Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


PRODI S1 TEKNIK SIPIL-FT

POKOK-POKOK ANTROPOLOGI BUDAYA


T.O.IHROMI 2000

NAMA : YULIA PERMATA SARI

NIM : 5211250016

KELAS : TS-B

DOSEN PENGAMPUH :

Drs.Muhammad Arif,M.Pd

PRODI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Pokok – Pokok Antropologi Budaya


Editor : T.O. Ihromi
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : Edisi Kesebelas, Oktober 2000
Tebal Halaman : 229 Hal + xxvi
RANGKUMAN ISI BUKU

Perkenalan dengan Antropologi

Antropologi secara harfiah dalam bahasa Yunani, antropos berarti “manusia” dan logos berarti
“studi” jadi antropologi merupakan suatu disiplin yang berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada
henti-hentinya tentang umat manusia. Ilmu antropologi berbeda dari disiplin-disiplin lain tentang
manusia, ilmu antropologi lebih luas ruang lingkupnya. Ilmu tersebut dimaksudkan sebagai ilmu
yang khusus dan mengamati segala jenis manusia dalam semua zaman tanpa terkecuali. Suatu
segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan secara menyeluruh yang dilakukan
terhadap manusia, kaum ahli antropologi mempelajari tidak hanya bermacam jenis manusia,
mereka juga mempelajari semua aspek dari pengalaman pengalaman manusia. Misalnya, dalam
menulis tentang suatu kelompok manusia, seorang ahli antropologi mungkin juga
menggambarkan suatu bagian sejarah daerah manusia itu, lingkungan hidup, cara hidup
berkeluarga, pola pemukiman, sistem politik dan ekonomi, agama, gaya kesenian dan
berpakaian, segi-segi umum bahasa dan sebagainya. Antropologi dapat digolongkan secara luas
dalam dua bagian yakni antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik mempunyai pertanyaan-
pertanyaan mencolok yakni pertama, tentang munculnya manusia dan perkembangannya dan
kedua mengenai bagaimana dan apa sebabnya manusia masa sekarang secara biologis berbeda.
Sedangkan antropologi budaya mencakup cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu
bangsa atau masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu maka kebudayaan terdiri dari hal-hal
seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hokum-hukum, kepercayaan agama, kegemaran makanan
tertentu, music, kebiasaan pekerjaan, larangan-larangan dan sebagainya.

Konsep Kebudayaan

Bila kita memperhatikan suatu masyarakat, maka dapat dilihat bahwa para warganya, walaupun
mempunyai sifat-sifat individual yang berbeda, akan memberi reaksi yang sama pada gejala-
gejala tertentu. Sebab dari reaksi yang sama itu adalah karena mereka memiliki sikap-sikap
umum yang sama, nilai-nilai yang sama dan perilaku yang sama. Hal-hal yang dimiliki bersama
itulah yang dalam antropologi budaya dinamakan kebudayaan. Kebudayaan merujuk kepada
berbagai aspek kehidupan yang meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-
sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk masyarakat atau kelompok tertentu.
Kita masing-masing dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks dan
kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan kita
ikuti selama hidup kita. Dalam masyarakat di samping terdapat pola-pola budaya yang nyata -
nyata merupakan kebiasaan, juga terdapat pola-pola budaya ideal, yaitu hal-hal yang menurut
warga masyarakat harus dilakukan, atau norma-norma. Dalam kenyataannya norma dalam
banyak hal tidak sesuai dengan perilaku aktual
Sejarah Latar Belakang Penelitian Etnologi

Laporan etnografi didapatkan dari berbagai sumber. Umpamanya, kita mempunyai naskah
deskriptif dari India yang ditulis oleh peziarah-peziarah Buddhis dari Cina yang dibuat pada
Abad kelima dan juga naskah-naskah oleh ahli-ahli Islam dari Timur Tengah yang berkunjung ke
India kira-kira dalam abad kesepuluh. Perkembangan yang tidak berkaitan dari pelukisan
etnografi di berbagai bagian dunia dapat dimengerti adalah wajar, bahwa seorang musafir yang
bertemu dengan orang-orang asing yang mempunyai ciri-ciri yang berlainan, pakaian, bahasa
dan adat istiadat lain, mencatat pengalaman-pengalamannya untuk dimanfaatkan oleh orang-
orang di negerinya. Tulisan-tulisan yang dikutip berasal dari jaman beberapa abad Sebelum
Masehi sampai abad kesembilan belas dan tokoh-tokoh yang antara lain disebut adalah
Herodotus (Yunani) yang telah menulis tentang Mesir kuno. Tacitus (orang Romawi) yang telah
menulis tentang kaum biadab di Eropa Utara. Disinggung juga tentang seorang sarjana Islam
yang menonjol, Ibnu Khaldun.

Teori dan Metoda Antropologi

Budaya Sejak 100 tahun yang lampau, para peminat mengenai kebudayaan dan masyarakat lain
sadar bahwa jika mereka mau menghasilkan karya yang bernilai ilmiah, maka mereka
melakukannya secara sistematis dan melalui observasi yang tidak berat sebelah seperti yang
dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan di bidang lainnya. Dengan kata lain, para ahli antropologi
mulai melaksanakan penelitian lapangan. Sebelum mengadakan penelitian lapangan, seorang ahli
antropologi tentu sudah mempunyai gambaran mengenai hal-hal apa yang hendak dipelajarinya.
Pandangannya mengenai pokok yang akan ditelitinya, tidak pernah bersifat netral, tetapi selalu
dipengaruhi oleh orientasi teori yang dianutnya. Telah banyak sekali teori-teori yang dihasilkan
oleh berbagai ahli antropologi dan para pemikir pada umumnya, yang mengendalikan
penjelasan-penjelasan tertentu mengenai gejala-gejala budaya. Jenis-jenis penelitian dalam
antropologi budaya dapat diklasifikasikan menurut dua kriteria :

1. Menurut cakupan “ruang” dari penelitian itu yaitu analisa dari satu masyarakat saja,
analisa dari beberapa masyarakat dalam satu kawasan atau analisa dari suatu sampel
masyarakat seluruh dunia.
2. Menurut cakupan waktu yaitu penelitian sejarah dan yang bukan sejarah.

Organisasi Sosial : Struktur Masyarakat

Organisasi sosial mencakup pranata-pranata yang menentukan kedudukan lelaki dan perempuan
dalam masyarakat dan dengan demikian menyalurkan hubungan pribadi mereka. Kategori ini
pada umumnya dibagi lagi dalam dua jenis atau tingkat pranata-pranata, yaitu pranata yang
tumbuh dari hubungan kekerabatan dan pranata yang merupakan hasil dari ikatan antara
perorangan berdasarkan keinginan sendiri. Struktur-struktur kekerabatan mencakup keluarga dan
bentuk kelompok yang merupakan perluasan keluarga seperti suku atau klan. Ikatan di antara
orang yang bukan kerabat melahirkan banyak macam bentuk pengelompokkan mulai dari
persaudaraan sedarah dan persahabatan yang dilembagakan sampai ke berbagai macam
perkumpulan rahasia dan bukan rahasia.

Penelitian Lintas Budaya Mengenai Kepribadian

Seorang ahli antropologi percaya, bahwa para warga dari suatu masyarakat yang sedang
dipelajarinya, memiliki ciri-ciri kepribadian bersama, yaitu apa yang dikenal dalam antropologi
budaya sebagai jenis kepribadian dasar, basic personality structure, atau kepribadian rata-rata,
modal personality. Dalam mengamati perilaku, berguna sekali untuk mengingat bagaimanakah
perilaku warga masyarakat lain dalam keadaan yang sama. Dengan demikian akan terlihat
perbedaan yang mencolok. Dimana diadakan perbandingan antara tingkah laku anak-anak Bali
dengan anak-anak latmul. Anak Bali dihadiahkan sebuah boneka dan begitupun anak latmul.
Anak Bali itu tidak bersedia menerima boneka itu, ibu dari anak itu menggunakan boneka itu
untuk memperolok anaknya dengan seolah-olah menyusukan anak itu, dan tindakan itu
menimbulkan rasa cemburu pada anak tadi. Sedangkan anak latmul dengan tenang bermain-main
dengan boneka di samping ibu mereka dan ibu mereka tidak mengolok-olok anaknya. Dari
perbandingan diatas nampak perbedaan atas perilaku anak-anak yang sesuai dengan pola khas-
khas yang terdapat dalam kebudayaan itu.

Antropologi Terapan

Dalam ilmu antropologi budaya sebagai ilmu murni yang hendak dikejar adalah bagaimana dapat
memahami gejala-gejala budaya, bagaimana menemukan penjelasan mengenai variasi-variasi
yang ada dalam pola budaya manusia di berbagai pelosok dunia. Untuk itu telah berkembang
sejumlah teori dan dalam penelitian lapangan berbagai teori diuji. Kemudian sebagian para ahli
antropologi juga yakin bahwa akhir-akhirnya dapat juga dirumuskan beberapa keteraturan, yang
menyerupai hukum, yang menguasai kebudayaan. Di samping menjadi ilmu murni, hasil-hasil
dari ilmu ini juga hendak diterapkan, yaitu untuk digunakan dalam pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi oleh manusia. Kode etik dalam antropologi terapan muncul dari pemikiran para
ahli antropologi karena menurut mereka dengan berkembangnya ilmu antropologi, teknologi
yang makin maju dan segi negative dan positif yang secara potensial akan mengakibatkan
perubahan berarti pada mereka atau merusak kebiasaan pada mereka.

Siklus Hidup

Kehidupan warga Padju Epat adalah salah satu gambaran siklus hidup atau lingkaran hidup.
Seorang individu mempunyai peranan-peranan dalam suatu kebudayaan, upacara-upacara yang
khas dalam kebudayaan itu, dari kedua hal tersebut tampak menggambarkan organisasi sosial.
Cara pertanian orang Padju Epat adalah berkebun atau berladang secara bergilir. Mereka tidak
mengenal pertanian sawah. Sesudah sebidang tanah dibuka dan kemudian dikerjakan, maka
sesudah beberapa kali panen padi, ladang itu ditinggalkan. Beberapa tahun kemudian, sesudah
tanah tersebut sudah dianggap cukup subur, kemudian dikerjakan lagi. Jenis kelompok-kelompok
kekerabatan yang ada, cara pemukiman memiliki sifat-sifat khasnya sendiri. Dalam karangan
yang terlampir, istilah-istilah setempat digunakan untuk menunjuk kepada kelompok-kelompok
kekerabatan yang ada dan disini penjelasan mengenai kelompok-kelompok itu akan disarikan
dari buku Padju Epat. Kelompok kekerabatan yang terkecil yang dalam istilah antropologi
budaya biasa dinamakan keluarga inti atau keluarga nuklir dapat disamakan dengan apa yang
disini dinamakan keluarga dangau. Dangau adalah pondok, atau rumah ladang yang terletak di
dekat ladang yang dikerjakan oleh suatu keluarga dan yang menjadi sumber utama dari
penghasilan mereka.

Kerabat dan Bukan Kerabat

Berdasarkan penelitian T.O. Ihromi yang telah dilakukan di Tapanuli dan Sumatra Utara dalam
hubungan dengan proses penyesuaian yang dialami oleh orang Batak Toba ketika berimigrasi
dari daerah asalnya ke kota besar. Dalam situasi yang baru di kota Medan, orang Batak Toba
harus menempatkan dirinya dalam suatu tatanan baru. Di desanya dia hanya berhubungan
dengan orang asal satu suku dengan dia, dan kecuali beberapa stereotrip mengenai golongan
etnis lainnya seperti stereotip mengenai orang Jawa, orang Minangkabau dan lainnya. Dia tidak
mempunyai pengalaman bergaul dengan orang bukan orang Batak. Dalam situasi kota suatu
sistem kategorisasi yang bermakna bagi orang Batak Toba itu perlu dibinanya, dan yang terjadi
adalah membedakan semua orang dalam kelompok yaitu “orang kita” dan “bukan orang kita”.
Orang kita yaitu orang Batak Toba, secara potensial adalah kaum kerabat, sehingga dua
kelompok besar itu adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dan mereka di luar
itu yang tidak ada kaitan kerabat dengan orang Batak Toba. Semua orang Batak Toba
membubuhkan nama marga bapanya di belakang nama kecilnya. Marga adalah kelompok
kekerabatan yang meliputi orang-orang yang mempunyai kakek bersama, atau yang percaya
bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek bersama menurut perhitungan garis
patrilinieal (kebapaan). Anggota dari satu marga dilarang kawin; marga adalah kelompok yang
eksogam. Jadi semua orang yang semarga adalah orang yang berkerabat dan dengan orang lain
marganya dapat dicari juga kaitan kekerabatannya. Orang luar atau bukan kerabat dipersepsikan
sebagai suatu golongan besar yang tidak dibeda-bedakan, sehubungan dengan pengalaman-
pengalaman pergaulan sosial, hubungan pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat dianggap sebagai
salah satu indikator dari derajat kemodernan lambat laun mengalami penghalusan dan satuan
besar yang tadinya kabur itu disadari oleh orang Batak Toba sebagai golongan-golongan yang
berbeda-beda.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU

KELEBIHAN BUKU

Buku ini adalah dapat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
manusia sebagai makhluk sosial. Jawaban yang diberikan menerangkan seluk beluk
intersubjektivitas, sebagai dasar kebudayaan manusia. Selain dari itu bermanfaat bagi petugas
yang berurusan dengan pelaksaan proyek-proyek pembangunan seperti dalam program keluarga
berencana atau bimbingan masyarakat (bimas). Buku ini juga membahas soal kebudayaan secara
luas dan mendalam oleh karena itu buku ini akan membekali pembaca dengan keinsyafan betapa
naifnya sikap etnosentris. Pembaca terpaksa menerima adanya kenisbian kebudayaan, suatu
kenyataan yang sangat perlu dihayati untuk mendinamisir proses integrasi nasional.

KEKURANGAN BUKU

Bahasan dalam buku ini terbatas pada tiga maslaah pokok. Pertama, orientasi umum mengenai
antropologi budaya, yang tercermin dalam teori-teori yang hidup dalam dunia antropologi,
metode-metode yang khas, serta masalah-masalah yang menyangkut penerapannya. Kedua,
gejala-gejala pokok yang diamati dalam antropologi budaya seperti organisasi atau struktur
masyarakat dan penelitian lintas budaya, yang memanfaatkan psikologi dalam penelitian
kepribadian manusia. Akhirnya terdapat empat karangan, berupa laporan studi kasus tentang
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai