Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN-LANDASAN ANTROPOLOGI SOSIAL BUDAYA MENGENAI

PEDAGOGIK PROFETIK
Agnesh Prima Destiany
Dina Noor Agustina

ABSTRAK
Untuk membahas permasalahan pendidikan antara agama dan pranata sosial budaya di
masyarakat dapat diselesaikan dengan pendekatan antropologi dalam Studi Islam atau yang kini
sering disebut dengan Pedagogik Profetik. Dasar dalam mengkaji dan menganalisis fenomena
perilaku manusia adalah menjelaskan peran pendekatan antropologi dalam masyarakat agama
Islam. Peneliti memakai pendekatan deskriptif untuk mengumpulkan informasi terkait konsep
dasar dari antropologi sosial budaya dan pedagogik profetik. Tentu saja, membahas orang dan,
lebih khusus lagi, sifat manusia, tidak dapat dipisahkan dari percakapan ketika menyangkut
pendidik dan murid. Dua peran manusia dalam pendidikan dimainkan oleh guru dan siswa.
Dalam hal interaksinya baik langsung ataupun tidak langsung dengan komponen lain di sini
merupakan hal yang paling penting. Akibatnya, pengajar dan siswa terus-menerus terlibat dalam
kegiatan budaya, khususnya budaya pendidikan. Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang
yang bekerja membantu anak didik mencapai potensinya secara maksimal, meliputi potensi
afektif (rasa), kognitif (kecerdasan), dan potensi psikomotor (niat).

PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir telah terlihat munculnya studi agama yang mendasarkan metodologi
mereka pada antropologi. Perspektif antropologi dipandang perlu untuk melengkapi berbagai
teori agama yang selama ini digunakan terutama di dunia pendidikan. Perspektif teologis,
normatif, filosofis, dan historis semuanya telah digunakan untuk mempelajari agama di masa
lalu. Otoritas agama yang beroperasi di dunia nyata akan dapat melihat akar dan sejarah agama
melalui kacamata antropologis. Antropologi berupaya memahami bagaimana agama dan
berbagai organisasi sosial yang ada dalam masyarakat saling terkait (Hakim & Mubarok, 2017).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membantu memahami diri kita sendiri, sebagai
pendidik khususnya dan budaya kita sendiri dengan mempelajari budaya lain termasuk
menjelaskan corak dalam pendekatan antropologi sebagai usaha mengkaji agama Islam. Studi
antropologi mengajarkan kita untuk melihat diri kita sendiri sebagai bagian dari keseluruhan
yang lebih besar, dan karenanya memperlakukan satu sama lain dengan hormat dan saling
menghargai. Memahami agama melalui lensa antropologi berarti melihat bagaimana praktik
keagamaan berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dalam masyarakat tertentu. Ketika
agama didekati dari perspektif ini, agama dibuat agar tampak mudah didekati dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Terakhir, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metodologi
antropologi dalam Pedagogik Profetik.
Ada berbagai periode dalam evolusi antropologi (Bernard, 2017). Pertama dimulai pada abad ke-
16 dan berlangsung sampai sekitar tahun 1850, ada fase pertama. Pada saat itulah benua Afrika,
Asia, dan Amerika ditemukan, yang memicu minat negara-negara Eropa Barat, terutama pelaut,
pedagang, dan penyiar agama, untuk mempelajari lebih lanjut tentang masyarakat adat yang
mereka anggap asing. Tipe tubuh, warna kulit, bahasa, dan artefak budaya lainnya membuat
mereka tampak tidak pada tempatnya. Kemudian periode kedua, dari akhir 1800-an hingga awal
1
1900-an, sejumlah teks tentang budaya manusia dikumpulkan dan diasimilasi dari seluruh dunia.
Periode ketiga, dimulai pada abad kedua puluh dan berlangsung hingga abad ketiga puluh.
Perhatikan negara-negara Asia dan Afrika selama ini. Ini adalah fase terakhir setelah tahun 1930-
an. Dalam perkembangannya, antropologi telah menunjukkan beberapa terobosan dan
menawarkan banyak metode dan konsep untuk digunakan di dunia nyata, berkat teknik analisis
dan studi lapangan yang terus berkembang, salah satunya perkembangan dalam dunia
pendidikan.
Dimana pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Melalui
pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menghadapi kehidupan. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan
moral seseorang. Dalam konteks Islam, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat.
Antropologi sosial budaya adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dan kebudayaannya.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, antropologi sosial budaya memiliki peran penting dalam
memahami karakteristik, nilai, dan norma dalam kebudayaan yang menjadi dasar pembentukan
sistem pendidikan.
Pedagogik profetik adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang dilandasi oleh ajaran
Islam. Pedagogik profetik memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral siswa
yang baik, serta pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.
Pedagogik profetik juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir
kritis, mandiri, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalah.
Untuk menjalankan pendekatan pedagogik profetik dengan baik, perlu dipahami landasan-
landasan antropologi sosial budaya yang menjadi dasar dalam pendekatan ini. Dalam konteks ini,
antropologi sosial budaya menjadi landasan penting dalam pengembangan pedagogik profetik.
Dalam makalah ini, akan dibahas landasan-landasan antropologi sosial budaya yang perlu
dipahami dalam implementasi pedagogik profetik.

METODE PENELITIAN
Peneliti memakai pendekatan deskriptif untuk mengumpulkan informasi terkait konsep dasar dari
antropologi sosial budaya dan pedagogik profetik. Penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian deskriptif karena menggunakan metode kualitatif.
Menurut (Arikunto, 2010), Untuk mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya tentang
faktor-faktor yang mendukung penelitian, digunakan penelitian deskriptif. Hal tersebut selaras
dengan Sukardi (Widodo, 2021). Untuk dapat memahami dan mengantisipasi suatu fenomena
berdasarkan fakta yang terkumpul di lapangan, peneliti melakukan penelitian untuk
mengeksplorasi, mendeskripsikan, dan menjelaskannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


I. Antropologi Sosial Budaya dan Pedaogik Profetik
1.1. Definisi Antropologi
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Antroplogi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
manusia, khususnya asal- usul, perkembangan, praktik, dan kepercayaannya di masa lalu
(Kemendikbud, 2016). Antropologi berasal dari bahasa Inggris “anthropology”, berarti “ilmu
tentang manusia”. Ungkapan ini memiliki arti yang berbeda di masa lalu, yaitu “ilmu tentang
ciri-ciri tubuh manusia” atau disebut sebagai “ilmu anatomi”. Menurut Koentjaraningrat di atas,
2
Kemudian seseorang atau bahkan tubuh manusia menjadi subjek antropologi. Sebaliknya,
Clifford Geertz percaya bahwa fokus antropologi adalah pada budaya. Antropologi, menurut
Geertz, adalah studi tentang budaya. Menganalisis signifikansi suatu gerakan atau simbol
merupakan bagian penting dari antropologi (Lubis, 2017).
Sedangkan antropologi sosial budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
antropologi sosial budaya didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia dan budaya-
budayanya, termasuk nilai-nilai, norma, kebiasaan, dan institusi yang ada di dalam masyarakat.
Ilmu ini juga mempelajari pola-pola sosial, politik, ekonomi, dan hubungan internasional dalam
masyarakat manusia. Menurut beberapa ahli, antropologi sosial budaya memiliki definisi yang
berbeda-beda. Berikut adalah beberapa definisi antropologi sosial budaya menurut para ahli:
 E. B. Tylor: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari keseluruhan budaya manusia,
termasuk kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan segala hal yang merupakan hasil
dari kegiatan manusia.
 Franz Boas: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan masyarakat manusia,
baik yang masih ada maupun yang telah punah, dengan tujuan memahami keanekaragaman
budaya manusia.
 A. R. Radcliffe-Brown: Antropologi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan sosial
dalam masyarakat manusia.
 Clifford Geertz: Antropologi sosial budaya adalah ilmu yang mempelajari arti simbolik yang
terkandung dalam budaya manusia.
 Bronislaw Malinowski: Antropologi sosial adalah ilmu yang mempelajari kehidupan sosial
masyarakat manusia dari sudut pandang mereka sendiri.
 Marvin Harris: Antropologi sosial budaya adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dan lingkungannya, serta bagaimana manusia menciptakan budaya sebagai bentuk
adaptasi terhadap lingkungan mereka.
Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa antropologi sosial budaya adalah ilmu yang
mempelajari berbagai aspek manusia dan budayanya, dengan tujuan memahami keanekaragaman
budaya dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Antropologi sosial budaya memberikan
pemahaman tentang berbagai aspek kehidupan manusia, seperti agama, nilai, norma, sistem
sosial, ekonomi, dan politik. Singkatnya antropologi sosial budaya merupakan cabang ilmu
antropologi yang mempelajari kebudayaan dan masyarakat manusia.
I.2. Pembagian Antropologi
Antropologi fisik/biologis dan antropologi budaya adalah dua cabang utama antropologi
(Wicaksono, 2016). Antropologi fisik adalah subbidang antropologi yang mempelajari sejarah
penampilan berbagai warna dan bentuk kulit dan rambut, serta bentuk dan ukuran wajah, mata,
hidung, dan tubuh. Ciri-ciri tubuh seperti “warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks fitur
wajah, warna dan bentuk mata,bentuk hidung dan tinggi badan” semuanya digunakan dalam
penelitian ini karena keduanya diturunkan (fenotip) dan dilahirkan (Koentjaraningrat, 1994).
Akibatnya, antropologi fisik lebih menekankan pada anatomi dan fisiologi manusia daripada
peran sosial dan budaya manusia. Penting untuk dicatat bahwa jenis etnografi kedua adalah
etnografi budaya. Salah satu cabang utama antropologi dikenal sebagai antropologi budaya
karena mempelajari budaya secara umum, serta peradaban yang berbeda di seluruh dunia.
