Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Pendidikan diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian


kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di
dalam lingkungan keluarga. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi
dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami
kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Kebudayaan tidak dibawa manusia sejak kelahirannya. Secara faktual, dan
sebagaimana tersurat dalam definisi yang dikemukakan Koentjaraningrat,
kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia sehingga menjadi karakteristiknya yang
esensial dibanding dengan hewan hanyalah melalui belajar. Di pihak lain, bahwa
kebudayaan sebagai keseluruhan sedikit banyak merupakan himpunan dari pola-pola
budaya yang diperlukan dalam rangka mempertahankan eksistensi suatu masyarakat.
Antropologi sebagai ilmu yang berusaha mempelajari, menganalisa dan
mendeskripsikan manusia secara holistic (menyeluruh). Antropologi merupakan ilmu
yang paling sering dan paling banyak menggunakan kata “kebudayaan” atau budaya
dalam kajiannya. Istilah kebudayaan atau culture berasal dari kata colere yang berarti
cocok tanam. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konsep kebudayaan pada
awalnya berhubungan dengan segala aktivitas religious. Dalam bahasa Indonesia
kebudayaan berasal dari kata “buddayah” (bahasa Sansekerta) yaitu bentuk jamak dari
kata buddi (budi dan akal). Maka penegertian kebudayaan seringkali dikaitkan dengan
hasil budi atau akal manusia, Karena hanya manusialah makhluk ciptaan Tuhan yang
berakal dan dapat menciptakan budaya.

Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang terpisah


dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya,
sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda
budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada
kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga
sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog.
Tugas para pendidik bukan hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun
menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan
sebagai satu keseluruhan.

• Rumusan Masalah

• Apa definisi dari Antropologi?

• Bagaimana Munculnya Antropologi ?

• Apa tujuan dari Antropologi?

• Bagaimana sejarah singkat dan tujuan Antropologi Pendidikan

• Apa saja yang menjadi kendala/hambatan Antropologi pendidikan?

• Apa yang dimaksud dengan konsep kebudayaan?

• Bagaimana hubungan konsep kebudayaan dengan Antropologi Pendidikan?

• Tujuan

• Mengetahui definisi Antropologi Pendidikan

• Mengetahui penyebab munculnya Antropologi

• Mengetahui tujuan dari Antropologi

• Mengetahui sejarah singkat dan tujuan Antropologi Pendidikan

• Dapat menjelaskan dan memahami kendala/hambatan pada Antropologi


Pendidikan
• Mengetahui pengertian Konsep Kebudayaan

• Dapat menjelaskan hubungan antara konsep kebudayaan dengan Antropologi


Kebudayaan

• Manfaat Penulisan

Diharapkan penulisan makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi
dan Antropologi Pendidikan serta berguna sebagai bahan penambahan informasi dan
pengetahuan khususnya mengenai Pengertian Antropologi Pendidikan dan Konsep
Kebudayaan.
BAB II

PEMBAHASAN

• Definisi Antropologi

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk
sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:

• Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun

generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk

memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia

(William.A.Haviland).

• Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas

tentang umat manusia. (David Hunter)

• Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya

dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat, serta

kebudayaan yang dihasilkan. (Koentjaraningrat).

• Munculnya Antropologi

Menurut Agus dan Murtijo, kelahiran antropologi diawali ketika masyarakat Barat
tertarik terhadap bangsa-bangsa pribumi yang berdomisili di luar wilayah budayanya.
Semula ketertarikan itu pada ranah warna kulit, warna rambut, bentuk mata, maupun
postur tubuh komunitas yang berada di Afrika, Asia, maupun di Indian Amerika, dengan hal
tersebut memunculkan konsepsi antropologi fisik. Ketertarikan berikutnya, para antropolog
Barat pada ranah tingkah laku manusia, hasil karya manusia, dan sistem sosial budaya.

• Ruang Lingkup Kajian Antropologi

Menurut Nur Syam, ruang lingkup (pembidangan) kajian antropologi terpilah atas
antropologi fisik, antropologi budaya, dan antropologi sosial. Antropologi fisik mengkaji
tentang keanekaragaman ciri khas fisik manusia dan perkembangannya. Ciri fisik itu
meliputi warna kulit, tinggi badan, ukuran tengkorak, ukuran otak, golongan darah, dan
anggota tubuh lainnya. Sedangkan antropologi budaya mengkaji manusia dalam dimensi
budaya yang dimilikinya meliputi: bahasa, tulisan, kesenian, sistem pengetahuan, dan
totalitas kehidupan manusia. Adapun antropologi sosial mengkaji tentang prinsip-prinsip
persamaan dan keanekaragaman budaya masyarakat dengan generaling approach inilah
muncul sub bidang antropologi antara lain: antropologi ekonomi, antropologi kehutanan,
antropologi kesehatan, antropologi politik, antropologi agama, dan masih banyak lagi.
Dengan pemetaan tersebut, dipandang perlu memunculkan antropologi pendidikan.

2.4 Sejarah Singkat dan Tujuan Antropologi Pendidikan

Munculnya ilmu antropologi pendidikan karena adanya perkembangan ilmu


pendidikan yang direspon oleh masyarakat dengan menggunakan pendekatan budaya. Hal
tesebut diawali dengan memahami bahwa ilmu pendidikan tidak murni hanya berjalan
dalam rel pendidikan, akan tetapi ilmu yang bersentuhan dengan budaya dan
perkembangan budaya masyarakatnya. Hal itu diperkuat oleh realitas bahwa pendidikan
salah satu bagian dari ruh budaya. Dengan ilmu antropologi pendidikan dijadikan bekal
peserta didik dalam berbudaya di tengah komunitas budayanya.

Tujuan antropologi pendidikan antara lain untuk mencetak generasi yang berbudaya,
untuk mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber dari budaya lokal, nasional
maupun global, untuk menstimulasi terciptanya budaya hasil inovasi, untuk mentradisikan
penghormatan terhadap keanekaragaman budaya, untuk mempertahankan budaya
adiluhung, dan agar siap dan sanggup menerima realitas budaya.

1.5 Kendala / Hambatan Antropologi Pendidikan

Adapun hambatan pelaksanaan antropologi pendidikan antara lain :

• Komersialisasi

Komersialisasi dalam konteks ini diberi nama praktis dan sederhana adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh individu ketika berinteraksi yang mengeluarkan tenaga
atau pikiran dengan pihak lain, bagi pelakunya mengharapkan upah atau materi. Hal ini
pada dasarnya menafikan esensi sikap tolong-menolong antarsesama.

• Kapitalisasi

Maksud kapitalisasi adalah penghargaan dan kesuksesan orang hidup di abad


modern diukur dengan seberapa besar modal yang dimiliki sseorang. Bahkan hal ini
pun dialami bagi individu yang hidup di masa-masa sebelumnya. Karena hidup di dunia
membutuhkan materi. Dengan besarnya modal yang dimiliki seseorang, keberadaanya
mampu beraksi sesuai dengan karakternya. Biasanya karakter yang terbangun karena
banyaknya modal adalah individualis.

2.6 Pengertian Konsep Kebudayaan


Konsep kebudayaan untuk pertama kalinya dikembangkan oleh para ahli abad
ke-19. Definisi pertama yang sungguh-sungguh jelas dan komprehensif berasal dari ahli
antropologi Inggris, Sir Edward Burnett Tylor. Tylor, yang menulis pada tahun 1871,
mendefinisikan kebudayaan sebagai “kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hokum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Alfred Weber mendefinisikan kebudayaan sebagai “suatu bentuk ekspresional


spiritual dan intelektual dalam substansi kehidupan, atau sutau sikap spiritual dan
intelektual terhadap substansi kehidupan itu” (dalam Bassam Tibi, 1999:73)

Tahun 1950-an, Alfred L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn mengidentifikasi 179


definisi kebudayaan yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Culture: A Critical
Review of Concept and Definitions. Dijelaskan bahwa kebudayaan adalah keselruhan
pola-pola tingkah laku dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implicit
yang diperoleh dan diturunkan melalui sImbol, yang akhirnya mampu membentuk
sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam
benda-benda materi.

Maka definisi kebudayaan modern yang dapat diterima berbunyi sebagai berikut
“kebudayaan adalah seperangkat peraturan, standar, yang apabila dipenuhi oleh para
anggota masyarakat, menghasilkan perilaku yang dianggap layak dan dapat diterima
oleh para anggotanya,

2.7 Hubungan Konsep Kebudayaan dengan Antropologi Pendidikan

Antara kebudayaan dengan Antropologi pendidikan terdapat hubungan


komplementer.

Pertama, kebudayaan berperan sebagai masukan (input) bagi pendidikan.


Kedua, pendidikan berfungsi untuk melestarikan kebudayaan masyarakat (fungsi
konservasi) dan juga berfungsi dalam rangka melakukan pengembangan dan perubahan
kebudayaan masyarakat ke arah yang lebih baik (fungsi kreasi atau inovasi).

Ketiga, antropologi pendidikan pada dasarnya adalah mediator (perantara) antara


peserta didik dengan dinamika beserta pernik-pernik budaya yang ada di sekitarnya. Untuk
memediasinya langkah dasar yang harus ditanamkan adalah pengenalan terhadap aneka
budaya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antropologi pendidikan dapat dijadikan bekal peserta didik dalam berbudaya di


tengah komunitas budayanya.

Manusia menciptakan kebudayaan dan karena kebudayaannya manusia hidup


berbudaya. Kebudayaan mempengaruhi (membangun) kepribadian seseorang. Dan
kebudayaan mempengaruhi atau membangun kepribadian melalui enkulturasi atau
pendidikan.

3.2 Saran

Dengan keragaman budaya kita bisa melaksanakan pendidikan dengan optimal


dan tidak memandang perbedaan sebagai faktor pendidikan. Sebagai ahli pendidikan
sebaiknya memberikan kesempatan kepada siapapun untuk tetap melestarikan budaya
setempat melalui pendidikan di formal maupun nonformal.
DAFTAR PUSTAKA

Rosyid, Moh. 2009. Antropologi Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus Press.


Wahyudin, Din. 2007. Materi Pokok Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas terbuka
Pujileksono Sugeng. 2015. Pengantar Antropologi: Memahami Realitas Sosial Budaya. Malang:
Edisi Revisi : Instans Publishing
Haviland A William. 1985. Anthropology. CBS College Publishing. Diterjemahkan R.G
Soekadijo. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai