Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN ANTROPOLOGIS DALAM STUDI ISLAM

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“METODOLOGI STUDI ISLAM”

OLEH KELOMPOK 9 PAI B

ARTIANI 201220055

ARINA AMALIA HUSNA 201220052

Dosen Pembimbing

Dika Tripitasari, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO


A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan


bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam
adalah bagaimana memahami manusia persoalan-persoalan yang
dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang
sebenarnya pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya
adalah pergumulan keagamaannya, karena berbagai aspek kehidupan
manusia tidak terlepas dari agama.
Praktik keberagamaan dalam kehidupan umat Islam beraneka
ragam tergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya,
misalnya mazhab yang dianutnya atau pola hidup keberagamaan
kaum muslim pun ada yang berbeda sesuai dengan kecenderungan
pada organisasi-organisasi Islam tertentu. Ada pula yang praktek
keberagamaannya terpengaruh dengan budaya lokal tertentu, sehingga
budaya dikaitkan dengan ajaran agama. jadi mempelajari manusia
berarti tidak terlepas dari mempelajari budaya dan praktek
keberagamaannya.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam
sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia.
Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan
yang mengejawantah dalam dunia nyata terlebih dari itu, makna
hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan
pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan
untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan dalam
kehidupan.
2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian antropologi dan pendeketan antropologi?
b. Bagaimana sejarah perkembangan pendekatan antropologi?
c. Apa saja obyek kajian dalam pendekatan antropologi studi
islam?
1
d. Bagaimana implementasi pendekatan antropologi dalam studi
islam?
3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian antropologi dan pendekatan
antropologi.
b. Mengetahui sejarah perkembangan pendekatan antropologi.
c. Mengetahui apa saja obyek kajian dalam pendekatan
antropologi studi islam.
d. Implementasi pendekatan antropologi dalam studi islam.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Antropologi
Pendekatan Antropologi tidak dapat dipisahkan dari disiplin Ilmu
Antropologi karena pendekatan banyak mengadopsi dari disiplin ilmu
tersebut. Antropologi sendiri secara etimologis berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu kata anthropos yang berarti manusia atau orang, dan
logos yang berarti wacana dalam pengertian bernalar, berakal.
Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial.
Sedangkan definisi antropologi adalah ilmu yang mengkaji
manusia dan budayanya. Tujuannya adalah memperoleh suatu
pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik di masa lampau
maupun sekarang, baik sebagai organisme biologis maupun sebagaim
akhluk berbudaya. Dari hasil kajian ini, maka sifat-sifat fisik manusia
serta sifat khas budaya yang dimilikinya bisa diketahui.1
Menurut Koentjoroningrat, antropologi adalah ilmu tentang
manusia, khususnya tentang asal usul, aneka warna, bentuk fisik, adat
istiadat dan kebudayaan yang dihasilkan.
Menurut Akbar S. Ahmad, antropologi adalah ilmu yang di
dasarkan atas observasi yang luas tentang kebudayaan menggunakan
data yang terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisis yang tenang
(tidak memihak).
Menurut Hervey Russet Bernard mendefinisikan antropologi
sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia, khususnya asal-usul,
ragam bentuk fisik, adat istiadat dan keyakinan pada masa lalu.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana
anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala
aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan non fisik berupa
warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, dan berbagai
pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.

1
Ghozali, Aplikasi analisis multivariate, (Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro), 1-2
3
Lebih lanjut, Koentjaraningrat memaparkan bahwa sebagai bidang
ilmu, antropologi memiliki lima bidang riset, yaitu:2
a. Sejarah kejadian dan perkembangan manusia (evolusi dipandang
dari segi biologis.
b. Sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dilihat dari ciri-ciri
tubuhnya.
c. Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran berbagai macam
bahasa di seluruh dunia.
d. Perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan
di seluruh dunia.
e. Asas-asas kebudayaan manusia.
2. Pengertian pendekatan antropologi dalam studi Islam
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan
adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara
melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau
masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga
mencakup berbagai tekhnik yang digunakan untuk melakukan
penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan
memperlakukan masalah yang dikaji. pengertian pendekatan atau
metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara
melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga
mencakup pengertian, metode-metode atau teknik-teknik penelitian
yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Menurut Abudin Nata, Pendekatan antropologis dalam
memahami agama dapat di artikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pendekatan
antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara
melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian
terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan
rasa manusia.

2
Nurhasanah Leni. Peran Antropologi Bagi Studi Islam. Jurnal Studi Keislaman. Vol 18. No. 2 2018.
238
4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan
antropologi dalam studi Islam adalah suatu cara pandang yang
mendalam dan proporsional praktik keberagamaan kaum muslim
sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik,
ekonomi, sosial dan pengaruh fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.3
3. Sejarah perkembangan pendekatan antropologi
Menurut David N. Gellner, antropologi bermula pada abad 19 M
Pada abad ini antropologi dimaknai sebagai penelitian yang
difokuskan pada kajian asal-usul manusia. Penelitian antropologi
tersebut mencakup pencarian fosil yang masih ada dan mengkaji
keluarga binatang yang terdekat dengan manusia (primate) serta
meneliti masyarakat manusia, manakah yang paling tua dan tetap
bertahan (survive). Pada masa ini antropologi dikembangkan dalam
paradigma evolusi sebagai ide kunci. Antropologi masih menurut
David N Gellner juga tertarik untuk mengkaji agama. Adapun tema
yang menjadi fokus perdebatan dikalangan mereka, misalnya
pertanyaan Apakah bentuk agama yang paling kuno itu magic?
Apakah penyembahan terhadap kekuatan alam? Apakah agama ini
meyakini jiwa seperti tertangkap dalam mimpi atau bayangan suatu
bentuk agama yang disebut animisme? Pertanyaan danpembahasan
seputar agama primitif itu sangat digemari pembacanya pada abad ke
19 M. Antropologi abad 19 M menghasilkan setidaknya dua karya
besar tentang kajian agama: The Golden Bough (1890) karyaSir
James Frazer dan The Element Forms of Religious Life (1912) karya
Emil Durkheim. 4
4. Agama dan kebudayaan dalam kaca mata kaum antropologi
Para ilmuwan sepakat bahwa fenomena agama merupakan
fenomena universal yang pasti dialami oleh setiap manusia di muka.
Akan tetapi yang perlu digaris bawahi bahwa setiap manusia yang
satu dengan yang lainnya memiliki penafsiran masing-masing tentang
agama itu sendiri. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus dapat

3
Abuddin Nata, Prespektif islam, (Jakarta: Kencana, 2011), 35
4
Connoly, Aneka pendekatan studi islam. (Yogyakarta, ISBN, 2011), 15-18
5
membedakan keberadaan dua entitas keberagamaan itu sendiri, yaitu
antara agama yang normatif dan agama yang historis. Amin Abdullah
(2011) menyatakan bahwa agama selalu mencakup dua entitas yang
berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu
normativitas (teks, ajaran, belief, dan dogma) dan historisitas (praktik
dan pelaksanaan ajaran). Dalam konteks ini, Amin Abdullah menilai
bahwa kemunculan perbedaan penafsiran terhadap agama itu sendiri
terletak pada dimensi historis dan bukan pada dimensi normative.
Terkait dengan hal itu, maka dapat dipastikan bahwa agama,
khususnya dalam dimensi historis, dapat ditafsirkan dan dipraktekkan
secara berbeda dalam masing-masing kelompok yang saling berbeda
antara satu sama lain. Pasalnya, dalam konteks ini agama tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan berbagai elemen yang melingkupinya.
Dengan demikian, kemucnulan fenomena agama di suatu
masyarakat tertentu akan berbeda dengan fenomena yang muncul
dalam masyarakat lainnya. Meski agama berasal dari sumber ajaran
normatif yang sama, akan tetapi setiap suatu masyarakat tertentu akan
menafsirkannya dengan cara yang berbeda sesuai dengan konteksnya
masing-masing. agama sebagai ajaran akan ditafsirkan sesuai dengan
konteksnya dan kemudian diaplikasikan dan terimplementasi dalam
kebudayaannya. Oleh karena itu, untuk melacak pandangan
masyarakat tertentu tentang agama maka dapat dilacak melalui
manusia dan kebudayaannya.5
Sjafri Sairin (1993) menilai bahwa agama dalam kacamata
antropologi dianggap sebagai salah satu unsur dari kebudayaan.
Menurutnya, agama yang dianut oleh manusia merupakan bagian dari
sistem kognitif manusia, yang juga berfungsi sebagai pedoman bagi
tingkah laku mereka. Dengan demikian, pendekatan antropologi disini
memposisikan fenomena agama adalah sama dengan fenoemena
kebudayaan lainnya. Dalam konteks inilah mengapa pendekatan

