ANTROPOLOGI KESEHATAN
Tujuan Umum
Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman dasar kepada
mahasiswa tentang antropologi kesehatan sebagai suatu bidang ilmu yang
mempertautkan kesehatan dan penyakit dari segi biologi dan konseptualisasi
pengobatan dari segi budaya. Untuk itu mahasiswa harus memahami hubungan
antara antropologi dengan berbagai pranata kesehatan dalam masyarakat. Dengan
mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dapat memahami masalah antropologi dan
ekologi, sistem medis, tingkahlaku sakit, faktor-faktor sosial budaya yang
mempengaruhi masalah gizi, program KB, etnopsikiatri, Farmasi dan budaya,
hubungan dokter, perawat dan pasien, dan faktor-faktor sosial budaya yang
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan dan lainlain. Dengan demikian setelaah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan beberapa konsep, teori yang berkenaan dengan antropologi
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald (1968). A Behavioral Model of Families use of Health
Services, Center for Health Adminisra tion Studies, Research Series
No. 25 Chicago.
Foster; Andreson (1978).Medical Anthropology,John Willey & Son. New
York 148 162.
Koos E. (1954). The Health of regionstile,what the people though and did about
it, New York:Colombia Uni versity Press,1954.
Mechanic D. (1963), Religion,Religinsity,and illness Behavior , human org.
22:202-208.
Mechanic D. (1964), The influence of mothers on theirchildrens health attitudes
and behavior pediatrics, 33:444-453.
Suchman E. (1964),Socio Medical variations among ethnicgroups, Amer.J Social 20
: 319-3 31 .
Suchman E.. (1965) , Social pattens and medical care, journal health human
behavior,6:2-16.
Twaddle Andrew C. (1981), Sickness and the sickness carier, in the relevance of
social science for medi cine,D. Reidel publishing Cc .ru.l land.
Zborowski M. (1952), Cultural componente in responses topain. Journal of Social
issues.8:16-30.
Kadushin, Charles (1958-1959). Individual Decisions to Undertake
Psychotherapy" Administrative Science Ouaterly 3 .
McKinl a y , John B. and Diana B. Dutton (1974) "Social Psy
-Psychological Factors Affecting Health Services Utilization".
Consumer Incentives for Health Care.
Minggu I
1. Perkenalan
Dosen pengajar akan memperkenalkan diri dan tim pengajar lainnya mengenai
pendidikan, alamat, dan hal-hal yang dianggap perlu.
2. Kesepakatan mengenai tata tertib di kelas dan perkuliahan
Setelah perkenalan maka dosen membuat kesepakatan dengan mahasiswa
mengenai ketepatan waktu kuliah, tata tertib di kelas.Sistem penilaian,
kehadiran dan lain-lain.
3. Apa itu Antropologi
Secara etimologis Antropologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan
bentuk kombinasi dari kata anthropos (mahkluk hidup) dan logos (ilmu). Dengan
demikian Antropologi berarti studi tentang umat manusia (The Study of
Humanity). Ruth F. Benedict menyebutkan Antropologi sebagai suatu disiplin ilmu
yang mengkaji masyarakat (Benedict dalam Menno dkk,1982). Sementara itu
Ralph L Beals et.at., (1977) menyebutkan Antropologi sebagai disipilin ilmu yang
mengkaji tentang asal usul perkembangan, dan sifat spesies manusia. Selanjutnya
Hoebol menyebutkan Antropologi sebagai suatu bidang ilmu yang mengkaji
tentang manusia dan seluruh aspek kehidupannya ( The Study Of Mankind as
Whole). Di antara aspek yang dimaksud adalah biologi, psikologi, sosial, dan
budaya.
Sungguhpun demikian, Antropologi bukanlah satu-satunya disiplin ilmu
yang mengkaji tentang manusia, melainkan terdapat pula pada disiplin ilmu lain
yang berurusan dengan manusia. Beberapa diantaranya adalah biologi, psikologi,
sosiologi, ilmu sejarah, ilmu ekonomi dan ilmu politik. Namun, masing-masing
disiplin ilmu itu mempunyai karakteristik dan penekanan khasnya sendiri-sendiri
yang membedakannya dengan disiplin Antopologi.
Definition),
yaitu
memandang
perilaku
manusia
dengan
perilaku
binatang.
Manusia
dipersempit
instrumennya
agar
dapat
lebih
operasional
dalam
dan
pengetahuan
(Spradley,
1972).
Rumusan
merupakan
perlengkapan
mental
yang
oleh
pendukung
senantiasa terkait dengan perilaku aktor-aktor dalam sistem sosial tertentu. Saling
hubungan itulah yang kemudian dikenal sebagai sistem sosio-budaya (Keesing,
1989).
Demikianlah, maka perilaku seseorang dipahami sebagai tidak terpisahkan
dari pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma dalam lingkungan sosialnya.
Dengan demikian, pada saat kita meneliti dan menelaah pranata-pranata
kebudayaan
tertentu,
seperti
pranata
kesehatan,
misalnya
maka
aspek
Minggu II
ANTROPOLOGI KESEHATAN
Dari jenis aktivitas yang mereka lakukan, nampak bahwa bidang tersebut
meliputi sejumlah perspektif dan
itu dapat disejajarkan dalam satu kontinum, dengan ujung yang satu disebut kutub
biologi, sedangkan ujung lainnya disebut kutub sosial budaya. Kearah kutub
biologi, terdapat ahli-ahli antropologi yang pokok perhatiannya adalah tentang
pertumbuhan dan perkembangan manusia, dan paleopatologi (studi mengenai
penyakit-penyakit purba). Ahli-ahli antropologi yang memilki minat tersebut
mempunyai kesamaan perhatian dengan ahli-ahli genetika, anatomi, serologi,
biokimia dan sejenisnya. Kearah kutub sosial budaya terdapat ahli-ahli
antropologi dengan pokok perhatian pada sistem medis tradisional (etnomedisin),
masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka, tingkah
laku sakit, hubungan antara dokter pasien, serta dinamika dari usaha
menperkenalkan pelayanan kesehatan Barat kepada masyarakat tradisional.
