimbulkan aib untuk diri dan
keluarga mereka.Jepang mungkin memiliki rasa lebih tabah ( minim ekspresi verbal
dan non verbal 0 responterhadap sakit.Mereka bahkan menolak obat nyeri.Filipina
mungkin klien percaya bahwa rasa sakit adalah kehendak Tuhan, Beberapa
lansiaFilipina juga menolak obat nyeri.Native AmerikaSecara umum penduduk asli
Amerika yang tenang kurang ekspresif secara lisan dan nonverbal dapat mentolelir
tingkat tinggi rasa sakit. Meereka cenderung untuk tidak memintaobat penghilang rasa
nyeri dan dapat mentolelir rasa sakit mereka sampai secara fisik merekacacat.-
Amerika ArabTanggapan nyeri dianggap pribadi dan dicadangkan untuk segera pada
keluarga, tidakdengan professional kesehatan.Akibatnya hal ini dapay menyebabkan
persepsi yang salingbertentangan antara anggota keluarga dan perawat mengenai
efeaktifitas nyeri klien. B.2.2.PERSPEKTIF BUDAYA TRANSKULTURAL PADA
KEPERAWATANKeperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat dapatdikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam prakter keperawatan.
Salah satu teorikeperawatan adalah transkultural nursing teori. Teori menjabarkan
konsep keperawatan yangdidasari oleh pemahaman tentang perbedaan nilai – nilai
cultural yang melekat dlammasyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikankeanekaragaman budaya dan nilai – nilai dalam penerapan
askep pada klien.Bila hal tersebutdiabaikan oleh perawat akan mengakibatkan
KULTURAL SHOCK.Kultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampuberadaptasi dengan adanya perbedaan nila budaya dan
kepercayaan. hal ini dapatmenyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan,ketidskberdayaan, dan beberapa mengalamidisorientasi. Salah satu
contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalaminyeri.Pada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasanyeri dengan berteriak atau menangis, tapi karena perawat memiliki kebiasaan
bila nyerihanya dengan meringis pelan , bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan.Makaketika mendapati klien tersebut menangis atau berteriak maka
perawat meminta untukbersuara pelan atau berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap mengganggu pasienlainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunankualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.

 60. II.B.3.Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental Perbedaan –


perbedaan agama dan kultural mengandung implikasi terhadap perawatankarena
pasien dan perilakunya dipengaruhi oleh latar belakang agama serta
kebudayaannya.Perawat perlu mempertimbangkan latar belakang kehidupan pasien
ketika mengumpulkandata, mengidentifikasi kebutuhan perawatan, dan merencanakan
pemenuhan kebutuhantersebut kalau ia ingin perawatan yang diselenggarakannya
mencapai efektifitas maksimum.Perawatan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan
praktek kehidupan pasien sering takdapat diterima oleh pasien. Kalaupun pasien
menerimanya juga, perawatan serupa itu dapatmerugikan karena perasaan bersalah
dan penyimpangan dari kelompok agama serta kulturalyang ditimbulkannya mungkin
sekali mengancam ketenangannya.Misalnya praktek diet pasien berdasarkan
pertimbangan agama dan budaya dapat disesuaikanoleh tenaga kesehatan. Bagian gizi
rumah sakit mensupply pasien dengan hidangan yangsesuai dengan praktek diet
khusus. Pendidikan pasien dan keluarganya tentang dietterapeutik dapat pula
dilakukan dalam kerangka praktek agama dan budaya tertentu.Perawat didorong
memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeliharaannya perawatmungkin
menemukan bahwa pasien dari latar belakang budaya tertentu cenderungmemerlukan
penjelasan yang lebih mendetail dibanding pasien dari kelompok lain. Perawatjuga
mungkin menemukan bahwa pasien dari kultur lain lagi cenderung lebih tertarik
untukberpartisipasi dalam perencanaan perawatan dibandingkan dengan pasien
lain.Harus diingat bahwa penjelasan dan partisipasi diartikan secara berbeda dalam
beberapakultur yang berlainan. Perawat perlu menyesuaikan pendekatannya terhadap
individu pasien.Sering terjadi bahwa perawat harus mempertimbangkan peran kultural
seseorang dalamkeluarga yang menetapkan sebagian besar keputusan. Dalam
beberapa kultur, peran serupaitu dipegang oleh suami atau ayah sementara dalam
budaya lain hak itu dipegang oleh nenekatau orang lanjut usia lainnya yang dihormati.
Bila perawat mengesampingkan hal ini ataumelanjutkan pelayanan perawatan tanpa
persetujuan orang tersebut dapat menimbulkankonflik atau pasien tidak
mengindahkan apa yang telah diajarkan.Perawat harus memastikan bahwa orang yang
penting peranannya tersebut terlibat dalamperencanaan pelayanan perawatan kepada
pasien. Dalam kultur-kultur di mana keluarga lebihdiutamakan daripada individu,
perawat harus menyadari bahwa tindakan pelayanan kesehatanyang berkepanjangan
dan mahal biasanya mungkin tidak dapat dilakukan karena dianggaptidak konsisten
dengan kesejahteraan keluarga.Bagi orang yang latar belakang budayanya tidak
mementingkan masa depan, pelayanankesehatan yang berfokus pada pencegahan dan
deteksi penyakit secara dini mungkinmemerlukan penekanan secara khusus.
Kombinasi pengobatan tradisional dan pengobatanprofessional dianggap
menguntungkan bagi sejumlah orang. Beberapa tenaga kesehatan yangmerawat
orang-orang yang banyak menggunakan pengobatan rakyat kini sedang

 61. mengadaptasi tindakan pelayanan kesehatan agar tidak bertentangan dengan


kepercayaanindividu pasien tetapi masih dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.Penyesuaian praktek kultural lain sedang dicobakan dalam beberapa lembaga
pelayanankesehatan. Misalnya, beberapa rumah sakit sedang melakukan penyesuaian
gunamemungkinkan anggota keluarga tambahan menjenguk pasien. Anggota keluarga
pasiensering dapat dilibatkan dalam pemeliharaan pasien dengan cara yang
mengandung maknabagi keluarga dan pasien. Sebagai contoh, memandikan dan
memberi makan pasien.Kesehatan mental adalah kemampuan mental atau kecakapan
intelektual individu. Penyakitmental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa,
atau gangguan jiwa, adalah gangguanyang mengenai satu atau lebih fungsi mental.
Penyakit mental adalah gangguan otak yangditandai oleh terganggunya emosi, proses
berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapanpanca indera). Penyakit mental ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dankeluarganya). Penyakit
mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,agama, maupun status
sosial – ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahanpribadi.Di
masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit
mental,ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat,
ada yangmenuduh bahwa itu akibat guna – guna, karena kutukan atau hukuman atas
dosanya.Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan
keluarganya karena si sakittidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat. Sekitar
20% dari kita akan mengalamigangguan mental pada suatu waktu dalam hidup kita.
Gangguan mental yang mungkindialami oleh tiap orang itu berbeda-beda dalam hal
jenis, keparahan, lama sakit, frekuensikekambuhan, dan cara pengobatannya.Ada
lebih dari 400 macam gangguan mental, tetapi yang umum dikenal masyarakat
hanyasatu saja, yaitu apa yang disebut “gila”. Akibatnya setiap orang yang datang
berkonsultasi kepsikolog atau berobat ke psikiater dikatakan gila, sehingga mereka
yang sesungguhnyamemerlukan pengobatan merasa malu untuk berobat. Padahal,
gangguan mental yang beratini (gila) hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari
sekian banyak macampenyakit/gangguan mental. Yang penting untuk diketahui,
penyakit mental dapat diobati.Seperti halnya orang dengan diabetes (kencing manis)
yang harus minum obat kencingmanis, demikian juga orang dengan gangguan mental
yang serius perlu obat untuk meredakangejala – gejalanya . Kita harus mencari
pertolongan untuk mengatasi gangguan mental sepertihalnya kita pergi berobat untuk
penyakit lainnya. Orang dengan penyakit mentalmembutuhkan dukungan atau
support, penerimaan dan pengertian dari kita semua. Merekajuga punya hak yang
sama seperti orang lain, bukan malah ditakuti, dijauhi, diejek atau