5
Sjarin Sairi, Pendekatan Antropologi dalam penelitian agama di Indonesia, Makalah peringatan parlemen
agama 02 Oktober 1993 di Yogyakarta. (Yogyakarta IAIN Sunan Kali Jaga, 1993), 3
6
antropologi, sebagai suatu disiplin ilmu yang terfokus pada
pengakajian manusia dan kebudayaannya.
5. Objek kajian dalam pendekatan antropologi
Meski antropologi fisik menyibukan diri dalam usahanya
melacak asal usul nenek moyang manusia serta memusatkan studi
terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan para ahli di bidang ini
sesungguhnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh
antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan tanpa manusia. Jika
budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari
adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang
datang dari Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu
agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan
kepercayaan kepada yang sakral, wilayah antropologi hanya terbatas
pada kajian terhadap fenomena yang muncul.6
Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah dan lainnya
mengemukakan bahwa secara umum obyek kajian antropologi dapat
dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji
makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi
budaya.
Sedangkan menurut Atho Mudzhar, ada lima fenomena agama
yang dapat dikaji melalui antropologi, yaitu Scripture atau naskah,
Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, Ritus, Alat-alat
seperti masjid, dan Organisasi keagamaan.7
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari
pengertian antropologi secara umum, obyek kajian dalam antropologi
mencakup dua hal yaitu:
a. Keanekaragaman bentuk fisik manusia.
b. Keanekaragaman budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta,
karsa dan rasa manusia.
Sedangkan pengkajian antropologi menurut Atho Mudzhar, maka
obyek kajian antropologi meliputi lima hal yaitu:
6
Bustanuddin Agus, Agama dalam kehidupan manusia: pengantar Antropologi Agama, (Jakarta Raja Grapindo
Persada. 2006), 18
7
Atho Mudzhar. Pendekatan studi islam dalam teori dan praktek. Pustaka pelajar. yogyakarta 1998. Hal 13-14
7
a. Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
Pada bagian ini antropologi mengkaji bagaimana cara pandang
penganut agama terhadap al-Qur’an dan al-Hadits sebagai naskah
atau sumber ajaran agama Islam yang dianutnya, serta bagaimana
cara menfsirkan isi ajaran tersebut dan diimplementasikan dalam
kehidupannya.
b. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
Terhadap penganut, pemimpin atau pemuka agama,
antropologi mengamati, mengkaji dan meneliti sikap, perilaku dan
penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya serta
pengaruh sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan
lainnya, bahkan sampai pada pengaruh faktor geografis dalam
pengamalan ajaran yang dianutnya.
c. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan
dan waris.8
Dalam beragama ibadah-ibadah ritual merupakan suatu hal
yang sangat sakral, terjaga dan terpelihara, namun hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh budaya dan aspek-aspek kehidupan
manusia lainnya dan hal tersebut menyatu dan berlangsung dalam
kehidupan manusia.
d. Alat-alat seperti Masjid, Gereja, Lonceng, peci dan semacamnya.
Alat-alat seperti masjid, tasbih, sorban, peci dan lainnya
merupakan symbol atau lambang dalam kehidupan keberagamaan,
dan hal inipun tidak terlepas dari pengaruh berbagai aspek
kehidupan manusia di mana ia berada.
e. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul
dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Syi’ah
dan lain-lain.
Organisasi sebagai wadah berhimpunnya para penganut, tokoh
atau pemuka agama yang terkotak-kotak sesuai dengan isme-isme
yang dianutnya serta sikap dan perilaku kelompok menjadi suatu
8
Atho Mudzhar, (Yogyakarta, Pustaka pelajar, 1998), 14-15
8
budaya dan bahkan menjadi suatu kekuatan dalam kehidupan
keberagamaan dan kemasyarakatan.
Kelima fenomena (obyek) di atas dapat dikaji dengan pendekatan
antropologis, karena kelima fenomena (obyek) tersebut memiliki
unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusia. Sebagai contoh:
tokoh agama seperti K.H. Ahmad Dahlan, yang kita bahas tentang
kehidupan dan pemikiran tokoh tersebut, termasuk bagaimana tokoh
Muhammadiyah tersebut memahami dan mengamalkan agama yang
diyakininya.
6. Cara kerja pendekatan antropologis dalam studi Islam
Pendekatan antropologi digunakan dalam studi agama dengan
memahami praktek keberagamaan manusia sebagaimana yang pada
masyarakat. Dengan antropologi, agama nampak lebih dekat pada
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Antropologi berupaya
menjelaskan dan memberikan jawaban atas persoalan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa metode dan cara yang
dikembangkan dalam disiplin ilmu antropologi untuk melihat sesuatu
persoalan dapat juga diaplikasikan untuk memahami agama.9
Menurut Amin Abdullah, cara kerja yang dalam hal ini bisa kita
artikan sebagai langkah dan tahapan pendekatan antropologi dalam
studi Islam memiliki empat ciri fundamental, Meliputi:
a. Deskriptif
Pendekatan antropologis bermula dan diawali dari kerjalapangan
(field work), berhubungan dengan orang dan atau masyarakat
(kelompok) setempat yang diamati dalam jangka waktu yang lama.
Inilah yang biasa disebut dengan thick description (pengamatan dan
obserasi di lapangan yang dilakukan secara serius terstruktur,
mendalam dan berkesinambungan), bisa dilakukan dengan cara living
in.
b. Lokal Praktis

9
Santri Saahar. Merintis jalan: membangun wacana pendekatan Antropologi islam. Jurnal Al-Adyan Vol 1. No.
2 2015, 21
9
Pendekatan antropologis disertai praktik konkrit dannyata di
lapangan. Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari, agendamingguan,
bulanan atau tahunan, lebih-lebih ketika melewati peristiwa-peristiwa
penting dalam menjalani kehidupan.
c. Keterkaitan antar domain kehidupan secara lebih utuh
(connectionsacross social domains)
Pendekatan antropologis mencari keterkaitan antara domain-
domain kehidupan sosial secara lebih utuh, Yakni, hubungan antara
wilayah ekonomi, sosial, agama budaya dan politik. Hal ini
dikarenakan hampir tidak ada satupun domain wilayah kehidupan
yang dapat berdiri sendiri dan terlepas tanpa terkait dengan wilayah
domain kehidupan yang lainnya.
d. Komparatif (Perbandingan)
Pendekatan antropologis perlu melakukan perbandingan dengan
berbagai tradisi, sosial, budaya danagama-agama. Seperti yang
dilakukan Cliffort Geertz pernah membandingkan dengan kehidupan
Islam di Indonesia dengan di Maroko.10
7. Implementasi Antropologi bagi studi Islam
Dengan pendekatan antropologi agama nampak lebih akrab dan
dapat difungsikan dengan berbagai fenomena kehidupan. Dari sini
semakin nampak peranan antropologi bagi kajian keagamaan.
Setidaknya ada dua peran antropologi bagi studi Islam, yaitu:
1) Antropologi membantu dalam mempelajari agama secara empiris.
penelitian keagamaan diarahkan pada pemahaman aspek konteks
sosial yang melingkari agama. Oleh karena itu kajian semacam ini
mengarahkan perhatian pada manusia dan budayanya. Karena agama
diciptakan untuk membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan
kemanusiaanya sekaligus mengarahkan pada kehidupan yang lebih
baik.
2) Antropologi membantu studi Islam melihat keragamaan pengaruh
budaya dalam praktik Islam.

10
Nurhasanah Leni, Jurnal Vol 18. No. 2 Desember 2018, 244-247
10
Kajian cross culture terhadap agama memberikan gambaran
yang beragam tentang kaitan agama dan budaya. Dengan luasnya
pemahaman tentang budaya-budaya yang ada, memungkinkan adanya
dialog dan tidak mustahil muncul gagasan moral dunia. Dalam istilah
Tibbi disebut sebagai “international morality” yang berdasar pada
kekayaan budaya dunia. Dengan demikian memahami Islam yang
telah bergumul dalam sejarah dan budaya yang cukup lama tidak akan
sempurna jika mengabaikanpemahaman tentang manusia. Karena
realitas keagamaan sejatinya merupakan realitas kemanusiaan yang
terwujud dalam dunia nyata.11
Sebagaimana yang telah kita ketahui dapat disimpulkan bahwa
pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Antropologi,
sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat
penting untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang
manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami
perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia,
maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk
mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Antropologi memiliki peran positif bagi pengembangan studi
Islam. Dalam hal ini antropologi membantu studi Islam dalam
memahami aspek empiris dari fenomena keberagamaan umat Islam.
Selain itu, antropologi membantu melihat keragamaan pengaruh
budaya dalam praktik ajaran Islam. Dari sini kemudian akan muncul
sebuah pemahaman tentang Islam yang lebih universal, yaitu Islam
yang rahmatan lil alamin.12

11
Ibid,.248

12
Ibid,.249
11
C. ANALISIS
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut
pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang
menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil
dari cipta, karsa dan rasa manusia. Pendekatan antropologis dalam
memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik dan sistem
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sebagai
suatu sistem ide, wujud ataupun nilai dan norma yang dimiliki oleh
anggota masyarakat. Pemanfaatan antropologi dalam studi Islam ini
merupakan usaha untuk memahami Islam melalui pengamalan ajaran
keagamaan yang dipraktekkan umat Islam.
Antropologi berusaha menjelaskan Islam melalui simbol-simbol
atau nilai-nilai yang terdapat di dalamnya dan hadir di mana-mana.
Pendekatan antropologi digunakan dalam studi agama dengan
memahami praktek keberagamaan manusia sebagaimana yang pada
masyarakat. Dengan antropologi, agama nampak lebih dekat pada
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Antropologi berupaya
menjelaskan dan memberikan jawaban atas persoalan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa metode dan cara yang
dikembangkan dalam disiplin ilmu antropologi untuk melihat sesuatu
persoalan dapat juga diaplikasikan untuk memahami agama.
Dalam hal ini antropologi membantu studi Islam dalam
memahami aspek empiris dari fenomena keberagamaan umat Islam
dalam beragama.
D. KESIMPULAN
1. Anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala
aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan non fisik berupa
warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, dan berbagai
pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
2. Pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah suatu cara pandang
yang mendalam dan proporsional praktik keberagamaan kaum

12
muslim sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik,
ekonomi, sosial dan pengaruh fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.
3. obyek kajian dalam antropologi secara umum mencakup 2 (dua) hal
yaitu Keanekaragaman bentuk fisik manusia dan Keanekaragaman
budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Sedangkan secara khusus pengkajian antropologi dalam studi Islam,
maka obyek kajian antropologi meliputi lima hal yaitu Scripture atau
naskah atau sumber ajaran dan simbol agama, Para penganut atau
pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan penghayatan
para penganutnya, ritus, alat-alat, dan organisasi.
4. Antropologi memiliki peran positif bagi pengembangan studi Islam.
Dalam hal ini antropologi membantu studi Islam dalam memahami
aspek empiris dari fenomena keberagamaan umat Islam. Selain itu,
antropologi membantu melihat keragamaan pengaruh budaya dalam
praktik ajaran Islam.

13
E. DAFTAR PUSTAKA

Ghozali. Aplikasi analisis multivariate. Badan penerbit Universitas


Diponegoro. Semarang

Leni Nurhasanah. Peran Antropologi Bagi Studi Islam. Jurnal Studi

Keislaman. Vol 18. No. 2 2018

Nata Abuddin. Prespektif islam. Kencana. Jakarta 2011

Connoly. Aneka pendekatan studi islam. ISBN Yogyakarta LLiS

2011

Sairi Sjarin. Pendekatan Antropologi dalam penelitian agama di

Indonesia. Makalah peringatan parlemen agama 02 Oktober

1993 di Yogyakarta. IAIN Sunan Kali Jaga. Yogyakarta. 1993

Agus Bustanuddin. Agama dalam kehidupan manusia: pengantar

Antropologi Agama. Raja Grapindo Persada. Jakarta 2006

Mudzhar Atho. Pendekatan studi islam dalam teori dan praktek.

Pustaka pelajar. yogyakarta 1998

Saahar Santri. Merintis jalan: membangun wacana pendekatan

Antropologi islam. Jurnal Al-Adyan Vol 1. No. 2 2015

14

Anda mungkin juga menyukai