Dengan demikian ahli-ahli antropologi tersebut nampak mempunyai perhatian
yang tumpang tindih dengan ahli-ahli sosiologi, para pendidik kesehatan, para
perawat dan para spesialis kesehatan masyarakat dalam pendidikan dan
administrasi kesehatan, serta sarjana-sarjana ilmu perilaku lain yang bekerja
dalam bidang modernisasi. Dipertengahan kontinum yang mengarah pada kedua
kutub tersebut, terdapat ahli-ahli antropologi yang berminat pada epidemiologi
dan ekologi budaya. Mereka mungkin mempunyai minat yang hampir sama
dengan semua ahli tersebut di atas, namun hubungan mereka terutama lebih dekat
dengan ahli-ahli epidemiologi kesehatan, ahli-ahli ekologi, serta kelompok baru
yang dikenal sebagai ahli geografi kesehatan.
Namun antropologi kesehatan tidak boleh dipandang sebagai
penggabungan dari dua disiplin yang longgar, biologi dan sosial budaya, karena
seringkali masalah-masalah yang dihadapi kedua disiplin ilmu tersebut saling
membutuhkan data maupun teori-teori dari kedua bidang yang bersangkutan.
Penyakit jiwa misalnya, tidaklah semata-mata dapat dipelajari dalam kerangka
faktor fisiologi atau biokimia belaka, atau faktor psiko sosial budaya yang
bersumber pada stress; kebiasaan makan dan makanan yang dipilih berkaitan
manusia sejajar dan tumpang tindih dengan banyak lapangan perhatian para
dokter. Nyatanya sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter. Baik dalam
hal lapangan perhatian maupun dalam hubunganhubungannya, ahli-ahli
antropologi fisik dimasa lalu, seperti halnya pada masa kini, juga memberikan
banyak perhatian pada topik-topik yang mempunyai kepentingan medis.Hasan
dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi tersebut, yang meliputi nutrisi
dan pertumbuhan, serta korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi antara bentuk
tubuh dengan variasi yang luas dari penyakit- penyakit. Misalnya radang pada
persendian tulang(arthritis), tukak lambung(ulcer), kurang darah (anemia) dan
penyakit diabetes. Berbagai studi antropologi mengenal pertumbuhan manusia
serta perkembangannya bersifat medis dan antropologis, serupa halnya dengan
studi serologi.
Underwood dan lain-lainnya berusaha mendapatkan pengertian yang lebih
luas mengenai proses penyakit melalui pengamatan terhadap pengaruh-pengaruh
evolusi manusia serta jenis penyakit yang berbeda-beda pada berbagai populasi
dan meluasnya urbanisasi (Underwood 1975:58). Fiennes lebih jauh lagi
mengajukan pendapatnya bahwa penyakit yang ditemukan dalam populasi
manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup yang
beradab, yang dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan
perkembangannya pemukiman penduduk yang padat (Fiennes 1964 : 23-26).
Selama beberapa dasawarsa, ahli antropologi fisik disibukkan dengan
kedokteran forensik, suatu bidang mengenai masalah-masalah kedokteran
hukum yang mencakup identifikasi seperti umur, jenis kelamin dan peninggalan
ras manusia yang diduga mati karena unsur kejahatan, serta masalah penentuan
orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi keraguan karena
mengenai siapa yang menjadi bapaknya. Albert Damon misalnya, bekerja dalam
tim ilmuwan yang ditunjuk oleh jaksa agung dari Negara bagian Massachusett
untuk bertugas sebagai anggota dewan penasehat dalam usaha penangkapan si
pencekik dari Boston.
Dalam perkembangan usaha pencegahan penyakit, para ahli antropologi
fisik telah memberikan sumbangan dalam penelitian mengenai penemuan
kelompok-kelompok penduduk yang memiliki resiko tinggi, yakni orang-orang
yang tubuhnya mengandung sel sabit (sickle-cell) dan pembawa penyakit kuning
(hepatitis). Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan mereka mengenai
variasi manusia untuk membantu dalam bidang teknik biomedical (biomedical
engineering), memberi sumbangan terhadap penciptaan pakaian-pakaian serta
peralatan-peralatan yang tepat untuk daerah kutub maupun tropic bagi tentara
Amerika dan pos-pos militer Amerika. Pakaian-pakaian para astronot maupun
ruang-ruang kerja angkasa dibangun berdasarkan spesifikasi antropometri.
Ukuran, norma-norma dan standar yang berasal dari sejumlah studi antropologi
digunakan dalam bidang-bidang kedokteran anak, serta kedokteran gigi, juga
populasi yang berbeda-beda maupun dalam suatu populasi . Daftar keterangan
tentang antropologi biologi terapan serasa tak ada habisnya (Damon 1975 : 366)
b. Etnomedisin
Sebagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai etnomedisin
(yakni kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang
merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan dan yang eksplisit tidak berasal
dari kerangka konseptual kedokteran modern (Hughes1969:99), merupakan
urutan langsung dari awal perhatian ahli-ahli antropologi mengenai sistim medis
non Barat. Sejak awal penelitian mereka lebih dari 100 tahun yang lalu, para ahli
dalam
pengobatan pada penduduk yang mereka teliti, dengan cara dan tujuan yang sama
dengan yang mereka lakukan dalam pengumpulan data mengenai aspek-aspek
kebudayaan lainnya: untuk menghasilkan tulisan etnografi yang selengkap
mungkin. Kerajinan para ahli antropologi awal, para penjajah dan para penyiar
agama Kristen dalam mengumpulkan data mengenai penduduk yang mereka
temukan atau penduduk tempat mereka bekerja, terlihat jelas dalam dalam suatu
kumpulan survey komparatif pertama luas mengenai kepercayaan tentang sebabsebab penyakit kumpulan survey yang kini berusia hampir 50 tahun itumengutip
(Clements 1932). Sebelum Clements, dokter dan ahli antropologi Inggris yang
terkenal , W.H.R Rivers, menerbitkan suatu karya besar dalam bidang antropologi
kesehatan berjudul Medicine, Magic,and Religion (Rivers 1942). Dari Rivers kita
memperoleh konsep-konsep dasar yang penting, terutama mengenai ide bahwa
sistem pengobatan asli adalah pranata-pranata sosial yang harus dipelajari
dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata-pranata sosial dilihat dari
sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab-sebab (lihat Willin 1977: 49).
