6. Contoh Instrumen Pengkajian Warisan Budaya1. Dimana ibu Anda lahir ? ______2.
Dimana ayah Anda lahir ? ______3. Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______ a.
Ibu dari Ibu Anda ? ______ b. Ayah dari Ibu Anda ? ______ c. Ibu dari Ayah Anda ?
______ d. Ayah dari Ayah Anda ? ______4. Berapa saudara laki – laki ______ dan
perempuan ______5. Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____ Kota ______ Pinggir
Kota ______6. Dimana orang tua Anda dibesarkan ? Ayah ______ Ibu ______7.
Berapa usia Anda ketika datang ke Indonesia ? ______8. Berapa usia orang tua Anda
ketika datang ke Indonesia ? ______9. Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal
dengan Anda ? ______ Keluarga Inti ______ atau Keluarga Besar ______10. Apakah
Anda mempertahankan kontak dengan : a. Bibi, Paman, Sepupu ? ( 1 ) Ya ______
( 2 ) Tidak ______ b. Saudara Laki – Laki dan Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 )
Tidak ______ c. Orang Tua ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ d. Anak Anda Sendiri (
1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______11. Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu
Anda tinggal dekat rumah Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______12. Kira – kira
seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah
Anda ? ( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap Bulan ______ (
4 ) Hanya Liburan Khusus ______ ( 5 ) Tidak Pernah ______13. Apakah nama asli
keluarga Anda di ganti ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______14. Apakah kepercayaan
Anda ? ( 1 ) Katolik ______ ( 2 ) Islam ______ ( 3 ) Protestan ______ Denominasi
______ ( 4 ) Lain – Lain ______ ( 5 ) Tidak Ada ______15. Apakah pasangan Anda
mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak
______16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan
Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______17. Anda sekolah dimana ? ( 1 ) Pemerintah
______ ( 2 ) Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______18. Sebagai seorang
dewasa, apakah Anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan
latar belakang yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______19.
Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______20.
Dapatkah Anda mengambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? ( 1 ) Ya
______ ( 2 ) Tidak ______21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan
Anda ? ( 1 ) Lebih dari satu minggu ______ ( 2 ) Setiap minggu ______
18. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang
difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transcultural nursing adalah
untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman
keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan
keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku
caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring
merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara
kultur satu tempat dengan tempat lainnya.B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan
Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural nursing adalah : 1) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2) Nilai
budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang optimal
dalam pemberian asuhan keperawatan
19. 4) EtnosentrisBudaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki individumenganggap budayanya adalah yang terbaik5) EtnisBerkaitan
dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkanmenurut cirri-
ciri dan kebiasaan yang lazim6) RasPerbedaan macam-macam manusia didasarkan
pada mendiskreditkan asal muasalmanusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid,
negroid,mongoloid.Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau
diajarkan manusia kepadagenerasi berikutnya (taylor,1989)7) Etnografi: Ilmu
budayaPendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat
untukmengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu.8) CareFenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan
perilaku padaindividu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhanbaik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupanmanusia9) CaringTindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengarahkanindividu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhanuntuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia10) Culture careKemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi digunakanuntuk membimbing, mendukung atau member
kesempatan individu, keluarga atau
23. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya:
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang
pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi
saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya
untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak
terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi.
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang
Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai
perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f.
Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.D. Instrumen Pengkajian Budaya
Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh
beberapa ahli, diantaranya:
24. 1. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: a. Faktor teknbologi
(Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih
pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam
mengatasi masalah kesehatan b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious &
Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status pernikahan - Cara pandang
terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif
terhadap kesehatan c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social
Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin -
Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga - Pengambilan keputusan dalam
keluarga d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi /
jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan -
Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
25. - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-
hari e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi: -
Peraturan dan kebijakan jam berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu - Cara pembayaran f. Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan -
Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ;
penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anggota keluarga g. Faktor
Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan -
Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang sehat-sakit2.
Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu
dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan
transkultural model ini meliputi:
27. d. Hubungan kekeluargaan e. Kepercayaan agama dan spiritual f. Kode etik dan
moral g. Pendidikan h. Politik i. Status ekonomi dan social j. Kebiasaan dan gaya
hidup k. Faktor/sifat-sifat bawaan l. Kecenderungan individu m. Profesi dan
organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self
assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi
transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.Aplikasi konsep
dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia (perawatan
danpengasuhan anak). Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang sehat dan
sakit, kesejahteraan dankesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang anak
mengharuskan perawatmengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya
berkontribusi padaperkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya
mempengaruhi praktikpengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan.
Budaya adalah pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar
membentuk/ membimbing pandangn dan keputusan secara kelompok masyarakat
(Buchwald dkk, 1994). Ras adalah suatu pembagian sifat yang dimiliki makhluk
hidup yang dapat diwariskan melalui keturunan, misal; kaukasia (putih), negro
(hitam), dan Mongol (kuning). Etnisitas yaitu afiliasi dari sekelompok individu yang
mempunyai keturunan budaya, sosial dan bahasa yang unik. Sosialisasi yaitu proses
ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat tertentu untuk
dapat berfungsi dalam kelompok tertentu.
28. Budaya dan sub budaya mempengaruhi keunikan anak dalam cara yang tidak
jelasdan pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai
dan praktikmereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin
dianggap ”menyimpang”atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa
kanak-kanak cenderung mencirikankarakteristik dan perilaku anak terhadap hidup,
membimbing mereka untuk berjuangsepanjang hidup dan memantau keinginan
impulsif mereka yang berentang pendek.Karenanya setiap masyarakat terus menerus
mensosialisasikan setiap generasi pada warisanbudayanya. Budaya mengembangkan
dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat dandiinginkan; budaya berupaya
menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai dengannorma budaya.
Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka; budayalain
lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong kecerdikan
dankompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat kelompok.
Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia
dalamketerampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara
budaya. Dalambeberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis
kelamin yang sama, dibudaya lain bermain dalam jenis kelamin campuran. Pada
beberapa budaya, perbaikan timlebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan
dibatasi pada permainan individual.D. Studi KasusSeorang klien perempuan berusia
25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakankehamilannya yang pertama. Klien
tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminyaberasal dari Tapanuli. Mereka
saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil,suami klien berusaha
untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan memintaorang tua (ibu)
klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketatmengikuti
adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klienmerasa
tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari
suami,orang tua, dan mertuanya.Pertanyaan:Analisa kasus tersebut berdasarkan
konsep budaya dan transkultural yang telah saudarapelajari. Bagaimana peran perawat
bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk
membantu klien dan keluarganya?
29. Budaya Tapanuli Budaya Sunda Tidak boleh keluar rumah Tidak boleh keluar
rumah sembarangan, sembarangan, terutama sore hari terutama sore hari Ibu hamil
harus makan makanan adat Hanya memakan sayuran (dianggap Batak berupa ikan
batak, jenis ikan baik), sedangkan ikan, daging, dan buah- Mahseer buahan dianggap
tidak baik untuk bayi Harus menggunakan ulos Tondi (kain Tidak boleh melilitkan
anduk/ kain di khusus), agar ibu dan bayinya sehat leher ibu hamil, agar bayi tidak
terlilit pada waktu melahirkan kelak tali pusat Tidak boleh minum air terlalu banyak
karena bila melahirkan nantinya akan terlalu banyak air atau anak kembar Pantang
makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit
Dianjurkan minum air kelapa muda Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring
dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 9 bulan Dilarang
menucapkan beberapa kata- kata pantanganPeran Perawat pada kasus tersebut:1.
Mengkaji tingkat stress klien2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli
dan Sunda ) dari pasien dan keluarga serta mencarinya di literatur3. Menkaji faktor-
faktor budaya yang bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat stress klien4.
Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
30. 5. Perawat bersama dengan keluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan
atau dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien dan mertua)6. Menjelaskan
pada keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan7. Melibatkan
keluarga untuk bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan faktor
budaya
32. klien sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau
amis seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein
nabati yang lain. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan
implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya
dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat
kompleks dan sistematis secara ilmiah yang secara konstektal melibatkan banyak
hal,seperti bahasa yang digunakan,tradisi,nilai historis yang teraktualisasikan,serta
ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami
perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas termasuk organisasi
pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah pantai,pegunungan
atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk system nilai yang
diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanisI. KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21 termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin besar. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat, yang dapat dilambangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan.Perkembangan teori keperawatanx terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan practice
theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah
Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
34. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dari pemberian asuhan keperawatan.4) Etnosentris Adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-
budaya yang dimiliki oleh orang lain.5) Etnis Etnis berkaitan dengan manusia dari ras
tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan
yang lazim.6) Ras Merupakan system pengklarifikasian manusia
berdasarkankarakteristik fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada
tubuh dan bentuk kapala. Ada 3 (tiga) jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu
kaukasoid, negroid dan mongoloid.7) Etnografi Adalah ilmu yang mempelajari
budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan
saling timbal balik diantara keduanya.8) Care Adalah fenomena yang berhubungan
dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok.9)
Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan yang nyata.10)
Cultural care Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kamatian dengan damai.
