Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH kelompok 10

PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM

Disusun oleh :

Nama : FERDIAN OPERA MELDI


Nim : 2110201049

Nama :
Nim :

DOSEN PEMBIMBING :
Dr.USMAN YAHYA ,M.Ag.

Jurusan pendidikan agama islam


Fakultas tarbiah dan ilmu keguruan
Institut agama islam negri kerinci
Tahun ajaran 2021/1443 H

A.   Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya, karena manusia terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani, yang
keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya saling menunjang
dalam kehidupan. Di sisi lain, manusia adalah makhluk individu  dan juga sebagai makhluk
sosial. Sebagai makhluk, kedudukan manusia sebagai hamba/pengabdi dan juga sebagai
khalifah di muka bumi.
Dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman :

Allah menegaskan bahwa : “Wahai manusia ! sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal…
Merujuk pada ayat ini, bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai bangsa dan suku
agar manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lain. Menurut pendapat kami,
yang dimaksud saling mengenal di sini bukan sekedar mengetahui asal seseorang dari bangsa
dan suku mana, tetapi lebih jauh dari itu adalah mempelajari dan memahami keragamannya
baik berupa sejarah, budaya, pola sikap dan tingkah laku maupun praktik keberagamaan
dalam kehidupan sehari-hari di mana manusia itu berada.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan
utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia.Persoalan-
persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang
sebenarnya.Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan
keagamaannya, karena berbagai aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari agama.
Praktik keberagamaan dalam kehidupan umat Islam beraneka ragam tergantung pada
berbagai faktor yang memengaruhinya, misalnya mazhab yang dianutnya atau pola hidup
keberagamaan kaum muslim pun ada yang berbeda sesuai dengan kecenderungan pada
organisasi-organisasi Islam tertentu. Ada pula yang praktek keberagamaannya terpengaruh
dengan budaya lokal tertentu, sehingga budaya dikaitkan dengan ajaran agama.Jadi
mempelajari manusia berarti tidak terlepas dari mempelajari budaya dan praktek
keberagamaannya.
       Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak
akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah
realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki
dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu,
antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan dalam kehidupan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami menulis makalah ini dengan judul
Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam.
B.   Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan pokok yang perlu diuraikan dalam pembahasan ini antara lain :
1.  Apakah antropologi dan pendekatan antropologi itu?
2.   Apa saja obyek kajian dalam pendekatan antropologi?
3.   Bagaimakah cara kerja pendekatan antropologi dalam studi Islam?
4. Apakah pengaruh antara pendekatan antropologi dalam studi Islam terhadap pembaharuan
dalam Islam?

C.   Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1.   Untuk mengetahui arti antropologi dan pendekatan antropologi.
2.   Untuk mengetahui obyek kajian dalam pendekatan antropologi.
3.   Untuk mengetahui cara kerja pendekatan antropologi dalam studi Islam.
4.   Untuk  mengetahui  pengaruh   antara pendekatan   dalam  studi  Islam  terhadap
pembaharuan dalam Islam.
II.   PEMBAHASAN

A.   Pengertian Antropologi dan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam


1.    Pengertian antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang
berarti ilmu. Kata antropologi dalam bahasa Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan
sebagai the social science that studies the origins and social relationships of human
beings atau the science of the structure and functions of the human body.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa antropologi adalah ilmu tentang
manusia khususnya tentang asal usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan
kepercayaannya pada masa lampau, ilmu tentang organisme manusia dan tentang manusia
sebagai obyek sejarah alam.
Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.  
Menurut Akbar S. Ahmad (dalam Hasan Baharun, Akmal Mundiri, dkk), antropologi adalah
sebuah ilmu yang didasarkan atas observasi yang luas tentang kebudayaan, menggunakan
data yang terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisis yang tenang (tidak memihak).
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan suatu
pengertian  bahwa antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkannya, sehingga di antara satu manusia  dengan yang lainnya berbeda-beda.

