Anda di halaman 1dari 7

Nama : Husni Putri Humaira

NIM : 2301112862
Mata Kuliah : Antropologi Sosial
Jurusan : Sosiologi

BAB I
Antropologi dan Kebudayaan

A. Pengertian Antropologi

Antropologi adalah ilmu yang didalamnya mempelajari tentang manusia,


masyarakat, peerilaku, dan kebudayaan. Kata “antropologi” berasal dari
bahasa Yunani, yaitu”anthropos” berarti “manusia”, dan “logos” berarti
“ilmu” atau “nalar”. Ilmu ini terdiri dari berbagai aspek kehidupan
manusia, termasuk anatomi, biologi, budaya, ekonomi, linguistik, dan
sejarah.
Beberapa pengertian antropologi menurut para ahli adalah:
 William A. Haviland antropologi adalah studi tentang umat
manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
 Prof. Dr. Sarmini, M. Hum pengertian antropologi adalah
menekankan pada aspek antropologi budaya. Pengertian
antropologi adalah ilmu yang menggunakan aspek kebudayaan.
Bertujuan menjelaskan fenomena yang terjadi di dalam kehidupan
manusia melalui dimensi kebudayaan atau manusia itu sendiri.
 Prof. Benford pengertian antropologi adalah cara yang bentuknya
tidak berada di bawah kendali keturunan. Ilmu ini memiliki fungsi
untuk membantu penyesuaian pada individu dan kelompok
terhadap masyarakat ekologinya (hubungan timbal balik antara
manusia dengan kondisi alam sekitar).
Ruang lingkup antropologi meliputi:
a. Antropologi fisik: mempelajari aspek biologis dan evolusi manusia
b. Antropologi budaya: mempelajari kebudayaan manusia, termasuk
bahasa, adat istiadat, dan pranata masyarakat
c. Antropologi arkeologi: mempelajari sejarah manusia melalui
penelitian arkeologis dan analisis budaya
d. Antropologi linguistik: mempelajari bahasa dan komunikasi
manusia
e. Antropologi psikologis: mempelajari hubungan antara kepribadian
dan budaya
Tujuan dari antropologi adalah untuk mermahami dan menjelaskan
tentang keberagaman manusia, serta memberikan kontribusi dalam
pemahaman yang lebih lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat,
dan pranata masyarakat. Ilmu ini juga dapat membantu individu dan
kelompok dalam penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan ekologis
mereka.

B. Konsep Kebudayaan

Dalam ilmu antropologi, konsep kebudayaan merujuk pada keseluruhan


sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui proses
pembelajaran. Hal ini berarti hampir semua tindakan manusia dapat
dikategorikan sebagai "kebudayaan", kecuali beberapa tindakan naluri,
refleks, tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta.
Beberapa definisi lain dari kebudayaan dalam ilmu antropologi adalah:
1. Manifestasi dan cara berpikir yang dipakai dan mempengaruhi
manusia
2. Keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat, dan berbagai aspek
kehidupan lainnya
3. Suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi
Dalam konteks antropologi, istilah "budaya" sering digunakan sebagai
singkatan dari "kebudayaan" dengan arti yang sama. Kebudayaan
merupakan hasil dari cipta, karsa, dan rasa manusia. Perbedaan antara
"budaya" dan "kebudayaan" dalam istilah "antropologi-budaya" ini
diabaikan.

C. Pendekatan Definisi Kebudayaan

Pendekatan definisi kebudayaan dalam antropologi adalah suatu cara


untuk mempelajari kebudayaan manusia. Berikut adalah beberapa
pendekatan definisi kebudayaan dalam antropologi yang dapat ditemukan
dari hasil pencarian:
 Pendekatan antropologi budaya dalam memahami perilaku
konsumen: Pendekatan ini menekankan bahwa analisis perilaku
konsumen tidak dapat dipisahkan begitu saja dari komunitas
budaya dari mana mereka berhabitat. Sebelum terjun kelapangan,
seorang ahli antropologi lebih dahulu mendalami semua keterangan
tentang kebudayaan yang hendak dipelajarinya.
 Pendekatan komporatif: Pendekatan ini merujuk pada pola
perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang
sama dan juga menjelaskan sisi-sisi yang berbeda.
 Etnografi realis: Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi
budaya para partisipan secara obyektif
 Pendekatan definisi kebudayaan: Salah satu pengertian utama
tentang pengertian istilah “kebudayaan” berdasarkan antropologi
adalah oleh Sir Edward Burnett Tylor, antropolog asal inggris
dalam halaman pertama bukunya: “Kebudayaan, atau peradaban
diambil dalam arti yang luas etnografis, adalah keseluruhan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kemampuan dan kebiasaan
lkain mana pun yang didapati manusia sebagai anggota
masyarakat”.
Dari beberapa pendekatan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
definisi kebudayaan dalam antropologi berfokus pada memahami
kebudayaan manusia secara luas dan kompleks, termasuk pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-istiadat, kemampuan, dan
kebiasaan lain yang ditemukan dalam masyarakat.

D. Wujud dan Isi Kebudayaan

Kebudayaan dalam antropologi memiliki beberapa wujud. Berikut


penjelasannya:
1. Isi kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang
memberikan jiwa kepada masyarakat.
2. Honigmann dan Koentjaraningrat membagi budaya menjadi 3 (tiga)
wujud, yaitu: a) Gagasan (Ideas) Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk abstrak seperti nilai, norma, dan ideologi.
b) Aktivitas (Activities) Wujud kebudayaan sebagai aktivitas adalah
wujud yang bersifat konkret seperti upacara adat, tari tradisional, dan
kebiasaan. c) Artefak (Artifact) Wujud kebudayaan sebagai artefak
adalah wujud yang bersifat benda seperti alat musik, senjata, dan
pakaian.
3. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,
norma, peraturan, dan sebagainya (sistem budaya atau adat istiadat).
4. Tiga wujud kebudayaan adalah ideas (gagasan), activities (aktivitas),
dan artifact (artefak).
5. Wujud kebudayaan ada tiga yaitu ideas (gagasan), activities
(aktivitas), dan artifact (artefak).
Dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
memiliki beberapa wujud atau perwujudan, yaitu wujud abstrak seperti
ide, gagasan, nilai, norma, dan ideologi, wujud konkret seperti upacara
adat, tari tradisional, dan kebiasaan, serta wujud benda seperti alat musik,
senjata, dan pakaian. Isi kebudayaan sendiri merupakan wujud abstrak
dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam
masyarakat yang memberikan jiwa kepada masyarakat.

E. Pranata Kebudayaan

Pranata kebudayaan adalah kumpulan nilai, norma, dan perasaan yang


mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat. Pranata kebudayaan
tercipta karena adanya peraturan dan norma yang disepakati bersama oleh
semua anggota masyarakat. Pranata kebudayaan dapat melahirkan nilai-
nilai budaya di setiap individu dalam masyarakat. Pranata kebudayaan
bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dalam hubungan kekerabatan,
seperti lamaran, perkawinan, dan lainnya. Pranata kebudayaan dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu pranata somatik dan pranata non-somatik.
Pranata somatik mengurus kebutuhan jasmaniah manusia, seperti
pemeliharaan kecantikan dan kesehatan, sedangkan pranata non-somatik
mengurus kebutuhan rohani manusia, seperti agama dan pendidikan.

F. Budaya Populer

1) Budaya Populer: Budaya populer adalah budaya yang berasal dari


rakyat, oleh rakyat, serta semua hal yang disukai rakyat. Budaya
populer mempengaruhi hampir semua orang, khususnya orang-
orang muda dan remaja, hampir di semua bagian dunia, khususnya
di negara-negara yang berkembang.
2) Gaya Hidup: Gaya hidup adalah cara hidup individu atau kelompok
masyarakat yang tercermin dalam pola perilaku, kebiasaan, dan
aktivitas sehari-hari. Gaya hidup dapat dipengaruhi oleh
kebudayaan populer.
3) Antropologi: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia
dan kebudayaannya. Antropolog mulai mengembangkan suatu
perspektif kebudayaan sebagai suatu sistem simbol, makna, dan
nilai-nilai.
Budaya populer dan gaya hidup merupakan topik yang penting
dalam bidang antropologi sosial. Budaya populer mempengaruhi
hampir semua orang, khususnya orang-orang muda dan remaja,
hampir di semua bagian dunia, khususnya di negara-negara yang
berkembang. Gaya hidup adalah cara hidup individu atau
kelompok masyarakat yang tercermin dalam pola perilaku,
kebiasaan, dan aktivitas sehari-hari, dan dapat dipengaruhi oleh
kebudayaan populer. Antropologi mempelajari manusia dan
kebudayaannya, dan mulai mengembangkan suatu perspektif
kebudayaan sebagai suatu sistem simbol, makna, dan nilai-nilai.
BAB II
Sistem Perkawinan dan Keluarga

A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam konteks antropologi dapat didefinisikan sebagai ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri,
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal. Dalam antropologi, perkawinan dipelajari sebagai fenomena
universal dalam kehidupan manusia. Beberapa jenis sistem perkawinan
yang ada dalam perspektif antropologi antara lain:

 Sistem Endogami: Merupakan sistem pernikahan di mana pasangan


yang menikah berasal dari dalam kelompok sosial yang sama,
seperti keluarga, suku, atau kasta.
 Sistem Eksogami: Merupakan sistem pernikahan di mana pasangan
yang menikah berasal dari luar kelompok sosial yang sama, seperti
keluarga, suku, atau kasta.
 Sistem Anuloma: Merupakan sistem pernikahan di mana seorang
pria menikahi seorang wanita dari kasta yang lebih rendah.
 Sistem Pratiloma: Merupakan sistem pernikahan di mana seorang
wanita menikahi seorang pria dari kasta yang lebih rendah.
 Sistem Heterogami: Merupakan perkawinan antara kelas sosial
yang berbeda.
Dalam perkawinan, antropologi juga memandangnya sebagai suatu
"persekutuan cinta" di mana hidup perkawinan dimulai dengan cinta[6].
Perkawinan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, baik
dalam konteks tradisional maupun modern, dan dianggap sebagai hal
yang sangat sakral dan ibadah.

B. Bentuk Perkawinan
Perkawinan dalam antropologi memiliki beberapa bentuk, di antaranya:
1. Monogami: perkawinan antara satu laki-laki dan satu perempuan.
2. Poligami: perkawinan antara satu laki-laki dengan lebih dari satu
perempuan.
3. Endogami: perkawinan antara anggota dari kelompok yang sama,
seperti kelompok etnis, agama, atau kasta.
4. Eksogami: perkawinan antara anggota dari kelompok yang berbeda.
5. Heterogami: perkawinan antara anggota dari kelas sosial yang berbeda.
6. Anomali: perkawinan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial
yang berlaku.
Bentuk perkawinan yang dilakukan di seluruh dunia ada tiga, yaitu
monogami, poligami, dan poliandri.

C. Syarat-Syarat Perkawinan
Perkawinan dalam perspektif antropologi memiliki syarat-syarat yang
berbeda-beda di setiap masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh syarat
perkawinan dalam perspektif antropologi, yaitu:
1. Masyarakat Minangkabau memiliki beberapa syarat dalam pernikahan,
antara lain:
- Calon mempelai harus memiliki hubungan kekerabatan yang
jauh.
- Calon mempelai harus memiliki kesamaan adat istiadat.
- Calon mempelai harus memiliki kesamaan agama.
2. Dalam masyarakat Pulau Enggano, sebelum melangsungkan
perkawinan adat, warga suku-suku yang akan menikah harus terlebih
dahulu menyelesaikan kesalahan yang pernah dilakukan oleh salah satu
pihak.
3. Fungsi mas kawin dalam perkawinan antropologi adalah sebagai syarat
perkawinan dan pengganti kerugian potensi tenaga mengganti
kekosongan magis untuk keseimbangan kosmos.
4. Dalam Islam, mas kawin merupakan salah satu syarat sahnya nikah.

Anda mungkin juga menyukai