PEDAGOGIK PROFETIK
Agnesh Prima Destiany
Dina Noor Agustina
ABSTRAK
Untuk membahas permasalahan pendidikan antara agama dan pranata sosial budaya di
masyarakat dapat diselesaikan dengan pendekatan antropologi dalam Studi Islam atau yang kini
sering disebut dengan Pedagogik Profetik. Dasar dalam mengkaji dan menganalisis fenomena
perilaku manusia adalah menjelaskan peran pendekatan antropologi dalam masyarakat agama
Islam. Peneliti memakai pendekatan deskriptif untuk mengumpulkan informasi terkait konsep
dasar dari antropologi sosial budaya dan pedagogik profetik. Tentu saja, membahas orang dan,
lebih khusus lagi, sifat manusia, tidak dapat dipisahkan dari percakapan ketika menyangkut
pendidik dan murid. Dua peran manusia dalam pendidikan dimainkan oleh guru dan siswa.
Dalam hal interaksinya baik langsung ataupun tidak langsung dengan komponen lain di sini
merupakan hal yang paling penting. Akibatnya, pengajar dan siswa terus-menerus terlibat dalam
kegiatan budaya, khususnya budaya pendidikan. Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang
yang bekerja membantu anak didik mencapai potensinya secara maksimal, meliputi potensi
afektif (rasa), kognitif (kecerdasan), dan potensi psikomotor (niat).
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir telah terlihat munculnya studi agama yang mendasarkan metodologi
mereka pada antropologi. Perspektif antropologi dipandang perlu untuk melengkapi berbagai
teori agama yang selama ini digunakan terutama di dunia pendidikan. Perspektif teologis,
normatif, filosofis, dan historis semuanya telah digunakan untuk mempelajari agama di masa
lalu. Otoritas agama yang beroperasi di dunia nyata akan dapat melihat akar dan sejarah agama
melalui kacamata antropologis. Antropologi berupaya memahami bagaimana agama dan
berbagai organisasi sosial yang ada dalam masyarakat saling terkait (Hakim & Mubarok, 2017).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membantu memahami diri kita sendiri, sebagai
pendidik khususnya dan budaya kita sendiri dengan mempelajari budaya lain termasuk
menjelaskan corak dalam pendekatan antropologi sebagai usaha mengkaji agama Islam. Studi
antropologi mengajarkan kita untuk melihat diri kita sendiri sebagai bagian dari keseluruhan
yang lebih besar, dan karenanya memperlakukan satu sama lain dengan hormat dan saling
menghargai. Memahami agama melalui lensa antropologi berarti melihat bagaimana praktik
keagamaan berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dalam masyarakat tertentu. Ketika
agama didekati dari perspektif ini, agama dibuat agar tampak mudah didekati dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Terakhir, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metodologi
antropologi dalam Pedagogik Profetik.
Ada berbagai periode dalam evolusi antropologi (Bernard, 2017). Pertama dimulai pada abad ke-
16 dan berlangsung sampai sekitar tahun 1850, ada fase pertama. Pada saat itulah benua Afrika,
Asia, dan Amerika ditemukan, yang memicu minat negara-negara Eropa Barat, terutama pelaut,
pedagang, dan penyiar agama, untuk mempelajari lebih lanjut tentang masyarakat adat yang
mereka anggap asing. Tipe tubuh, warna kulit, bahasa, dan artefak budaya lainnya membuat
mereka tampak tidak pada tempatnya. Kemudian periode kedua, dari akhir 1800-an hingga awal
1
1900-an, sejumlah teks tentang budaya manusia dikumpulkan dan diasimilasi dari seluruh dunia.
Periode ketiga, dimulai pada abad kedua puluh dan berlangsung hingga abad ketiga puluh.
Perhatikan negara-negara Asia dan Afrika selama ini. Ini adalah fase terakhir setelah tahun 1930-
an. Dalam perkembangannya, antropologi telah menunjukkan beberapa terobosan dan
menawarkan banyak metode dan konsep untuk digunakan di dunia nyata, berkat teknik analisis
dan studi lapangan yang terus berkembang, salah satunya perkembangan dalam dunia
pendidikan.
Dimana pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Melalui
pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menghadapi kehidupan. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan
moral seseorang. Dalam konteks Islam, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat.
Antropologi sosial budaya adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dan kebudayaannya.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, antropologi sosial budaya memiliki peran penting dalam
memahami karakteristik, nilai, dan norma dalam kebudayaan yang menjadi dasar pembentukan
sistem pendidikan.
Pedagogik profetik adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang dilandasi oleh ajaran
Islam. Pedagogik profetik memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral siswa
yang baik, serta pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.
Pedagogik profetik juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir
kritis, mandiri, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalah.
Untuk menjalankan pendekatan pedagogik profetik dengan baik, perlu dipahami landasan-
landasan antropologi sosial budaya yang menjadi dasar dalam pendekatan ini. Dalam konteks ini,
antropologi sosial budaya menjadi landasan penting dalam pengembangan pedagogik profetik.
Dalam makalah ini, akan dibahas landasan-landasan antropologi sosial budaya yang perlu
dipahami dalam implementasi pedagogik profetik.
METODE PENELITIAN
Peneliti memakai pendekatan deskriptif untuk mengumpulkan informasi terkait konsep dasar dari
antropologi sosial budaya dan pedagogik profetik. Penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian deskriptif karena menggunakan metode kualitatif.
Menurut (Arikunto, 2010), Untuk mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya tentang
faktor-faktor yang mendukung penelitian, digunakan penelitian deskriptif. Hal tersebut selaras
dengan Sukardi (Widodo, 2021). Untuk dapat memahami dan mengantisipasi suatu fenomena
berdasarkan fakta yang terkumpul di lapangan, peneliti melakukan penelitian untuk
mengeksplorasi, mendeskripsikan, dan menjelaskannya.
KESIMPULAN
Dalam konteks pendidikan Islam, antropologi sosial budaya memiliki peran penting dalam
pengembangan pedagogik profetik. Pemahaman tentang budaya dan kebudayaan, sistem nilai,
norma sosial, proses sosialisasi, dan kepribadian manusia menjadi landasan penting dalam
pembentukan karakter dan moral siswa yang sesuai dengan ajaran Islam. Implementasi
pedagogik profetik dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa,
mengutamakan pengalaman, melibatkan lingkungan sosial, menekankan pada kerjasama dan
kebersamaan, dan berlandaskan pada kasih sayang dan pengampunan. Dengan demikian,
pedagogik profetik dapat menjadi sebuah alternatif pendidikan yang dapat membentuk siswa
yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, dalam praktiknya, implementasi pedagogik profetik juga memerlukan dukungan dari
berbagai pihak, termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua siswa perlu
mendukung pendidikan anak mereka dengan memberikan nilai-nilai yang sama dengan yang
diajarkan di sekolah. Masyarakat juga perlu mendukung dengan memberikan lingkungan yang
kondusif bagi pembentukan karakter dan moral siswa, serta mempromosikan nilai-nilai kebaikan
dalam masyarakat. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan dengan memfasilitasi dan
memperkuat lembaga-lembaga pendidikan Islam yang menerapkan pedagogik profetik.
Dalam hal ini, peran guru menjadi sangat penting sebagai agen pembentuk karakter dan moral
siswa. Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
mengimplementasikan pedagogik profetik, serta memiliki kesadaran akan tanggung jawab moral
dan etis sebagai pendidik. Selain itu, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan perkembangan zaman, serta mampu menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam
pembelajaran.
Implementasi pedagogik profetik dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berpusat pada
siswa, mengutamakan pengalaman, melibatkan lingkungan sosial, menekankan pada kerjasama
dan kebersamaan, serta berlandaskan pada kasih sayang dan pengampunan. Dalam
implementasinya, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk orang tua siswa,
masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu, peran guru menjadi sangat penting dalam
menjalankan pedagogik profetik sebagai agen pembentuk karakter dan moral siswa serta
menekankan pada pengembangan potensi siswa secara holistik, pembentukan karakter dan moral
9
siswa yang sesuai dengan ajaran Islam, serta penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam pembelajaran, pendekatan pedagogik profetik memperhatikan keberagaman siswa dan
menghargai perbedaan, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan kondusif.
Dalam proses pembelajaran, siswa dianggap sebagai subjek aktif yang harus dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru sebagai agen pembentuk karakter
dan moral siswa sangat penting dalam menjalankan pendekatan ini dengan baik dan efektif. serta
dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Munir Mulkhan. (2011). Antropologi Pendidikan: Sebuah Pengantar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ali, M. (2018). Konsep dan aplikasi pendidikan profetik. Jurnal Ilmiah Al-Mawarid, 1(1), 1-20.
Anshori, S. (2017). Pendidikan karakter berbasis pendekatan pedagogik profetik. Jurnal Tarbawi,
4(1), 25-38.
Farida, R. (2019). Implementasi pendekatan pedagogik profetik dalam meningkatkan moral dan
karakter siswa. Jurnal Al-Ta'lim, 26(2), 124-136.
Fatmawati, E. (2021). Pendekatan Pedagogik Profetik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 1-12.
H. Nurdin. (2010). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hidayah, N. F., & Mustamir, M. (2018). Penerapan pendekatan pedagogik profetik dalam
pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Jurnal Pendidikan
Sejarah, 7(1), 1-13.
I. Qardhawi. (2001). Murid dan Pendidikan dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Kbbi, K. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kementerian Pendidikan Dan Budaya.
Google Scholar
Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. Badan Pengembangan
Dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia. Google Scholar
Kodir, A. (2015). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Google Scholar
Koentjaraningrat. (1994). Metode - Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. (3rd ed.).
Gramedia Pustaka Utama. Google Scholar
10
Lubis, H. M. R. (2017). Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi
Islam. Kencana. Google Scholar
M. K. Syafi'i Antonio. (2002). Pendidikan Akhlak Profetik: Konsepsi dan Implementasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Mahmud, H., & Suntana, I. (2012). Antropologi Pendidikan. CV Pustaka Setia, Bandung.
Google Scholar
Makbuloh, D. (2011). Pendidikan Agama Islam: arah baru pengembangan ilmu dan kepribadian
di perguruan. PT RajaGrafindo Persada. Google Scholar
Prawira, Goldy Septa, Syahidin, Elan Sumarna. (2022). Landasan Antropologis Pedagogik
Spiritual. Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No. 7, p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769.
Setiadi, E. M. (2017). Ilmu sosial & budaya dasar. Kencana. Google Scholar
Subchi, I. (2016). Pengantar antropologi. LP2M UIN Jakarta Press. Google Scholar
12