Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi Budaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya adalah pikiran, akal, adat
istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddha yah bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Menurut bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang berasal
dari kata latin colere yaitu m e ngolah atau mengerjakan terkadang kata culture
juga sering diter jemah kan ke dalam bahasa Indonesia sebagai kultur (Muhaimin,
2001, hlm. 153, dalam Devianty, 2017).
Menurut Liliweri (2002, dalam Muali, 2017) kebudayaan merupakan
pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan,
nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya
diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dapat disimpulkan bahwa budaya adalah, keyakinan, kepercayaan, pikiran,
adat istiadat, nilai yang menjadi sebuah kebiasaan dalam suatu masyarakat dan
sukar diubah.

B. Karakteristik Budaya
Adapun karakteristik dari sebuah budaya adaah sebagai berikut (O'Neil,
2012).
1. Culture is an adaptive mechanism (Adaptif). Artinya, suatu kebudayaan adalah
mekanisme dalam mempertahankan pola kehidupan manusia.
2. Culture is learned (Dipelajari). Artinya, bahwa kebudayaan didapat dari proses
pembelajaran untuk berbudaya, budaya bukanlah sesuatu yang naluriah.
3. Cultures change (Berubah). Artinya, bahwa kebudayaan berkembang sesuai
dengan berjalanya waktu dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat
berlangsungnya kebudayaan.

1
4. People usually are not aware of their culture (Tidak disadari oleh masyarakatnya).
Artinya, bahwa kebudayaan berjalan dalam kehidupan sehari-hari dengan alami
atau natural.
5. We don’t know all of our own counter (Tidak diketahui secara keseluruhan).
Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara keseluruhan
suatu kebudayaan yang ada dalam lingkup daerahnya.
6. Culture gives us a range of permissible behavior patterns (memberikan dan
membatasi pola tingkah laku). Artinya, bahwa kebudayaan memberikan jarak
dalam interaksi dan membatasi pola tingkah laku masyarakatnya. Kebudayaan
umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki sebagai laki-laki,
wanita sebagai wanita.
7. Cultures no longer exist in isolation (Tidak bertahan lama disuatu daerah
terpencil). Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu wilayah atau
daerah terpencil.
8. Culture is shared (Dibagikan). Artinya, bahwa suatu kebudayaan merupakan
kumpulan prinsip dan keyakinan baik, sehingga manusia tersebut akan berusaha
melestarikan dengan cara menyebarkan ke manusia lain.

C. Pengertian Transkultural
Transkultural mengandung arti lintas budaya dimana budaya yang satu
dapat mempengaruhi budaya yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama,
diulang terus menerus merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter pola pikir, pola interaksi perilaku yang memiliki pengaruh
pada pendekatan intervensi keperawatan (Putri, 2018).
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, Culture care theory: A major contribution to advance
transcultural nursing knowledge and practices, 2002)

2
D. Peran, Fungsi serta Tujuan Keperawatan Transkultural
Keperawatan meyakini bahwa setiap individu pasien itu adalah unik,
berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap pasien memiliki nilai-nilai dan
keyakinan serta kebudayaan yang beragam dan berbeda-beda. Hasil perawatan
akan lebih baik jika pasien dan keluarganya dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dan proses perawatan pasien sesuai dengan budaya mereka. Artinya
setiap individu pasien perlu dihormati dan dilindungi nilai-nilai dan
kebudayaannya sesuai dengan keragaman dan keunikannya sebagai individu
(Novieastari, Gunawijaya, & Indracahyani, 2018).
Peran keperawatan transkultural sebagai ilmu, dasar yang menjadi pedoman
bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan budaya dan
keyakian yang diyakini oleh klien. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan
adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga
terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal (Leininger,
Leininger's Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and Universality, 1988).
Keperawatan transkultural berfungsi membentuk perawat dengan kompetensi
kultural. Seorang perawat yang memiliki kompetensi kultural akan mempedulikan
dan peka terhadap kebutuhan budaya pasien yang menerima asuhan keperawatan.
Kurangnya kompetensi kultural perawat dapat berakibat pada banyaknya masalah
dalam berinteraksi antara pasien dan perawat (Novieastari, Gunawijaya, &
Indracahyani, 2018).

E. Konsep Dasar Keperawatan Transkultural


Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku
caring/peduli. Tindakan peduli dalam memberikan dukungan kepada individu
secara utuh. Perilaku peduli yang dimaksud selain peduli terhadap kesehatan
klien, tetapi juga kepedulian terhadap sikap, kebiasan, keyakinan serta budaya
klien. Bentuk kepedulian orang-orang di sekitar pasien/klien baik perawat yang
bertugas, keluarga, dan masyarakat di sekitar dapat mengembalikan semangat
sembuh.

3
Kesehatan fisik selalu berkolerasi dengan kondisi manusia sebagai makhluk
psikologis. (Giger & Davidhizar, Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, 1995)

F. Paradigma Keperawatan Transkultural


Paradigma keperawatan transkultural Leininger (1985) diartikan sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995 dalam Rejeki, 2012).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat
diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-
sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan
budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik,
sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti yang bermanfaat untuk
mempertahankan kehidupan.

4
Misalnya: pemakaian obat-obatan untuk kesehatan, membuat rumah sesuai
iklim dan geografis lingkungan. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi
kehidupan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan atau
memberdayakan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya
dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya menggunakan obat-obat
tradisionil berupa herbal.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

5
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
(Rejeki, 2012)

G. Hubungan Etika dan Keperawatan Transkultural


Menurut Cooper (1991; Potter dan Perry 1997; dalam Utami, dkk., 2016),
etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter
serta sikap perawat terhadap orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Profesi keperawatan mengakui adanya perbedaan di dalam masyarakat,
termasuk didalamnya perbedaan kebudayaan dan keyakinan. Seorang perawat
yang memiliki etika baik akan senantiasa peka terhadap perbedaan budaya yang
dimiliki klien dengan menghargai dan atau menghormatinya, serta menerapkan
asuhan keperawatan yang sesuai (keperawatan transkultural).
Masyarakat cenderung menolak mendapatkan pelayanan kesehatan jika itu
bertentangan dengan budaya, keyakinan atau pendiriannya. Perawat perlu
menentukan strategi asuhan keperawatan yang sesuai agar masyarakat dapat
menerima pelayanan kesehatan namun tetap menghargai budaya, keyakinan atau
pendirian masyarakat itu sendiri.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991, dalam Putri, 2018).
Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan Kesehatan. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan klien. Merubah budaya klien jika budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan, dan dapat membahayakan klien (Putri,
2018).
Dapat disimpulkan budaya masyarakat di sebuah tempat menjadi penting
bagi perawat untuk ketahui, terima dan hargai. Budaya masyarakat
menentukan

6
penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan atau asuhan keperawatan yang
akan diterimanya. Masyarakat memiliki pandangan sendiri akan kebutuhan kesehatan
yang mereka cari. Perawat saat memberikan pelayanan hendaknya mampu
menghargai nilai budaya yang ada di dalam sebuah komunitas dan dapat dijadikan
dasar etika dalam berhubungan dengan Masyarakat

SUMBER
https://pdfcoffee.com/qdownload/revisi-2-makalah-peka-budaya-kel-1-keperawatan-tk-1a-pdf-
free.html
Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 226-245.
doi:http://dx.doi.org/10.30829/tar.v24i2.167
Giger, J. N., & Davidhizar, R. E. (1995). Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed. Missouri: Mosby Year Book Inc.
Giger, J. N., & Davidhizar, R. E. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural
Assessment Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185-188.
doi:https://doi.org/10.1177%2F10459602013003004
Kholipah, S., Susilo, E., & Purwaningsih, H. (2013). Hubungan Penerapan Budaya
Organisasi dengan Kepuasan Pasien Di RSUD Ambarawa. Jurnal Manajemen
Keperawatan, 1(1), 7-14. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/944

Anda mungkin juga menyukai