Antropologi mempelajari cara manusia mampu mengolah budaya mereka dari waktu ke waktu
(Subchi, 2016). Di antara banyak sub- bidang antropologi budaya adalah antropologi pendidikan
dan beberapa sub- bidang terkait. Perilaku dan budaya manusia dipelajari dalam antropologi
3
pendidikan sebagaimana halnya dalam antropologi umum untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang keanekaragaman manusia, terutama di lingkungan pendidikan. Bidang
pedagogi antropologis adalah bidang yang relatif baru, yang baru didirikan dalam dekade
terakhir. Karena antropologi pendidikan membutuhkan begitu banyak keterampilan antropologi
tambahan setelah tahun 1960-an di Amerika Serikat, itu diakui sebagai bidang antropologi yang
berbeda dalam dirinya sendiri setelah jangka waktu itu (Subchi, 2016).
Menurut penjelasan Shomad, antropologi menekankan manusia dalam konteks pendidikan di
seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam, yang dalam berbagai kitab selalu mengawali
pembicaraan dengan manusia. Subjek pertama dan terpenting adalah sifat manusia.
1.3. Definisi Pedagogik Profetik
Pedagogik profetik merupakan suatu pendekatan dalam pendidikan Islam yang menekankan pada
pembentukan karakter dan moral yang baik, serta pembentukan kepribadian yang berakhlak
mulia. Pedagogik profetik didasarkan pada ajaran Islam yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan,
seperti toleransi, kasih sayang, kerja keras, dan kejujuran. Dalam pedagogik profetik, guru tidak
hanya berperan sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pembentuk karakter dan moral
siswa.
Pada dasarnya, pedagogik profetik mengajarkan empat konsep utama, yaitu tauhid (keyakinan
pada keesaan Allah), akhlaq (moralitas dan etika Islam), syariah (aturan-aturan Islam), dan
da'wah (dakwah atau penyebaran Islam).
Pedagogik profetik adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pada pembentukan
kepribadian yang berakhlakul karimah dan berkepribadian Islami yang baik, serta memadukan
antara kearifan lokal dengan ajaran Islam. Pedagogik profetik bertujuan untuk menghasilkan
generasi yang dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari,
serta mampu mengembangkan potensi diri secara holistik dan berkelanjutan. Pendekatan ini juga
menekankan pada upaya memahami kondisi siswa secara individual dan mengembangkan
potensi belajar mereka dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka.
Pedagogik profetik dikembangkan oleh para ahli pendidikan Islam sebagai bentuk alternatif
pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter dan spiritualitas siswa, serta
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.
Pedagogik profetik adalah konsep pendidikan yang berasal dari Indonesia dan dikembangkan
oleh para ahli pendidikan Islam. Berikut adalah definisi dan pendapat beberapa ahli mengenai
pedagogik profetik:
Prof. Dr. Masykuri Abdillah: Pedagogik profetik adalah suatu konsep pendidikan yang
memadukan antara ajaran agama Islam dengan kearifan lokal, sehingga pendidikan yang
diterapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai individu yang berakhlakul karimah dan dapat
memimpin masyarakat di masa depan.
Prof. Dr. Syamsul Kurniawan: Pedagogik profetik adalah pendekatan pendidikan yang
mendasarkan pada nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, sehingga mampu memberikan
kontribusi pada pembentukan karakter siswa yang berkepribadian Islami, berkemajuan, dan
berbudaya bangsa.
Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail: Pedagogik profetik adalah pendekatan pendidikan yang
membentuk peserta didik menjadi individu yang berakhlakul karimah, berkepribadian Islami,
dan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah: Pedagogik profetik adalah suatu konsep pendidikan yang
didasarkan pada ajaran Nabi Muhammad SAW, sehingga mampu membentuk peserta didik
4
menjadi individu yang berkepribadian Islami dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar.
Dr. H. Imam Ghozali, M.Si.: Pedagogik profetik adalah pendekatan pendidikan yang
mengintegrasikan konsep pedagogi dan dakwah, sehingga mampu membentuk siswa yang
berakhlakul karimah dan berkepribadian Islami, serta dapat memberikan manfaat bagi bangsa
dan agama.
II. Antropologi Sosial Budaya dalam Pedagogik Profetik
2.1. Landasan-landasan Antropologi Sosial Budaya mengenai Pedagogik Profetik
Terdapat beberapa landasan-landasan antropologi sosial budaya yang mendasari kehidupan,
yaitu:
1. Budaya dan kebudayaan
Budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan dan dilakukan oleh manusia dalam suatu
masyarakat, sedangkan kebudayaan adalah keseluruhan aspek kehidupan manusia yang
mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, agama, dan kebudayaan. Dalam konteks pedagogik
profetik, pemahaman tentang budaya dan kebudayaan menjadi penting untuk memahami nilai-
nilai yang harus diimplementasikan dalam pendidikan. Karena pengaruhnya terhadap
pembentukan karakter dan moral siswa. Melalui pemahaman tentang budaya dan kebudayaan,
siswa dapat memahami nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat, sehingga
mereka dapat berkembang menjadi individu yang memiliki kepribadian yang baik dan dapat
berguna bagi masyarakat.
2. Sistem nilai
Sistem nilai adalah seperangkat nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau kebudayaan. Nilai-
nilai tersebut menjadi dasar pembentukan sikap dan perilaku manusia dalam masyarakat. Sistem
nilai merupakan salah satu unsur penting dalam antropologi sosial budaya yang juga menjadi
landasan dalam pedagogik profetik. Dalam pedagogik profetik, sistem nilai Islam menjadi acuan
utama dalam pembentukan karakter dan moral siswa. Siswa diajarkan tentang nilai-nilai Islam,
seperti kejujuran, keikhlasan, keberanian, kesederhanaan, dan lain sebagainya.
3. Norma sosial
Norma sosial adalah aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat. Norma
sosial meliputi norma-norma kesopanan, agama, adat istiadat, dan hukum. Norma sosial menjadi
acuan dalam kehidupan sosial masyarakat, sehingga sangat penting dalam pembentukan karakter
dan moral siswa. Dalam pedagogik profetik, siswa diajarkan untuk memahami dan menghargai
norma sosial yang berlaku di masyarakat, serta melatih keterampilan sosial yang diperlukan
untuk berinteraksi dengan masyarakat.
4. Proses sosialisasi
Proses sosialisasi adalah proses pembentukan kepribadian dan perilaku manusia dalam
masyarakat. Proses ini melibatkan interaksi antara individu dengan lingkungan sosialnya. Proses
sosialisasi merupakan proses pembentukan kepribadian dan identitas individu dalam masyarakat.
Dalam pedagogik profetik, siswa diajarkan untuk memahami proses sosialisasi yang terjadi
dalam masyarakat, sehingga mereka dapat berkembang menjadi individu yang memiliki
kepribadian dan identitas yang baik.
5. Kepribadian manusia
Kepribadian manusia adalah karakteristik unik yang dimiliki oleh setiap individu. Kepribadian
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti lingkungan, pengalaman hidup, dan nilai-
nilai yang dianut. Dalam konteks pedagogik profetik, pemahaman tentang kepribadian manusia
5
menjadi penting dalam pembentukan karakter siswa yang berakhlak mulia. Kepribadian manusia
merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan sosial. Dalam pedagogik
profetik, siswa diajarkan untuk memahami faktor-faktor yang membentuk kepribadian manusia,
sehingga mereka dapat mengembangkan kepribadian yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan memahami landasan antropologi sosial budaya ini, maka implementasi pedagogik
profetik dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan ajaran Islam dan kebutuhan siswa. Dalam hal
ini, peran guru sangat penting dalam mengimplementasikan pendekatan ini dengan baik dan
efektif.
II.2. Implementasi landasan Antropologi Sosial Budaya dalam pemahaman
Pedagogik Profetik
Dalam implementasi pedagogik profetik, pemahaman mengenai landasan-landasan antropologi
sosial budaya sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
memperhatikan seluruh aspek kehidupan siswa. Dalam pedagogik profetik, siswa diajarkan
untuk memahami diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, serta mengembangkan potensi dan
kecenderungan positif pada dirinya.
Dalam implementasi pedagogik profetik, terdapat beberapa konsep antropologi sosial budaya
yang perlu dipahami, yaitu:
1. Konsep tentang manusia: Dalam ajaran Islam, manusia merupakan makhluk yang paling
mulia karena diberikan akal dan hati untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu,
dalam pedagogik profetik, manusia dilihat sebagai makhluk yang memiliki potensi dan
kecenderungan untuk berbuat baik. Manusia juga memiliki hak dan kewajiban dalam
mengembangkan dirinya sebagai hamba Allah SWT.
2. Konsep tentang kebudayaan: Kebudayaan dalam ajaran Islam dipahami sebagai hasil karya
manusia yang tidak berubah-ubah. Kebudayaan juga dipandang sebagai sarana untuk
beribadah kepada Allah SWT. Dalam pedagogik profetik, kebudayaan dipahami sebagai
suatu warisan yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang.
3. Konsep tentang pendidikan: Pendidikan dalam ajaran Islam dipahami sebagai proses
pengembangan potensi manusia dalam mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu
beribadah kepada Allah SWT. Dalam pedagogik profetik, pendidikan dipahami sebagai