35. 11) Cultural imposition Berkenaan dengan kecendrungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. ii. Prinsip
dalam asuhan keperawatan transcultural 1. Culture care preservation/maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan 2.
Culture care accumodation/negotiation Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan
klien. 3. Culture care reppatterning/restiueturing Yaitu prinsip merekontruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien kearah yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan
transcultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing
care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang
bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.III.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYAA. Pengkajian Asuhan
Keperawatan Budaya Asuhan keperawatan sebagai suatu proses atau rangkaian
kegiatan kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesui dengan
latar belakang budayanya. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalahkesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien.
37. 5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan indivudu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.6. Economical factors ( faktor ekonomi ) Klien
yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber – sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.7. Educational factors ( faktor
pendidikan ) Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan
klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi
saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya. Beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian budaya adalah : a. Tidak
menggunakan asumsi b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik,
misalnya orang batak galak, orang padang pelit
38. c. Menerima dan memahami metode komunikasi d. Menghargai perbedaan
individual e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu f. Tidak boleh
membeda – bedakan keyakinan klien g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan
pribadiIV. BEBERAPA INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA Keragaman Budaya
Dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Alat Pengkajian Warisan Budaya1.
Dimana ibu Anda lahir?2. Dimana ayah Anda lahir?3. Dimana kakek –nenek Anda
lahir? a. Ibu dari ibu Anda? b.Ayah dari ibu Anda? c. Ibu dari ayah Anda? d. Ayah dari
ayah Anda?4. Berapa saudara laki-laki . . . . . dan perempuan . . . .5. Dimana Anda
dibesarkan? Desa . . . . Kota. . . .Pinggir kota . . . .6. Dimana orang tua Anda
dibesarkan? Ayah . . . . Ibu . . . .7. Berapa usia Anda ketika datang ke Amerika
Serikat?8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Amerika Serikat? Ayah . . . .
Ibu . . . .9. Ketika Anda dibesarkan ,siapa yang tinggal dengan Anda? Keluarga
inti . . . . atau . . . . Keluarga besar . . . .10. Apakah Anda mempertahankan
dengan . . . . . a. Bibi,paman,sepupu Ya Tidak b. Saudara laki-laki dan perempuan Ya
Tidak
39. c. Orang tua Ya Tidak d. Anak Anda sendiri Ya Tidak11. Apakah kebanyakan dari
bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? 1. Ya 2. Tidak12. Kira-kira
seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah
Anda? 1. Setiap hari . . . . 2. Setiap minggu . . . . 3. Setiap bulan . . . . . . 4. Hanya
liburan khusus . . . . 5. Tidak pernah . . . . .13. Apakah nama asli keluarga Anda
diganti? 1. Ya 2. Tidak14. Apakah kepercayaan Anda? 1. Katolik 4.Lain-lain 2. Islam
5.Tidak ada 3. Protestan . . . . Deromilasi . . . .15. Apakah pasangan Anda mempunyai
kepercayaan yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .16. Apakah pasangan
Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .17.
Anda sekolah di mana? 1. Pemerintah . . . . 2. Swasta . . . . . 3. Seminar/pesantren . . . .
18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di daerah di mana tetangga
mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2.
Tidak . . . .19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .
20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? 1.
Ya . . . . 2.Tidak . . . .21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda?
42. Data demografik meliputi : Ukuran populasi total dalam kota/desa Dibagi-
bagi berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target Dibagi-bagi
berdasarkan usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Keyakinan tentang
kesehatan tradisional dan penyakit yang ditemukan dalam kelompok target. Praktek
kesehatan tradisional dan terhadap penyakit dalam kelompok target. Penggunaan
dan sumber pengobatan di rumah. Identitas penyembuh tradisional (dukun).Faktor
Kultural Dan Proses Keperawatan Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien
dari latar belakang yang berbeda- beda harus was Pada dan sensitif terhadap keunikan
warisan budaya dan tradisi kesehatan mereka sendiri dan kemudian terhadap latar
belakang sosio-kultural klien. Mereka harus mengkaji dan mendengarkan dengan
cermat terhadap praktek dan keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses
keperawatan memberdayakan perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat
individual dan dapat diterima untuk memberikan asuhan yang sensitif secara kultural.
V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA A. Perawatan Lansia. Masa dewasa tua
(lansia ) dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun. Petugas kesehatan lebih
banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan kesehatan karena itu
merka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi kebutuhan khususnya.
Asuhan keperawatan pada lansia adalah proses kompleks dan menantang yang harus
memperhitungkan hal –hal berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia
( Lueckenotte 1994).
43. 1. Pengkajian. Keperwatan Gerontologis memberikan pendekatan kreatif
unutukmemaksimalkan potensi klien lansia. Dengan pengkajian informasi
komperehensiptentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat
menidentifikasikebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat
memprtahankankemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan
psikososial danspritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk
terikat secaraaktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan
informasipenting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada
perkembanganfisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang
perubahan iniuntuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka
beradaptasiterhadap perubahan. Perawat juga harus mempertimbangkan kemungkinan
perubahansensori yang dapat mempengaruhi problem data. Perawat juga
harusmempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat
pendengarankarena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak
memahami isyaratvisual atau pendengaran, pengkajian mungkin tidak akurat. Misalny
a jika klienmengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak
tepat dapatmenyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien
lansia mungkinmengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami
beberapa perubahan,Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien
tergantung pada kesehatan,gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan.2. Diagnosa
Keperawatan. Data secara sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian
adalah halyang esensial dalam keperawatan gerontologis, karena status klien sering
beubahBeberapa diagnosa keperawatan mempunyai beberapa faktor yang
berhubunganIndentifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin
untuk setiapdiagnosa memberikan arahan dalam mengembangkan intervensi
keperawatan,.Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan
penyebabnya adalahlebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data
memerlukan pertimbanganterhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga
presepsi klien lansia tentangstatus kesehatannya. Validasi data dari keluarga,
kolega,perwat, profesi kesehatan laindan catatan rekam medis mungkin diperlukan.
Pengkajian data yang terdiri dari
45. 5. Evaluasi Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam
memenuhi hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi
dan perubahan apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan
dapat direvisi atau dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin
terpengaruh sesuai perubahan tujuan. Klien dan keluarga termasuk dalam
pengembangan rencana keperawatan, masukan dari mereka dalam mengevaluasi
hhasil perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada lansia sangat individual.
Perubahan seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi mungkin jarang
atau sering dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan intervensi
menentukan frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari
komplikasi kulit karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika
intervensinya penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu.
Perawat memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam
mengevaluasi rencana intrevensi dan kemajuan.VI. PERAWATAN MENJELANG
DAN SAAT KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang
sangat penting bagi keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat
harus dapat berbagi penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal
untuk meningkatkan kualitas hidup. Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu
proses yang progresi menuju kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan
fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasian caring pada
klien menjelang ajal berupa:A. Peningkatan kenyamanan Kenyamanan bagi klien
menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology society and the
American Nurses Association,1974) Hal hal yang harus diperhatikan dalam
peningkatan kenyamanan
46. 1. Kontrol nyeri Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu
klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi
kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis. 2. Ketakutan
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa
ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang
setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu. 3. Pemberian terapi dan
pengendalian gejala penyakit. Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat
mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian
terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran
penyakit. 4. Higiene personal Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang
harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman.B. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat
perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar
klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. Dalam
pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada
juga perawatan dirumah atau perawatan hospice. 1. pemeliharaan kemandirian di
rumah sakit Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit
diberikan kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat dalam pemeliharaan
kemandirian di rumah sakit : o Perawat harus mengimformasikan klien tentang
pilihan o Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien
48. 3. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulus yang
bermakna. 4. memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau
surat dari anggota keluarga. 5. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian 6.
Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani klien.
D. Peningkatan ketenangan spiritual Memberikan ketenangan spiritual mempunyai
arti lebih besar dari sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memberikan dukungan
kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat,
klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan keyakinan yang
berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien
dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan
keyakinan, perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan
klien. E. Dukungan untuk keluarga yang berduka dukungan diberikan agar keluarga
dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi duka berkepanjangan. Hal-hal
yang dilakukan perawat, perhatikan 1. perawat harus mengenali nilai anggota
keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien
menjelang ajal. 2. mengembangkan hubungan suportif. 3. menghilangkan ansietas dan
ketakutan keluarga 4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin
dilibatkan.PERAWATAN SETELAH KEMATIAN
49. perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah
kematiankarena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase
sakit. Dengandemikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien
dengan martabat dansensitivitas.Peran perawat : 1. perawat menyiapkan tubuh klien
dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin 2. perawat
memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien 3. perawat
memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien 4. perawat
harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu keluarga yang berduka
51. Dilihat dari segi kebudayaan klien masih menganut kebiasaan timur dimana
seorang istri menjadi keharusan melakukan kewajiban melayani suami sebagai kepala
keluarga 3. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup)
Dipandang dari segi agama klien masih menganut kepercayaan yang kuat terhadap
norma agama. Contoh : tidak boleh bersentuhan dengan wanita selain istri dan
anaknya. 4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )
Sebagai kepala keluarga klien memegang budaya yang menganggap bahwa sudah
seharusnya seorang istri mendampingi seorang suami dalam keadaan sakit, klien
beranggapan budaya ini adalah budaya yang baik. 5. Political and Legal factors
( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku Dalam kasus ini peraturan rumah sakit
melarang keluarga untuk menunggu klien yang sedang dirawat diruang semi intensif.
