Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MENGENAI KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN

KESEHATAN

Disusun oleh

Halijah Bahar ( PO713202201012 )


Muhammad Imran Ibrahim ( PO713202201014 )

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE


TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah.Puji isyukur ikehadirat iAllah iSWT idimana iatas


irahmat,izin idan ikarunia-Nya ikami idapat imenyelesaikan itugas
iyang iberbentuk iMakalah iini iyang iberjudul i“KONSEP
ANTROPOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN” idengan iusaha
iyang iseoptimal imungkin,semoga idengan iusaha iyang ibegitu
ikeras,makalah iini ibisa imenjadi iperantara ikami iuntuk
imendapatkan inilai iyang isesuai.

Adapun itujuan idari ipenulisan imakalah iini iadalah iuntuk


imemenuhi itugas imata ikuliah ANTROPOLIGI KESEHATAN
ioleh H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si, M.Kes iselaku idosen
idi iPoltekkes iKemenkes iMakassar iProdi iKeperawatan
iParepare.

Saya iberharap iMakalah iini ibisa ibetul-betul ibermanfaat


ibagi ikami iselaku ipenyusun, iserta ibagi ipara ipembaca iuntuk
imenambah iwawasan idalam ihal ipengetahuan Antropologi
kesehatan ikhususnya.

Demikian iMakalah iini ikami isusun, iapabila iada imateri


iyang ikurang itepat iatau itidak itersampaikan, ikami imohon
imaaf,karena idisini ikami imasih ibelajar.Dan ikami iakan isangat
iberterimakasih iapabila iada ikritik idan isaran iuntuk ikarya
itulis ikami iini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:.............4
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................4
BAB II...........................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................5
A. Konsep Dasar Individu Dan Masyarakat........................................5
a) Manusia Selaku Individu.............................................................5
b) Manusia Selaku Makhluk Sosial..................................................7
c) Pengertian Masyarakat................................................................8
d) Status dan Peran Individu dalam Masyarakat.............................9
B. Hubungan Manusia Dan Kebudayaan..........................................11
C. Hubungan Manusia Dan Sosial....................................................12
a). Manusia Sebagai Makhluk Sosial.................................................13
c). Ruang lingkup sosial budaya.........................................................15
BAB III........................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................17
A. KESIMPULAN...............................................................................17
B. SARAN..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19
SOAL UJI KOMPETENSI...........................................................................20

iii
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia,
dan logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi
adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan
untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai
keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang
mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat
bersifat akurat atau tidak akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk
mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana manusia pada
mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari
beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi juga
tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu
masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau
dan masa kini.
Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas
juga muncul karena dengan pengertian tersebut antropolgi dapat
digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti
sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia,
dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti
filsafat dan sastra.
Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan
permasalahan manusia, tentu tidak akan merasa senang bila
diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi. Memang
kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai
disiplin sendiri lebih lama dari antropologi, dan masing-masing
mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk menjadi berbeda
dari yang lain.

1
Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi.
Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat
(1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu:

a. Fase Pertama (Sebelum 1800)


Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku
bangsa di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai
kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4
abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari
para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para
pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku
kisah perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan
kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi
tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa,
atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai
"etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa.

b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)


Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk
mengintegrasikan secara serius beerapa karangan-karangan
yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada
berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia
tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap "primitiv" yang
tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang
tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah
antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai
kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi.

c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)

2
Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di
Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah
jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi
menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.
Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari
bangsa-bangsa non Eropa ternyata makin penting karena
masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks
bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai
masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah
pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.

d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)


Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih
berorientasi akademik. Penembangannya meliputu ketelitian
bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya. Di
lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin
berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa
yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika)
setelah Perang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah
kehilangan lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek
penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih
dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk
pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan
Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada
fase ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun
1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi
oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.