 62. didiskriminasi.Berikut ini merupakan contoh berbagai gangguan mental yang


sering dijumpai:• Depresi• Anxietas/Kecemasan• Gangguan Panik• Fobia (termasuk
Sosialfobia)• Obsesi Kompulsi• Skizofrenia• Gangguan Bipolar (Manik-Depresif)•
Ketergantungan Zat/Narkoba/Alkohol• Gangguan Stres Pasca Trauma• Retardasi
Mental• Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktif• Autisme BAB III Pembahasan
KasusKASUS 4 (sesuai pokok bahasan 4)Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun
dibawa ke sebuah rumah sakit karena pingsan padasaat rapat di kantornya. Setelah
diperiksa dilaboratorium, ditemukan kadar gula darahnyamencapai 450mg/DL. Pasien
telah dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus Tipe II.Dalam dua tahun,
pasien telah beberapa kali di rawat karena kondisi badannya sering lemah.Pasien yang
mengalami kegemukan telah dianjurkan untuk melakukan diet dan olah raganamum
pasien mengatakan kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budayaJawanya
makan makanan yang manis.Pertanyaan:Analisis kasus tersebut berdasarkan konsep
budaya dan transkultural yang telah saudarapelajari. Bagaimana peran perawat bila
dihadapkan pada situasi diatas? Apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk
membantu pasien?Analisa Kasus 4 1. Konsep Transkultural dalam Keperawatan 2.
Komunikasi therapetik. 3. Pengkajian Asuhan Budaya 4. Diagnosa 5. Intervensi
Transkultural

 63. 1.Konsep transkultural dalam keperawatan.Pada tahap pengkajian asuhan


keperawatan keluarga, merupakan tahap yang tidakmudah dilakukan. Hal tersebut
disebabkan oleh karena keluarga merupakan bagiandari masyarakat yang hidup dalam
suatu komunitas tertentu dengan berbagai latarbelakang baik budaya, ekonomi, social,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur,agama dan sebagainya. Setiap latar
belakang tersebut akan mempengaruhi keluargadalam penerimaan, kesadaran,
kemampuan khususnya dalam bidang kesehatan dankeperawatan.Terkadang faktor-
faktor tersebut di atas dapat mendukung kesehatan bahkan dapatjuga menghambat
tercapainya kesehatan yang optimal, misalnya saja pengetahuan.Apabila keluarga
mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan dankeperawatan, maka
keluarga akan dapat dengan mudah mengenali masalah kesehatan,memutuskan
tindakan, memelihara kesehatan anggota keluarga dan dapatmemanfaatkan fasilitas
kesehatan sebagai rujukan apabila penanganan di rumah tidakmenunjukkan hasil.
Namun apabila pengetahuan keluarga rendah maka fenomena diatas akan terjadi
sebalikya.Pada saat pengkajian di keluarga, perawat juga dapat mengalami kesulitan
BHSP(Bina hubungan saling percaya). Apabila perawat tidak dapat melakukan
pendekatankepada keluarga dan berhasil maka keluarga dapat terbuka dengan perawat
pengkajiandapat dilaksanakan dengan lancar, namun apabila hubungan saling percaya
tidakdibina maka pengakajian mengalami kesulitan.Di samping itu pengkajian
keperawatan keluarga terkadang tidak dapat dilaksanakansekaligus pada satu waktu,
yang diartikan tidak dapat selesai dalam waktu satu (1)hari. Hal tersebut dikarenakan
keluarga terkadang disibukkan oleh kegiatan rumahtangga, bekerja sehingga pada saat
perawat melakukan pengkajian, hanya mempunyaiwaktu beberapa saat. Sehingga
pengkajian dilanjutkan pada hari berikutnya.Pada format pengkajian, perlu pendataan
tentang riwayat imunisasi anak. Terkadangmuncul fenomena bahwa orang tua sering
lupa tentang riwayat imunisasi anaknyaatau KMS (Kartu Menuju Sehat) hilang maka
pengkajian riwayat imunisasi tersebuttidak lengkap. Di samping itu perlu pendataan
silsilah keluarga dalam bentukgenogram, namun terkadang mendapatkan kesulitan
dalam pelaksanaannya, misalnyakeluarga tidak dapat mengingat umur anggota
keluarganya, tidak dapat mengetahuipenyakit keturunan yang diderita oleh salah satu
anggota keluarganya. Sehinggagenogram tidak dapat terdokumentasi lengkap dimana
minimal terdokumentasi 3generasi.Adapun kelebihan Teori transkultural dalam
aplikasinya antara lain ::1. Data yang didapatkan lebih lengkap dan mengena karena
lebih mendekatkan padapengkajian transkultural atau budaya yang merupakan bagian
dari latar belakangkeluarga2. Pengkajian pada askep keluarga lebih spesifik dan lebih
jelas karena diarahkan kespesifikasi teori tertentu3. Adanya sumber data memperkuat
dan memperlengkap pemahaman tentang asuhankeperawatan keluarga.

 64. 4. Memfasilitasi keluarga mengenali lebih jauh kesehatan keluarga dan


penanganannya Adapun keluarga Kekurangan Teori transkultural antara lain : 1. Perlu
waktu yang lebih lama karena perlu menggali data dari beberapa sumber 2. Jika hanya
berdasarkan tinjauan teoritis, data perkembangan kultur atau budaya tidak terkaji dan
tidak dapat mendapatkan dapat yang mendekati latar belakang keluarga 3. Pada
keluarga dengan kultur yang kuat dan keluarga berusaha untuk mempertahankan
budayanya dimana kultur tersebut bertentangan dengan kesehatan maka intervensi
perawat akan menemukan kesulitan untuk bernegosiasi dan merestrukturisasi
budaya.3. Pengkajian Asuhan Budaya a. Kaji persepsi sehat – sakit - Klien merasa
sakit bila sudah merasa tidak berdaya (pingsan) dan memerlukan bantuan untuk
dibawa ke rumah sakit dan mendapat pertolongan - Klien merasa sehat bila ia tidak
pernah merasakan adanya keluhan apapun b. Kaji kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan Klien akan berobat apabila sudah merasa sakit, klien tidak pernah
memanfaatkan teknlogi untuk pemanfaatan kesehatan c. Kaji alasan mencari bantuan
kesehatan Klien mencari bantuan kesehatan apabila merasa sudah tidak berdaya d.
Kaji alasan klien memilih pengobatan alternatif Klien tidak memilih pengobata
alternatif apapun. Klien lebih memilih berobat atau di rawat di rumah sakit e. Kaji
faktor agama dan falsafah hidup Klien mengetahui tentang penyebab penyakitnya,
tetapi klien mengatakan kesulitan untuk mengubah kebiasaannya makan makanan
yang manis dan menurunkan berat badannya (obesitas) serta kurang olah raga f. Kaji
faktor sosial dan keterikatan keluarga Nama Lengkap : - Umur : - Jenis Kelamin :
laki-laki Status : - Tipe keluarga : - Pengambilan keputusan dalam keluarga : -
Hubungan klien dengan kepala keluarga : - g. Kaji nilai - nilai budaya dan gaya hidup
Klien mempunyai kebiasaan makan makanan yang manis, klien tidak punya makanan
yang di pantang, klien mengalami kegemukan dan tidak melakukan diet serta jarang
olah raga dengan alasan kesulitan mengatur makanan karena faktor kebiasaan
 65. h. Kaji faktor ekonomi klien Pekerjaan klien : karyawan kantor Sumber biaya
pengobatan : tidak disebutkan i. Kaji faktor pendidikan klien Pendidikan klien : tidak
disebutkanDiagnosa: 1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan b/d sistem nilai yang di
yakini DS : 1. klien mengatakan susah mengubah kebiasaan makan makanan yang
manis. 2. klien mengatakan jarang berolahraga. 3. klien mengatakan tidak punya
pantangan makanan. DO : 1. Klien mengalami kegemukan, BB klien : tidak
disebutkan 2. Kadar gula darah klien 450 mg/DL.Perencanaan: 1.Identifikasi
perbedaan konsep klien dan perawat tentang kebiasaan makan makanan yang manis.
2.Berikan informasi kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan manis dengan gula
pengganti sesuai dengan diet yang dianjurkan. 3.Libatkan keluarga dalam intervensi
keperawatan. 4.Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya. 5.Berikan informasi tentang sistem pelayanan
kesehatan yang ada.

 66. BAB II ISIA. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan Tuntutan kebutuhan


masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap
asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi,
dimana perpindahan penduduk antarnegara dimungkinkan, menyebabkan adanya
pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi
memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta
dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan
terbagi menjadi empat level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle
range theory, dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range
theory adalah Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu
antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan, menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan dan
ketidakberdayaan. 1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan
Kesehatan Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan
cultur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trans berarti melintang, melintas,
menembus, melalui; cultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.
Jadi, transkultural dapat diarikan sebagai lintas budaya yang mempunyai efek bahwa
budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Pengertian Transkultural nursing
adalah suatu area / wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan; dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan, khususnya budaya / keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002). Adapun tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan tanskultural untuk
meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi dasar dari perilaku ini adalah perilaku caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberi dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai di kala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Human caring merupakan fenomena yang

 67. universal dimana ekspresi, struktur, dan polanya bervariasi diantara kultur
satutempat dengan tempat lainnya.Heritage ConsistencyTeori ini menggambarkan
tingkat dimana gaya hidup mencerminkan kontekscultural. Teori ini telah diperluas
dalam upaya untuk mempelajari tingkat dimangaya hidup mencerminkan budaya
tradisional, apakah berkebangsaan Afrika, Asia,Eropa, atau HispanikModel ini
mempunyai empat komponen, yaitu budaya, etnis, religi, dan sosialisasi.a. Budaya
Budaya atau kultur adalah sistem “metekomunikasi” yang di dalamnya tidak hanya
bahasa lisan mempunyai makna, tetapi juga segala sesuatu yang lain
(Matsumato,1988). Contoh: cara individu bereaksi terhadap percakapan seseorang,
kontak mata, memegang tangan.b. Etnisitas Etnisitas adalah rasa identitas diri yang
berkaitan dengan kultur sosial umum dan warisan budaya. Seseorang dapat dilahirkan
dalam suatu kelompok etnik tertentu tetapi dapat juga mengadopsi karakteristik dari
kelompok etnis lain.c. Religi Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat
Ketuhanan atau di luar kekuatan manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagi
pencipta dan pengatur alam semesta (Abramsom, 1980).d. SosialisasiParameter yang
Dipilih Untuk Cultural Care Nursinga. Kepercayaan tentang kesehatan dan praktek
Terdapat tiga cara pandang dari health belief menurut Andrews&Boyle (2002): 1)
Magicoreligious health belief: sakit dan sehat dikontrol oleh kekuatan supernatural. 2)
Scientific / biomedical health belief: hidup dan prosesnya dikontrol oleh proses fisik
dan biokimia yang dapat dimanipulasi oleh manusia. Sakit bias disebabkan oleh
kuman, virus, bakteri, kerusakan organ tubuh. 3) Holistic health belief: kekuatan
natural harus dipelihara keseimbangannya. Empat aspek dalam individu (fisik, mental,
emosional, spiritual) harus dijaga keseimbangannya untuk sehat.b. Family pattern
Bagaimana keterlibatan keluarga dalam merawat klien, patrilineal atau matrilineal,
adakah peran gender?c. Gaya komunikasi Berkomunikasi dengan klien dari berbagai
etnis dan latar belakang yang berbeda merupakan hal kritis dimana kompetensi
perawatan secara budaya sangat dipersiapkan. 1) Komunikasi verbal, hal-hal yang
harus diperhatikan: hindari penggunaan bahasa sehari-hari, medis, ataupun singkatan;
berbicara disertai gambar / menunjukan dengan gerak tubuh dapat meningkatkan
pengertian klien; kecepatan bicara tepat; memvalidasi apa yang sudah dibicarakan. 2)
Komunikasi nonverbal, meliputi kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan diam.

 68. d. Ruang Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan
pada ruang di sekitar mereka. Teritorialitas adalah suatu sikap yang ditujukan pada
suatu area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau bereaksi secara emosional
ketika orang lain memasuki area tersebut. Keduanya dipengaruhi oleh kultur. Ruang
personal tercakup dalam banyak aktivitas keperawatan dan perawat harus sensitif,
misalnya dalam hal menyentuh pasien, suatu tindakan yang mempunyai makna
berbeda pada kultur dan individu yang berbeda. e. Waktu Orientasi waktu beragam
diantara kelompok kultur yang berbeda dan perawat mungkin menemukan kesulitan
untuk memahami dan merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan orientasi
waktu berbeda. Sebagai contoh: kultur di AS dan Kanada berorientasi kesehatan untuk
masa mendatang, kultur di Afrika berorientasi kesehatan lebih banyak pada situasi
saat ini. f. Pola nutrisi Setiap Negara mempunyai makanan pokok yang berbeda,
missal orang Asia makanan pokoknya nasi, Italian makanan pokoknya pasta, orang
Eropa Barat makanan pokoknya gandum. Agama mempengaruhi makanan pada setiap
budaya, misal beberapa orang Roma Katolik menghindari makan daging di hari Rabu
Abu dan Jumat Agung; penganut agama Islam tidak boleh mengkonsumsi daging
babi; penganut agama Budha, Hindu, Sikhs adalah strict vegetarian.2. Konsep dan
Prinsip dalam Asuhan keperawatan Transkultural Konsep dalam Transkultural
Nursing a. Budaya adalah norma / aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak, dan
mengambil keputusan. Budaya dapat didefinisikan sebagai karakteristik nonfisik,
seperti nilai, kepercayaan, sikap, dan adat istiadat yang dibagikan oleh kelompok dan
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Spector,2000). Budaya dapat
juga diartikan bagaimana kesehatan dipersepsikan, bagaimana informasi kesehatan
diterima, apa yang dipertimbangkan menjadi masalah kesehatan, bagaimana tanda dan
gejala tentang masalah kesehatan diekspresikan, siapa yang sebaiknya menyediakan
perawatan, bagaimana dan jenis perawatan apa yang sebaiknya diberikan. Budaya
adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia,
sebagai anggota komunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi
dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger,
1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat
digambarkan sebagai berikut: 1) Budaya adalah pengalaman yang universal sehingga
tidak ada dua budaya yang sama persis. 2) Budaya bersifat labil dan dinamis karena
budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami
perubahan.

 69. 3) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa
disadari.b. Nilai budaya adalah keinginan individu / tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan
bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberi
asuhan keperawatan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan, dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,1985).d. Etnosentris adalah persepsi
yang dimiliki individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
diantara budaya-budaya yang dimiliki orang lain.e. Etnis berkaitan dengan manusia
dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan
kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh
kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu
yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi
berikutnya (Handerson, 1981).f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia
didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Ras merupakan sistem
pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh,
bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk kepala. Ada tiga jenis yang umumnya
dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.g. Etnografi adalah ilmu yang
mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.h.
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga, kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.j. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan, dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung, atau memberi kesempatan individu, keluarga, kelompok untuk

 70. mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.k. Cultural imposition berkenaan
dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek,
dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Paradigma Transkultural
NursingLeininger (1985) mengartikan paradigm keperawatan transkultural sebagai
carapandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhankeperawatan sesuai latar belakang budaya.Terdapat empat konsep sentral
keperawatan menurut Andrew&Boyle (1995),yaitu:a. Manusia Manusia adalah
individu, keluarga, kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.b. Sehat Kesehatan adalah
keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada
rentang sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang
atau sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam
rentang sehat sakit yang adaptif (Andrew dan boyle, 1995).c. Lingkungan Lingkungan
didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan, dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat 3 bentuk
lingkungan: fisik, sosial, simbolik. Lingkungan fisik: lingkungan alam atau diciptakan
oleh manusia seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim,
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada
matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok kedalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti
struktur dan aturan- aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, bahasa dan atribut yang digunakan.d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya,
ditunjuk untuk memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

 71. 3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Pengkajian budaya merupakan


pengkajian yang sistematik dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya,
kepercayaan dan praktik individual, keluarga dan komunitas. Tujuan pengkajian
budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga
perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan budaya (Leininger dan Mc Farland,
2002). Salah satu model pengkajian budaya adalah model matahari terbit dari
Leininger (2002) yang menggambarkan keragaman budaya dalam kehidupan sehari-
hari dan membantu menjelaskan alasan mengapa pengkajian budaya harus dilakukan
secara komprehensif. Model tersebut beranggapan bahwa nilai-nilai pelayanan
budaya, kepercayaan dan praktik merupakan hal yang tidak dapat diubah dalam
budaya dan dimensi struktur sosial masyarakat, termasuk didalamnya konteks
lingkungan, bahasa, dan riwayat etnik. Riwayat etnik merupakan peristiwa-peristiwa
bersejarah dari kelompok tertentu. Sebelum melakukan pengkajian budaya, seorang
perawat harus menyiapkan diri dengan cara : a. Mengetahui data sensus Perawat
memulai pengkajian budaya dengan mengetahui perubahan demografik populasi pada
lingkungan komunitas. Memiliki latar belakang pengetahuan budaya membantu
perawat dalam melakukan pengakajian yang terarah. b. Menanyakan pertanyaan Salah
satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan untuk mengkaji
pihak dalam atau perspektif emic klien dalam interpretasi informasi selama penilaian.
Hal ini dapat tertolong dengan menggunakan pertanyaan terbuka, terfokus, dan
kontraks. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan nilai,
kepercayaan dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak disadari
oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. c. Membangun hubungan Pengkajian
budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu serta membutuhkan hubungan
saling percaya antara sesama peserta. Komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada
hubungan intercultural. Hal ini disebabkan karena perbedaan bahasa dan komunikasi
diantara partisipan, seperti halnya perbedaan dalam interpretasi tingkah laku masing-
masing. Dalam beberapa hal, perawat yang melakukan manajemen impresi membuat
klien mencapai hubungan yang diinginkannya (Pacquioo, 2000). Manajemen impresi
membutuhkan keahlian berbahasa, interpretasi yang sama secara budaya terhadap
sikap klien, mendengarkan dan keterampilan melakukan pengamatan. Untuk itu
seorang perawat harus berlaku sopan terhadap klien sehingga klien mau menjalin
hubungan. Perawat mempelajari berbagai keterampilan yang diperlukan untuk
mendapatkan pengkajian budaya yang akurat, dan komprehensif sepanjang waktu.
Komponen pengkajian budaya berikut ini menyediakan pengertian jenis informasi
yang berguna dalam merencanakan dan menyampaikan pelayanan keperawatan : a.
Warisan etnik dan riwayat etnik Pengetahuan tentang asal dan sejarah Negara klien
serta konteks ekologi sangat berarti untuk pelayanan kesehatan contohnya imigran
Haiti memiliki bahasa dan pola komunikasi yang berbeda dengan Jamaica walaupun
mereka sama-sama berasal dari karibia dan memiliki sejarah perbudakan. Hal ini
harus diingat oleh perawat saat memberikan pelayanan bahwa setiap klien memiliki
asal dan sejara

 72. Negara yang berbeda. Selain hal itu penting juga bagi seorang perawat
mengetahui latar belakang klien seperti status sosial eknomi, sumber daya yang
tersedia untuk pengobatan medis, risiko kesehatan dalam lingkungan dan ketersediaan
sistem dukungan.b. Riwayat biokultural Identifikasi risiko kesehatan klien yang
berhubungan dengan riwayat sosial budaya dan biologis pada waktu masuk.beberapa
risiko kesehatan disebabkan oleh konteks ekologi budaya. Contohnya hipertensi
maligna pada orang Amerika Afrika, penyakit tay-sach pada orang Yahudi Ashkenazi,
intolerasi laktosa pada orang Asia, Afrika, dan Hispanic ( USDHHS, Office of
Minority Health.n.d)c. Organisasi sosial Kelompok budaya terdiri atas unit-unit
organisasi yang disatukan oleh hubungan kekeluargaan, status dan peran yang sesuai
dengan anggotanya. Contohnya pada masyarakat yang sebagian besar terdiri atas
orang Amerika, unit organisasi sosial yang terbanyak adalah keluarga inti dimana
anak yang sudah menikah dan dewasa tinggal dikerabat jauh sebanyak tiga generasi
dan hubungan fiktif atau tanpa hubungan darah. Hubungan keluarga bisa diperluas
sampai ke keluarga pihak ayah dan pihak ibu (bilineal) atau terbatas pada pihak ayah
saja (patrilineal) atau pihak ibu saja (matrilineal). Status klien dalam hierarki sosial
biasanya berhubungan dengan kualitas seperti usia dan gender dan status kesuksesan
seperti pendidikan dan kedudukan. Tapi seorang perawat harus mampu menentukan
siapa yang berhak membuat keputusan dalam keluarga dan bagaimana cara
membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.d. Agama dan kepercayaan
spiritual Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien
tentang kesehatan dan penyakitnya. Rasa nyeri dan penderitaan serta kehidupan dan
kematian. Banyak budaya tidak membedakan antara agama dan spiritual tapi ada
sebagian lain yang membedakan dengan jelas konsep spiritualitas.e. Pola komunikasi
Kelompok budaya yang berbeda memiliki pola bahasa dan komunikasi yang berbeda-
beda pula. Pola ini menggambarkan nilai-nilai dasar budaya dari suatu masyarakat.
Mengamati tingkah laku klien dan menjelaskan pesan dari pihak dalam yang
terpercaya akan mencegah terjadinya interpretasi yang salah. Budaya juga membentuk
komunikasi non verbal. Budaya mempengaruhi jarak antara partisipan dalam sebuah
hubungan, kontak mata, sentuhan, dan seberapa banyak informasi pribadi yang akan
klien bagikan. Untuk memperkecil jarak dalam komunikasi dengan klien, perawat
perlu membangun hubungan dan berkelakuan sesuai dengan budaya klien melalui
manajemen impresi.f. Orientasi waktu Semua budaya mempunyai dimensi waktu
lampau, sekarang dan mendatang. Penting bagi perawat untuk memahami orientasi
waktu klien. Informasi ini bermanfaat dalam merencanakan pelayanan harian,
membuat perjanjian procedural, dan membantu klien merencanakan kegiatan
perawatan diri dirumah. Perbedaan terjadi dalam dimensi waktu yang berfokus
budaya dan cara pengungkapan waktu. Orientasi waktu mendatang memperkecil
waktu sekarang sehingga komunikasi cenderung bersifat langsung dan berfokus pada
penerimaan tugas. Komunikasi bersifat sirkular dan secara tidak langsung
menghindari risiko menyinggung dan tidak menghormati orang lain. Untuk

 73. memperbaiki akses klien terhadap pelayanan kesehatan dibutuhkan jadwal yang
sesuai dengan pola kegiatan budayanya. Saat menjadwalkan perjanjian dan rujukan,
ketahui dan atasi yang menjadi penghalang menepati waktu dengan klien. Supaya
bantuan terorganisasi dengan baik, perawat memerlukan partisipasi klien dan
membantu klien dalam membuat perubahan. Adapun prinsip-prinsip dalam
pengkajian budaya adalah: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat
streotip, misal orang Padang pelit, orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami
metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Menghargai kebutuhan
personal dari setiap individu. f. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. g.
Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi.4. Beberapa Instrumen pengkajian
Budaya Pertanyaan yang dapat muncul saat melakukan pengkajian kebudayaan
diantaranya: a. Dimana ibu anda lahir? b. Dimana ayah anda lahir? c. Dimana kakek –
nenek anda lahir? d. Berapa saudara laki-lakidan perempuan? e. Dimana anda
dibesarkan? (nama desa, kota) f. Dimana orang tua anda dibesarkan? g. Berapa usia
anda ketika datang? h. Berapa usia orang tua anda ketika datang? i. Ketika anda
dibesarkan,siapa yang tinggal dengan anda? (keluarga inti atau keluarga besar) j.
Apakah anda mempertahankan kontak dengan bibi, paman,sepupu, saudara laki- laki
dan perempuan, orang tua, anak anda sendiri? k. Apakah kebanyakan dari bibi,
paman, sepupu anda tinggal dekat rumah? l. Kira-kira seberapa sering anda
mengunjungi anggota keluarga anda yang tinggal di luar rumah anda? (setiap hari,
setiap minggu, setiap bulan, hanya liburan khusus, tidak pernah) m. Apakah nama asli
keluarga anda diganti? n. Apakah kepercayaan anda? (Islam, Katolik, Protestan, lain-
lain, tidak ada) o. Apakah pasangan anda mempunyai kepercayaan yang sama seperti
anda? p. Apakah pasangan anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan anda?
q. Anda sekolah dimana? (Pemerintah, swasta, seminari /pesantren) r. Sebagai orang
dewasa, apakah anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan
latar belakang yang sama dengan anda? s. Apakah anda mempunyai institusi
keagamaan? t. Dapatkah anda menggambarkan diri anda sendiri sebagai anggota yang
aktif? u. Seberapa sering anda menghadiri institusi keagamaan anda? (lebih dari satu
minggu, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun atau kurang, tidak pernah) v.
Apakah anda mempraktekan keagamaan ada di rumah? (Ya, di mana tempatnya?,
tidak, berdoa, membaca kitab suci, diet, merayakan hari besar keagamaan) w. Apakah
anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik anda?

 74. x. Apakah anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik yang sama dengan anda? (ya,
sebutkan tempatnya; tidak; bernyanyi; perayaan hari besar; berdansa; festival; adat
istiadat; lain-lain) y. Apakah teman anda dari latar belakang kepercayaan yang sama
dengan anda? z. Apakah teman anda dari latar belakang etnik yang sama dengan
anda? aa. Apakah bahasa asli anda? bb. Apakah anda berbicara dengan bahasa
tersebut? (terutama, kadang-kadang, jarang) Makin besar jumlah jawaban “ya” makin
kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu jawaban tidak yang menunjukan
indentitas keturunan adalah “apakah nama anda diganti?”) PENGKAJIAN
TINDAKAN Melakukan pengkajian konsistensi warisan budayaKonsistensi warisan
budaya pada diri sendiri dan klien Tanya tentang keyakinan klien mengenai sifat dari
masalah kejahatan dan tindakan yang dilakukan diKontrol lingkungan rumah atau di
komunitas untuk mengatasi atau mencegahkannya Tanya tentang acuan nutrisi Amati
tentang struktur tubuh, kulit, tonus danVariasi biologis warna kulit Waspada terhadap
masalah kesehatan yang umum tejadi dalam latar belakang klien.Organisasi sosial
Lakukan aktivitas komunitas Tetapkan kebutuhan klien yang tidak dapatKeterampilan
komunikasi berbicara dalam bahasa perawat dan berikan penerjemah yang kompeten
Waspada terhadap teritori, cara persetujuanRuang sebelum memasuki teritori klien
Waspada terhadap pengharapan sentuhan danWaktu kontak mata. Pahami perbedaan
dalam orientasi waktu B. Pengaruh Budaya terhadap Pengobatan dan Makanan /
Etnofarmakologi dan Nutrisi Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia, baik dalam
hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan
yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma
dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya
dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah
tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berpikir. Perubahan sosial
dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan antara
budaya dan pengobatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu
masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan
dan respon terhadap kesehatan dan penyakit dalam

 75. segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi
tenagakesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
merekamengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskankeyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan pengobatan.
Apakah kebudayaan itu? Mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu,tapi
tidak setiap orang dapat menjelaskannya. Sebagian orang menjelaskan
bahwakebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu
yangdipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah
mengundangresiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh
suatu batasantertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas
sesuai denganperkembangan dari masyarakat itu sendiri Di dalam masyarakat
sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentukuntuk mempertahankan hidup
diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka.Berbagai kebiasaan dikaitkan
dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi,yang bertujuan supaya
reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern, tidak semua
kebiasaan itu baik. Ada beberapayang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan
menyusukan bayi yang lama padabeberapa masyarakat, merupakan contoh yang baik
kebiasaan yang bertujuanmelindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada
ibu-ibu lanjut usia, tradisibudaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia
berusaha menyusukan bayinyadan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana
yang dibutuhkan bayi (biasanyademikian) bayi dapat mengalami malnutrisi dan
mudah terserang infeksi. Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang
apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak
mengertibagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari
sikapmereka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit
diisolasidan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan
daripenyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC. Bentuk pengobatan yang
diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapanmereka sendiri tentang bagaimana
penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggappenyakit itu disebabkan oleh hal-hal
yang supernatural atau magis, maka digunakanpengobatan secara tradisional.
Pengobatan modern dipilih bila meraka dugapenyebabnya adalah faktor ilmiah. Ini
dapat merupakan sumber konflik bagi tenagakesehatan, bila ternyata pengobatan yang
mereka pilih berlawana dengan pemikiransecara medis. Didalam masyarakat industri
modern iatrogenic disease merupakan problema.Budaya menuntut merawat penderita
di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulahtempat ideal bagi penyebaran kuman-
kuman yang telah resisten terhadp antibiotika. Tentu saja kebudayaan itu tidak statis,
kecuali mungkin pada masyarakatpedalaman yang terpencil. Hubungan antara
kebudayaan dan kesehatan biasanyadipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana
cara-cara hidup mereka tidakberubah selama beberapa generasi, walaupun mereka
merupakan sumber data-databiologis yang penting dan model antropologi yang
berguna, lebih penting lagi untukmemikirkan bagaimana mengubah kebudayaan
mereka itu. Pada Negara dunia ke-3laju perkembangan ini cukup cepat, dengan
berkembangnya suatu masyarakatperkotaan dari masyarakat pedesaan. Ide-ide
tradisional yang turun temurun, sekarangtelah dimodifikasi dengan pengalaman-
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikapterhadap penyakit pun banyak
mengalami perubahan .Kaum muda dari pedesaanmeninggalkan lingkungan mereka
menuju ke kota. Akibatnya tradisi budaya lama didesa makin tersisih. Meskipun
lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di

 76. kontrol dengan teknologi, setiap individu didalamnya adalah subjek daripada
tuntutanini, tergantung dari kemampuannya untuk beradaptasi. Bila suatu bentuk
pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatumasyarakat dimana faktor-
faktor budaya masih kuat, biasanya dengan segera merekaakan menolak dan memilih
cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akanmemilih cara baru atau lama,
akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaandan harapan pokok mereka
lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebutberfaedah, sama sekali tidak
berguna, atau lambat memberi pengaruh. Namun merekalebih menyukai pengobatan
tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidupmereka. Maka cara baru itu
akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untukkasus-kasus tertentu saja.
Pelayanan kesehatan yang modern oleh sebab itu harus disesuaikan
dengankebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara
moderndan menyapu semua cara-cara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari
lain sukuatau bangsa, sering mereka merasa asing dengan penduduk setempat, ini
tidak akanterjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan
mereka danmenjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak
simpatikserta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap
masyarakatmempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan
kesehatanmasing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka,
akanmempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak
merekaterima. Pemuka-pemuka didalam masyarakat itu harus diyakinkan sehingga
merekadapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan
untukmelunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberikan manfaat
yanglebih besar. Pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya
bilapengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti
mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi, penderita akan tidak puas hanya
denganmemberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu
penghalangdalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu
mereka akanberpikir dan menerima. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat
tertentu tidaklah kaku dan bisauntuk diubah, tantangannya adalah mampukah tenaga
kesehatan memberikanpenjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan
kesehatan yang akan diberikankepada masyarakat. Ada banyak cara yang bisa
dilakukan, mulai dari perkenalanprogram kerja, menghubungi tokoh-tokoh
masyarakat maupun melakukan pendekatansecara personal.Etnofarmakologi
Etnofarmakognosi adalah bagian dari ilmu farmasi yang mempelajaripenggunaan obat
dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsatertentu. Ruang
lingkup etnofarmakognosi meliputi obat serta cara pengobatanmenggunakan bahan
alam. Masyarakat etnik suatu daerah mempunyai kebudayaandan kearifan lokal yang
khas sesuai dengan daerahnya masing-masing. Hal tersebutberdampak pada
pengetahuan obat dan pengobatan tradisionalnya. Berbagai etnikatau suku bangsa di
Indonesia mempunyai pengalaman empiris masing-masing dalammengatasi gangguan
kesehatan. Pengetahuan empirik etnis berbeda pada setiapwilayah tergantung pada
sifat khas dan kearifan budaya (cultural wisdom) masing-masing. Etnofarmakognosi
merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat

 77. tradisional yang seringkali terbukti secara empiris dan setelah melalui
pembuktian-pembuktian ilmiah dapat ditemukan atau dikembangkan senyawa obat
baru. Masyarakat etnik tradisional umumnya mempunyai budaya kehidupan yangjuga
tradisional, termasuk dalam hal pemeliharaan kesehatan. Budaya tradisional yangkuat
menyebabkan pengetahuan obat dan cara pengobatan juga diperoleh secara
turuntemurun, terbatas dalam pengetahuan jenis penyakit dan cara
penanggulangannya.Kehidupan yang menyatu dengan alam dan keyakinan bahwa
dirinya merupakanbagian dari alam menumbuhkan kesadaran bahwa alam adalah
penyedia obat bagidirinya dan masyarakatnya. Mulai dari sinilah berkembang
pengertian obattradisional. Obat tradisional Indonesia merupakan bagian dari sosio
budaya bangsa yangmenjadi salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia. Bagian
integral sosio budayabangsa mempunyai makna bahwa keberadaan dan eksistensi
obat tradisional dalamera modernisasi di segala bidang, khususnya dalam bidang
kesehatan, menjaditanggung jawab seluruh komponen bangsa. Kemajuan ilmu dan
teknologi yangmerambah hampir semua bidang ilmu, termasuk teknologi kesehatan
pada umumnya,serta teknologi farmasi pada khususnya, menyebabkan pergeseran
pola konsumsi danpenggunaan obat-obatan. Modernisasi menyebabkan perubahan
perilaku dan polahidup, yang berdampak pada penggunaan dan konsumsi obat. Obat
tradisional Indonesia yang pada awalnya merupakan produk obatkebanggaan bangsa,
perlahan terkikis oleh budaya teknologi yang menjadi tumpuanpola pikir masyarakat.
Perkembangan ilmu kimia organik sintetis menghasilkanmolekul kimia organik
berkhasiat obat dengan jumlah yang fantastis. Industri kimiaorganik sintetis memacu
industri farmasi menghasilkan obat-obat yang berbahan bakusenyawa sintetis. Industri
obat berbahan kimia sintetis menyebabkan tumbuhkembang industri farmasi yang luar
biasa, namun di sisi lain industri obat tradisionalyang berbahan baku herbal terancam
kelangsungan hidupnya. Persaingan tidak sehatmulai mucul. Industri obat berbahan
kimia sintetis yang dipelopori oleh industri obatnegara-negara maju melontarkan isue
tentang obat tradisional yang belum terujikhasiatnya secara klinik. Pola pikir
masyarakat yang mulai beranjak modern menerima isue tersebutsebagai sesuatu yang
benar, sehingga perlahan penggunaan dan segmen penggunaobat tradisional mulai
berkurang. Obat tradisional mengalami kemunduran, obatberbahan kimia sintetis
mulai menguasai pasaran. Hukum ekonomi mulai berlaku,permintaan yang tinggi
menyebabkan harga obat berbahan kimia sintetis menjaditidak terjangkau masyarakat
tingkat menengah ke bawah, sementara obat tradisionaltelah ditinggalkan karena
krisis kepercayaan. Indonesia, sebagai negara dengan megadiversivitas flora yang
konon menduduki tingkat tertinggi kedua setelah Brazilia,seharusnya mempunyai
pemikiran untuk mengembangkan kekayaan yang tidakterhingga nilainya tersebut.
Industri obat berbahan kimia sintetis boleh saja majupesat, tapi hal itu tidaklah harus
berarti bahwa obat tradisional Indonesia hanyatinggal sejarah atau cerita saja.
Indonesia adalah negara yang mempunyai potensikekayaan alam dan budaya sangat
bervariasi, yang bila berkembang sinergis akanmenghasilkan sesuatu yang berarti bagi
bangsa pada khususnya, dan bagi dunia padaumumnya. Obat tradisional seringkali
merupakan cikal bakal penemuan obat baru.Sejarah membuktikan bahwa Cinchonine,
suatu alkaloid yang menjadi obat terpilihuntuk mengatasi malaria, merupakan
metabolit sekunder yang berasal dari kulitbatang pohon kina (Cinchona succirubra L.,
C. calisaya L, atau C. ledgeriana L.).Penelitian yang mengarah pada penemuan
alkaloid kina sebagai obat malaria

 78. bukanlah karena kebetulan belaka, tetapi dilandasi oleh penggunaan tradisional
kulitkina untuk mengatasi gangguan demam oleh masyarakat di berbagai daerah
endemikmalaria. Dalam pencarian dan pengembangan obat baru,
pengetahuanetnofarmakognosi banyak memberi arahan pendahuluan. Sebagai
ilustrasi, untukmengatasi gangguan diare, hampir seluruh komunitas etnik di
Indonesia, terutama diIndonesia bagian Barat, menggunakan godogan pucuk daun
jambu biji (Psidiumguajava L.). Penelitian farmakologi yang telah banyak dilakukan
memberi arahanbahwa pucuk daun jambu biji dapat digunakan untuk mengatasi
gangguan diarekarena senyawa kimia golongan tanin yang dikandungnya.
Pengetahuan tersebutmemberikan kemungkinan dilakukannya pencarian dan
pengembangan obat barudengan aktivitas antidiare yang berasal dari tumbuhan.
Penelitian untukpengembangan obat tradisional untuk mengatasi gangguan diare
berdasarkanpenggunaan etnofarmakognosi tersebut kini telah banyak menghasilkan
berbagaiformula obat herbal antidiare yang harganya dapat dijangkau masyarakat.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit,yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaituseseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),kebiasaan hidup,
ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panasdingin seperti
masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianutpengobat
tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yaknisuatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-
kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan
yangnormal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurangmenyenangkan,
bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorangtidak dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.Sedangkan konsep
Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness)disebabkan oleh intervensi
suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukanmanusia (hantu, roh, leluhur atau
roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir,tukang tenung). Di Nusa Tenggara
Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat darikeadaan fisik tubuh dan tingkah
lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnyapanas, batuk pilek, mencret, muntah
-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning,kaki dan perut bengkak. Seorang
pengobat tradisional yang juga menerima pandangankedokteran modern, mempunyai
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah
sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuatbekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan
badan lemah atau sakit, maunya tiduranatau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak
ada tanda -tanda di badannya,tetapi bisadiketahui dengan menanyakan pada yang
gaib. Pada orang yang sehat, gerakannyasorot mata cerah, tidak mengeluh lesu,
lemah, atau sakit- sakit badan. Sudarti (1987)menggambarkan secara deskriptif
persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesiamengenai sakit dan penyakit;
masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaanindividu mengalami serangkaian
gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidaknyaman. Anak yang sakit ditandai
dengan tingkah laku rewel, sering menangis dantidak nafsu makan. Orang dewasa
dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,kehilangan nafsu makan, atau "kantong
kering" (tidak punya uang). Selanjutnyamasyarakat menggolongkan penyebab sakit
ke dalam 3 bagian yaitu : karenapengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh
manusia,makanan yangdiklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin;
supranatural (roh, guna-guna,

 79. setan dan lain-lain). Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan
pertamadan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok,
pantanganmakan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga
harusdimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian
upayapenanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab
sakit.Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :1. Sakit demam
dan panas. Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau
masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu
putih yang dingin atau beli obat influenza. Di Indramayu dikatakan penyakit adem
meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak)
disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.2. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan
pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan
lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun
jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat)
obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain - lain.
Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.1. Sakit
kejang-kejang Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-
kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di
Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan
dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi
jaring.Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan Sistem pengobatan tradisional
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakatsederhana. Dalam masyarakat
tradisional, sistem pengobatan tradisional ini adalahpranata sosial yang harus
dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajaripranata sosial umumnya dan
bahwa praktek pengobatan asli (tradisional) adalahrasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapahal yang berhubungan
dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budayayang ada di Indonesia
diantaranya adalah :Suku Bugis Persepsi masyarakat Bugis tentang sakit tercermin
dalam berbagai istilah yangdigunakan dalam pembicaraan sehari-hari, antara lain
seperti malasa, madoko,maddokkong. Istilah tersebut mengacu pada konsep sakit
yang berarti kondisi ataukeadaaan fisik maupun rohani seseorang yang sedang
mengalami ketidakseimbanganmenurut pengetahuan budaya orang Bugis terjadinya
ketida seimbangan tersebut disebabkan oleh dua faktor terutama yaitu faktor interen
disamping faktor exteren.Faktor interen yang menyebabkan tumbuhnya
ketidakseimbangan dalam diri manusiaialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh
manusia itu sendiri yang tidakberfungsi sebagaimana mestinya, di samping adanya
pengaruh faktor keturunan.Sebaliknya faktor eksteren terdiri atas beberapa unsur
berupa wabah penyakit,perubahan keadaan suhu udara, gangguan mahluk halus,
keracunan, praktek magic,kutukan dewata dan sebagai unsur lingkungan termasuk
buatan manusia. Sesuai dengan wujud dan faktor penyebabnya, maka masyarakat
Bugismengenal aneka ragam jenis penyakit. Kendati pun demikian, setiap jenis
penyakitdapat dimasukkan dalam salah satu di antaranya dua kategori, yaitu penyakit
dalam

 80. dan penyakit luar. Kedua jenis penyakit tersebut biasa pula disebut lasa
massobbu(penyakit tersembunyi) dan lasa talle (penyakit nyata)Selain dari istilah-
istilah tersebut, anggota masyarakat di daerah penelitian mengenalpula
pengelompokan jenis penyakit menjadi dua kategori masing-masing : lasa
ati(penyakit hati, jiwa dan rohani) dan lasa tubuh (penyakit jasmani).
Persepsimasyarakat tentang adanya kategori lasa ati, di samping lasa watakkale itu
bersumberdari pemahaman atau pengetahuan mereka tentang diri makhluk manusia
yang terdiriatas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, taga dan jiwa, lahiriah dan
batiniah.Perpaduan antara dua unsur itulah yang menjelma menjadi sosok tubuh
manusiasebagai satu kesatuan organisme, bersama dengan sejenak potensi yang di
bawahsejak lahir ke dunia. Menurut budaya orang Bugis, maka tubuh manusia
yangberbentuk ragawi merupakan hasil perpaduan dari empat zat alami yaitu: tanah,
air,angin, api sedangkan aspek rohaniah dikenal sebagai sumange (sukma). Dalam hal
initubuh manusia dipandang tidak lebih hanya sebagai tempat berdiam bagi
sukma,untuk suatu jangka waktu tertentu. Manakala sukma tersebut berpisah dari
raganyamaka sosok tubuh manusia itupun mengalami peristiwa yang disebut mati.
Peristiwakematian itu sendiri menyebabkan segenap unsur tubuh manusia kembali ke
asalnyayaitu ke alam fanah, sedangkan sukma akan tetap hidup dan melanjutkan
proseskehidupannya di alam gaib yang bersifat abadi. Konsep pengetahuan
budayamasyarakat Bugis tersebut terkandung dalam suatu pelajaran yang membahas
tentangdialog antara bayi yang berada dalam kandungan ibunya dan tuhan sebagai
mahapencipta. Sebagian besar masyarakat Bugis sampai sekarang tetap
mempunyaikeyakinan bahwa peristiwa yang pertalian dengan kelahiran makhluk
manusia ke atasbumi bukanlah suatu yang berlangsung secara kebetulan saja,
melainkan adalahperistiwa sakral yang hanya mungkin terjadi atas restu, kehendak
dan kuasa ilahi,sang pencipta. Organ-organ tubuh manusia sebagai mahluk induvidu
terdiri ataspepaduan antara empat jenis zat alam yaitu tanah, air, angin, apiKeempat
zat alam tersebut kemudia menjelma kontruksi tubuh manusia secara serasi,sehingga
tercipta sosok tubuh dengan susunan organisme berupa perangkan anggotabada
tercipta dari api. Sebagaimana hanya alam raya, maka manusia pun merupakansuatu
kesatuan yang utuh dan bulat. Sebelum ilmu pengobatan modern dan ilmukedokteran
ditemukan, nenek moyang kita (Bugis-Makassar) juga telah mengenalnyadengan
cara-cara pengobatan tradisional dalam bentuk ritual-ritual khusus danmemanfaatkan
tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitarnya,orang yang melakukanritual ini
disebut Sanro.Budaya jawaMenurut orang Jawa, “sehat “ adalah keadaan yang
seimbang dunia fisik dan batin.Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin
karep ragu nututi”, artinya batinberkehendak, raga / badan akan mengikuti. Sehat
dalam konteks raga berarti “ waras“.Apabila seseorang tetap mampu menjalankan
peranan sosialnya sehari-hari, misalnyabekerja di ladang, sawah, selalu gairah
bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yangdikatakan sehat. Dan ukuran sehat untuk
anak-anak adalah apabila kemauannya untukmakan tetap banyak dan selalu bergairah
untuk bermain. Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu
konseppersonalistik dan konsep naluralistik. Dalam konsep personalistik,
penyakitdisebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk gaib, dewa), makhluk yang
bukanmanusia (hantu, roh leluhur, roh jahat ) dan manusia (tukang sihir, tukang
tenung).Penyakit ini disebut “ora lumrah“ atau “ora sabaene“ (tidak wajar / tidak
biasa).

 81. Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau


supernatural,misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik
jenis penyakitini terdiri dari kesiku, kebendhu, kewalat, kebulisan, keluban, keguna-
guna, ataudigawe wong, kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya.
Penyembuhan dapatmelalui seorang dukun atau “wong tuo“. Pengertian dukun bagi
masyarakat Jawaadalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui
“Japa Mantera“,yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada beberapa
kategori dukunpada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-
masing :a. Dukun bayi: khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.b. Dukun
pijat / tulang (sangkal putung): Khusus menangani orang yang sakit terkilir, patah
tulang, jatuh atau salah urat.c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena
guna – guna atau “digawa uwong“.d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang
terkena penyakit karena kemasukan roh halus.e. Dukun hewan : khusus mengobati
hewan.Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural
danmempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan racun,
bisa,kuman atau kecelakaan. Di samping itu ada unsur lain yang
mengakibatkanketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau
udara lembab.Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “Lumrah“ atau biasa.
Adapunpenyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan, artinya
dikembalikanpada keadaan semula sehingga orang sehat kembali. Misalnya orang
sakit masukangin, penyembuhannya dengan cara “kerokan“ agar angin keluar
kembali. Begitupula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” (menggigil,
kedinginan),penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya
dengan airgaram dan dihangatkan dekat api . Di samping itu juga banyak pengobatan
yangdilakukan dengan pemberian ramuan atau “dijamoni“. Jamu adalah ramuan
dariberbagai macam tumbuhan atau dedaunan yang dipaur, ditumbuk, setelah itu
diminumatau dioleskan pada bagian yang sakit. Di samping itu ada juga ramuan
tumbuhan lainsebagai pelengkap, misalnya kulit pohon randu yang sudah diberi
mantera. Budayajawa beranggapan bahwa nama yang “berat“ bisa mendatangkan sial.
Pendapat yanglain mengatakan “nama yang buruk” akan mempengaruhi aktivitas
pribadi dan sosialpemilik nama itu. Dan juga kebiasaan bagi orang Jawa yakni jika
ada salah satu pihakkeluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk
menjenguknya biasanya merekamengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama–
sama mengunjungi saudaranyayang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa dikenal
prinsip “ mangan ora mangan, seng penting kumpul “Adapun beberapa contoh
pengobatan tradisional masyarakatJawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah-
buahan yang bersifat alami adalah:daun dadap sebagai penurun panas dengan cara
ditempelkan di dahi; temulawak untukmengobati sakit kuning dengan cara di parut,
diperas dan airnya diminum 2 kalisehari satu sendok makan, dapat ditambah sedikit
gula batu dan dapat juga digunakansebagai penambah nafsu makan; akar ilalang
untuk menyembuhkan penyakit hepatitisB; mahkota dewa untuk menurunkan tekanan
darah tinggi, yakni dengan dikeringkanterlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan
diminum seperlunya;brotowali sebagaiobat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam
panas, dan penambah nafsumakan;jagung muda (yang harus merupakan hasil curian =
berhubungan dengankepercayaan) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar
dengan cara dioleskandibagian yang terkena cacar; daun sirih untuk membersihkan
vagina; lidah buaya

 82. untuk kesuburan rambut; cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal;
mandiair garam untuk menghilangkan sawan; daun simbung dan daun kaki kuda
untukmenyembuhkan influenza; jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya
dengandiseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari
kaki; airkelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu
dengan cara1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan
sekaligus. Budaya SundaKonsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja,
tetapi juga bersifat sosialbudaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat
Jawa Barat (orang Sunda)adalah muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala,
yohgoy untuk batuk dansalesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena
lingkungan, kecuali batukjuga karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan
menghindari penyebabnya.Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang
terdapat di warung obat yangada di desa tersebut, sebagian kecil menggunakan obat
tradisional . Pengobatansendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama
sebelum berobat kepuskesmas atau mantri. Menurut orang Sunda, orang sehat adalah
mereka yang makan terasa enakwalaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak
dan tidak ada yang dikeluhkan,sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit,
panas atau makan terasa pahit,kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis,
dan serba salah / gelisah.Dalam bahasa Sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan
orang sakit disebutgering. Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.
Orang disebutsakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja,
masih dapatmakan-minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat
tradisional yang dibelidi warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa
lemas, tidak dapatmelakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun,
harus berobat kedokter / puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya
mahal. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung.
Obatyang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional.
Masyarakatmelakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya
dan hematwaktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan
pertamasebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan pengobatan sendiri
yang sesuaidengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat
secara eceransehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap
kemasan obat. Budaya BatakArti “sakit“ bagi orang Batak adalah keadaan dimana
seseorang hanya berbaring, danpenyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau
ada juga yang membawa orangyang sakit tersebut kepada dukun atau “orang pintar“.
Dalam kehidupan sehari-hariorang Batak, segala sesuatunya termasuk mengenai
pengobatan jaman dahulu, untukmengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada
sang pencipta agar manusia tetapsehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang Batak,
di samping penyakit alamiah, adajuga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural,
yaitu: jika mata seseorang bengkak,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan
yang tidak baik (mis : mengintip).Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh
adalah dengan mengoleskan airsirih. Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan
nama) sehingga membuat orangtersebut sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti
nama tersebut dengan nama yanglain, yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan
jamuan adat bersama keluarga.

 83. Ada juga orang Batak sakit karena tarhirim misal: seorang bapak menjanjikan
akanmemberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena janji
tersebuttidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit. Jika ada orang Batak menderita
penyakitkusta, maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para
leluhur dandiasingkan dalam pergaulan masyarakat. Di samping itu, dalam budaya
Batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinyadiantaranya adalah, Mulajadi
Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda:“Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi
dan di dalam air sudah ada gunanyamasing-masing di dalam kehidupan sehari-hari,
sebab tidak semua manusia yang dapatmenyatukan darahku dengan darahnya, maka
gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu. Di dalam kehidupan Si Raja Batak dahulu
ilmu pengobatan telah ada, mulai sejakdalam kandungan sampai melahirkan.1. Obat
mulai dari kandungan sampai melahirkan. Perawatan dalam kandungan:
menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di
doakan. Perawatan setelah melahirkan: menggunakan kemiri, jeruk purut dan daun
sirih. Perawatan bayi: biasanya menggunakan kemiri, biji lada putih dan iris jorango.
Perawatan dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan yang diresap
dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.2. Dappol Siburuk (obat urut
dan tulang). Asal mula manusia menurut orang Batak adalah dari ayam dan burung.
Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung
dipraktikkan dengan penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak
menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.3. Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang Batak mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam
kehidupan manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja
Simosimin. Berdasarkan pesan dari Si Raja Batak, untuk mengeluarkan penyakit dari
mata, masukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit. Setelah itu tutuplah mata
dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang
ada di dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap sehat. Sirintak
adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut
(mengeluarkan), nama ramuannya dengan sama tujuannnya.4. Mengobati penyakit
kulit yang sampai membusuk. Berdasarkan pesan Si Raja Batak untuk mengobati
orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mulajadi (sesuatu yang
berasal dari asap dapur). Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat. Disamping
itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat hidup sehat,
maka makanlah atau minumlah: apapaga, airman, anggir, adolora, alinggo, abajora,
ambaluang, assigning, dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya
karisma, wibawa dan kesehatan menurut orang Batak dahulu, supaya manusia dapat
sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa: ayam merah,
ayam putih, ayam hitam, ketan beras (nitak), jeruk purut, sirih beserta
perlengkapannya. Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan
oleh orang Batak adalah: jika ada orang Batak yang menderita penyakit gondok, maka
cara pengobatannya dengan menggunakan belau. Apabila ada orang Batak yang
menderita penyakit panas (demam) biasanya pengobatannya dengan cara
menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal.

 84. Nutrisi Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang.
Budayamemberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan.
Misalnya tabumakanan yang masih dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang
merupakanbagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya
karena alasan-alasan yang tidak logis. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya
pemahaman gizimasyarakat dan oleh sebab itu perlu berbagai upaya untuk
memperbaikinya. Pantanganatau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi
suatu jenis makanan tertentukarena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap
yang melanggarnya. Dalamancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu adanya
kekuatan supernatural yangberbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang
melanggar pantangan atautabu tersebut. Di Bogor masih ada yang percaya bahwa
kepada bayi dan balita laki-laki tidakboleh diberikan pisang ambon karena bisa
menyebabkan alat kelamin / skrotumnyabengkak. Balita perempuan tidak boleh
makan pantat ayam karena nanti ketika merekasudah menikah bisa diduakan suami.
Sementara di Indramayu, makanan gurih yangdiberikan kepada bayi dianggap
membuat pertumbuhannya menjadi terhambat. Untukbalita perempuan, mereka
dilarang untuk makan nanas dan timun. Selain itu balitaperempuan dan laki-laki juga
tidak boleh mengonsumsi ketan karena bisamenyebabkan anak menjadi cadel. Mereka
menganggap bahwa tekstur ketan yanglengket menyebabkan anak tidak bisa
menyebutkan aksara „r‟ dengan benar. Jenis makanan pantangan bagi wanita dan laki-
laki dewasa lebih banyakkarena alasan yang menyangkut dengan organ reproduksi /
hubungan seksual suamiistri. Hal ini berlaku pada sebagian besar penduduk di Bogor
dan Indramayu. Makanantersebut kebanyakan adalah sayur dan buah yang banyak
mengandung air, misalnyananas, pepaya, semangka, timun, dan labu siam. Jenis
makanan tersebut dianggap bisamenyebabkan keputihan yang akhirnya dapat
mengganggu keharmonisan hubungansuami dan istri. Sementara untuk laki-laki
dewasa, baik di Bogor dan Indramayumemiliki suatu kepercayaan bahwa laki-laki
dewasa dilarang makan terung, karenamembuat mereka lemas dan mudah lelah.
Selain itu unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makanpenduduk
yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Kebiasaanmakan adalah
tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhikebutuhannya akan
makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan(Khumaidi, 1989).
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu ataukelompok
individu adalah memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksiterhadap
pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya. Tiga faktor terpenting yang
mempengaruhi kebiasaan makan adalahketersediaan pangan, pola sosial budaya dan
faktor-faktor pribadi (Harper et al., 1986).Hal yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari kebiasaan makan adalah konsumsipangan (kuantitas dan kualitas),
kesukaan terhadap makanan tertentu, kepercayaan,pantangan, atau sikap terhadap
makanan tertentu (Wahyuni, 1988). Khumaidi (1989)menyatakan bahwa dari segi
gizi, kebiasaan makan ada yang baik atau dapatmenunjang terpenuhinya kecukupan
gizi dan ada yang buruk (dapat menghambatterpenuhinya kecukupan gizi), seperti
adanya pantangan atau tabu yang berlawanandengan konsep-konsep gizi. Menurut
Williams (1993), masalah yang menyebabkanmalnutrisi adalah tidak cukupnya
pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentangkebiasaan makan yang baik.
Kebiasaan makan dalam rumahtangga penting untukdiperhatikan, karena kebiasaan
makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaanpangan dan selanjutnya
mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan rumah tangga.

 85. Kebiasaan makan yang terbentuk sejak kecil dapat dipengaruhi oleh berbagaihal
antara lain perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama
dankepercayaan serta tingkat kemajuan teknologi (Wardiatmo, 1989). Kebiasaan
makanbanyakdipengaruhi oleh variabel lingkungan. Pilihan dan kegunaan makanan
yang adaadalah merupakan komponen ekologi. Studi tentang konsumsi pangan di
daerahpedesaan menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat konsumsi masyarakat
denganzona ekologi (Annegers, 1973 dalam den Hartog, 1995). Menurut den Hartog
(1995) kebiasaan makan dapat dibentuk oleh lingkungansekitar dimana seseorang
hidup. Adapun beberapa variabel lingkungan yangberpengaruh terhadap kebiasaan
makan suatu masyarakat adalah lingkungan hidupyang meliputi topografi, keadaan
tanah, iklim, dan flora, lingkungan budaya (sistemproduksi pertanian) dan populasi
(kelahiran, kematian, migrasi, pertambahanpenduduk, umur dan jenis kelamin). Oleh
karena itu, penyuluhan gizi penting untuk terus menerus dilakukan untukmemperbaiki
pengetahuan gizi dan kebiasaan makan masyarakat. Penyuluhan gizimenjadi landasan
terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.Kelembagaan penyuluhan
gizi seperti Posyandu perlu lebih diperkuat sehinggaaktivitas penyuluhan tidak
terabaikan.

 86. Kasus 5 :Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun masuk Rumah Sakit karena
keluhan perdarahanmelalui vagina, kondisi pasien lema dan pasien dinyatakan
mengalami anemia, kadarhaemoglobin 5 g/dl. Pasien direncanakan untuk segera
mendapatkan transfusi darah. Ketikaperawat menjelaskan rencana tersebut, pasien
menolak karena menurutnya hal tersebutbertentangan dengan keyakinannya. Perawat
berusaha untuk membicarakan hal ini dengansuami pasien namun suami pasien
bekerja diluar kota dan tidak dapat dihubungi. Pada saat inipasien hanya ditemani
oleh ibunya.Pembahasan :Setelah menganalisa kasus tersebut diatas satu hal yang
perlu dipahami adalah “mengubahsuatu keyakinan atau kepercayaan seseorang itu
tidaklah mudah, tapi bukan tidak mungkinbisa merubahnya”. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah yang kongkret ataupendekatan-pendekatan personal
sehingga timbul rasa saling percaya antara perawat danklien/pasien.Dari kasus
tersebut diperlukan peran dependen perawat, dan menurut kami dalam
anggotakelompok FG V apabila dihadapkan pada kasus seperti diatas maka, kami
akan mencobamelakukan langkah-langkah berikut :1. Menjelaskan ke pasien dan
ibunya pentingnya dilakukan tindakan transfusi darah tersbut dan akibat apabila
tindakan transfusi darah tersebut tidak dilakukan.2. Apabila pasien tetap menolak
maka kami akan menanyakan alasan pasien menolak tindakan tersebut.3. Setelah
mengetahui alasannya yang mungkin karena pasien takut darahnya bercampur dengan
darah orang yang tidak dikenalnya.4. Menjelaskan bahwa tindakan transfusi bisa
dilakukan dengan menggunakan darah dari keluarga terdekat misalnya ibu, apabila
kondisinya memungkinkan dan golongan darahnya sama/cocok.5. Apabila akhirnya
pasien setuju untuk menjalani transfusi, tapi menggunakan darah ibunya, langkah
selanjutnya adalah menganjurkan / menawarkan ibu klien untuk melakukan
pemeriksaan apakah kondisinya memungkinkan dan golongan darah keduanya sama
atau tidak.6. Apabila golongan darah keduanya sama dan kondisi si ibu
memungkinkan maka transfusi segera dapat dilakukan.7. Tapi apabila langkah
tersebut tidak menemukan jalan keluar, golongan darah mereka tidak sama atau
golongan darahnya sama tapi pasien berubah pikiran dan tidak mau menerima darah
dari ibunya, maka langkah selanjutnya adalah kerjasama dengan orang lain tenaga
kesehatan lainnya misalnya perawat lain, dokter yang menangani, orang yang
disegani, pemuka agama, tokoh masyarakat untuk membantu memberikan penjelasan
tentang tindakan transfusi yang tetap harus dilakukan.8. Apabila tetap tidak berhasil,
pasien tetap menolak maka sebagai seorang perawat yang menghargai hak orang lain
dalam mengambil keputusan akan dirinya, maka langkah selanjutnya adalah meminta
pasien / klien menandatangani format persetujuan penolakan tindakan (informat
consent).

Anda mungkin juga menyukai