Dalam menanggapi dalil positif tersebut, kita mencatat bahwa terutama dari
Rivers-lah, lebih dari orang lain, kita menerima gagasan stereotip yang merugikan
yang telah mendominasi studi-studi mengenai pengobatan primitive hingga kini,
mengenai ide bahwa religi, magic dan pengobatan senantiasa erat berkaitan,
sehingga yang satu hanya dapat dipelajari jika yang lainnya juga dipelajari.
Stereotip ini diterima tanpa kritikkan oleh sebahagian besar ahli-ahli antropologi
selama setengah abad yang lalu, sehingga telah sangat membatasi pemahaman kita
mengenai sistem pengobatan non-Barat.
Walaupun demikian, baik Rivers, Clements maupun tokoh-tokoh lain
dimasa itu yang mengumpulkan data mengenai sistim pengobatan primitive, tidak
mengetahui bahwa mereka sedang melakukan penelitian tentang antropologi
kesehatan, dan mereka juga tidak memperdulikan tentang kemungkinan pentinnya
penemuan-penemuamn mereka bagi kesehatan penduduk yang mereka teliti. Oleh
psikiater
dan
ahli-ahli
ilmu
tingkalaku
lainnya
mulai
rangka kampanye cacing pita di Ceylon pada tahun 1916-1922), baru pada tahun
1942 Pemerintah Amerika Serikat memprakarsai kerjasama program-program
kesehatan dengan sejumlah pemerintah di negara Amerika Latin, sebagai bagian
dari program bantuan teknik yang lebih luas. Dengan berakhirnya perang, dan
dengan perpanjangan program-program bantuan teknik Amerika Serikat bagi
Afrika dan Asia, maupun dengan terbentuknya World Health Organization
(WHO), maka program-program kesehatan masyarakat yang bersifat utama yang
bersifat bilateral dan multilateral di negara-negara sedang berkembang merupakan
sebagian dari gambaran dunia. Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di
lingkungan yang bersifat lintas budaya lebih cepat menemukan mereka yang yang
terlibat dalam klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit
bukan hanya merupakan gejala biologis, melainkan juga gejala sosial budaya.
Mereka segera menyadari bahwa kebutuhan kesehatan dari Negara-negara
berkembang tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar memindahkan pelayanan
kesehatan dari Negara-negara industri.
Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan dan praktek pengobatan
primitive dan petani yang telah diperoleh ahli antropologi kebudayaan pada tahuntahun sebelumnya, informasi mengenai nilai-nilai budaya dan bentuk-bentuk
sosial serta pengetahuan mereka mengenai dinamika stabilitas sosial dan
perubahan, telah memberikan kunci yang dibutuhkan bai masalah-masalah yang
dijumpai dalam program-program kesehatan masyarakat awal tersebut. Para ahli
antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana
kepercayaan-kepercayan tradisional serta praktek-prakteknya bertentangan dengan
asumsi-asumsi pengobatan Barat, bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi
keputusan-keputusan perawatan kesehatan dan bagaimana kesehatan dan penyakit
semata-mata merupakan aspek dari keseluruhan pola kebudayaan, yang hanya
berubah bila ada perubahan-perubaha sosial budaya yang mencakup banyak hal.
Dimulai pada awal tahun 50-an, para ahli antropologi mampu
mendemontrasikan kegunaan praktis dari pengetahuan mereka (dan metodemetode penelitian mereka) kepada petugas-petugas kesehatan internasional, yang
program-program
lintas
budaya
dan
proram-program
kesehatan
itu. Menurut pandangan kimi seperti halnya dengan karya-karya terapan lainnya,
penelitian yang dilaksanakan dalam ruang lingkup terapan memberikan umpan
data dasar lagi bagi kumpulan teori kebudayaan dan penelitian teoritis yang murni
(misalnya studi mengenai Sistem pengobatan dari suatu desa di Meksiko)
memiliki nilai yang langsung dalam program-program praktis, misalnya usaha
memperkenalkan pelayanan kesehatan baru di pedesaan oleh pemerintah.
Colson dan Selby mencatat dengan tepat bahwa sementara bidang
antropologi kesehatan tumbuh dengan tepat, ada peningkatan perasan identitas
kelompok dikalangan para anggotanya, tidak ada defenisi yang disepakati
bersama tentang bidang tersebut maupun kesepakatan mengenai batas-batasnya
(Colson dan Selby 1974 : 245). Pada awal pendefinisian, Hasan dan Prasad
mengusulkan bahwa antropologi kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai
manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia
(termasuk sesjarahnya).dari titik tolak pandang untuk memahami kedokteran
(medical), sejarah kedokteran (medico historical), hukum kedokteran (medicolegal), aspek sosial kedokteran (medico- sosial) dan masalah-masalah kesehatan
manusia (Hasan dan Prasad 1959 :21-22). Defenisi yang selanjutnya juga
menjelaskan tentang biobudaya : Antropologi kesehatan berkenaan dengan
pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya, yang berhubungan dengan
kesehatan dan pengobatan
Minggu III
ANTROPOLOGI KSEHATAN DAN EKOLOGI
2.
KOMPONEN INORGANIK
cara
keluranya
keringat.
Kulit
yang
hitam
juga
sedikit
disebabkan karena :
a. Perbedaan ukurun tubuh
b. Ukuran basal metabolic tinggi pada masyarakat dengan diet makanan
yang kwalitasnya baik dan rendah pada penduduk yang gizinya buruk.
Misalnya pada penduduk China Selatan yang sebagian besar dietnya
terdiri dari beras putih maka metaboliknya rendah (Lasker).
Selanjutnya Newman menjelaskan bahwa penyerapan gizi yang dibutuhkan
hanya sebagian kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan minimal gizi.
Disamping itu banyak masyarakat yang mengalami kesulitan mencerna
KOMPONEN ORGANIK
Proporsi yang terbesar dari lingkungan adalah komponen organic dari
lingkungan. Bagaimanapun juga sebagai suatu species, kita menggunakan
sebagian besar dari masukan organik sebagai sumber gizi. Adaptasi manusia dapat
dipandang sebagai proses di mana kita memperoleh masukan secara optimal
dalam bentuk kalori dan manusia snediri memberikan energi bagi sebagian besar
species preditor. Preditor ini adalah protozoa, metazoan, bakteri, Ricketsia dan
lain-lain. Preditor ini yang menimbulkan beberapa penyakit pada manusia.
Misalnya : malaria, Schistosomiasis, TBC, influenza dll.
KOMPONEN KEBUDAYAAN
Komponen kebudayaan yang terdiri dari komponen teknologi, sosial dan
Sistem ideologi mempunyai dua fungsi dalam kerangka lingkungan yaitu
(Armelagos).
1.
2.
produksi ternak adalah cara di mana lingkungan sosial dan budaya menjadi
perantara interaksi penduduk dengan lingkungan. Demikian pula dengan tindakan
manusia membersihkan semak-semak dan penggunaan tekhnik pembakaran pada
pertanian dapat menimbulkan perubahan hubungan antara manusia dengan jasad
organic.
Dalam hal ini lingkungan membantu pengembangan penyakit malaria secara
endemis.
Pada kasus dimana penyakti sudah ada, lingkungan sosial dan budaya juga
berfungsi melalui praktek medis, mempengaruhi distirbusi dan prevalensi
penyakti. aspek lain dari lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi
penyakit dengan arah yang berlawanan. Misalnya : Pada kasus syphilis,
pengetahuan tentang pathogen, siklus hidupnya, pengobatannya belum cukup
untuk memusnahkan penyakit tersebut karena hubungan seksuil merupakan faktor
yang penting yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit.
Pada model ini terlihat bahwa penyakit adalah sebagai hasil dari tidak
tepatnya konstelasi masukan. Konstelasi masukan ini kompleks dan penyakit
ditimbulkan karena kekurangan, kelebihan atau tidak tepatnya masukan.
Kita berinteraksi dengan jasad organik dan inorganik melalui Sistem
pernapasan, pencernaan,kulit dan pancaindera. Interaksi dengan jasad inorganik
melalui syztme pernapasan. Misalnya karena banyaknya pemaparan bahan-bahan
kimia yaitu Karbon Monoxida dan Asbes dapat menimbulkan penyakti pada
pernapasan, paru-paru. Pengawasan terhadap pemaparan jasad-jasad inorganik ini
nampkanya sangat penting didalam usaha menjga kesehatan kita. Sistem
pernapasan juga dilibatkan secara aktip di dalam interaksi kita dengan beberapa
jasad organik yang dapat menimbulkan penyakti misalnya TBC, Cacar, Influenza.
Masukan yang normal untuk Sistem pencernaan adalah makanan yang
cukup bergizi. Sistem ini dibuat untuk menghasilkan energi dari bermacammacam bahan makanan. Baik masukan jasad organik
maupun inorganik diperlukan. Kelebihan atau kekurangan stimulus ini
menyebabkan timbulnya penyakit. Misalnya kekurangan Zink dan kelebihan besi
dapat menyebabkan timbulnya bermacam macam penyakti. kekurangan vitamin
dapat menimbulkan penyakit Pelagra atau Beri-beri dan kelebihan gizi dapat
menimbulkan masalah Marasmus dan Kwashiorkor.
Sistem pencernaan ini dapat juga merupakan focus stimuli oleh jasad organic yang
pathogen. Pathogen tersebut bisa berasal dari luar seperti misalnya penyakit
cholera dan typhus.
2.
Merubah lingkungan
Penyakit dapat dimusnahkan dengan menyingkirkan pathogen dari tubuh atau dari
lingkungan sekitarnya.
memberikan informasi yang berharga tentang ada atau tidak adanya parasit
intestinal. coprolites juga memberikan informasi tentang diet dari manusia purba
terutama tentang biji-biji yang dikonsumsikan manusia purba.
teknik lain yang digunakan adalah bentuk-bentuk seni misalnya lukisan-lukisan di
gua-gua, gambar-gambar pada jambangan bunga, gambar-gambra manusia, kayu,
batu, keramik dan lain-lain.
Penulisan dari ahli sejarah sangat berguna meskipun tidak memberikan informasi
kesehatan yang terperinci.
Dari studi yang telah dilakukan pada masyarakat primitif, ternyata bahwa
banyak penyakit masyarakat modern tidak ada pada masyarakat primitif dan jenis
penyakitnya lebih sedikit (Black). Hal ini tidak berarti bahwa manusia purba lebih
sehat daripada manusia modern tetapi timbulnya sakit pada masyarakat purba
disebabkan oleh beberapa pathogen dan unsure lingkungan yang lebih sedikit
ragamnya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Cockburn menyatakan bahwa banyak
penyakit infeksi yang memerlukan populasi nost yang minimum untuk dapat
memelihara kepermanenannya sehingga penyakit-penyakit infeksi ini akan hilang
apabila jumlah hostnya di bawah jumlah minimum yang dibutuhkan. bagi
penyakit-penyakit di mana tingkatan infeksinya singkat dan transmisinya cepat
Nenek
moyang
kita
telah
dapat
membasmi
penyakit
yang
Minggu IV
SISTEM MEDIS
PENDAHULUAN
Penyakit
menunjukkan bentuk tingkah laku adaptasi manusia yang berbeda dan didasarkan
kepada logika dan perasaan ingin monolong orang lain.
Aktivitas manusia diatur mclalui peranan, dimana setiap manusia
mempunyai peranan misalnya peranan sebagai suami, istri, guru, ayah, anak, petani
dan lain-lain, di mana orang yang memegang peranan mempunyai kewajiban dan
mengharapkan tingkah laku tertentu dari temannya dengan siapa ia berinteraksi.
Hal ini tidak saja terjadi di dalam keluarga tetapi meluas di kalangan kerabat, teman,
tetangga dan lain-lain.
Disini jelas bahwa seorang manusia yang sakit berbeda dengan binatang
yang sakit, di mana orang yang sakit tidak dapat memenuhi kewajiban normalnya
terhadap orang lain.
Di dalam menghadapi krisis sakit yang mengenai salah seorang anggota kelompok,
maka anggota kelompok lainnya harus memutuskan tindakan apa yang harus
dilakukan. Ada 2 alternatif yang harus dilakukan yaitu :
1. Anggota-anggota kelompok dapat membiarkan si penderita dengan
kemampuannya sendiri untuk sembuh kembali atau mati tanpa pertolongan
anggota masyarakat lainnya. Apabila ia sembuh, si penderita dapat
menjalankan peranannya kembali tetapi apabila ia mati maka orang lain
akan menggantikan peranannya.
2. Anggota kelompok dapat mencoba mengusahakan si penderita menjadi sembuh
sehingga ia dapat memenuhi peranannya seperti semula.
Pada masyarakat manusia, alternatif kedua yang biasanya dipilih. Manusia
biasanya mau berspekulasi terhadap waktu, sumber-sumber dan beban ekstra agar
supaya menghmdari gangguan sosial dan biaya yang ditimbulkan oleh adanya
kematian seseorang, tetapi pada beberapa masyarakat, mereka monpertimbangkan
kegunaan si pasien di dalam kelompok, dalam usaha menyembuhkannya. Usaha yang
besar akan dilakukan untuk menyelamatkan seorang kepala .rumah tangga yang
sakit .karena mereka memegang . peranan di dalam kesejahteraan keluarganya. 'Tetapi
scbaliknya, usaha yang kecil sekali dilakukan untuk :mencoba menyelamatkan .orang
yang susah lanjut usianya karena ia mempunyai nilai yang sangat kecil bagi
keluarga dan kelompoknya. Demikian pula halnya dengan bayi dan anak kecil.
Dari hal tersebut di atas jelaslah bahwa masyarakat manusia
membuat strategi adaptasi yang baru didalam menghadapi penyakit yaitu
strategi yang bersifat pencegahan dan penyembuhan penyakit.
Didalam usaha penyembuhan penyakit manusia telah menciptakan suatu
kompleks pengetahuan, kepercayaan, teknik, peranan, norma-norma, nilai-nilai,
sikap, kebiasaan, upacara-upacara dan symbol yang saling berhubungan untuk
komprehensif
dengan
me
masukkan aktifitas klinis dan non klinis, lembaga yang formil dan in formil dan
aktifitas lainnya yang menunjang tingkat ke seh atan keiompok .
Selanjutnya Weaver memberikan batasan Sistem medis sebagai kese lu ruhan upaya,
s i.kap , prak tek dan perasaan sehat dan sakit denan pola-pola diagnosa dan pengobatan.
Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa batasan
Sistem medis merapunyai arti yang luas. Seperti yang dinyatakan Foster bahwa didalam
pengertian Sistem medis ini tidak hanya terbatas pada kegiatan bagainana dokter
menyembuhkan penyakit tetapi juga termasuk kedalamnya kegiatan pendidikan
kesehatan, sanitasi lingkungan dan lain-lain serta pengetahuan yang mendasari
aktifitas tersebut.
Sistem medis setiap masyarakat dapat dibagi kedalam 2 bagian yaitu :
(Foster)
1. Sistem teori penyakit
2. Sistem perawatan kesehatan.
Sistem teori penyakit meliputi kepercayaan mengenai kesehatan, penyebab
penyakit, pengobatan dan teknik lainnya yang digunakan seseorang untuk
mengobati penyakit. Sedangkan Sistem perawatan kesehatan adalah cara-cara
sang at
mungkin untuk
medis
menganggap penyakit ini biasa diderit masyarakat dan juga sebagai proses
yang normal bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi lebih besar (Blum and
Blum).
Kejadian tersebut diatas juga dijumpai pada masyarakat Indonesia terutama
di daerah pedesaan, di mana anak-anak yang deman dan diarea dianggap
sedang mengalami proses pertumbuhan sehingga penyakitnya dianggap biasa
dan tidak dibawa ke dokter.
3. Semua Sistem medis mempunyai unsur pencegahan dan pengobatan.
Dengan adanya dikotomi antara pencegahan penyakit dan pengobatan penyakit
pada Sistem medis modern maka muncul pendapat bahwa masyarakat
tradisionil tidak mengenal usaha pencegahan penyakit. Hal ini benar karena
pada masyarakat tradisionil tidak mempunyai lembaga pencegahan penyakit.
Namun sebenarnya pada masyarakat tradisional, pencegahan penyakit lebih
berwujud sebagai tingkah laku seseorang yang berkaitan dengan konsep
penyebab penyakitnya dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari
sakit. Misalnya pada masyarakat yang berpendapat bahwa sakit adalah akibat
dari masuk angin maka kegiatan pencegahan penyakit berupa usaha untuk
mencoba menghindari dari udara dingin yang menyebabkan ia sakit.
4. Sistem medis mempunyai banyak Fungsi.
Fungsi dari Sistem medis adalah agar supaya si pasien menjadi sembuh sesuai
dengan harapan yan diinginkan. Sub Sistem perawatan kesenatan tidak hanya
memberikan perawatan kepada pasien, tetapi juga berfungsi untuk menghindarkan
diri "dari tekanan sosial psycholog is, untuk mendapat perhatian, mengontrol
tingkalaku orang lain dan lain-lain.