3
Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:
1) Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang
manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya,
maupun kebudayaannya.
2) Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya,
maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah
dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah
maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian
dan para ahli antropologi masing – masing mengkhususkan diri
pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya
untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian
tertentu dalam antropologi.
Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi
banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli antropologi
dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat
dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di
jabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut

1. Bagaimana konsep dasar individu dan masyarakat?


2. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
3. Bagaimana hubungan manusia dengan sosial?

C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah berjudul “ Konsep Antropologi
Sosial dan Kesehatan” ini, penulis berharap dapat memberikan
manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca dan
masyarakat luas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Individu Dan Masyarakat

a) Manusia Selaku Individu


Individu adalah seseorang/seorang manusia secara utuh.
Utuh di sini diartikan sebagai suatu sifat yang tidak dapat dibagi-
bagi. Merupakan satu kesatuan antara jasmaniah dan rohaniah
yang melekat pada diri seseorang.
Setiap individu mempunyai cirri khas yang berbeda dengan
individu lainnya, seperti bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan,
perasaan dan memiliki tingkat pemahaman/arti tersendiri terhadap
suatu objek. Jadi individu adalah kondisi internal dari seorang
manusia yang berfungsi sebagai subjek. Manusia selaku individu
mempunyai 3 naluri, yaitu:
1. Naluri mempertahankan kelangsungan hidup

5
Naluri mempertahankan kelangsungan hidup telah
menimbulkan berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang
paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis yang terdiri dari
makan, minum dan perlindungan. Semua kebutuhan tersebut
didapat dari lingkungan dimana manusia tinggal, dan dalam
memanfaatkan lingkungan tersebut membutuhkan
teknologi.Teknologi dapat diartikan sebagai cara /alat yang 
dipergunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi
teknologi tidak hanya mencakup perlatan modern/mesin saja.
Panah unutk berburu, bertani berpindah-pindah dan alat/cara
sederhana lain termasuk ke dalam teknologi. Kebutuhan manusia
sangat beragam dan kebutuhan ini lebih mudah dipenuhi kalau
individu hidup berkelompok dengan individu lainnya.

2. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan


keturunan
Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya
kebutuhan akan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca
yang tidak nyaman, binatang liar/manusia lain. Pakaian yang dibuat
dari berbagai jenis bahan dan model disesuaikan dengan kondisi
cuaca. Perumahan dengan bermacam-macam bahan dan juga
bentuk, pada dasarnya adalah usaha untuk memperoleh rasa aman
dari berbagai gangguan. Adapun keanekaragaman bahan dan
model yang dipergunakan sangat tergantung pada lingkungan.
Seperti rumah di daerah tropis umumya dibuat dari kayu/bamboo
dengan model atap segitiga/kerucut dan sering kali dibawahnya
tidak langsung menyentuh tanah, tapi bertonggak/berkolong.
Di iklim sedang rumah banyak dibangun dari bata/tanah,
atapnya rata/datar, sedangkan di daerah dingin orang Eskimo
membuat rumah dari es dengan bentuknya yang bukat saja.
Semua itu tergantung pada cuaca dan bahan mentah yang ada di

6
lingkungannya. Perkawinan selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis manusia, juga merupakan cerminan dari adanya
ketergantungan individu terhadap individu lain dan adanya naluri
untuk meneruskan keturunan.
3. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan
Setiap manusia mempunyai naluri untuk ingin tahu tentang
sesuatu yang ada di sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun
lingkungan manusia lainnya. Adanya perbedaan alam seperti
daratan, perbukitan, pegunungan; perbedaan penyebaran
tumbuhan dan hewan; perbedaan fisik manusia seperti ada yang
berkulit hitam, putih, sawo matang, berbadan jangkung, pendek dan
sebagainya; perbedaan budaya manusia seperti dalam hal cara
makan ada yang makan pakai tangan, sendok, sendok garpu dan
pisau; perbedaan dalam berpakaian, mata pencaharian, bentuk
rumah dan sebagainya. Semua itu telah mendorong manusia untuk
mencari tahu. Pertanyaan ”apa, mengapa, bagaimana dan siapa”
telah melahirkan sistem pengetahuan, yang kemudian disusun
menjadi sistematis melalui aturan-aturan tertentu sehingga
melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini pada dasarnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan spiritual/batin manusia.
Sedangkan penerapan ilmu dalam bentuk cara dan alat
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia disebut teknologi. Jadi
teknologi adalah berbagai cara/alat untuk memenuhi kebutuhan
material manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan untuk
menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia baik selaku individu
maupun masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
individu tidak seluruhnya hasil dari pengalaman sendiri, tetapi lebih
banyak dari belajar dan meniru orang lain. Karena itu dalam
memenuhi nalri ingin tahu dan mencari kepuasanpun tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan kelompok.