suatu proses yang holistik, yaitu memperhatikan aspek fisik, emosional, spiritual, sosial, dan
intelektual siswa.
4. Konsep tentang pembelajaran: Dalam ajaran Islam, pembelajaran dipandang sebagai suatu
aktivitas yang harus dilakukan sepanjang hayat. Pembelajaran juga dipahami sebagai sarana
untuk mengembangkan potensi dan kecenderungan positif pada diri seseorang. Dalam
pedagogik profetik, pembelajaran dipahami sebagai suatu proses yang berpusat pada siswa,
di mana siswa dianggap sebagai subjek aktif dalam pembelajaran.
5. Konsep tentang interaksi sosial: Interaksi sosial dalam ajaran Islam dipahami sebagai sarana
untuk menciptakan kerukunan dan kebersamaan dalam masyarakat. Dalam pedagogik
profetik, interaksi sosial dipahami sebagai suatu proses yang sangat penting dalam
pembelajaran, di mana siswa diajarkan untuk bekerja sama, menghargai perbedaan, dan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
6. Konsep tentang keadilan sosial: Keadilan sosial dalam ajaran Islam dipahami sebagai suatu
prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam masyarakat. Keadilan sosial juga dipahami
sebagai sarana untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam pedagogik profetik, keadilan sosial dipahami sebagai suatu prinsip yang harus
6
diterapkan dalam proses pembelajaran, di mana setiap siswa diberikan kesempatan yang
sama untuk berkembang.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Farida (2019) menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
pedagogik profetik dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai-nilai Islam, mengembangkan
rasa kepedulian sosial, serta memperkuat keterampilan dan kemampuan sosial siswa.
Dalam implementasinya, pedagogik profetik dapat dilakukan melalui beberapa strategi, seperti:
1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
2. Dalam pedagogik profetik, guru harus membimbing siswa untuk belajar secara aktif dan
mandiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas yang menantang dan
memerlukan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran yang mengutamakan pengalaman
Siswa harus diajak untuk mengalami dan mempraktekkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program sosial, kunjungan ke tempat-
tempat ibadah, atau kegiatan-kegiatan yang memperkuat tali persaudaraan. Pengalaman sangat
penting dalam pembelajaran. Dalam pedagogik profetik, pengalaman dijadikan sebagai salah
satu metode pembelajaran yang efektif. Melalui pengalaman, siswa dapat memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai Islam dengan lebih baik.
4. Pembelajaran yang melibatkan lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan moral mereka. Oleh
karena itu, guru harus memanfaatkan lingkungan sosial siswa sebagai sumber belajar dan
membentuk keterampilan sosial siswa. Lingkungan sosial memiliki pengaruh besar dalam
pembentukan karakter dan moral siswa. Oleh karena itu, dalam pedagogik profetik, lingkungan
sosial dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang sangat penting. Siswa diikutsertakan dalam
kegiatan sosial, seperti kegiatan keagamaan dan kegiatan kemanusiaan, sehingga mereka dapat
mengembangkan kepedulian sosial dan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
5. Pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dan kebersamaan
Kerjasama dan kebersamaan menjadi nilai yang penting dalam Islam. Oleh karena itu, guru harus
mengajarkan siswa untuk saling bekerja sama dan bergotong royong dalam menghadapi
tantangan. Dalam pedagogik profetik, kerjasama dan kebersamaan menjadi salah satu nilai yang
sangat penting. Siswa diajarkan untuk bekerja sama dan saling membantu dalam pembelajaran,
sehingga dapat membentuk rasa kebersamaan yang kuat dan menjalin hubungan yang baik antar
siswa.
6. Pembelajaran yang berlandaskan pada kasih sayang dan pengampunan
Kasih sayang dan pengampunan menjadi nilai yang sangat penting dalam Islam. Oleh karena itu,
guru harus membentuk karakter siswa yang penuh kasih sayang dan mampu memaafkan
kesalahan orang lain. Kasih sayang dan pengampunan merupakan nilai yang sangat penting
dalam ajaran Islam. Dalam pedagogik profetik, siswa diajarkan untuk mengembangkan sikap
kasih sayang dan pengampunan, sehingga dapat membentuk karakter dan moral yang baik.
Selain itu, studi lain yang dilakukan oleh Hidayah dan Mustamir (2018) menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan pedagogik profetik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif siswa, serta membantu siswa dalam mengembangkan potensi intelektual dan spiritual
secara holistik.