Sistem teori penyakit juga mempunyai fungsi antara lain : a). memberikan
alasan-alasan untuk melakukan usaha pengoba tan ; b). Menjelaskan mengenai
mengapa penyakit diderita oleh
perbuatan yang melanggar aturan atau tidak sesuai dengan kebiasaan setempat
tetapi juga mendorong seseorang melakukan norma sosial dan moral yang
ada. Hal ini benar apabila sakit dianggap sebagai akibat dosa, melanggar tabu.
d). mengontrol tingkah laku yang agresif; Tingkah laku yang agresif pada
batas tertentu ada pada semua manusia. Pada umumnya sifat agresif yang
nyata dapat dikendalikan tanpa membahayakan masyarakat, tetapi pada
masyarakat yang kecil, tingkah laku agresif dapat mengancam kehidupan
masyarakat sehingga harus dikendalikan. Misalnya Spiro menjelaskan bahwa
penduduk kepulauan Micronesia percaya bahwa "Alus" adalah roch yang
dapat menimbulkan penyakit, rasa sial, ketidak beruntungan. Alus ini sangat
ditakuti orang. Perasaan yang ekstrim terhadap alus adalah suatu perbuatan
untuk menempatkan kembali tingkah laku agresif.
Minggu V
ETNOMEDISIN
(SISTEM MEDIS TRADISIONAL)
Sistem medis tradisional adalah Sistem medis yang merupakan produk dari
kebudayaan masyarakat. Di dalam mempelajari systern medis tradisional, para anthropolog
meneliti kepercayaan dan praktek medis dari anggota masyarakat. Ada 2 keuntungan
di dalam mempelajar i Sistem medis tradisional yaitu:
1. Kepercayaan dan praktek medis merupakan alemen yang utama d i d a l a m
s e tiap kebudayaan, sehingga konsekwensinya
dengan
mengetahui
kepercyaan dan praktek medis pada suatu masya rakat maka sekaligus
dapat mengetahui aspek lain dari kebudayaan.
2.
P E N Y E B A B P E N YAK I T
Kalau dilihat dari aspek penyebab penyakit maka terdapat 2 Sistem medis
yakni:
1. Sistem Medis Personalistik.
Sistem ini menganggap bahwa sakit disebabkan oleh intervensi a g e n t
yang bisa berupa mahluk supernatural (dewa, Tu ha n) at au mah lu k
bu kan ma nu si a (r och, nene k moyan g, se ta n, j in, guna-guna)
2.
d i d a l a m t u b u h , p a n a s , d i n g i n , y i n d a n y a n g , y a n g dihubungkan
dengan umur, kordinasi individu dan lingkungan sosiai.
Me nur ut
Pe rs o n a l i s t i k
G lick ,
i nti
pen yeb ab
pen yak it
di
dalam
Si st em
a d a l a h " a g e n t " y a n g d e n g a n k e k u a t a n n y a m e n ye r a n g
budak belian.
Sistem nuturalistik, berpendapat bahwa sehat adalah keadaan di mana
terdapat keseimbangan antara elemen-elemen dida dalam tubuh :atau keseimbangan antara
Yin dan Yang Apabila keseimbangan terganggu oleh kekuatan alam misalnye panas,
dingin, emosi maka si individu akan menjadi sakit. Systern ini mengklassifikasikan makanan ,
jamu, ke dalam panas -dingin atau netral.
Sistem naturalistik ini bera sal dar Yunani, India dan China. Sistem ini terdiri
dari:"humoral pathology, "Ayuverdic" dan Sistem medis China yaitu Yin dan
Yang
1. Humoral Pathology
Teori mi berakar pada teori Yunani yang mengenal 4 elemen yaitu bumi, air,
api dan udara yang telah dikenal pada abab ke 6 . Teori ini paralel dengan
konsep 4 kwalitas yaitu: panas, dingin, kering dan lembab yang apabila
diintegrasikan dengan teori asal menghasilkan konsep 4 cairan yang
diasosiasikan dengan darah (panas dan lembab), lendir (dingin dan lembab)
empedu (dingin dan panas) dan hati (panas dan kering)
Teori ini telah dikembangkan oleh Hypocrates yang menyatakan bahwa tubuh
manusia terdiri dari cairan darah, cairan lendir, cairan empedu, dan cairan hati.
Manusia berada dalam keadaan sehat apabila cairan-cairan ini berada di dalam
proporsi keseimbangan dan bercampur. Sebaliknya sakit terjadi apabila salah satu
cairan kurang atau berlebihan atau tidak bercampur dengan cairan lainnya.Cairancairan tersebut di atas berbeda didalam kwalitasnya yaitu panas, dingin, kering dan
lembab, selain itu berbeda pula didalam kwantitasnya sepanjang tahun bergantung
pada iklim dan cuaca. Misalnya lendir bertambah banyak pada dingin. Pada musim
semi .kwantitas darah bertambah dan distimulasi oieh musim hujan yang basah dan hangat.
Pada musim panas, meskipun darah tetap kuat, cairan empedu bertambah
sedikit demi-sedikit. Sehubungan dengan hal ini, maka Hypocrates menyatakan bahwa
doktcr harus sadar bahwa tiap-tiap penyakit menonjol pada musim-musim tertentu.
Selanjutnya pengobatan diarahkan berlawanan dengan penyebab pen yakit . Misalnya pern
yakit yaing dirasakan oleh karena kelaparan, penyembuhannya dengan cara memberi makanan..
Penyakit yang disebabkan oleh kerja keras maka penyembuhannya dengan cara
istirahat. Kesimpulannya bahwa pengobatan penyakit harus berlawanan dengan
penyebab penyakit.
Temperamen
individu
juga
berbeda
karena
adanya
perbedaan
keseimbangan yang ada pada setiap individu. Oleh karena itu maka
mengandung,
mensturasi,
marah
atau
makan
makanan
panas.
Pada masyarakat India, banyak makanan yang dianggap panas atau dingin
dan sama halnya dengan "Humoral-Pathology", teori ini menyatakan bahwa kombinasi
makanan dan ramuan, yang benar dapat memulihkan keseimbangan tubuh yang
telah diganggu. Yang termasuk kategori makanan panas yaitu: tahu, daging, susu,
madu, gula dan makanan dingin, adalah buah-buahan , yoghurt, beras , air. (J.eliffe)
Menurut teori ini tubuh manusia mempunyai 3 cairan atau "Dosha" oleh
karena itu teorinya dinamakan "Tridosha" yaitu cairan lendir, cairan empedu, dan
angin. Badan sehat apabila ketiga "Dosha" ini seimbang dan sakit apabila satu
"Dosha" atau lebih tidak cukup berfungsi (Leslie) .
Faktor penyebab menurut Sistem Personalistik dan Naturalistik yaitu:
1. Didalam Sistem personalistik, sakit adalah merupakan kasus khusus
didalam usaha menjelaskan semua keadaan yang tidak beruntung,atau
dengan perkataan lain terjadinya sakit karena tidak beruntung atau sial.
Hal ini juga digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah misalnya: gagal
panen, perceraian, pencurian dan lain lain. Sebaliknya pada Sistem naturalistik,
penyebab dibatasi hanya untuk penyakit itu saja, mereka tidak menghuhungkan
masalah-masalah kekeringan, kegagalan panen dan lain-lain.
2. Sistem
personalistik
berpandangan
bahwa
penyebab
penyakit
oleh "agent" itu sendiri misalnya racun, mencuri roch atau guna-guna,
disamping itu mereka mencari siapa pelakunya.
4. Pada Sistem personalistik, memerlukan seseorang yang pandai di dalam
menyembuhkan penyakit dengan menggunakan kekuatan gaib (dukun,
shaman).Sedangkan pada Sistem naturalistik tidak mengenal shaman. Pada
Sistem
ini
orang
yang
bertindak
sebagai
penyembuh
penyakit
Sistem
personalistik
shaman
selalu
mencari
pelaku
yang
Minggu VI
TINGKAH LAKU SAKIT
symptom ini bervariasi dari pasienyang satu dengan pasien yang lain.
Selain dari pada itu, tidak hanya penyakit yang menyebabkan timbulnya
symptom tersebut. Didalam menghadapi masalah ini maka proses
pengobatan mempunyai arti yang kecil kecuali dokter dapat menjelaskan
hubungan antara symptom dan penyakit dengan cara yang dapat diterima
pasien.
3.
pasien, maka
dokter harus memperhatikan tidak hanya pada phisiknya saja tetapi juga harus
memperhatikan hubungan
kebudayaannya
dan
kehidupan.
Terjemahan-terjemahan
terhadap
terminologi
medis
dapat
menimbulkan masalah kecuali kalau dapat diperlihatkan dengan nyata dan jelas.
Di-dalam hubungan ini, Gilbert Lewis mengemukakan sebuah kasus dimana
seorang New Guinea menderita sakit parah, la merasa lemah, perut dan kakinya
bengkak ia memutuskan untuk pergi ke Rumah Sakit. Didalam perjalanannya ke
Rumah Sakit, ia harus melalui desa tetangganya. Setelah sampai di desa itu,
orang-orang melarangnya untuk melewati desa tersebut karena mereka takut
penyakitnya akan menular. Mereka menganggap bahwa orang tersebut menderita
lepra. Akhirnya ia kembali ke desanya dan tidak berapa lama ia meninggal. Dari
hasil pemeriksaan ternyata orang tersebut menderita penyakit lever bukan lepra.
Masyarakat menganggapnya menderita lepra karena badannya bengkak. Mereka
mempelajarinya dari petugas kesehatan mengenai gejala penderita penyakit lepra
yang sudah parah dimana salah satu gejalanya adalah adanya pembengkakkan.
Petugas kesehatan tidak menjelaskan kepada mereka tentang gejala-gejala
penyakit lepra yang masih dini. Disini jelas bahwa masyarakat menggunakan istilah
penyakit yang sama yaitu lepra tetapi dengan arti yang berbeda. Disamping itu
masyarakat biasanya tidak mengetahui bahwa penyebab penyakit dapat dicari dari
gejala-gejala klinis pasien. Mereka lebih menekankan kepada pencarian tingkah 1aku
apa yang telah dilakukan oleh seseorang sehingga menyebabkan ia sakit. Hal ini
tentunya bertentangan dengan doktei; yang berpendapat bahwa dengan
mengetahui gejala-gejala penyakit akan lebih tepat mendiagnosanya dan
mengobatinya. Sesuatu yang dilakukan oleh dokter mungkin tidak memenuhi
harapan pasien apabila tindakannya tidak sesuai dengan harapan si parien dan hal ini
akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan pasien terhadap dokter. Pada umumnya
orang-orang di sekitarnya.
Tetapi pengetahuan tersebut tidak pernah ada pada klasifikasi medis. Sebagian
besar petugas kesehatan hanya memusatkan penhatiannya pada individu si pasien,
dan tubuhnya.
datang. Observasi Zborowsky di ditunjang oleh studi yang dilakukan oleh (Croo
196 1). Ia menyatakan bahwa orang Yahudi dan Italia sering mengeluh sakit. Pada
orang-orang Italia dari golongan pendidikan yang rendah lebih senang
mengeluh dan pada golongan pendidikan yang tinggi sedangkan pada bangsa
Yahudi sama bagi semua golongan.Selanjutnya Mechanic (1963) melakukan
penelitian terhadap 300 mahasiswa di 2 Universitas, dan menyatakan bahwa
mahasiswa Yahudi lebih sering mengeluh sakit daripada mahasiswa-mahasiswa
yang beragama Protestan dan Katolik. Hal ini ditunjang oleh penelitian Segel
(1965). Suchman didalam hasil pnelitiannya menyatakan bahwa orang-orang
Yahudi mempunyai angka kematian anak yang rendah jika dibandingkan dengan
kelompok lainnya. Zborowski mencoba meneliti hubungan sikap dan tingkah
laku ibu dengan tingkah laku sakit anaknya. Ia menyatakan bahwa pasien Yahudi
dan Italia dilatarbelakangi oleh tingkah laku ibunya yang terlalu melindungi dan
selalu kuatir terhadap anaknya. Pada masyarakat Yahudi; anak yang menangis
karena merasa sakit selalu ditanggapi ibunya secara simpati dan selalu mendapat
pertolongan.
Selama kebudayaan Yahudi dan Italia membenarkan seseorang untuk
menyatakan perasaan sakitnya secara bebas dengan kata-kata, suara, gerakangerakan maka mereka merasa bebas untuk mengeluh terhadap penyakitnya dan
memanifestasikannya dengan cara menangis, berteriak dan la in-lain. Sebaliknya
orang Amerika selalu menutupi perasaan sakit. Mereka berpendapat bahwa tidak
ada gunanya untuk mengeluh dan berteriak-teriak karena tidak menolong si sakit.
Meskipun demikian apabila mereka merasa sangat sakit, maka akan menangis
tetapi apabila da lam keadaan tidak ada orang lain disekitarnya. Mechanic juga
melakukan penelitian terhadap tingkah laku sakit. Ia menyatakan banwa umur dan jenis
kelamin sangat mempengaruhi tingkah laku sakit . Anak laki-laki lebih takut sakit
daripada anak wanita dan anak-anak tertua dalam keluarga lebih takut sakit
daripada anak-anak lainnya. Hal ini ditunjang oleh penelitian Anderson (1963)
yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan
daripa da laki-laki dan tingkat kecelakaan lebih tinggi pada anak laki-laki daripada
anak wanita pada umur yang sama.
Dari data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dan
kondisi sosial sangat memegang peranan penting didalam tingkah laku sakit.
Sehingga untuk memahami tingkah la ku sakit pasien, kita harus melihat juga
latar belakang sosial dan budaya pasien daripada hanya melihat keadaan biologi
si pasien.
Pada setiap masyarakat, terdapat peraturan yang tidak tertulis mengenai
bagaimana orang-orang harus bertingkahlaku apabila ia sakit. Disamping itu, biaya
sosial atau keuntungan akibat sakit sangat mempengaruhi seseorang didalam
mencari pertolongan. Sebaliknya, spontanitas orang lain didalam membantu si
sakit bergantung kepada pandangan mereka terhadap obligasi pada si sakit, penilaian
terhadap situasi si sakit dan pandangan mereka terhadap waktu, biaya dan
kapasitas pertolongan. Tanggapan yang diberikan terhadap keadaan sakit
tergantung tidak hanya pada jenis penyakit yang menyerang si sakit tetapi
juga Pada masyarakat yang kecil, sakit yang diderita oleh salah seorang
anggota masyarakat dapat mempengaruhi anggota masyara kat lainnya,
sehingga hal ini dapat menjelaskan mengapa orang orang pada masyarakat
ini menekankan pada pentingnya dampak sosial dan moral akibat sakit.
Informasi mengenai hal-hal tersebut di atas sangat diperlukan bagi
petugas kesehatan didalam usahanya irseningkatkan kesehatan masyarakat.
PERANAN SOSIAL DARI KEADAAN SAKIT
Tingkah laku sakit sebagai salah satu cara untuk mendapat perhatian dari
orang lain. Pada umumnya masyarakat memborikan perhatian kepada orang
yang sakit dengan cara mengucapkan ikut berduka cita, memberikan hadiah,
makanan yang khusus dan lain-lain. Bagi orang orang yang merasa kesepian,
tingkah laku sakit digantikan untuk memperoleh perhatian dari orang lain.
Balint menyatakan bahwa sebagai akibat urbanisasi di London, maka banyak
orang-orang yang hidup menyendiri dan merasakan kesepian. Apabila mereka ia
merasakan suatu masalah maka mereka bertingkah laku sakit dan mendatangi dokter
untuk mendapat perhatian. Kita sering melihat anak yang bertingkah laku sakit
disebabkan karena ingin rnendapat perhatian dari ibunya.
4.
Rumah sakit digunakan sebagai tempat hiburan, istirahat. Beberapa ibu pada
masyarakat desa merasa senang untuk mendapat perawatan di Rumah Sakit
pada waktu melahirkan meskipun kemungkinan cara-cara perawatan di Rumah
Sakit berbeda dengan tradisi melahirkan di desanya dan juga kemungkinan
melanggar tabu. Mereka merasa istirahat, mendapat makanan yang baik,
bebas dari gangguan anak-anak dan bebas dari pekerjaan rumah tangganya.
Kasus ini tidak hanya dilakukan oleh ibu-ibu pada masyarakat desa tetapi juga
oleh orang-orang kota yang tidak mempunyai keluarga, hidup sendiri . Mereka
lebih banyak mcnggunakan rumah sakit sebagai tempat hiburan.
untuk memperoleh fasilitas tersebut diatas karena orang yang sakit mendapat
prioritas. Akibatnya dokter-dokter selalu dimintai surat sakit untuk
memperoleh obyek yang dikehendaki.
6. Sakit sebagai perwujudan untuk menebus dosa.
Pada masyarakat baik dinegara Barat maupun di negara non barat, beranggapan
bahwa sakit adalah sebagai akibat dosa yang telah ia lakukan. Setiap penyakit
adalah hukuman . Untuk menebus dosa melalui penderitaan, dan penderitaan
ini dapat dilakukan untuk menebus dosanya sendiri, dosa orang tua, dosa
keluarganya.
Konsekwensinya
adalah timbulnya
anggapan di dalam
masyarakat bahwa orang yang sakit adalah orang yang berdosa dan melalui
sakitnya, semua orang mengetahui bahwa ia berdosa (Roomer) .Disamping itu
timbul anggapan bahwa apabila obatnya tidak pahit atau suntikannya tidak
sakit maka khasiatnya tidak ada.
Didalam hubungannya dengan peranan sakit, Talcott Parson telah
mengembangkan model "Sick Role" yang
limu sosial. Ia menyatakan bahwa pasien mempunyai 2 hak atau harapan yaitu
1. Dibebaskan dari tanggung jawab sosialnya
2. Memperoleh perawatan sampai ia sembuh.
Disamping itu pasien mempunyai 2 kewajiban yaitu :
1. Ia berkewajiban untuk berusaha agar cepat sembuh
2. Ia berkewajiban mencari pertolongan dan bekerjasama dengan dokter untuk
dapat segera mengatasi sakitnya.
Model ini mendapat kritikan dari Kossebaum, Bauman, Mc Kinlay yang
menyatakan bahwa model ini hanya dapat diterapkan pada penderita yang "acute"
dimana sehat