7
b) Manusia Selaku Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi
sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar
berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca,
belajar membuat sesuatu dan sebagainya, memerlukan bantuan
orang lain yang lebih dewasa.
Menurut Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi
dari Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu
terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari
usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan
kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya
system perlindungan dalam rumah, pakaian dan peralatan.
Perlindungan secara umum, dalam pengertian
gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau
manusia berkelompok. Untuk menghasilkan keamanan dan
kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan aturan-aturan
dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu
ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan
kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

c) Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut society, artinya
sekelompok manusia yang hidup bersama, saling berhubungan
dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga
melahirkan kebudayaan yang sama. Pengertian sekelompok
manusia di sini, tidak mempunyai batas yang jelas harus

8
beberapa orang, tetapi jumlahnya minimal 2 orang. Anderson
dan Parker (Astrid: 1977), menyebutkan bahwa masyarakat
adalah:
a. Adanya sejumlah orang,
b. Tinggal dalm suatu daerah tertentu,
c. Mengadakan hubungan satu sama lain,
d. Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan
bersama,
e. Merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai
perasaaan solidaritas,
f. Adanya saling ketergantungan,
g. Masyarakat merupakan suatu system yang diatur oleh
norma-norma/aturan-aturan tertentu, dan
h. Menghasilkan kebudayaan.

Menurut Soejono Soekamto (1987), beberapa ciri


masyarakat perkotaan yang menonjol adalah:
a. Kehidupan beragama kurang karena disebabkan adanya
cara berpikir yang rational, yang berdasakan pada
perhitungan-perhitungan eksak;
b. Dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain;
c. Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-bats
yang nyata;
d. Banyak peluang mendapat kerja daripada orang desa;
e. Jalan pikiran yang rasional menyebabkan interaksi sosial
berdasarkan kepentingan daripada faktor pribadi;
f. Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya
faktor waktu;
g. Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat
terbukanya pengaruh dari luar.

9
d) Status dan Peran Individu dalam Masyarakat
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran
(role)dan kedudukan (status) yang berbeda. Peran adalah pola
perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai
posisi (status) tertentu. Sedangkan kedudukan (status) adalah
posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu
mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu
mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu
dapat berstatus dan berperan di kelompok sesuai dengan
kepentingan itu.
Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai
dengan kedudukannya agar ia dapat diterima dan diakui
keberadaanya. Karena setiap organisasi mempunyai aturan
sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi
kepada anggota yang melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini
bertujuan menjaga keutuhan, keseimbangan, kestabilan
kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang mempunyai
peran dan tugas yang berbeda. Tugas seorang Dokter berbeda
dengan guru, petani, supir atau TNI/POLRI. Tetapi masing-
masing saling membutuhkan, saling bekerja sama untuk
mencapi tujuan yang sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan
mencapi kesejahteraan. Dengan demikian peran dan
kedudukan sangat penting unutk menjaga keseimbangan dan
integritas social. Kedudukan atau status seseorang dalam
masyarakat ada 2 macam:
a) Ascribed status
Yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa melalui
perjuangan atau usaha sendiri. Biasanya diperoleh melalui
kelahiran, seperti anak yang bergelar raden, otomatis
anaknya juga bergelar raden. Seorang anak menjadi raja

10
karena ayahnya adalh raja. Seorang anak yang berasal dari
kasta sudra walaupun ia mempunyai kepintaran dan
ketrampilan yang tinggi. Status ini sering pula disebut status
yang tertutup, karena setiap orang tidak bisa menjadi
anggota secara bebas. Perkawinan biasanya adalah cara
untuk masuk ke dalm status ini.