Yang merupakan hasil kebijakan rumah sakit. Kelompok mengambil suatu
kesimpulan kebijakan RS berdasarkan suatu standar perawatan untuk mencegah
infeksi nosokomial. Dalam kasus ini kelompok berpendapat dipandang dari konsep
perawatantranskultural dan perawatan usia lanjut, perawat mengambil kebijakan
denganmembolehkankan istrinya ada didalam ruangan pada saat kebutuhan ADL
seperti pada saateliminasi bab dan bak,makan,minum obat oral,memandikan atau
kebutuhan lain dimanamemang kehadiran istri sangat dibutuhka.Diluar itu
istri/keluarga dpersilahkan menunggudiluar.ruangan. .
56. keyakinannya didukung oleh bukti=bukti ilmiyah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.II.A.3.Beberapa instrument
pengkajian budaya. A.3.1 Nurse Client Negotiations Model Pegkajian kultural dan
perencanaan keperawatan bsgi mereka yang berasal berasal dari latar belakang budaya
berlainan. Mengakui perbedaan gagasan perawat dan klien tentang kesehatan,
penyakit dan pengobatan. Menurut Kleinman 1978 : Arena populer , konteks
keluarga tentang penyakit, perawatan jaringan soaial dan perspektif masyarakat.
Arena profesional, pengobatan ilmiah dan tradisi sehat. Arena rakyat, peran ahli
pengobatan/penyembuhan yang tidak profesional(dukun). 3.1a. Enam fenomena
kultural : a) Komunikasi Verbal, bahasa utama dan non verbal. b) Ruang pribadi
Tindakan lebih menonjol daripada kata-kata. c) Organisasi sosial Prilaku didapat,
cirikhas budaya, nilai berorientasi internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan
keputusan bersama keluarga. d) Waktu Bagaimana cara mengkaji waktu, konsep
waktu. e) Kendali lingkungan Lokus kontrol, cara mengevaluasi sistem kesehatan. f)
Variasi biologis Struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik dan psikologis.
Menurut Anderson ( 1990 ) alat untuk memahami perspektif dari sudut pandang
klien : a. Menurut anda, apa yang menjadi penyebab masalah ini? b. Menurut anda,
mengapa mulai ada masalah ini? c. Apa akibat penyakit itu bagi anda, bagaimana bisa
begitu? d. Separah apa sakit anda? Apakah anda akan sakit lama / sebentar? e.
Pengobatan apa yang anda pikir sebenarnya anda terima? f. Hasil terpenting apa yang
anda harap dapat diperoleh dari pengobatan ini? g. Masalah besar apakah yang
dibutuhkan penyakit anda? h. Apa yang paling anda takutkan dari penyakit anda?
3.1.b.Pendekatan atau langkah – langkah untuk memberikan yang peka budaya : 1)
Memadukan pengajaran klien berdasarkan data dari langkah terdahulu. 2)
Mengidentifikasi adaptasi yang dilakukan klien. 3) Membiasakan diri dengan budaya
klien.
58. Hal yang dikaji ; pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki keluarga,(biaya dari sumber lain ( asuransi, penggantian biaya dari kantor,
patungan antar anggota keluarga).7. Faktor pendidikan / educational factor Hal yang
dikaji ; tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan / tingkat kemampuan untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.II.B.Aplikasi transkultural pada beberapa masalah kesehatan. II.B.1.Aplikasi
transkultural pada masalah penyakit kronis. II.B.2.Aplikasi transkultural pada
gangguan nyeri. B.2.1. Definisi nyeriAdalah cukup beragam,sebagian karena rasa
sakit kompleks dan sebagian karena banyakpandangan yang berbeda dari rasa nyeri.
Nyeri adalah sensasi rasa dengan kerusakan jaringanyang nyata atau potensial
melibatkan gangguan kimia di sepanjang jalur neurologis.Kompetensi cultural
perawat dalam merawat klien dengan nyeri.Identifikasi sikap personal.- Bina
hubungan efektif Perawat – klien.- Bangun kompetensi perawat.- Kaji nyeri.-
Management nyeri.- Tanggung jawab yang jelas.Kompetensi perawat pada perbedaan
budaya dengan klien respon nyeri.Ekspresi rasa sakit bervariasi dari budaya ke
budaya dan dapat bervariasi dari orang keorang dalam suatu budaya.sebagai contoh:-
America AfricaBeberapa orang percaya rasa sakit dan penderitaan adalah bagian dari
kehidupan dan akanbertahan.Beberapa percaya bahwa doa menengadahkan tangan
akan bebas dari penderitaan dari rasasakit.Beberapa orang mungkin menolak atau
menghindari berurusan dengan rasa sakit sampai iamenjadi tak tertahankan.- Meksiko
AmericaCenderung untuk melihat rasa sakit sebagai bagian dari kehidupan dan
sebagai indicator darikeseriusan penyakit.Beberapa percaya bahwa rasa sakit yang
abadi adalah tanda kekuatan.
59. Banyak cenderung keras dan vocal dalam ekspresi nyeri mereka. Ini adalah cara
belajaruntuk mengatasi sosial dan penting untuk perawat tidak menghakimi atau
menolak.- Asia AmericaNilai – nilai budaya cina diam akibatnya beberapa klien
tenang ketika sakit karena merekatidak ingin menimbulkan aib untuk diri dan
keluarga mereka.Jepang mungkin memiliki rasa lebih tabah ( minim ekspresi verbal
dan non verbal 0 responterhadap sakit.Mereka bahkan menolak obat nyeri.Filipina
mungkin klien percaya bahwa rasa sakit adalah kehendak Tuhan, Beberapa
lansiaFilipina juga menolak obat nyeri.Native AmerikaSecara umum penduduk asli
Amerika yang tenang kurang ekspresif secara lisan dan nonverbal dapat mentolelir
tingkat tinggi rasa sakit. Meereka cenderung untuk tidak memintaobat penghilang rasa
nyeri dan dapat mentolelir rasa sakit mereka sampai secara fisik merekacacat.-
Amerika ArabTanggapan nyeri dianggap pribadi dan dicadangkan untuk segera pada
keluarga, tidakdengan professional kesehatan.Akibatnya hal ini dapay menyebabkan
persepsi yang salingbertentangan antara anggota keluarga dan perawat mengenai
efeaktifitas nyeri klien. B.2.2.PERSPEKTIF BUDAYA TRANSKULTURAL PADA
KEPERAWATANKeperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat dapatdikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam prakter keperawatan.
Salah satu teorikeperawatan adalah transkultural nursing teori. Teori menjabarkan
konsep keperawatan yangdidasari oleh pemahaman tentang perbedaan nilai – nilai
cultural yang melekat dlammasyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikankeanekaragaman budaya dan nilai – nilai dalam penerapan
askep pada klien.Bila hal tersebutdiabaikan oleh perawat akan mengakibatkan
KULTURAL SHOCK.Kultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampuberadaptasi dengan adanya perbedaan nila budaya dan
kepercayaan. hal ini dapatmenyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan,ketidskberdayaan, dan beberapa mengalamidisorientasi. Salah satu
contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalaminyeri.Pada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasanyeri dengan berteriak atau menangis, tapi karena perawat memiliki kebiasaan
bila nyerihanya dengan meringis pelan , bila berteriak atau menangis akan dianggap
tidak sopan.Makaketika mendapati klien tersebut menangis atau berteriak maka
perawat meminta untukbersuara pelan atau berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap mengganggu pasienlainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunankualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.
67. universal dimana ekspresi, struktur, dan polanya bervariasi diantara kultur
satutempat dengan tempat lainnya.Heritage ConsistencyTeori ini menggambarkan
tingkat dimana gaya hidup mencerminkan kontekscultural. Teori ini telah diperluas
dalam upaya untuk mempelajari tingkat dimangaya hidup mencerminkan budaya
tradisional, apakah berkebangsaan Afrika, Asia,Eropa, atau HispanikModel ini
mempunyai empat komponen, yaitu budaya, etnis, religi, dan sosialisasi.a. Budaya
Budaya atau kultur adalah sistem “metekomunikasi” yang di dalamnya tidak hanya
bahasa lisan mempunyai makna, tetapi juga segala sesuatu yang lain
(Matsumato,1988). Contoh: cara individu bereaksi terhadap percakapan seseorang,
kontak mata, memegang tangan.b. Etnisitas Etnisitas adalah rasa identitas diri yang
berkaitan dengan kultur sosial umum dan warisan budaya. Seseorang dapat dilahirkan
dalam suatu kelompok etnik tertentu tetapi dapat juga mengadopsi karakteristik dari
kelompok etnis lain.c. Religi Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat
Ketuhanan atau di luar kekuatan manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagi
pencipta dan pengatur alam semesta (Abramsom, 1980).d. SosialisasiParameter yang
Dipilih Untuk Cultural Care Nursinga. Kepercayaan tentang kesehatan dan praktek
Terdapat tiga cara pandang dari health belief menurut Andrews&Boyle (2002): 1)
Magicoreligious health belief: sakit dan sehat dikontrol oleh kekuatan supernatural. 2)
Scientific / biomedical health belief: hidup dan prosesnya dikontrol oleh proses fisik
dan biokimia yang dapat dimanipulasi oleh manusia. Sakit bias disebabkan oleh
kuman, virus, bakteri, kerusakan organ tubuh. 3) Holistic health belief: kekuatan
natural harus dipelihara keseimbangannya. Empat aspek dalam individu (fisik, mental,
emosional, spiritual) harus dijaga keseimbangannya untuk sehat.b. Family pattern
Bagaimana keterlibatan keluarga dalam merawat klien, patrilineal atau matrilineal,
adakah peran gender?c. Gaya komunikasi Berkomunikasi dengan klien dari berbagai
etnis dan latar belakang yang berbeda merupakan hal kritis dimana kompetensi
perawatan secara budaya sangat dipersiapkan. 1) Komunikasi verbal, hal-hal yang
harus diperhatikan: hindari penggunaan bahasa sehari-hari, medis, ataupun singkatan;
berbicara disertai gambar / menunjukan dengan gerak tubuh dapat meningkatkan
pengertian klien; kecepatan bicara tepat; memvalidasi apa yang sudah dibicarakan. 2)
Komunikasi nonverbal, meliputi kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan diam.
68. d. Ruang Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan
pada ruang di sekitar mereka. Teritorialitas adalah suatu sikap yang ditujukan pada
suatu area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau bereaksi secara emosional
ketika orang lain memasuki area tersebut. Keduanya dipengaruhi oleh kultur. Ruang
personal tercakup dalam banyak aktivitas keperawatan dan perawat harus sensitif,
misalnya dalam hal menyentuh pasien, suatu tindakan yang mempunyai makna
berbeda pada kultur dan individu yang berbeda. e. Waktu Orientasi waktu beragam
diantara kelompok kultur yang berbeda dan perawat mungkin menemukan kesulitan
untuk memahami dan merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan orientasi
waktu berbeda. Sebagai contoh: kultur di AS dan Kanada berorientasi kesehatan untuk
masa mendatang, kultur di Afrika berorientasi kesehatan lebih banyak pada situasi
saat ini. f. Pola nutrisi Setiap Negara mempunyai makanan pokok yang berbeda,
missal orang Asia makanan pokoknya nasi, Italian makanan pokoknya pasta, orang
Eropa Barat makanan pokoknya gandum. Agama mempengaruhi makanan pada setiap
budaya, misal beberapa orang Roma Katolik menghindari makan daging di hari Rabu
Abu dan Jumat Agung; penganut agama Islam tidak boleh mengkonsumsi daging
babi; penganut agama Budha, Hindu, Sikhs adalah strict vegetarian.2. Konsep dan
Prinsip dalam Asuhan keperawatan Transkultural Konsep dalam Transkultural
Nursing a. Budaya adalah norma / aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak, dan
mengambil keputusan. Budaya dapat didefinisikan sebagai karakteristik nonfisik,
seperti nilai, kepercayaan, sikap, dan adat istiadat yang dibagikan oleh kelompok dan
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Spector,2000). Budaya dapat
juga diartikan bagaimana kesehatan dipersepsikan, bagaimana informasi kesehatan
diterima, apa yang dipertimbangkan menjadi masalah kesehatan, bagaimana tanda dan
gejala tentang masalah kesehatan diekspresikan, siapa yang sebaiknya menyediakan
perawatan, bagaimana dan jenis perawatan apa yang sebaiknya diberikan. Budaya
adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia,
sebagai anggota komunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi
dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger,
1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat
digambarkan sebagai berikut: 1) Budaya adalah pengalaman yang universal sehingga
tidak ada dua budaya yang sama persis. 2) Budaya bersifat labil dan dinamis karena
budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami
perubahan.
69. 3) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa
disadari.b. Nilai budaya adalah keinginan individu / tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan
bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberi
asuhan keperawatan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan, dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,1985).d. Etnosentris adalah persepsi
yang dimiliki individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
diantara budaya-budaya yang dimiliki orang lain.e. Etnis berkaitan dengan manusia
dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan
kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh
kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu
yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi
berikutnya (Handerson, 1981).f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia
didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Ras merupakan sistem
pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh,
bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk kepala. Ada tiga jenis yang umumnya
dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.g. Etnografi adalah ilmu yang
mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.h.
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga, kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.j. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan, dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung, atau memberi kesempatan individu, keluarga, kelompok untuk
70. mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.k. Cultural imposition berkenaan
dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek,
dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Paradigma Transkultural
NursingLeininger (1985) mengartikan paradigm keperawatan transkultural sebagai
carapandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhankeperawatan sesuai latar belakang budaya.Terdapat empat konsep sentral
keperawatan menurut Andrew&Boyle (1995),yaitu:a. Manusia Manusia adalah
individu, keluarga, kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.b. Sehat Kesehatan adalah
keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada
rentang sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang
atau sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam
rentang sehat sakit yang adaptif (Andrew dan boyle, 1995).c. Lingkungan Lingkungan
didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan, dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat 3 bentuk
lingkungan: fisik, sosial, simbolik. Lingkungan fisik: lingkungan alam atau diciptakan
oleh manusia seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim,
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada
matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok kedalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti
struktur dan aturan- aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, bahasa dan atribut yang digunakan.d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya,
ditunjuk untuk memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
72. Negara yang berbeda. Selain hal itu penting juga bagi seorang perawat
mengetahui latar belakang klien seperti status sosial eknomi, sumber daya yang
tersedia untuk pengobatan medis, risiko kesehatan dalam lingkungan dan ketersediaan
sistem dukungan.b. Riwayat biokultural Identifikasi risiko kesehatan klien yang
berhubungan dengan riwayat sosial budaya dan biologis pada waktu masuk.beberapa
risiko kesehatan disebabkan oleh konteks ekologi budaya. Contohnya hipertensi
maligna pada orang Amerika Afrika, penyakit tay-sach pada orang Yahudi Ashkenazi,
intolerasi laktosa pada orang Asia, Afrika, dan Hispanic ( USDHHS, Office of
Minority Health.n.d)c. Organisasi sosial Kelompok budaya terdiri atas unit-unit
organisasi yang disatukan oleh hubungan kekeluargaan, status dan peran yang sesuai
dengan anggotanya. Contohnya pada masyarakat yang sebagian besar terdiri atas
orang Amerika, unit organisasi sosial yang terbanyak adalah keluarga inti dimana
anak yang sudah menikah dan dewasa tinggal dikerabat jauh sebanyak tiga generasi
dan hubungan fiktif atau tanpa hubungan darah. Hubungan keluarga bisa diperluas
sampai ke keluarga pihak ayah dan pihak ibu (bilineal) atau terbatas pada pihak ayah
saja (patrilineal) atau pihak ibu saja (matrilineal). Status klien dalam hierarki sosial
biasanya berhubungan dengan kualitas seperti usia dan gender dan status kesuksesan
seperti pendidikan dan kedudukan. Tapi seorang perawat harus mampu menentukan
siapa yang berhak membuat keputusan dalam keluarga dan bagaimana cara
membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.d. Agama dan kepercayaan
spiritual Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien
tentang kesehatan dan penyakitnya. Rasa nyeri dan penderitaan serta kehidupan dan
kematian. Banyak budaya tidak membedakan antara agama dan spiritual tapi ada
sebagian lain yang membedakan dengan jelas konsep spiritualitas.e. Pola komunikasi
Kelompok budaya yang berbeda memiliki pola bahasa dan komunikasi yang berbeda-
beda pula. Pola ini menggambarkan nilai-nilai dasar budaya dari suatu masyarakat.
Mengamati tingkah laku klien dan menjelaskan pesan dari pihak dalam yang
terpercaya akan mencegah terjadinya interpretasi yang salah. Budaya juga membentuk
komunikasi non verbal. Budaya mempengaruhi jarak antara partisipan dalam sebuah
hubungan, kontak mata, sentuhan, dan seberapa banyak informasi pribadi yang akan
klien bagikan. Untuk memperkecil jarak dalam komunikasi dengan klien, perawat
perlu membangun hubungan dan berkelakuan sesuai dengan budaya klien melalui
manajemen impresi.f. Orientasi waktu Semua budaya mempunyai dimensi waktu
lampau, sekarang dan mendatang. Penting bagi perawat untuk memahami orientasi
waktu klien. Informasi ini bermanfaat dalam merencanakan pelayanan harian,
membuat perjanjian procedural, dan membantu klien merencanakan kegiatan
perawatan diri dirumah. Perbedaan terjadi dalam dimensi waktu yang berfokus
budaya dan cara pengungkapan waktu. Orientasi waktu mendatang memperkecil
waktu sekarang sehingga komunikasi cenderung bersifat langsung dan berfokus pada
penerimaan tugas. Komunikasi bersifat sirkular dan secara tidak langsung
menghindari risiko menyinggung dan tidak menghormati orang lain. Untuk
73. memperbaiki akses klien terhadap pelayanan kesehatan dibutuhkan jadwal yang
sesuai dengan pola kegiatan budayanya. Saat menjadwalkan perjanjian dan rujukan,
ketahui dan atasi yang menjadi penghalang menepati waktu dengan klien. Supaya
bantuan terorganisasi dengan baik, perawat memerlukan partisipasi klien dan
membantu klien dalam membuat perubahan. Adapun prinsip-prinsip dalam
pengkajian budaya adalah: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat
streotip, misal orang Padang pelit, orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami
metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Menghargai kebutuhan
personal dari setiap individu. f. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. g.
Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi.4. Beberapa Instrumen pengkajian
Budaya Pertanyaan yang dapat muncul saat melakukan pengkajian kebudayaan
diantaranya: a. Dimana ibu anda lahir? b. Dimana ayah anda lahir? c. Dimana kakek –
nenek anda lahir? d. Berapa saudara laki-lakidan perempuan? e. Dimana anda
dibesarkan? (nama desa, kota) f. Dimana orang tua anda dibesarkan? g. Berapa usia
anda ketika datang? h. Berapa usia orang tua anda ketika datang? i. Ketika anda
dibesarkan,siapa yang tinggal dengan anda? (keluarga inti atau keluarga besar) j.
Apakah anda mempertahankan kontak dengan bibi, paman,sepupu, saudara laki- laki
dan perempuan, orang tua, anak anda sendiri? k. Apakah kebanyakan dari bibi,
paman, sepupu anda tinggal dekat rumah? l. Kira-kira seberapa sering anda
mengunjungi anggota keluarga anda yang tinggal di luar rumah anda? (setiap hari,
setiap minggu, setiap bulan, hanya liburan khusus, tidak pernah) m. Apakah nama asli
keluarga anda diganti? n. Apakah kepercayaan anda? (Islam, Katolik, Protestan, lain-
lain, tidak ada) o. Apakah pasangan anda mempunyai kepercayaan yang sama seperti
anda? p. Apakah pasangan anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan anda?
q. Anda sekolah dimana? (Pemerintah, swasta, seminari /pesantren) r. Sebagai orang
dewasa, apakah anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan
latar belakang yang sama dengan anda? s. Apakah anda mempunyai institusi
keagamaan? t. Dapatkah anda menggambarkan diri anda sendiri sebagai anggota yang
aktif? u. Seberapa sering anda menghadiri institusi keagamaan anda? (lebih dari satu
minggu, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun atau kurang, tidak pernah) v.
Apakah anda mempraktekan keagamaan ada di rumah? (Ya, di mana tempatnya?,
tidak, berdoa, membaca kitab suci, diet, merayakan hari besar keagamaan) w. Apakah
anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik anda?
74. x. Apakah anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik yang sama dengan anda? (ya,
sebutkan tempatnya; tidak; bernyanyi; perayaan hari besar; berdansa; festival; adat
istiadat; lain-lain) y. Apakah teman anda dari latar belakang kepercayaan yang sama
dengan anda? z. Apakah teman anda dari latar belakang etnik yang sama dengan
anda? aa. Apakah bahasa asli anda? bb. Apakah anda berbicara dengan bahasa
tersebut? (terutama, kadang-kadang, jarang) Makin besar jumlah jawaban “ya” makin
kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu jawaban tidak yang menunjukan
indentitas keturunan adalah “apakah nama anda diganti?”) PENGKAJIAN
TINDAKAN Melakukan pengkajian konsistensi warisan budayaKonsistensi warisan
budaya pada diri sendiri dan klien Tanya tentang keyakinan klien mengenai sifat dari
masalah kejahatan dan tindakan yang dilakukan diKontrol lingkungan rumah atau di
komunitas untuk mengatasi atau mencegahkannya Tanya tentang acuan nutrisi Amati
tentang struktur tubuh, kulit, tonus danVariasi biologis warna kulit Waspada terhadap
masalah kesehatan yang umum tejadi dalam latar belakang klien.Organisasi sosial
Lakukan aktivitas komunitas Tetapkan kebutuhan klien yang tidak dapatKeterampilan
komunikasi berbicara dalam bahasa perawat dan berikan penerjemah yang kompeten
Waspada terhadap teritori, cara persetujuanRuang sebelum memasuki teritori klien
Waspada terhadap pengharapan sentuhan danWaktu kontak mata. Pahami perbedaan
dalam orientasi waktu B. Pengaruh Budaya terhadap Pengobatan dan Makanan /
Etnofarmakologi dan Nutrisi Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia, baik dalam
hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan
yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma
dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya
dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah
tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berpikir. Perubahan sosial
dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan antara
budaya dan pengobatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu
masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan
dan respon terhadap kesehatan dan penyakit dalam
75. segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi
tenagakesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
merekamengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskankeyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan pengobatan.
Apakah kebudayaan itu? Mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu,tapi
tidak setiap orang dapat menjelaskannya. Sebagian orang menjelaskan
bahwakebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu
yangdipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah
mengundangresiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh
suatu batasantertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas
sesuai denganperkembangan dari masyarakat itu sendiri Di dalam masyarakat
sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentukuntuk mempertahankan hidup
diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka.Berbagai kebiasaan dikaitkan
dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi,yang bertujuan supaya
reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern, tidak semua
kebiasaan itu baik. Ada beberapayang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan
menyusukan bayi yang lama padabeberapa masyarakat, merupakan contoh yang baik
kebiasaan yang bertujuanmelindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada
ibu-ibu lanjut usia, tradisibudaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia
berusaha menyusukan bayinyadan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana
yang dibutuhkan bayi (biasanyademikian) bayi dapat mengalami malnutrisi dan
mudah terserang infeksi. Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang
apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak
mengertibagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari
sikapmereka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit
diisolasidan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan
daripenyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC. Bentuk pengobatan yang
diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapanmereka sendiri tentang bagaimana
penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggappenyakit itu disebabkan oleh hal-hal
yang supernatural atau magis, maka digunakanpengobatan secara tradisional.
Pengobatan modern dipilih bila meraka dugapenyebabnya adalah faktor ilmiah. Ini
dapat merupakan sumber konflik bagi tenagakesehatan, bila ternyata pengobatan yang
mereka pilih berlawana dengan pemikiransecara medis. Didalam masyarakat industri
modern iatrogenic disease merupakan problema.Budaya menuntut merawat penderita
di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulahtempat ideal bagi penyebaran kuman-
kuman yang telah resisten terhadp antibiotika. Tentu saja kebudayaan itu tidak statis,
kecuali mungkin pada masyarakatpedalaman yang terpencil. Hubungan antara
kebudayaan dan kesehatan biasanyadipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana
cara-cara hidup mereka tidakberubah selama beberapa generasi, walaupun mereka
merupakan sumber data-databiologis yang penting dan model antropologi yang
berguna, lebih penting lagi untukmemikirkan bagaimana mengubah kebudayaan
mereka itu. Pada Negara dunia ke-3laju perkembangan ini cukup cepat, dengan
berkembangnya suatu masyarakatperkotaan dari masyarakat pedesaan. Ide-ide
tradisional yang turun temurun, sekarangtelah dimodifikasi dengan pengalaman-
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikapterhadap penyakit pun banyak
mengalami perubahan .Kaum muda dari pedesaanmeninggalkan lingkungan mereka
menuju ke kota. Akibatnya tradisi budaya lama didesa makin tersisih. Meskipun
lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di
76. kontrol dengan teknologi, setiap individu didalamnya adalah subjek daripada
tuntutanini, tergantung dari kemampuannya untuk beradaptasi. Bila suatu bentuk
pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatumasyarakat dimana faktor-
faktor budaya masih kuat, biasanya dengan segera merekaakan menolak dan memilih
cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akanmemilih cara baru atau lama,
akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaandan harapan pokok mereka
lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebutberfaedah, sama sekali tidak
berguna, atau lambat memberi pengaruh. Namun merekalebih menyukai pengobatan
tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidupmereka. Maka cara baru itu
akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untukkasus-kasus tertentu saja.
Pelayanan kesehatan yang modern oleh sebab itu harus disesuaikan
dengankebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara
moderndan menyapu semua cara-cara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari
lain sukuatau bangsa, sering mereka merasa asing dengan penduduk setempat, ini
tidak akanterjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan
mereka danmenjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak
simpatikserta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap
masyarakatmempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan
kesehatanmasing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka,
akanmempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak
merekaterima. Pemuka-pemuka didalam masyarakat itu harus diyakinkan sehingga
merekadapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan
untukmelunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberikan manfaat
yanglebih besar. Pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya
bilapengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti
mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi, penderita akan tidak puas hanya
denganmemberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu
penghalangdalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu
mereka akanberpikir dan menerima. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat
tertentu tidaklah kaku dan bisauntuk diubah, tantangannya adalah mampukah tenaga
kesehatan memberikanpenjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan
kesehatan yang akan diberikankepada masyarakat. Ada banyak cara yang bisa
dilakukan, mulai dari perkenalanprogram kerja, menghubungi tokoh-tokoh
masyarakat maupun melakukan pendekatansecara personal.Etnofarmakologi
Etnofarmakognosi adalah bagian dari ilmu farmasi yang mempelajaripenggunaan obat
dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsatertentu. Ruang
lingkup etnofarmakognosi meliputi obat serta cara pengobatanmenggunakan bahan
alam. Masyarakat etnik suatu daerah mempunyai kebudayaandan kearifan lokal yang
khas sesuai dengan daerahnya masing-masing. Hal tersebutberdampak pada
pengetahuan obat dan pengobatan tradisionalnya. Berbagai etnikatau suku bangsa di
Indonesia mempunyai pengalaman empiris masing-masing dalammengatasi gangguan
kesehatan. Pengetahuan empirik etnis berbeda pada setiapwilayah tergantung pada
sifat khas dan kearifan budaya (cultural wisdom) masing-masing. Etnofarmakognosi
merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat
77. tradisional yang seringkali terbukti secara empiris dan setelah melalui
pembuktian-pembuktian ilmiah dapat ditemukan atau dikembangkan senyawa obat
baru. Masyarakat etnik tradisional umumnya mempunyai budaya kehidupan yangjuga
tradisional, termasuk dalam hal pemeliharaan kesehatan. Budaya tradisional yangkuat
menyebabkan pengetahuan obat dan cara pengobatan juga diperoleh secara
turuntemurun, terbatas dalam pengetahuan jenis penyakit dan cara
penanggulangannya.Kehidupan yang menyatu dengan alam dan keyakinan bahwa
dirinya merupakanbagian dari alam menumbuhkan kesadaran bahwa alam adalah
penyedia obat bagidirinya dan masyarakatnya. Mulai dari sinilah berkembang
pengertian obattradisional. Obat tradisional Indonesia merupakan bagian dari sosio
budaya bangsa yangmenjadi salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia. Bagian
integral sosio budayabangsa mempunyai makna bahwa keberadaan dan eksistensi
obat tradisional dalamera modernisasi di segala bidang, khususnya dalam bidang
kesehatan, menjaditanggung jawab seluruh komponen bangsa. Kemajuan ilmu dan
teknologi yangmerambah hampir semua bidang ilmu, termasuk teknologi kesehatan
pada umumnya,serta teknologi farmasi pada khususnya, menyebabkan pergeseran
pola konsumsi danpenggunaan obat-obatan. Modernisasi menyebabkan perubahan
perilaku dan polahidup, yang berdampak pada penggunaan dan konsumsi obat. Obat
tradisional Indonesia yang pada awalnya merupakan produk obatkebanggaan bangsa,
perlahan terkikis oleh budaya teknologi yang menjadi tumpuanpola pikir masyarakat.
Perkembangan ilmu kimia organik sintetis menghasilkanmolekul kimia organik
berkhasiat obat dengan jumlah yang fantastis. Industri kimiaorganik sintetis memacu
industri farmasi menghasilkan obat-obat yang berbahan bakusenyawa sintetis. Industri
obat berbahan kimia sintetis menyebabkan tumbuhkembang industri farmasi yang luar
biasa, namun di sisi lain industri obat tradisionalyang berbahan baku herbal terancam
kelangsungan hidupnya. Persaingan tidak sehatmulai mucul. Industri obat berbahan
kimia sintetis yang dipelopori oleh industri obatnegara-negara maju melontarkan isue
tentang obat tradisional yang belum terujikhasiatnya secara klinik. Pola pikir
masyarakat yang mulai beranjak modern menerima isue tersebutsebagai sesuatu yang
benar, sehingga perlahan penggunaan dan segmen penggunaobat tradisional mulai
berkurang. Obat tradisional mengalami kemunduran, obatberbahan kimia sintetis
mulai menguasai pasaran. Hukum ekonomi mulai berlaku,permintaan yang tinggi
menyebabkan harga obat berbahan kimia sintetis menjaditidak terjangkau masyarakat
tingkat menengah ke bawah, sementara obat tradisionaltelah ditinggalkan karena
krisis kepercayaan. Indonesia, sebagai negara dengan megadiversivitas flora yang
konon menduduki tingkat tertinggi kedua setelah Brazilia,seharusnya mempunyai
pemikiran untuk mengembangkan kekayaan yang tidakterhingga nilainya tersebut.
Industri obat berbahan kimia sintetis boleh saja majupesat, tapi hal itu tidaklah harus
berarti bahwa obat tradisional Indonesia hanyatinggal sejarah atau cerita saja.
Indonesia adalah negara yang mempunyai potensikekayaan alam dan budaya sangat
bervariasi, yang bila berkembang sinergis akanmenghasilkan sesuatu yang berarti bagi
bangsa pada khususnya, dan bagi dunia padaumumnya. Obat tradisional seringkali
merupakan cikal bakal penemuan obat baru.Sejarah membuktikan bahwa Cinchonine,
suatu alkaloid yang menjadi obat terpilihuntuk mengatasi malaria, merupakan
metabolit sekunder yang berasal dari kulitbatang pohon kina (Cinchona succirubra L.,
C. calisaya L, atau C. ledgeriana L.).Penelitian yang mengarah pada penemuan
alkaloid kina sebagai obat malaria
78. bukanlah karena kebetulan belaka, tetapi dilandasi oleh penggunaan tradisional
kulitkina untuk mengatasi gangguan demam oleh masyarakat di berbagai daerah
endemikmalaria. Dalam pencarian dan pengembangan obat baru,
pengetahuanetnofarmakognosi banyak memberi arahan pendahuluan. Sebagai
ilustrasi, untukmengatasi gangguan diare, hampir seluruh komunitas etnik di
Indonesia, terutama diIndonesia bagian Barat, menggunakan godogan pucuk daun
jambu biji (Psidiumguajava L.). Penelitian farmakologi yang telah banyak dilakukan
memberi arahanbahwa pucuk daun jambu biji dapat digunakan untuk mengatasi
gangguan diarekarena senyawa kimia golongan tanin yang dikandungnya.
Pengetahuan tersebutmemberikan kemungkinan dilakukannya pencarian dan
pengembangan obat barudengan aktivitas antidiare yang berasal dari tumbuhan.
Penelitian untukpengembangan obat tradisional untuk mengatasi gangguan diare
berdasarkanpenggunaan etnofarmakognosi tersebut kini telah banyak menghasilkan
berbagaiformula obat herbal antidiare yang harganya dapat dijangkau masyarakat.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit,yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaituseseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),kebiasaan hidup,
ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panasdingin seperti
masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianutpengobat
tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yaknisuatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-
kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan
yangnormal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurangmenyenangkan,
bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorangtidak dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.Sedangkan konsep
Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness)disebabkan oleh intervensi
suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukanmanusia (hantu, roh, leluhur atau
roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir,tukang tenung). Di Nusa Tenggara
Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat darikeadaan fisik tubuh dan tingkah
lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnyapanas, batuk pilek, mencret, muntah
-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning,kaki dan perut bengkak. Seorang
pengobat tradisional yang juga menerima pandangankedokteran modern, mempunyai
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah
sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuatbekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan
badan lemah atau sakit, maunya tiduranatau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak
ada tanda -tanda di badannya,tetapi bisadiketahui dengan menanyakan pada yang
gaib. Pada orang yang sehat, gerakannyasorot mata cerah, tidak mengeluh lesu,
lemah, atau sakit- sakit badan. Sudarti (1987)menggambarkan secara deskriptif
persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesiamengenai sakit dan penyakit;
masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaanindividu mengalami serangkaian
gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidaknyaman. Anak yang sakit ditandai
dengan tingkah laku rewel, sering menangis dantidak nafsu makan. Orang dewasa
dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,kehilangan nafsu makan, atau "kantong
kering" (tidak punya uang). Selanjutnyamasyarakat menggolongkan penyebab sakit
ke dalam 3 bagian yaitu : karenapengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh
manusia,makanan yangdiklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin;
supranatural (roh, guna-guna,
79. setan dan lain-lain). Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan
pertamadan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok,
pantanganmakan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga
harusdimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian
upayapenanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab
sakit.Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :1. Sakit demam
dan panas. Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau
masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu
putih yang dingin atau beli obat influenza. Di Indramayu dikatakan penyakit adem
meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak)
disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.2. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan
pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan
lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun
jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat)
obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain - lain.
Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.1. Sakit
kejang-kejang Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-
kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di
Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan
dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi
jaring.Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan Sistem pengobatan tradisional
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakatsederhana. Dalam masyarakat
tradisional, sistem pengobatan tradisional ini adalahpranata sosial yang harus
dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajaripranata sosial umumnya dan
bahwa praktek pengobatan asli (tradisional) adalahrasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapahal yang berhubungan
dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budayayang ada di Indonesia
diantaranya adalah :Suku Bugis Persepsi masyarakat Bugis tentang sakit tercermin
dalam berbagai istilah yangdigunakan dalam pembicaraan sehari-hari, antara lain
seperti malasa, madoko,maddokkong. Istilah tersebut mengacu pada konsep sakit
yang berarti kondisi ataukeadaaan fisik maupun rohani seseorang yang sedang
mengalami ketidakseimbanganmenurut pengetahuan budaya orang Bugis terjadinya
ketida seimbangan tersebut disebabkan oleh dua faktor terutama yaitu faktor interen
disamping faktor exteren.Faktor interen yang menyebabkan tumbuhnya
ketidakseimbangan dalam diri manusiaialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh
manusia itu sendiri yang tidakberfungsi sebagaimana mestinya, di samping adanya
pengaruh faktor keturunan.Sebaliknya faktor eksteren terdiri atas beberapa unsur
berupa wabah penyakit,perubahan keadaan suhu udara, gangguan mahluk halus,
keracunan, praktek magic,kutukan dewata dan sebagai unsur lingkungan termasuk
buatan manusia. Sesuai dengan wujud dan faktor penyebabnya, maka masyarakat
Bugismengenal aneka ragam jenis penyakit. Kendati pun demikian, setiap jenis
penyakitdapat dimasukkan dalam salah satu di antaranya dua kategori, yaitu penyakit
dalam
80. dan penyakit luar. Kedua jenis penyakit tersebut biasa pula disebut lasa
massobbu(penyakit tersembunyi) dan lasa talle (penyakit nyata)Selain dari istilah-
istilah tersebut, anggota masyarakat di daerah penelitian mengenalpula
pengelompokan jenis penyakit menjadi dua kategori masing-masing : lasa
ati(penyakit hati, jiwa dan rohani) dan lasa tubuh (penyakit jasmani).
Persepsimasyarakat tentang adanya kategori lasa ati, di samping lasa watakkale itu
bersumberdari pemahaman atau pengetahuan mereka tentang diri makhluk manusia
yang terdiriatas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, taga dan jiwa, lahiriah dan
batiniah.Perpaduan antara dua unsur itulah yang menjelma menjadi sosok tubuh
manusiasebagai satu kesatuan organisme, bersama dengan sejenak potensi yang di
bawahsejak lahir ke dunia. Menurut budaya orang Bugis, maka tubuh manusia
yangberbentuk ragawi merupakan hasil perpaduan dari empat zat alami yaitu: tanah,
air,angin, api sedangkan aspek rohaniah dikenal sebagai sumange (sukma). Dalam hal
initubuh manusia dipandang tidak lebih hanya sebagai tempat berdiam bagi
sukma,untuk suatu jangka waktu tertentu. Manakala sukma tersebut berpisah dari
raganyamaka sosok tubuh manusia itupun mengalami peristiwa yang disebut mati.
Peristiwakematian itu sendiri menyebabkan segenap unsur tubuh manusia kembali ke
asalnyayaitu ke alam fanah, sedangkan sukma akan tetap hidup dan melanjutkan
proseskehidupannya di alam gaib yang bersifat abadi. Konsep pengetahuan
budayamasyarakat Bugis tersebut terkandung dalam suatu pelajaran yang membahas
tentangdialog antara bayi yang berada dalam kandungan ibunya dan tuhan sebagai
mahapencipta. Sebagian besar masyarakat Bugis sampai sekarang tetap
mempunyaikeyakinan bahwa peristiwa yang pertalian dengan kelahiran makhluk
manusia ke atasbumi bukanlah suatu yang berlangsung secara kebetulan saja,
melainkan adalahperistiwa sakral yang hanya mungkin terjadi atas restu, kehendak
dan kuasa ilahi,sang pencipta. Organ-organ tubuh manusia sebagai mahluk induvidu
terdiri ataspepaduan antara empat jenis zat alam yaitu tanah, air, angin, apiKeempat
zat alam tersebut kemudia menjelma kontruksi tubuh manusia secara serasi,sehingga
tercipta sosok tubuh dengan susunan organisme berupa perangkan anggotabada
tercipta dari api. Sebagaimana hanya alam raya, maka manusia pun merupakansuatu
kesatuan yang utuh dan bulat. Sebelum ilmu pengobatan modern dan ilmukedokteran
ditemukan, nenek moyang kita (Bugis-Makassar) juga telah mengenalnyadengan
cara-cara pengobatan tradisional dalam bentuk ritual-ritual khusus danmemanfaatkan
tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitarnya,orang yang melakukanritual ini
disebut Sanro.Budaya jawaMenurut orang Jawa, “sehat “ adalah keadaan yang
seimbang dunia fisik dan batin.Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin
karep ragu nututi”, artinya batinberkehendak, raga / badan akan mengikuti. Sehat
dalam konteks raga berarti “ waras“.Apabila seseorang tetap mampu menjalankan
peranan sosialnya sehari-hari, misalnyabekerja di ladang, sawah, selalu gairah
bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yangdikatakan sehat. Dan ukuran sehat untuk
anak-anak adalah apabila kemauannya untukmakan tetap banyak dan selalu bergairah
untuk bermain. Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu
konseppersonalistik dan konsep naluralistik. Dalam konsep personalistik,
penyakitdisebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk gaib, dewa), makhluk yang
bukanmanusia (hantu, roh leluhur, roh jahat ) dan manusia (tukang sihir, tukang
tenung).Penyakit ini disebut “ora lumrah“ atau “ora sabaene“ (tidak wajar / tidak
biasa).
82. untuk kesuburan rambut; cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal;
mandiair garam untuk menghilangkan sawan; daun simbung dan daun kaki kuda
untukmenyembuhkan influenza; jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya
dengandiseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari
kaki; airkelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu
dengan cara1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan
sekaligus. Budaya SundaKonsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja,
tetapi juga bersifat sosialbudaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat
Jawa Barat (orang Sunda)adalah muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala,
yohgoy untuk batuk dansalesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena
lingkungan, kecuali batukjuga karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan
menghindari penyebabnya.Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang
terdapat di warung obat yangada di desa tersebut, sebagian kecil menggunakan obat
tradisional . Pengobatansendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama
sebelum berobat kepuskesmas atau mantri. Menurut orang Sunda, orang sehat adalah
mereka yang makan terasa enakwalaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak
dan tidak ada yang dikeluhkan,sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit,
panas atau makan terasa pahit,kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis,
dan serba salah / gelisah.Dalam bahasa Sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan
orang sakit disebutgering. Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.
Orang disebutsakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja,
masih dapatmakan-minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat
tradisional yang dibelidi warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa
lemas, tidak dapatmelakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun,
harus berobat kedokter / puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya
mahal. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung.
Obatyang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional.
Masyarakatmelakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya
dan hematwaktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan
pertamasebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan pengobatan sendiri
yang sesuaidengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat
secara eceransehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap
kemasan obat. Budaya BatakArti “sakit“ bagi orang Batak adalah keadaan dimana
seseorang hanya berbaring, danpenyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau
ada juga yang membawa orangyang sakit tersebut kepada dukun atau “orang pintar“.
Dalam kehidupan sehari-hariorang Batak, segala sesuatunya termasuk mengenai
pengobatan jaman dahulu, untukmengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada
sang pencipta agar manusia tetapsehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang Batak,
di samping penyakit alamiah, adajuga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural,
yaitu: jika mata seseorang bengkak,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan
yang tidak baik (mis : mengintip).Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh
adalah dengan mengoleskan airsirih. Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan
nama) sehingga membuat orangtersebut sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti
nama tersebut dengan nama yanglain, yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan
jamuan adat bersama keluarga.
83. Ada juga orang Batak sakit karena tarhirim misal: seorang bapak menjanjikan
akanmemberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena janji
tersebuttidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit. Jika ada orang Batak menderita
penyakitkusta, maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para
leluhur dandiasingkan dalam pergaulan masyarakat. Di samping itu, dalam budaya
Batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinyadiantaranya adalah, Mulajadi
Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda:“Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi
dan di dalam air sudah ada gunanyamasing-masing di dalam kehidupan sehari-hari,
sebab tidak semua manusia yang dapatmenyatukan darahku dengan darahnya, maka
gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu. Di dalam kehidupan Si Raja Batak dahulu
ilmu pengobatan telah ada, mulai sejakdalam kandungan sampai melahirkan.1. Obat
mulai dari kandungan sampai melahirkan. Perawatan dalam kandungan:
menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di
doakan. Perawatan setelah melahirkan: menggunakan kemiri, jeruk purut dan daun
sirih. Perawatan bayi: biasanya menggunakan kemiri, biji lada putih dan iris jorango.
Perawatan dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan yang diresap
dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.2. Dappol Siburuk (obat urut
dan tulang). Asal mula manusia menurut orang Batak adalah dari ayam dan burung.
Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung
dipraktikkan dengan penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak
menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.3. Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang Batak mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam
kehidupan manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja
Simosimin. Berdasarkan pesan dari Si Raja Batak, untuk mengeluarkan penyakit dari
mata, masukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit. Setelah itu tutuplah mata
dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang
ada di dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap sehat. Sirintak
adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut
(mengeluarkan), nama ramuannya dengan sama tujuannnya.4. Mengobati penyakit
kulit yang sampai membusuk. Berdasarkan pesan Si Raja Batak untuk mengobati
orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mulajadi (sesuatu yang
berasal dari asap dapur). Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat. Disamping
itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat hidup sehat,
maka makanlah atau minumlah: apapaga, airman, anggir, adolora, alinggo, abajora,
ambaluang, assigning, dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya
karisma, wibawa dan kesehatan menurut orang Batak dahulu, supaya manusia dapat
sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa: ayam merah,
ayam putih, ayam hitam, ketan beras (nitak), jeruk purut, sirih beserta
perlengkapannya. Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan
oleh orang Batak adalah: jika ada orang Batak yang menderita penyakit gondok, maka
cara pengobatannya dengan menggunakan belau. Apabila ada orang Batak yang
menderita penyakit panas (demam) biasanya pengobatannya dengan cara
menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal.
84. Nutrisi Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang.
Budayamemberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan.
Misalnya tabumakanan yang masih dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang
merupakanbagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya
karena alasan-alasan yang tidak logis. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya
pemahaman gizimasyarakat dan oleh sebab itu perlu berbagai upaya untuk
memperbaikinya. Pantanganatau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi
suatu jenis makanan tertentukarena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap
yang melanggarnya. Dalamancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu adanya
kekuatan supernatural yangberbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang
melanggar pantangan atautabu tersebut. Di Bogor masih ada yang percaya bahwa
kepada bayi dan balita laki-laki tidakboleh diberikan pisang ambon karena bisa
menyebabkan alat kelamin / skrotumnyabengkak. Balita perempuan tidak boleh
makan pantat ayam karena nanti ketika merekasudah menikah bisa diduakan suami.
Sementara di Indramayu, makanan gurih yangdiberikan kepada bayi dianggap
membuat pertumbuhannya menjadi terhambat. Untukbalita perempuan, mereka
dilarang untuk makan nanas dan timun. Selain itu balitaperempuan dan laki-laki juga
tidak boleh mengonsumsi ketan karena bisamenyebabkan anak menjadi cadel. Mereka
menganggap bahwa tekstur ketan yanglengket menyebabkan anak tidak bisa
menyebutkan aksara „r‟ dengan benar. Jenis makanan pantangan bagi wanita dan laki-
laki dewasa lebih banyakkarena alasan yang menyangkut dengan organ reproduksi /
hubungan seksual suamiistri. Hal ini berlaku pada sebagian besar penduduk di Bogor
dan Indramayu. Makanantersebut kebanyakan adalah sayur dan buah yang banyak
mengandung air, misalnyananas, pepaya, semangka, timun, dan labu siam. Jenis
makanan tersebut dianggap bisamenyebabkan keputihan yang akhirnya dapat
mengganggu keharmonisan hubungansuami dan istri. Sementara untuk laki-laki
dewasa, baik di Bogor dan Indramayumemiliki suatu kepercayaan bahwa laki-laki
dewasa dilarang makan terung, karenamembuat mereka lemas dan mudah lelah.
Selain itu unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makanpenduduk
yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Kebiasaanmakan adalah
tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhikebutuhannya akan
makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan(Khumaidi, 1989).
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu ataukelompok
individu adalah memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksiterhadap
pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya. Tiga faktor terpenting yang
mempengaruhi kebiasaan makan adalahketersediaan pangan, pola sosial budaya dan
faktor-faktor pribadi (Harper et al., 1986).Hal yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari kebiasaan makan adalah konsumsipangan (kuantitas dan kualitas),
kesukaan terhadap makanan tertentu, kepercayaan,pantangan, atau sikap terhadap
makanan tertentu (Wahyuni, 1988). Khumaidi (1989)menyatakan bahwa dari segi
gizi, kebiasaan makan ada yang baik atau dapatmenunjang terpenuhinya kecukupan
gizi dan ada yang buruk (dapat menghambatterpenuhinya kecukupan gizi), seperti
adanya pantangan atau tabu yang berlawanandengan konsep-konsep gizi. Menurut
Williams (1993), masalah yang menyebabkanmalnutrisi adalah tidak cukupnya
pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentangkebiasaan makan yang baik.
Kebiasaan makan dalam rumahtangga penting untukdiperhatikan, karena kebiasaan
makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaanpangan dan selanjutnya
mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan rumah tangga.
85. Kebiasaan makan yang terbentuk sejak kecil dapat dipengaruhi oleh berbagaihal
antara lain perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama
dankepercayaan serta tingkat kemajuan teknologi (Wardiatmo, 1989). Kebiasaan
makanbanyakdipengaruhi oleh variabel lingkungan. Pilihan dan kegunaan makanan
yang adaadalah merupakan komponen ekologi. Studi tentang konsumsi pangan di
daerahpedesaan menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat konsumsi masyarakat
denganzona ekologi (Annegers, 1973 dalam den Hartog, 1995). Menurut den Hartog
(1995) kebiasaan makan dapat dibentuk oleh lingkungansekitar dimana seseorang
hidup. Adapun beberapa variabel lingkungan yangberpengaruh terhadap kebiasaan
makan suatu masyarakat adalah lingkungan hidupyang meliputi topografi, keadaan
tanah, iklim, dan flora, lingkungan budaya (sistemproduksi pertanian) dan populasi
(kelahiran, kematian, migrasi, pertambahanpenduduk, umur dan jenis kelamin). Oleh
karena itu, penyuluhan gizi penting untuk terus menerus dilakukan untukmemperbaiki
pengetahuan gizi dan kebiasaan makan masyarakat. Penyuluhan gizimenjadi landasan
terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.Kelembagaan penyuluhan
gizi seperti Posyandu perlu lebih diperkuat sehinggaaktivitas penyuluhan tidak
terabaikan.
86. Kasus 5 :Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun masuk Rumah Sakit karena
keluhan perdarahanmelalui vagina, kondisi pasien lema dan pasien dinyatakan
mengalami anemia, kadarhaemoglobin 5 g/dl. Pasien direncanakan untuk segera
mendapatkan transfusi darah. Ketikaperawat menjelaskan rencana tersebut, pasien
menolak karena menurutnya hal tersebutbertentangan dengan keyakinannya. Perawat
berusaha untuk membicarakan hal ini dengansuami pasien namun suami pasien
bekerja diluar kota dan tidak dapat dihubungi. Pada saat inipasien hanya ditemani
oleh ibunya.Pembahasan :Setelah menganalisa kasus tersebut diatas satu hal yang
perlu dipahami adalah “mengubahsuatu keyakinan atau kepercayaan seseorang itu
tidaklah mudah, tapi bukan tidak mungkinbisa merubahnya”. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah yang kongkret ataupendekatan-pendekatan personal
sehingga timbul rasa saling percaya antara perawat danklien/pasien.Dari kasus
tersebut diperlukan peran dependen perawat, dan menurut kami dalam
anggotakelompok FG V apabila dihadapkan pada kasus seperti diatas maka, kami
akan mencobamelakukan langkah-langkah berikut :1. Menjelaskan ke pasien dan
ibunya pentingnya dilakukan tindakan transfusi darah tersbut dan akibat apabila
tindakan transfusi darah tersebut tidak dilakukan.2. Apabila pasien tetap menolak
maka kami akan menanyakan alasan pasien menolak tindakan tersebut.3. Setelah
mengetahui alasannya yang mungkin karena pasien takut darahnya bercampur dengan
darah orang yang tidak dikenalnya.4. Menjelaskan bahwa tindakan transfusi bisa
dilakukan dengan menggunakan darah dari keluarga terdekat misalnya ibu, apabila
kondisinya memungkinkan dan golongan darahnya sama/cocok.5. Apabila akhirnya
pasien setuju untuk menjalani transfusi, tapi menggunakan darah ibunya, langkah
selanjutnya adalah menganjurkan / menawarkan ibu klien untuk melakukan
pemeriksaan apakah kondisinya memungkinkan dan golongan darah keduanya sama
atau tidak.6. Apabila golongan darah keduanya sama dan kondisi si ibu
memungkinkan maka transfusi segera dapat dilakukan.7. Tapi apabila langkah
tersebut tidak menemukan jalan keluar, golongan darah mereka tidak sama atau
golongan darahnya sama tapi pasien berubah pikiran dan tidak mau menerima darah
dari ibunya, maka langkah selanjutnya adalah kerjasama dengan orang lain tenaga
kesehatan lainnya misalnya perawat lain, dokter yang menangani, orang yang
disegani, pemuka agama, tokoh masyarakat untuk membantu memberikan penjelasan
tentang tindakan transfusi yang tetap harus dilakukan.8. Apabila tetap tidak berhasil,
pasien tetap menolak maka sebagai seorang perawat yang menghargai hak orang lain
dalam mengambil keputusan akan dirinya, maka langkah selanjutnya adalah meminta
pasien / klien menandatangani format persetujuan penolakan tindakan (informat
consent).