2.    Pengertian pendekatan antropologi Dalam Studi Islam


Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan
metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi
perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup
berbagai tekhnik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuai
dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. Dengan demikian, pengertian
pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat
sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga mencakup pengertian, metode-
metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Menurut Abudin Nata, “Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat di artikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak
akrab dan dekat dangan masalah-masalah yang di hadapi manusia dan berupaya menjelaskan
dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yangdi gunakan dalam
disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah di gunakan pula untuk memahami
agama.
Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril. Islam tidak hanya diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga untuk umatnya
(manusia). Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta dilaksanakan oleh umat
manusia, maka dalam penyampaiannya harus menggunakan pendekatan atau metodologi
yang  sesuai dan tepat. Jika tidak, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama Islam
hanya tinggal namanya saja.  Hal ini perlu disadari oleh para ilmuwan muslim. Dan karena
agama itu sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan antropologi sangat
penting untuk diterapkan didalam studi Islam.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan
memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan
sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
       Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam
adalah suatu cara pandang yang mendalam dan proporsional praktik keberagamaan kaum
muslim sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik, ekonomi, sosial  dan
pengaruh fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.

B.   Obyek Kajian Dalam Pendekatan Antropologi


Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah dkk.mengemukakan bahwa secara umum obyek
kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji
makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga
cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik menyibukan diri
dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang manusia serta memusatkan studi terhadap
variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan
kerangka yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan tanpa
manusia.[[8]]
Sedangkan menurut Atho Mudzhar,  ada lima fenomena agama yang dapat dikaji melalui
antropologi,  yaitu:
1.    Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2.    Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya.
3.    Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4.    Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5.    Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti
Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi, karena kelima obyek
tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusia.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari pengertian
antropologi secara umum, obyek kajian dalam antropologi mencakup 2 (dua) hal yaitu :
a)    Keanekaragaman bentuk fisik manusia.
b)    Keanekaragaman budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.

Sedangkan secara khusus pengkajian antropologi dalam studi Islam, maka obyek kajian
antropologi meliputi  lima hal yaitu :
a)    Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
       Pada bagian ini antropologi mengkaji bagaimana cara pandang penganut agama terhadap al-
Qur’an dan al-Hadits sebagai naskah atau sumber ajaran agama Islam yang dianutnya, serta
bagaimana cara menfsirkan isi ajaran tersebut dan diimplementasikan dalam kehidupannya.
b)    Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya.
        Terhadap penganut, pemimpin atau pemuka agama,  antropologi mengamati, mengkaji dn
meneliti sikap, perilaku dan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya serta
pengaruh sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya, bahkan sampai pada
pengaruh faktor geografis dalam pengamalan ajaran yang dianutnya.

c)    Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
        Dalam beragama ibadah-ibadah ritual merupakan suatu hal yang sangat sakral, terjaga dan
terpelihara, namun hal tersebut tidak terlepas dari  pengaruh budaya dan aspek-aspek
kehidupan manusia lainnya dan hal tersebut menyatu dan berlangsung dalam kehidupan
manusia.
d)    Alat-alat seperti masjid,  peci dan semacamnya.
Alat-alat seperti masjid, tasbih, sorban, peci dan lainnya merupakan symbol atau lambang
dalam kehidupan keberagamaan, dan hal inipun tidak terlepas dari pengaruh berbagai aspek
kehidupan manusia di mana ia berada.
e)    Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti
Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis,  Syi’ah dan lain-lain.
        Organisasi sebagai wadah berhimpunnya para penganut, tokoh atau pemuka agama yang
terkotak-kotak sesuai dengan isme-isme yang dianutnya serta sikap dan perilaku kelompok
menjadi suatu budaya dan bahkan menjadi suatu kekuatan dalam kehidupan keberagamaan
dan kemasyarakatan .
Bustanuddin Agus mengemukakan bahwa, Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama,
maka agama yang dipelajari adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama
yang datang dari Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan
segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral,
[[10]] 
Menurut pendapat tersebut, bahwa praktik yang nyata dalam kehidupan yang dimaksud
adalah praktik keberagamaan, bukan agama.Artinya bahwa praktik dalam keseharian
kehidupan manusia adalah telah adanya pengaruh budaya, social, ekonomi, politik, sejarah
dan keadaan geografis terhadap ajaran agama dalam kehidupan, dan hal tersebut itulah
merupakan obyek kajian pendekatan antropologi.