b) Achieved status,
Yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau
perjuangan sendiri. Seseorang menjadi direktur sebuah
perusahaan karena memang ia rajin dan ulet. Status
seseorang menjadi guru karena ia berhasil masuk dan
belajar dengan baik di IKIP. Status ini bersifat terbuka
artinya setiap orang dapat mencapainya atau meraihnya
karena kemampuan masing-masing individu dalam
beprestasi.
Setiap status dan kedudukan mempunyai
seperangkat symbol atau lambang yang dapat
mencerminkan statusnya. Seperti orang yang berstatus
ekonomi tinggi tercermin dari bentuk dan luas rumah,
seorang guru tercermin sikap dan pakainnya, seorang
TNI/POLRI dari kegagahan dan pakaiannya, seseorang dari
golongan ningrat akan tampak dari cara berbicara dan sopan
santunnya. Banyak simbol yang dapat mencerminkan status
atau kedudukan seseorang dalam masyarakat

B. Hubungan Manusia Dan Kebudayaan


Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat
erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa
manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua
tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang
sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi

11
tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa
kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat
beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi,
sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan
juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu, sebagai:
1. Penganut kebudayaan,
2. Pembawa kebudayaan,
3. Manipulator kebudayaan,
4. Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan
pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang
menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan
yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya
bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai
pedoman dalam bertingkah laku.

C. Hubungan Manusia Dan Sosial


Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu
adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk
pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat. Dan oleh
karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut
makhluk sosial
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya.
Makhluk sosial artinya bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya menandakan

12
bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan
makhluk hidup lain dibumi ini.
Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-
perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga
membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti
peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta
religi atau keyakinan. Perubahan di berbagai bidang sering disebut
sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses
berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. 

a). Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang
berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena
itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan
kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain,
manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin
bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi

13
atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari
orang lain.
c) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain
d) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia

b). Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya


Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya
tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan
adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha
menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah
yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar
(keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari
organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam
kurun waktu tertentu telah berjalan atau bekerja dengan
baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan
dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus
menerimanya sebagai cara yang tepat dalam

14
pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam
organis
Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu
sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia.
Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan.
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan
berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu
berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu
ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar.
Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di
sebuah lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya
dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan
kebudayaan yang berbeda pula. 

c). Ruang lingkup sosial budaya


Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan
berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem
hidup bersama dalam masyarakat. Budaya atau
kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia
dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan
sekitarnya. Jadi, sosial budaya adalah sekelompok

15
masyarakat yang bekerja bersama-sama dan saling
mendukung untuk mencapai tujuan hidup dalam
bermasyarakat.

Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial


budaya, artinya keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata
sosial, dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan
bekerja sama saling mendukung untuk mencapai tujuan
hidup bermasyarakat. Manusia adalah orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan. Keduanya tidak
dapat dipisahkan dan merupakan dwitunggal. Tak ada
masyarakat tanpa kebudayaan dan juga sebaliknya.

Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita


sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka
kita menjadi bagian dalam sebuah sistem kemasyarakatan
yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, serta hukum.

Saat kita hidup bermasyarakat maka akan


menghasilkan sebuah kebudayaan. Masyarakat dan
kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya. Dalam sebuah kebudayaan dikenal dengan
nama unsur-unsur kebudayaan, sebagai berikut:
a) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
b) Kesenian
c) Mata pencarian
d) Sistem pengetahuan
e) Bahasa

16
f) Religi

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari
anthoropus berarti manusia , dan logos berarti ilmu. Dengan
demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan.
Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi
marupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya,
antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan
baik dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya,
Individu berasal dari bahasa Latin ‘individium’ yang berarti
satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Manusia selaku individu
ialah seseorang/seorang manusia secara utuh. Utuh dalam hal ini
berarti tidak dapat dibagi-bagi antara jasmaniah dan rohaniah.
Setiap individu memiliki ciri khas yang berbeda dengan individu

17
lainnya, seperti bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan,
perasaan dan memiliki tingkat pemahaman/arti tersendiri terhadap
suatu objek.

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang tidak mempunyai


batasan maksimal, tetapi jumlahnya minimal 2 orang dimana
manusia-manusia ini hidup bersama, saling berhubungan dan
mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan
kebudayaan yang sama.

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain


merupakan makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik,
benar dan adil, maka manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan berhak menyandang gelar
manusia berbudaya.

Manusia sebagai makhluk sosial berarti manusia selalu hidup


bersama dengan manusia lainnya karena manusia saling
membutuhkan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

B. SARAN
Setelah melakukan penulisan makalah ini, penulis menyarankan
kepada pembaca agar :Kepada generasi muda dapat mengetahui
sejarah antropologi sosial dan kesehatan. Selain itu, untuk
menghindari ethnosentrisme yang sempit karena dengan
mempelajari anthropologi kita mampu memahami berbagai
perbedaan ras dam ethnic yang berbeda sehingga menghindari
kesalahpahaman antar budaya yang berbeda.

18
DAFTAR PUSTAKA

          http://kimdinirinjani.blogspot.com/2012/12/antropologi-
sosial.html
         
http://awalbarri.wordpress.com/2009/03/16/1-
definisipengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-
antropologi/dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/
2010/02/antropologi-kesehatan.html
       

http://aryaniwidhiastuti.blogspot.com/2012/12/sejarahperkembanga
n-antropologi-semest.htmlDiposkan oleh efiika elyariza di 09.02

19
SOAL UJI KOMPETENSI MENGENAI KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL
DAN KESEHATAN

1. Perawat A melakukan pengkajian kepada pasien Tn. M dengan


menanyakan identitas berupa kebiasaan sehari-hari, cara
berpakaian, kebiasaan makanan yang dimakan seperti makanan
yang tidak boleh dimakan oleh adat istiadat pasien. Dalam hal ini
perawat melakukan pengkajian yang mengacu pada ilmu :
A. Antropologi
B. Pengantar antropologi
C. Kebiasaan sehari-hari
D. Antropologi kesehatan
E. Budaya kesehatan

Jawaban : D

2. Ny. G adalah keturunan Madura, dan menganggap bahwa


budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain. Dari kasus tersebut, penilaian apa yang
dimiliki oleh Ny. G ?
A. Etnosentris
B. Etnografi
C. Etnomedis
D. Etnopsikologi
E. Etnis

Jawaban : A

20
3. Tn. G mengalami fraktur pada humerus sinistra saat dia sedang
bekerja. Kawan-kawan Tn. G menyarankan agara Tn. G segera
pergi ke RS tetapi keluarga Tn. G membawa Tn. G ke Sangkal
Putung, keluarga Tn. G lebih mempercayai pengobatan di Sangkal
Putung dari pada pengobatan di RS, konsep apa yang digunakan
dari kasus tersebut ?
A. Konsep sehat sekali
B. Perilaku mencari fasilitas kesehatan
C. Konsep budaya
D. Konsep religius
E. Konsep ethomedicline

Jawaban : C
4. Pihak rumah sakit menyediakan tempat yang nyaman, peralatan
kesehatan yang memadai, ruangan yang repsentatif adalah upaya
pihak rumah sakit dalam meningkatkan...... Pasien
A. Asimilasi
B. Akomodasi
C. Distribusi
D. Distribution
E. Elimination
Jawaban: B

5. Mahasiswa keperawatan berkumpul di suatu ruangan,


berinteraksi satu sama lain dengan maksud mencapai tujuan akhir
ingin menjadi tenaga keperawatan yang profesional dalam waktu
kurang lebih 3 tahun. Kumpulan mahasiswa keperawatan yang
berkumpul tersebut dapat di kategorikan:
A. Masyarakat luas
B. Masyarakat mahasiswa keperawatan

21
C. Masyarakat
D. Mahasiswa keperawatan
E. Publich health
Jawaban: B

22

Anda mungkin juga menyukai