Beberapa hal lain yang juga perlu dipahami dalam implementasi pedagogik profetik, antara lain:
1. Pendekatan holistik: Pedagogik profetik memiliki pendekatan holistik dalam pembelajaran,
yaitu memperhatikan aspek fisik, emosional, spiritual, sosial, dan intelektual siswa. Hal ini
7
bertujuan untuk membentuk siswa menjadi individu yang seimbang dan utuh dalam berbagai
aspek kehidupan.
2. Metode pembelajaran: Dalam pedagogik profetik, metode pembelajaran yang digunakan
mencakup berbagai macam, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan lain
sebagainya. Dalam pemilihan metode pembelajaran, guru harus mempertimbangkan
kebutuhan dan karakteristik siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
3. Pembelajaran berbasis masalah: Pembelajaran berbasis masalah menjadi salah satu metode
yang efektif dalam pedagogik profetik. Dalam metode ini, siswa diberikan masalah dan
diarahkan untuk mencari solusinya sendiri. Metode ini memungkinkan siswa untuk berpikir
kritis, mandiri, dan kreatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
menyelesaikan masalah.
4. Pembelajaran berbasis kearifan lokal: Kearifan lokal menjadi bagian yang penting dalam
pedagogik profetik. Dalam pembelajaran, siswa diajarkan untuk memahami dan menghargai
kearifan lokal yang ada di lingkungan mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa
cinta dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.
5. Pembelajaran berbasis nilai: Pedagogik profetik memiliki fokus pada pembentukan karakter
dan moral siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, siswa diajarkan tentang nilai-nilai
Islam yang menjadi landasan dalam kehidupan beragama, seperti kejujuran, keadilan,
kesetiaan, dan lain sebagainya.
II.3. Tantangan Implementasi Landasan Antropologi Sosial Budaya dalam
pemahaman Pedagogik Profetik
Implementasi pedagogik profetik memerlukan pemahaman mengenai landasan antropologi sosial
budaya dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan
untuk membentuk siswa yang memiliki karakter dan moral yang baik sesuai dengan ajaran Islam,
serta memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, mandiri, kreatif, dan mampu menyelesaikan
masalah.
Terdapat beberapa tantangan dalam implementasi pendekatan pedagogik profetik, di antaranya
adalah:
1. Kurangnya pemahaman dan pengembangan kompetensi guru dalam mengimplementasikan
pendekatan pedagogik profetik.
2. Tidak adanya dukungan dari lingkungan sekolah dan masyarakat dalam implementasi
pendekatan pedagogik profetik.
3. Kesulitan dalam menyesuaikan kurikulum dan materi pembelajaran dengan ajaran Islam.
4. Tidak adanya standar dan sistem evaluasi yang jelas dalam menilai keberhasilan
implementasi pendekatan pedagogik profetik.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan kompetensi
guru dalam mengimplementasikan pendekatan pedagogik profetik, dukungan dari lingkungan
sekolah dan masyarakat dalam implementasi pendekatan pedagogik profetik, pengembangan
kurikulum dan materi pembelajaran yang sesuai dengan ajaran Islam, serta pengembangan sistem
evaluasi yang tepat dalam menilai keberhasilan implementasi pendekatan pedagogik profetik.
Pendekatan pedagogik profetik juga menekankan pada peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu memahami konsep-konsep dalam pedagogik
profetik secara tepat dan akurat, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
inklusif. Selain itu, guru juga diharapkan mampu membimbing siswa dalam mengembangkan
potensi dan karakter yang baik, serta menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
8
Dalam penerapannya, pendekatan pedagogik profetik dapat diimplementasikan dalam berbagai
konteks pendidikan, baik di sekolah formal maupun di luar sekolah. Pada konteks sekolah
formal, implementasi pedagogik profetik dapat dilakukan melalui kurikulum yang disesuaikan
dengan ajaran Islam, pengembangan program ekstrakurikuler yang berbasis nilai-nilai Islam,
serta pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dalam mengimplementasikan pendekatan
pedagogik profetik. Sedangkan pada konteks pendidikan di luar sekolah, implementasi
pedagogik profetik dapat dilakukan melalui program-program pembinaan karakter dan moral
yang berbasis nilai-nilai Islam.
Implementasi pendekatan pedagogik profetik dalam pendidikan dapat menjadi alternatif yang
baik dalam mengembangkan karakter dan moral siswa, serta pengembangan potensi siswa secara
holistik yang sesuai dengan ajaran Islam. Landasan-landasan antropologi sosial budaya yang
menjadi dasar dalam pendekatan ini perlu dipahami dengan baik oleh guru dan praktisi
pendidikan dalam mengimplementasikan pendekatan pedagogik profetik secara tepat dan akurat.

KESIMPULAN
Dalam konteks pendidikan Islam, antropologi sosial budaya memiliki peran penting dalam
pengembangan pedagogik profetik. Pemahaman tentang budaya dan kebudayaan, sistem nilai,
norma sosial, proses sosialisasi, dan kepribadian manusia menjadi landasan penting dalam
pembentukan karakter dan moral siswa yang sesuai dengan ajaran Islam. Implementasi
pedagogik profetik dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa,
mengutamakan pengalaman, melibatkan lingkungan sosial, menekankan pada kerjasama dan
kebersamaan, dan berlandaskan pada kasih sayang dan pengampunan. Dengan demikian,
pedagogik profetik dapat menjadi sebuah alternatif pendidikan yang dapat membentuk siswa
yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, dalam praktiknya, implementasi pedagogik profetik juga memerlukan dukungan dari
berbagai pihak, termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua siswa perlu
mendukung pendidikan anak mereka dengan memberikan nilai-nilai yang sama dengan yang
diajarkan di sekolah. Masyarakat juga perlu mendukung dengan memberikan lingkungan yang
kondusif bagi pembentukan karakter dan moral siswa, serta mempromosikan nilai-nilai kebaikan
dalam masyarakat. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan dengan memfasilitasi dan
memperkuat lembaga-lembaga pendidikan Islam yang menerapkan pedagogik profetik.
Dalam hal ini, peran guru menjadi sangat penting sebagai agen pembentuk karakter dan moral
siswa. Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
mengimplementasikan pedagogik profetik, serta memiliki kesadaran akan tanggung jawab moral
dan etis sebagai pendidik. Selain itu, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan perkembangan zaman, serta mampu menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam
pembelajaran.
Implementasi pedagogik profetik dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berpusat pada
siswa, mengutamakan pengalaman, melibatkan lingkungan sosial, menekankan pada kerjasama
dan kebersamaan, serta berlandaskan pada kasih sayang dan pengampunan. Dalam
implementasinya, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk orang tua siswa,
masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu, peran guru menjadi sangat penting dalam
menjalankan pedagogik profetik sebagai agen pembentuk karakter dan moral siswa serta
menekankan pada pengembangan potensi siswa secara holistik, pembentukan karakter dan moral
9
siswa yang sesuai dengan ajaran Islam, serta penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam pembelajaran, pendekatan pedagogik profetik memperhatikan keberagaman siswa dan
menghargai perbedaan, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan kondusif.
Dalam proses pembelajaran, siswa dianggap sebagai subjek aktif yang harus dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru sebagai agen pembentuk karakter
dan moral siswa sangat penting dalam menjalankan pendekatan ini dengan baik dan efektif. serta
dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Munir Mulkhan. (2011). Antropologi Pendidikan: Sebuah Pengantar. Jakarta: Bumi
Aksara.

Ali, M. (2018). Konsep dan aplikasi pendidikan profetik. Jurnal Ilmiah Al-Mawarid, 1(1), 1-20.
Anshori, S. (2017). Pendidikan karakter berbasis pendekatan pedagogik profetik. Jurnal Tarbawi,
4(1), 25-38.

Farida, R. (2019). Implementasi pendekatan pedagogik profetik dalam meningkatkan moral dan
karakter siswa. Jurnal Al-Ta'lim, 26(2), 124-136.

Fatmawati, E. (2021). Pendekatan Pedagogik Profetik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 1-12.

H. Nurdin. (2010). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Hidayah, N. F., & Mustamir, M. (2018). Penerapan pendekatan pedagogik profetik dalam
pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Jurnal Pendidikan
Sejarah, 7(1), 1-13.

I. Qardhawi. (2001). Murid dan Pendidikan dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Kbbi, K. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian Pendidikan Dan Budaya.
Google Scholar

Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. Badan Pengembangan
Dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia. Google Scholar

Kodir, A. (2015). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Google Scholar

Koentjaraningrat. (1994). Metode - Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. (3rd ed.).
Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar

10
Lubis, H. M. R. (2017). Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi
Islam. Kencana. Google Scholar

M. K. Syafi'i Antonio. (2002). Pendidikan Akhlak Profetik: Konsepsi dan Implementasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Mahmud, H., & Suntana, I. (2012). Antropologi Pendidikan. CV Pustaka Setia, Bandung.
Google Scholar

Makbuloh, D. (2011). Pendidikan Agama Islam: arah baru pengembangan ilmu dan kepribadian
di perguruan. PT RajaGrafindo Persada. Google Scholar

Natsir, N. (2019). Developing Islamic Character Education Through Prophetical Pedagogy.


International Journal of Advanced Science and Technology, 28(10), 3119-3126.

Prawira, Goldy Septa, Syahidin, Elan Sumarna. (2022). Landasan Antropologis Pedagogik
Spiritual. Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No. 7, p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769.

Priyanto, D. (2019). Relevansi Konsepsi Pendidikan di Hadjar Dewantara Terhadap Pendidikan


Islam. Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak, 4(2), 251–270. Google Scholar

Rasimin, R. (2018). Antropologi Pendidikan: Pendekatan Sosial Budaya. Google Scholar

Roqib, M. (2009). Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,


Keluarga dan Masyarakat. LKIS Pelangi Aksara. Google Scholar

Setiadi, E. M. (2017). Ilmu sosial & budaya dasar. Kencana. Google Scholar

Subchi, I. (2016). Pengantar antropologi. LP2M UIN Jakarta Press. Google Scholar

Supardi, K. I. (2019). Pengembangan pendekatan pedagogik profetik dalam pembelajaran di


sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 3(1), 47-56.

Tumanggor, R., Ridlo, K., & H Nurochim, M.


M. (2017). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana. Google Scholar

Wicaksono, H. (2016). Pendidikan Islam dalam Perspektif Antropologi. MUDARRISA: Jurnal


Kajian Pendidikan Islam, 8(2), 201–228. Google Scholar

Widodo, H. (2021). Evaluasi Pendidikan.


UAD PRESS. Google Scholar

Yusuf, Q. (2017). Implementation of Prophetical Pedagogy on Learning Islamic Education in


Indonesia. Proceedings of the 1st International Conference on Social Sciences (ICSS 2017).
Atlantis Press.
11
Zulaihah, S. (2021). Buku Ajar Pengantar Ilmu Antropologi. Google Scholar

12

Anda mungkin juga menyukai