C.   Kerangka Operasional Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam


PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM

Perilaku Keberagamaan Dalam Kehidupan Sehari-hari

 - 
MANUSIA

- Keaneka Ragaman
- Cipta, Rasa dan Karsa

- Agama
    - Budaya
    -    Sejarah
     -   Social
     -   Politik
     -   Ekonomi
     -  Geografis

      Scripture (Naskah/Sumber ajaran dan Symbol Agama)


 pPenganut/pemuka agama (perilaku dan penghayatan ajaran agama)
      Ritus dan Ibadat (Shalat, Puasa, Haji, Perkawinan, Waris dll).
      Alat-alat (Masjid, Peci, Sorban, dll.)
      Organisasi Keagamaan (NU, MUI, Muhammadiyah, Persis dll).
 
 

D.   Cara Kerja  Pendekatan antropologi dalam studi Agama (Islam)


Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama. Antropologi
lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.Dari sini timbul
kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif
sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif
dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan
upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat
abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang
menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian
historis.
Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-pendekatan lain. Para peneliti
antropologi harus melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus
menimbulkan pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang spesifik,
dan mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi dapat dianggap sebagai
ilmu keragaman manusia, dalam tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan demikian,
antropologi agama akan menjadi penyelidikan scientific keragaman agama manusia.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka
untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya
dengan berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan
utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia.Karena
manusialah sebagai pelaku dalam keberagamaan dan kebudayaan.Persoalan-persoalan yang
dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya, sebab Islam
sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits meliputi semua aspek
kehidupan.Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan
keagamaannya. Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia
dengan membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common sense' dan 'religious atau
mystical event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa
diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementera itu
religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar
maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak
akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah
realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki
dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu,
antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam that is practised-yang
menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya
penggunaan pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama),

maka Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan


antropologiterhadap agama, yaitu :
1.    Bercorakdescriptive, bukannya normative.
Pendekatan antropologi  bermula dan diawali dari kerja lapangan  (field work), 
berhubungan  dengan orang, masyarakat, kelompok  setempat yang diamati  dan diobservasi
dalam jangka waktu yang lama dan mendalam.  Inilah yang biasa disebut dengan  thick
description(pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara serius, terstuktur,
mendalam dan berkesinambungan).  Thick description dilakukan  dengan cara antara
lain Living in , yaitu  hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti  ritme dan pola
hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkansecara akademik.  John R Bowen, misalnya, melakukan penelitian
antropologi  masyrakat muslim Gayo,di  Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga
dilakukan oleh para antropolog kenamaan yang lain, seperti Clifford Geertz.  Field note
research (penelitian melalui pengumpulan catatan  lapangan) dan bukannya  studi teks atau
pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah andalan utama antropolog. 

2.    Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi  adalah local practices , yaitu praktik


konkrit dan nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari,  agenda mingguan, bulanan dan tahunan, lebih-
lebih ketika manusia melewati hari-hari  atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani 
kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk melewati
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan tersebut  (rites de pessages) ? Persitiwa 
kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan .  Apa yang dilakukan oleh manusia ketika
menghadapi dan menjalani ritme kehidupan
3.    Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan 
secara lebih utuh (connections across social domains).
       Bagaimana hubungan antara wilayah  ekonomi,  sosial, agama, budaya dan  politik. 
Kehidupan tidak dapat dipisah-pisah.Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain
kehidupan manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat
berdiri sendiri, terlepas dan  tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.

4.    Comparative,artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari


berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial,
budaya dan agama-agama.  Talal Asad menegaskan lagi disini bahwa “What is distinctive
about modern anthropology is the comparisons of embedded concepts (representation)
between societies differently located in time or space. The important thing in this comparative
analysis is not their origin (Western or non-Western), but the forms of life that articulate
them, the power they release or disable.” Setidaknya,  Cliffort Geertz pernah memberi contoh
bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko.  Bukan sekedar
untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya
perspektif  dan memperdalam bobot kajian.  Dalam dunia global seperti saat sekarang ini,
studi komparatif sangat membantu memberi perspektif baru  baik dari kalangan
outsider maupun insider.
  Jika kita telusuri dalam kehidupan keberagamaan ada kegiatan keberagamaan
yang  berkembang dimasyarakat, tetapi tidak ada dalil naqli yang menjelaskannya, dan hal
tersebut sudah menjadi bagian ritual dari kehidupan masyarakat muslim itu sendiri, misalnya
peringatan maulid nabi Muhammad Saw, halal bi halal dan lain-lain.
Pada akhir-akhir ini kita juga mengetahui bahwa ada lagi kegiatan Walimatul al-Safar yang
dilakukan orang sebelum berangkat menunaikan ibadah haji.Hal-hal tersebut merupakan
gejala-gejala social yang perlu dikaji dan diteliti.  Bagaimana  seseorang dan atau kelompok
melakukan praktik-praktik lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan  yang terkait dengan
dimensi social, ekonomi, politik, dan budaya.  Sebagaimana contoh  ritus baru yang disebut
“walimah al-Safar” tersebut. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini dalam keterkaitannya
dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya? Religious ideas yang diperoleh  dari teks
atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini membentuk emosi  dan
menjalankan  fungsi sosial dalam kehidupan yang luas?.  Bagaimana walimah safar yang
tidak saja dilakukan di rumah tetapi juga  dilaksanakan di hotel dengan mengundang para
tokoh agama, tokoh masyarakat dan orang-orang penting lainnya? Oleh karenanya,
keterkaitan antara local practices, religious ideas, emosi  individu dan kelompok maupun
kepentingan sosial – poilitik tidak dapat dihindari.  Semuanya membentuk satu tindakan yang
utuh.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka
untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya
dengan berbagai budaya.
E.    Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
Setiap metode atau pendekatan dalam penelitian dan pengkajian terhadap suatu masalah pasti
terdapat kelebihan dan kekurangan dari pendekatan yang digunakan. Begitu pula pada
pendekatan Antropologi dalam studi Islam, kita akan menemukan kelebihan dan
kekurangannya.
Dalam pengkajian makalah ini kami dapat mengemukakan beberapa kekurangan dan
kelebihan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam, sebagai berikut :
1.   Kelebihan
Kelebihan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a)Pendekatan antropologi bercorak deskriptif dan denganmelakukan pengamatan langsung,
sehingga peneliti mengetahui dengan sebenarnya praktik keberagamaan (local practices)
praktik yang nyata di suatu tempat.

b)   Antropologiselalu mencariketerkaitan atau hubungan antara berbagai domain kehidupan


secara lebih utuh dan melakukan perbandingan dari berbagai tradisi.

c)   Dengan antropologi kita dapat meneliti asal-usul agama, dan dengan itu  kita dapat
mengerti cara berpikir manusia yang menganut agama tersebut pada zamannya,sehingga
dengan melakukan kajian lewat agama kita dapat mengetahui pola berpikir manusia pada
zaman dahulu, karena pasti ada keterkaitan antara agama dan manusia.

d)   Antropologi lebihterfokus pada symbol-simbol dan unsur-unsur dalam agama seperti


sholat, puasa, haji, golongan agama, pemuka agama dan sebagainya, karena hal itu dapat
mempengaruhi manusia.

2.   Kekurangan
Kekurangan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a)   Antropologi tidak membahas fungsi agama bagi manusia, tetapi membahas isi dan unsur-
unsur pembentuk dalam agama itu berkaitan dengan manusia dan kebudayaan sehingga akan
sulit mengamati terjadinya sekularisasi.
b)   Dalam kehidupan terjadinya pembauran antara budaya dan agama, sehingga dalam
praktiknya jika kita tidak cermat mengamatinya, maka tidak dapat dibedakan antara agama
dan budaya.

F. PengaruhAntara Pendekatan Antropologi  Dalam Studi Islam Terhadap Pembaharuan


Dalam Islam.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam
adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka
untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya
dengan berbagai budaya.
Sedangkan pembaharuan dalam Islam menurut Harun Nasutionadalah  upaya-upaya untuk
menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. 
Menurut Abd. Rahman Assegaf bahwa gagasan dan ide modernisasi Islam muncul sebagai
upaya interpretasi kaum muslim terhadap sumber-sumber ajaran Islam dalam rangka
menghadapi berbagai perubahan social-kultural yang terjadi dalam setiap waktu dan tempat
masing-masing. 
Menurut H. Abudin Nata, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi,
menambah teks al-Qur’an maupun teks al-Hadits, melainkan hanya mengubah atau
menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman…selain itu
pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran
yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi
kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di
masyarakat.

Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa modernisasi atau
pembaharuan dalam Islam adalah sebuah bentuk  implementasi dari ajaran Islam secara
kontekstual atas dasar interpretasi atau penafsiran, dan hal tersebut merupakan respond an
jawaban kaum muslim atas segala persoalan yang dihadapi di zamannya serta mereka harus
menyambutnya dengan arif dan bijaksana.
Dengan demikian menurut pendapat kami, bahwa ada pengaruh  antara pendekatan
antropologi dalam studi Islam dan pembaharuan dalam Islam, karena keduanya mengkaji
masalah keberagamaan dan menempatkannya secara proporsional. Pendekatan antropologi
dalam Islam meneliti manusia dengan praktik keberagamaan yang beraneka ragam karena
dipengaruhi oleh berbagai factor kehidupan sedangkan dengan adanya pembaharuan dalam
Islam, dapat diketahui inti ajaran Islam yang sebenarnya, baik secara tekstual maupun
kontekstual serta mengetahui dan memahami praktik-praktik keberagamaan lokal yang
dipengaruhi oleh berbagai factor tersebut(budaya, social, ekonomi, politik dan lain-lain).
III  PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pemahaman isi Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam tidak lagi terbatas
pada pemahaman tekstual/tersurat saja, tetapi perlu dikembangkan ke arah pemahaman yang
kontekstual/tersirat. Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam studi Islam dan
keislaman tidak lagi hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja, tetapi perlu dan
sangat penting untuk menggunakan jenis-jenis pendekatan lain yang dapat diterima oleh
masyarakat yang sangat majemuk/kompleks. Agar Islam dapat diterima, dipelajari, dipahami
dan diamalkan  ajarannya oleh umat manusia yang tersebar diseluruh penjuru dunia yang
berbeda-beda suku, adat istiadat, ras, bahasa, letak geografis, dan lainnya, maka perlu
tindakan nyata yang lebih arif dan bijaksana dari para ilmuwan Islam.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka
untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya
dengan berbagai budaya.
       Pendekatan antropologi dalam studi Islam meneliti praktek keberagamaan yang
dipengaruhi oleh factor budaya, social, ekonomi, geografis dan lain-lain, sedangkan
pembaharuan dalam Islam menempatkan inti ajaran Islam yang sebenarnya, yang dalam
praktiknya telah terpengaruh dengan factor budaya, social, ekonomi, politik, geografis dan
lain-lain dalam kehidupan.

B.    Penutup
Demikianlah makalah ini dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan baik berupa sistematika penulisan, isi maupun bahasa
yang digunakan.
Oleh karana itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dalam rangka
perbaikan  dan penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin,  Urgensi Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama dan Studi Islam,
https : //aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-
agama-dan-studi-islam/ diakses 21/3/2016
Abdullah, M. Amin, Dkk. 2006, Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner,
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga
Agus, Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama,
Jakarta: Raja Grapindo Persada
Assegaf, Abd. Rahman, 2013, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Bahrun Hasan, Mundiri Akmal, dkk. 2011, Seri Pemikiran Tokoh Metodologi Studi Islam
Percikan Pemikiran Tokoh Dalam Membumikan Agama, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media.
Departemen Agama RI, 2009, Syamil Al-Qur’an The Miracle 15 in 1, Bandung, PT Sygma
Examedia Arkanleema.
Mudzhar, M. Atho, 1998, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nasution Harun, 1975, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan
Bintang
Nata, H. Abuddin, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-
antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016.
--------------------------------,Kamus Inggris Indonesia - Indonesian English
Dictionary,   http://www.xamux.com/engt-ind_anthropology.html, diakses
tanggal 21 Maret  2016.
Tim Pustaka Phoenix,2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta, Pustaka Phoenix,
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-
antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai